Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal Praktikan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824

Hal. 20-27

Morfologi Talus Lichen Dirinaria Picta (Sw.) Schaer. Ex Clem pada Tingkat Kepadatan
Lalu Lintas yang Berbeda di Kota Semarang

Tati Nasriyati, Murningsih, Sri Utami

Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang
50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690

Abstract

The development of industrial and transportation sectors has the potential to decrease the quality of
the environment, especially the increase of air pollution. The existence of pollutants may endanger
living creatures including humans. Therefore, air quality monitoring is required, one of them with the
existence of lichen as bioindicator in the environment. The purpose of this research is to know
morphology thallus lichen Dirinaria picta contained in street shade trees with different traffic density in
Semarang city. Sampling is done at Nglimut Gonoharjo Kendal, Terminal Mangkang and Simpang
Lima Semarang. Lichen morphology is observed macroscopically including differences in color, shape
and counting of the extent of talus cover. The lichen samples were observed on the surface of the bark
of the tree with an altitude of ± 150 cm from above ground level. The results showed that, the color of
the talus tends to be pale green or gray green. The color of the talus tends to darken as the density of
traffic increases. The shape of the talus tends to be rounded, oval, and irregularly following the
substrate pattern. The lowest closing area of lichen talus is located at Simpang Lima which has the
highest traffic density.

Keywords: Dirinaria picta, morphology talus, biondikator, traffic density

Abstrak

Perkembangan sektor industri dan transportasi berpotensi terhadap penurunan kualitas lingkungan
hidup terutama meningkatnya polusi udara. Keberadaan zat pencemar dapat membahayakan mahluk
hidup termasuk manusia. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara perlu dilakukan, salah satunya
dengan keberadaan lichen sebagai bioindikator di lingkungan. Tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui morfologi talus lichen Dirinaria picta yang terdapat pada pohon peneduh jalan dengan
tingkat kepadatan lalu lintas yang berbeda di kota Semarang. Pengambilan sampel dilakukan di
Nglimut Gonoharjo Kendal, Terminal Mangkang dan Simpang Lima Semarang. Morfologi lichen
diamati secara makroskopik meliputi perbedaan pada warna, bentuk dan menghitung luas tutupan
talus. Sampel lichen diamati pada permukaan kulit batang pohon dengan ketinggian ±150 cm dari
permukaan tanah. Hasil penelitian menunjukan bahwa, warna talus cenderung berwarna hijau pucat
atau hijau keabua-abuan. Warna talus cenderung semakin menggelap seiring meningkatnya
kepadatan lalu lintas. Bentuk talus cenderung membulat, lonjong, dan tidak beraturan mengikuti pola
substrat. Luas penutupan talus lichen terendah terdapat di lokasi Simpang Lima yang memiliki
kepadatan lalu lintas tertinggi.

Kata kunci: Dirinaria picta, morfologi talus, biondikator, kepadatan lalu lin

20
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

Pendahuluan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun


hutan kota. Cara lain yaitu dengan pemantauan
Lichen merupakan tumbuhan hasil simbiosis terhadap kualitas udara agar dapat dilakukan
antara fungi dan alga. Simbiosis tersebut penanganan cepat terhadap perubahan kualitas
menghasilkan keadaan fisiologi dan morfologi udara.
yang berbeda dengan keadaan semula sesuai Semarang adalah ibukota Propinsi Jawa
dengan keadaan masing-masing komponen Tengah, sebagai salah satu kota besar di
pembentukannya. Lichen mampu hidup pada Indonesia serta merupakan pusat Pemerintahan
lingkungan ekstrim, tetapi juga sangat peka Daerah Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang
terhadap polusi. Hampir sebagian besar spesies berkembang menjadi kota yang memfokuskan
lichen sangat sensitif terhadap gas belerang (SO 2) pada perdagangan dan jasa. Kawasan
dan gas buang lainnya yang berasal dari perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak
kendaraan bermotor atau kawasan industri. Oleh menyebar dan pada umumnya berada di
sebab itu lichen dapat dijadikan bioindikator sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan
pencemaran udara (Handoko, 2015). perdagangan modern, terutama terdapat di
Lichen tidak mempunyai kutikula, sehingga Kawasan Simpang Lima yang merupakan urat
secara fisiologis akan mempengaruhi aktifitas nadi perekonomian Kota Semarang (Nur, 2007).
metabolisme seperti penyerapan air dan mineral Berdasarkan hal tersebut perlu
serta akumulasi bahan-bahan pencemar menjadi diadakanya penelitian mengenai potensi lichen D.
lebih banyak dan langsung menuju pada bagian picta sebagai bioindikator lingkungan sebagai
lapisan medula yang terdiri dari alga-alga yang salah satu upaya untuk pemantauan kualitas
mempunyai klorofil (Chandra, 2015). udara di kota Semarang.
Menurut Pratiwi (2006), terdapat beberapa
parameter yang dapat dipergunakan dalam Bahan dan Metode
penelitian lichen untuk mengukur adanya
pencemaran udara yaitu pertumbuhan, diamati Bahan Penelitian
dengan melihat keadaan morflogi dan warna Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
talusnya. Lichen di daerah yang tercemar adalah sampel berupa talus lichen D. picta yang
pertumbuhannya kurang baik, warnanya pucat diambil dari kulit pohon yang tumbuh di tiga lokasi
atau berubah. Persentase penutupan, diukur dengan tingkat kepadatan lalu lintas berbeda di
dengan menghitung luas penutupan lichen pada kota Semarang.
substrat atau habitat yang diamati.
Lichen yang umum ditemukan di tempat – Metode
tempat yang tercemar polusi khususnya polusi Penelitian ini dilaksanakan di Terminal
akibat kendaraan bermotor salah satunya adalah Mangkang, Simpang Lima kota Semarang dan
jenis lichen foliose (Dirinaria picta). Jenis D. picta hutan Nglimut Gonoharjo Kendal. Waktu
termasuk toleran, sehingga dapat ditemukan pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan
disemua lokasi dengan kualitas udara yang Oktober 2017 hingga November 2017. Peralatan
berbeda (Bordeaux, 2015). D. picta, adalah taksa yang digunakan dalam penelitian meliputi
yang menjadi ciri daerah perkotaan Porto Alegre termometer, hyrometer, lux meter, buku identifikasi
(Kaffer, 2011). atau jurnal, plastik transparan, pisau, amplop, label
Kota merupakan pusat aktivitas manusia spesimen, kamera dokumentasi, buku dan alat
yang di dalamnya terdapat pembangunan ekonomi tulis. Morfologi lichen diamati secara makroskopik
yang mengakibatkan terjadinya penurunan berupa adanya perbedaan pada warna, bentuk
ekologi. Pembangunan ekonomi diindikasikan dan menghitung luas tutupan talus. Sampel lichen
dengan majunya kehidupan manusia seperti diamati pada permukaan kulit batang pohon
meningkatnya teknologi, kawasan industri serta dengan ketinggian ±150cm dari permukaan tanah.
pesatnya sektor transportasi. Akibat dari Pengukuran luas penutupan talus lichen
pembangunan ekonomi tersebut terjadi penurunan menggunakan bingkai kuadran plastik transparan
kualitas udara yang berbahaya bagi kehidupan berukuran 20 cm x 20 cm.
manusia, hewan dan tumbuhan. Salah satu cara
untuk mereduksi polusi di daerah perkotaan

21
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

Hasil dan Pembahasan morfologinya antara lain, lichen ini memiliki ciri-ciri
yaitu warnanya putih, bentuknya menyerupai
Warna dan Bentuk talus D. picta lingkaran, keadaan talusnya terpencar-pencar
antar bagian talus yang satu dengan yang lain.
Pengamatan morfologi talus D. picta Jenis lichen ini banyak ditemukan di pohon,
meliputi bentuk dan warna talusnya. Warna talus termasuk dalam lichen foliose, umumnya tipe talus
D. picta cenderung berwarna hijau pucat atau foliose memiliki bentuk yang relative membulat.
hijau ke abu-abuan. Menurut Bordeoux (2015) Tipe talus foliose dapat melekat pada substratnya.
warna talus D. picta dipengaruhi oleh kondisi
kualitas udara di lokasi penelitian. Warna talus Jenis tanaman yang menjadi substrat lichen
yang ditemukan dilokasi penelitian terlihat warna di lokasi penelitian antara lain Trembesi (Samanea
hijau tua, hijau pucat dan warna putih. Bentuk saman), Angsana (Pterocarpus Indicus), Akasia
talus cenderung membulat, lonjong, dan tidak (Acacia melanoxylon), Mahoni (Swietenia
beraturan mengikuti pola substrat. Menurut Bua mahagoni), Asam jawa (Tamarindus indica),
(2013) pada lichen jenis Dirinaria sp dilihat ciri Asam Keranji (Dialum indum) dan Waru (Hibiscus
tiliaceus).

(a) (b) (c) (d)

Gambar 1 Bentuk dan warna D. picta di Nglimut (a,b,c pohon Mahoni, d pohon waru)

(a) (b) (c) (d)


Gambar 2 Bentuk dan warna D. picta di Simpang Lima (a,b,c pohon Asam Keranji, d pohon
Asam Jawa)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3 Bentuk dan warna D. picta di Mangkang (a. pohon Angsana b. Pohon Akasia c. Pohon
Mahoni d. Pohon Trembesi)

22
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

Warna talus D. picta di kawasan Nglimut cenderung memiliki warna hijau pucat (Gambar
4.1). Warna talus D. picta yang ditemukan di Simpang Lima hijau kekuningan, hijau pucat dan hijau
kebau-abuan (Gambar 4.2). Warna talus D. picta di Mangkang memiliki warna talus yang
berwarna hijau kehitaman, putih ke abu-abuan dan abu-abu kehitaman. Warna talus abu-abu
kehitaman menandakan perubahan warna akibat tingginya bahan pencemar (Gambar 4.3).
Perubahan histologi yang paling umum akibat pencemaran udara pigmentasi atau perubahan
warna sel menjadi gelap (Chandra, 2015). Warna talus semakin gelap mengikuti kondisi
lingkungan tempat tumbuhnya. Penampakan warna talus dari suatu jenis lichen tidak selalu
memperlihatkan warna yang konsisten atau tetap, hal ini tergantung pada substrat dan kondisi
tempat tumbuh talus lichen. (Nurjanah, 2013).

Tabel 1 Bentuk dan warna talus D. picta di tiga lokasi penelitian

Lokasi Jenis Pohon


Warna Talus Bentuk Talus
Penelitian (Substrat)
Mahoni Hijau pucat Cenderung membulat
Mahoni Hijau pucat Cenderung membulat
Nglimut
Mahoni Hijau pucat Cenderung membulat
Waru Hijau pucat Cenderung membulat
Asam Keranji Hijau kekuningan Tidak beraturan
Simpang Asam Keranji Hijau pucat Tidak beraturan
Lima Asam Keranji Hijau pucat Cenderung membulat
Asam Jawa Hijau keabuan Tidak beraturan
Angsana Hijau kehitaman Lonjong
Akasia Abu-abu kehitaman Cenderung membulat
Mangkang
Mahoni Abu-abu kehitaman Cenderung membulat
Trembesi Putih keabuan Lonjong

Lichen sangat peka terhadap emisi bus sehingga bahan pencemar yang diemisikan ke
pencemar bila dibanding dengan tumbuhan tinggi. udara semakin besar. Hal ini menyebabkan
Adapun kepekaan tersebut dikarenakan adanya semakin besar pula bahan pencemar yang
perbedaan morfologi, diantaranya terjadi terakumulasi dalam talus lichen yang kemudian
perubahan warna talus, akibat adanya bahan berpengaruh terhadap warna lichen. Menurut
pencemar (Pratiwi, 2006). Muziansyah (2015), pencemaran udara
disebabkan tingginya volume gas buang emisi
Warna talus yang diambil di lokasi kendaraan angkutan umum dan pribadi yang
Mangkang memiliki warna talus yang cenderung masuk ke terminal. Terminal sebagai tempat
lebih gelap bila dibandingkan dengan kedua lokasi pemberhentian memungkinkan pola berkendara
penelitian. Semakin menggelapnya warna talus dengan besarnya frekuensi jalan-berhenti, pola
lichen menandakan semakin tinggi pula sumber berkendara ini membutuhkan bahan bakar
pencemar yang ada di lokasi tersebut. Tingginya semakin besar bila dibandingkan dengan pola
sumber pencemar di terminal Mangkang berkendara yang berjalan dengan kecepatan
dikarenakan fungsi terminal sendiri sebagai tempat konstan untuk semua jenis motor, baik berbahan
pemberhentian bus dan sebagai tempat bakar bensin maupun solar. Pola berkendara
pelayanan angkutan penumpang. Selain itu jalan sangat mempengaruhi jumlah pelepasan senyawa-
yang melintasi terminal Mangkang adalah jalan senyawa pencemar dan memiliki hubungan yang
pantura Semarang – Kendal merupakan jalur signifikan dengan konsumsi bahan bakar pada
padat kendaraan dan kebanyakan kendaraan yang kendaraan.
melewati jalur ini adalah jenis kendaraan truk dan
23
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

Lokasi terminal Mangkang letaknya tempat tumbuh. Pada kulit permukaan batang
berdampingan dengan banyak pabrik dan industri, tanaman yang tidak pecah-pecah, pertumbuhan
sehingga memungkinkan meningkatnya polutan talus lichen dapat utuh dan batas antar koloni
udara akibat aktivitas pabrik dan industri. Menurut terlihat dengan jelas. Secara umum
Badan Pusat Statistik (BPS) (2016) Selama lebih perkembangan talus lichen akan cenderung
dari 20 tahun, lichen telah digunakan sebagai membulat. Pada kulit batang pohon yang pecah-
bioindikator dan biomonitor dalam penilaian pecah, perkembangan bentuk talus lichen
kualitas lingkungan untuk industri (Conti, 2001). cenderung akan mengikuti pola pecahan
permukaan kulit batang pohon tersebut.
Perbedaan warna tidak hanya terjadi pada Kondisi ekstrim, iklim, substrat dan
perbedaan antar jenis lichen, tetapi juga dapat pencemaran udara berpengaruh terhadap respon
terjadi pada jenis yang sama yang berkembang morfologi dan respon fisiologi lichen (Bua, 2013).
pada tempat yang berbeda. Substrat dan kondisi Perbedaan tipe morfologi talus lichen dapat dilihat
tempat tumbuh lichen yang berbeda menyebabkan dan ditentukan secara makroskopis. Warna dan
adanya perbedaan respon bagi setiap lichen. Pada bentuk morfologi dapat dijadikan sebagai indikasi
lokasi yang kualitas udaranya lebih baik untuk adanya respon lichen terhadap kualitas udara di
perkembangan lumut memiliki talus lichen dengan lingkungannya (Sofyan, 2017).
warna yang cerah. Sebaliknya lokasi dengan Hasil pengukuran luas penutupan talus
kualitas udara yang rendah memiliki talus lichen lichen D. picta sebagai berikut, hutan Nglimut
yang berwarna kusam (Sofyan, 2017). memiliki luas penutupan rata-rata sebesar 9,01
cm2, luas penutupan talus lichen di Mangkang
Lichen yang memperoleh nutrisi dari udara sebesar 2,92 cm2 dan 2,07 cm2 di Simpang Lima
tanpa menyeleksinya terlebih dahulu karena lichen (Gambar 4).
tidak terdapat kutikula sehingga memudahkan
polutan untuk masuk ke dalam talus,
mengakumulasi berbagai material tanpa 9,01
10
menyeleksinya. Oleh karena zat-zat polutan yang
Luas penutupan

tidak dapat diuraikan oleh lichen akan terganggu


talus (cm2)

keberadaannya, maka untuk mengetahui sejauh 5 2,92 2,07


mana tingkat pencemaran udara terhadap suatu
wilayah dengan melihat kondisi talus lichen yang 0
ditemukan. Sehingga lichen dapat dijadikan Nglimut Mangkang Simpang
bioindikator pencemaran udara berdasarkan Lima
kondisi yang ditimbulkan lichen terhadap kualitas
udara (Nurjanah, 2013). Gambar 4 Luas penutupan talus lichen (cm2)
Bentuk talus di ketiga lokasi cenderung
membulat, namun ada juga yang bentuknya tak
beraturan mengikuti pola substrat (Tabel 1). Simpang Lima memiliki jumlah kendaraan
Menurut Bua (2013) pada lichen jenis Dirinaria sp yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua
dilihat ciri morfologinya lichen ini memiliki ciri-ciri lokasi lainya, Mangkang dan Nglimut (Tabel 3).
yaitu bentuknya menyerupai lingkaran, keadaan Kendaraan bermotor merupakan salah satu
talusnya terpencar-pencar antar bagian talus yang sumber utama pencemar udara di daerah
satu dengan yang lain. perkotaan. Tingginya kepadatan lalu lintas
Bentuk talus di lokasi Simpang Lima yang merupakan salah satu sumber pencemar udara.
ditemukan cenderung tidak beraturan mengikuti Semakin tinggi kepadatan lalu lintas maka
pola kulit pohon yang menjadi substrat. Bentuk semakin tinggi polusi udara yang dihasilkan. Zat
yang tidak beraturan terutama terlihat pada pencemar yang dihasilkan berupa emisi gas
subsrat pohon Asam Jawa (Gambar 2). Menurut kendaraan bermotor akan mampu menghambat
Pratiwi (2006) bentuk talus yang ditemukan pertumbuhan lichen, hal ini berdampak terhadap
beragam, terdiri atas bentuk lonjong (memanjang), luas penutupan talus lichen (Gambar 4).
melingkar/membulat serta bentuk yang tidak
teratur. Bentuk talus lichen dengan jenis yang Luas penutupan yang paling rendah
sama dengan lokasi pengamatan yang sama terdapat di area Simpang Lima (Gambar 4).
dapat berbeda. Hal tersebut ditentukan oleh faktor Simpang lima memiliki kepadatan lalu lintas yang
tempat tumbuh seperti keadaan permukaan paling tinggi, kepadatan lalu lintas yang tinggi
24
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

menyebabkan terjadinya kenaikan emisi gas satu faktor utama, yang mempengaruhinya adalah
buang. Simpang Lima merupakan pusat Kota pH kulit kayu (Samsudin, 2012). pH substrat dapat
Semarang. Kawasan Simpang Lima merupakan mempengaruhi kelimpahan lichen dalam suatu
pusat aktivitas, seperti perdagangan dan jasa, komunitas lichen. Batang dengan pH alkaline atau
perkantoran, bahkan pendidikan, dan kesehatan. basa mampu sebagai buffer terhadap kadar asam
Alun-alun Simpang Lima menjadi pusat perputaran dan mendukung suplai kalsium pada lichen.
kendaraan dari Jl. Pandanaran, Jl. Gajahmada, Jl. Keanekaragaman lichen tinggi pada substrat yang
Kh Ahmad Dahlan, Jl. Semarang Purwodadi, dan memiliki pH tinggi (>7) atau basa dan
Jl. Semarang Surakarta. Aktivitas-aktivitas tersebut keanekaragaman lichen rendah pada pH rendah
berpotensi menimbulkan kepadatan lalu lintas (<7) atau asam (Handoko, 2015).
yang tinggi (Nur, 2007). Tingginya kepadatan lalu Perubahan histologi yang paling umum
lintas merupakan salah satu sumber pencemar akibat pencemaran udara adalah terjadinya
udara. Lichen diketahui merupakan tumbuhan plasmolisis, kerusakan kandungan sel (granulasi)
yang peka terhadap pencemaran udara, jika sel-sel yang mengalami koleps (Chandra, 2015).
kualitas udara di suatu lingkungan telah menurun Luas penutupan talus lichen di daerah
maka pertumbuhanya akan terhambat. Hal ini Mangkang berada di urutan kedua, begitu juga
terlihat dengan semakin padatnya kendaraan dengan tingkat kepadatan lalu lintasnya. Lokasi
maka semakin rendah luas penutupan talus lichen, pengambilan sampel di Mangkang letaknya
sebaliknya semakin sepi kendaraan maka semakin berada di area sisi dalam jalan raya dan tidak
tinggi luas penutupan lichen (Pratiwi, 2006). langsung berhadapan dengan jalan raya, sehingga
mempunyai kelembapan lebih tinggi dibandingkan
Tingkat pencemaran udara berbanding lurus dengan kelembapan di Simpang Lima (Tabel 2).
dengan luas penutupan lichen (Furi, 2016). Semakin tinggi kelembapan maka akan semakin
Parmeliaceae yang menempel pada pohon rendah suhu udara. Suhu dan kelembapan
peneduh di jalan dengan intensitas lalu lintas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
rendah memiliki luas penutupan tertinggi (0,47 pertumbuhan talus lichen. Lokasi dengan
cm2) dibandingkan Graphis (0,07 cm2) dengan kendaraan bermotor yang padat memiliki
kandungan sulfur Parmelia tertinggi dibanding kecepatan angin, suhu, cahaya, kecepatan
dengan yang lainnya sebesar 4,70 ppm (Hadiyati, kendaraan lebih tinggi dibandingkan lokasi sepi
2013). Pertumbuhan dan kesuburan Lichen kurang kendaraan bermotor, sedangkan kelembaban
baik bila daerahnya kemungkinan telah mengalami udara lebih rendah di jalan padat kendaraan
perubahan kondisi lingkungan akibat pencemaran bermotor (Hadiyati, 2013).
udara, yang secara langsung atau tidak langsung, Tutupan talus dipengaruhi oleh adanya
dapat menyebabkan beberapa hal yang dapat faktor internal yaitu, adanya persaingan sesama
menghambat pertumbuhan atau keberadaan suatu lichen dan juga luas permukaan kulit kayu yang
jenis lichen (Hardini, 2010). Lichen dapat dijadikan dijadikan sebagai substrat (Sofyan, 2017). Lichen
sebagai tumbuhan indikator untuk pencemaran termasuk organisme yang kecepatan
udara dari kendaraan bermotor, dimana adanya pertumbuhannya paling lambat. Pada umumnya,
pencemaran udara akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan lichen rata-rata hanya
terhambatnya pertumbuhan lichen. secara umum 0,1-10 mm setiap tahun (Maulidiyah, 2011).
dapat disimpulkan bahwa kelompok organisme- Nglimut Gonoharjo merupakan lokasi penelitian
organisme ini beberapa memiliki kepekaan yang yang memiliki luas penutupan talus terbesar
sangat tinggi terhadap pencemaran udara dibanding kedua lokasi penelitian yang lain
(Nurjanah, 2013). Prosentase penutupan lichen (Gambar 3). Hal ini dikarenakan lokasi penelitian di
pada substrat nampak ada perbedaan, hal Nglimut Gonoharjo memiliki kepadatan lalu lintas
tersebut kemungkinan ada hubungannya dengan terendah sehingga memiliki tingkat pencemaran
jumlah kendaraan (Hardini, 2013). paling rendah dan juga memilik faktor lingkungan
yang mendukung pertumbuhan lichen. Suhu dan
Emisi kendaraan bermotor terutama secara kelembapan menjadi salah satu faktor yang
tidak langsung berpengaruh terhadap pH substrat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan talus lichen pada suatu wilayah.
talus lichen. Hal ini disebabkan, sebagian besar Pertumbuhan lichen didukung oleh faktor
spesies lichen epifit lebih memilih substrat dengan lingkungan yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor
sifat kimia dan fisik tertentu, oleh karena itu, lichen biotik yang terdiri dari jenis tanaman sebagai
hanya tumbuh pada jenis pohon tertentu. Salah
25
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

substrat bagi lichen, sedangkan faktor abiotik yang kisaran toleransi yang cukup luas terhadap faktor
berupa suhu udara, kelembaban, intensitas lingkungan. Pertumbuhan lichen ditentukan oleh
cahaya sangat mendukung pertumbuhan lichen. faktor iklim (40%). Sifat lichen yang memiliki
Jenis-jenis lichen tersebut mampu beradaptasi dan ketahanan terhadap suhu dan kelembaban yang
cocok hidup pada lingkungan tersebut, ini ekstrim (Pratiwi, 2006).
menunjukkan bahwa spesies tersebut mempunyai

Tabel 2 Suhu, Kelembaban dan Intensitas cahaya

Suhu Kelembaban Intensitas cahaya


0
C % x 100 lux
Nglimut 21 99 764
Simpang Lima 29 70 1440
Mangkang 30 72 1840

Kelembapan udara yang ada di lokasi diri bila keadaan lingkungannya kembali normal.
penelitian berkisar 70-99% masih mendukung Salah satu contoh alga jenis Trebouxia tumbuh
kehidupan lichen. Hutan Ngelimut Gonoharjo baik pada kisaran suhu 12-24°C, dan fungi
memiliki suhu sebesar 21 0C dan kelembapan penyusun lichen pada umumnya tumbuh baik
udara sebesar 99% serta intensitas cahaya pada suhu 18-21°C (Handoko, 2015).
sebesar 764lux. Suhu pada lokasi Simpang Lima Selain suhu udara, kelembaban udara,
Semarang 29 0C dan kelembapan udara sebesar intensitas cahaya berpengaruh terhadap suhu dan
70%, serta intensitas cahaya 1440 lux. Terminal kelembaban, yaitu semakin rendah intensitas
Mangkang memiliki suhu sebesar 30 0C dan cahaya yang sampai ke permukaan bumi, maka
kelembapan udara sebesar 72% serta intensitas suhu akan semakin rendah dan kelembaban
cahay 1840 lux (Tabel 2). Kelembapan udara semakin tinggi (Bua, 2013).
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi Perbedaan presentase tutupan talus
penyerapan lichen terhadap air, nutrien, dan mengindikasikan kepekaan lichen terhadap
bahan-bahan pencemar yang ada di udara. kondisi lingkungan. Terdapat faktor seperti faktor
Kelembaban yang tinggi menunjukan bahwa internal yaitu kesehatan kulit vegetasi yang
wilayah tersebut memiliki banyak kandungan air di menjadi substrat lichen, kandungan air dan zat
udara. Air tersebut di absorbsi oleh lichen guna makanan yang tersedia. Faktor eksternal yang
metabolisme dan pertumbuhan (Bordeaux, 2015). mempengaruhi antara lain suhu, kelembapan dan
Kelembaban udara sangat penting dalam intensitas cahaya yang berhubungan dengan
distribusi lichen. Lichen banyak ditemukan pada penutupan tajuk pohon serta tingkat pencemaran
pohon yang berada dekat dengan sungai, diduga udara yang terjadi di masing-masing lokasi
karena pengaruh kelembaban. Walaupun lichen penelitian (Bordeaux, 2015).
tahan pada kekeringan dalam jangka waktu yang
cukup panjang, namun lichen tumbuh dengan Kondisi lingkungan yang baik memiliki
optimal pada lingkungan yang lembab (Handoko, talus lichen dalam keadaan utuh dan luas tutupan
2015). Ketika data pencemaran langsung tidak yang besar. Masuknya pencemar ke dalam talus
tersedia pada studi kasus biomonitoring, lichen menyebabkan adanya perubahan pada
sensitivitas lichen terhadap polusi dapat keadaan talus tersebut, seperti mengecilnya luas
digunakan untuk mendapatkan keterkaitan kondisi tutupan talus dan juga talus yang pada mulanya
iklim dengan polusi itu sendiri. Lebih jauh, lichen dalam keadaan utuh berubah menjadi terpecah-
sangat sensitif untuk kondisi iklim, dan khususnya pecah antar bagian talus dengan yang lainnya.
untuk kelembaban udara (Nimis,1991). Penurunan luas tutupan talus tersebut merupakan
Lichen memiliki kisaran toleransi suhu ciri respon dari lichen terhadap pencemaran udara
yang cukup luas. Lichen dapat hidup baik pada yang terjadi di sekitar tempat tumbuhnya (Sofyan,
suhu yang sangat rendah atau pada suhu yang 2017).
sangat tinggi. Lichen akan segera menyesuaikan

26
Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Oktober 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 20-27

Kesimpulan Muziansyah, D., R. Sulistyorini, & S. Sebayang.


2015. Model Emisi Gas Buangan Kendaraan
Warna talus di lokasi padat kendaraan Bermotor Akibat Aktivitas Transportasi (Studi
cenderung berwarna lebih gelap dibandingkan Kasus: Terminal Pasar Bawah Ramayana
dengan warna talus yang berada di daerah Koita Bandar Lampung) Jurnal Rekayasa
dengan tingkat kepadatan kendaraan yang Sipil dan Desain 3 (1): 57 – 70.
rendah. Bentuk talus cenderung membulat,
lonjong, dan tidak beraturan mengikuti pola Nimis, P.L., A. & G. Lazzarin, D. Gasparo. 1991.
substrat. Luas penutupan terendah terdapat di Lichens as Bioindicators of Air Pollution By
lokasi yang memiliki kepadatan lalu lintas tertinggi. SO2 in the Veneto Region (Ne Italy) Studia
Geobotanica 11: 3-76, 1901
Daftar Pustaka Nur, A.W. 2007. Identifikasi Prasyarat
Implementasi Congestion Pricing di Kawasan
Bordeaux, C.Z. 2015. Keanekaragaman Lichen Simpang Lima Semarang. Skripsi. Universitas
Sebagai Bioindikator Kualitas Udara di Kebun Diponegoro. Semarang.
Raya Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Eco- Nurjanah, S., A.Yousep, M. Shofa, & B. Ahmad.
Park LIPI Cibinong. Skripsi. IPB, Bogor. 2013. Keragaman dan Kemampuan Lichen
BPS. 2016. Kota Semarang dalam Angka. Menyerap Air sebagai Bioindikator
Semarang: Badan Pusat Statistik Kota Pencemaran Udara di Kediri. Pendidikan
Semarang Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri
Bua, L. 2013. Keanekaragaman Lichen di Sub Pratiwi, M.E. 2006. Kajian Lichen Sebagai
Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Bioindikator Kualitas Udara. Skripsi. IPB.
Wartabone Wilayah Lombongo. Skripsi. Bogor.
Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Sofyan, N. 2017. Keanekaragaman Lichen
Chandra, R.H. 2015. Akumulasi Timbal (Pb) Dan sebagai Bioindikator Kualitas Udara di
Keanekaragaman Jenis Lichen di Taman Kawasan Industri Citeureup dan Hutan
Kota Medan. Jurnal Biologi Lingkungan, Penelitian Dramaga. Skripsi. Institut Pertanian
Industri, Kesehatan 2 (1): 2550-1305. Bogor. Bogor
Conti, M. E., and G. Gecchetti. 2001. Biological
Monitoring : Lichens As Bioindicators of Air
Polution Assessment. Environmental Pollution
114, 471-492.
Handoko, A. 2015. Keanekaragaman Lichen
(Lichens) Sebagai Bioindikator Kualitas Udara
di Kawasan Asrama Internasinal IPB. Tesis.
IPB. Bogor.
Hadiyati, M. dan T.R. Setyawati. 2013. Kandungan
sulfur dan klorofil talus lichen Parmelia sp.
Dan Graphis sp. pada pohon peneduh jalan di
Kecamatan Pontianak Utara. Protobiont 2 (1):
12 – 17.
Hardini, Y. 2010. Keanekaragaman Lichen di
Denpasar sebagai Bioindikator Pencemaran
Udara. Seminar Nasional Biologi, Fakultas
Biologi UGM
Kaffer, M.I. 2011. Corticolous Lichens as
Environmental Indicators in Urban Southern
Brazil. Ecological Indicator 11: 1319-1332.
Maulidiyah. 2011. Isolasi Dan Penentuan Struktur
Serta Uji Bioaktivitas Senyawa Kimia dari
Ekstrak Aseton Lichen Usnea blepharea
motyka dan Usnea flexuosa tayl. Skripsi.
Universitas Indonesia, Depok.

27

You might also like