2175 7554 1 PB
2175 7554 1 PB
2175 7554 1 PB
Oleh
Ni Nyoman Lisna Handayani1, I Putu Suardipa2, Ni Ketut Erna Muliastrini3
1)2)
STAHN Mpu Kuturan Singaraja, 3)STKIP Agama Hindu Amlapura
lisnahandayani201@gmail.com1, putu.suardipa@yahoo.com2, ernaketut323@yahoo.com3
Abstract
Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 155
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini
relevan diglokalisasi berdasarkan spektrum baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
teori rekonstruksi sosial Vygotsky dalam masyarakat atau bangsa, secara umum adalah
pembelajaran Agama Hindu bagi Siswa SD nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak
kelas V di Kabupaten Buleleng? 2) Pola dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
pengorganisasian dan struktur materi bangsanya. Oleh karena itu, hakikat
pendidikan karakter seperti apa yang relevan pendidikan karakter dalam konteks
dikembangkan dalam pembelajaran Agama pendidikan di Indonesia adalah pedidikan
Hindu Siswa SD kelas V di Kabupaten nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
Buleleng berdasarkan perspektif glokalisasi bersumber dari budaya bangsa Indonesia
dan spektrum teori rekonstruksi sosial sendiri, dalam rangka membina kepribadian
Vygotsky? generasi muda. Pendidikan karakter berpijak
dari karakter dasar manusia, yang bersumber
II. PEMBAHASAN dari nilai moral universal (bersifat absolut)
2.1 Nilai-Nilai Karakter yang Relevan yang bersumber dari agama yang juga disebut
Diglokalisasi Berdasarkan Spektrum sebagai the golden rule. Pendidikan karakter
Teori Rekonstruksi Sosial Vygotsky dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila
dalam Pembelajaran Agama Hindu berpijak dari nilai-nilai karakter dasar
Bagi Siswa SD kelas V di Kabupaten tersebut.
Buleleng Menurut para ahli psikologi, beberapa
Pendidikan karakter adalah suatu sistem nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga kepada Tuhan dan ciptaann-Nya (alam
sekolah yang meliputi komponen dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan dan santun, kasih sayang, peduli, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras,
tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai dan pantang menyerah, keadilan dan
sebagai “the deliberate use of all dimensions kepemimpinan; baik dan rendah hati,
of school life to foster optimal character toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
development”. Dalam pendidikan karakter di Pendapat lain mengatakan bahwa karakter
sekolah, semua komponen (pemangku dasar manusia antara lain, dapat dipercaya,
pendidikan) harus dilibatkan, termasuk rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur,
komponen-komponen pendidikan itu sendiri, tanggung jawab; kewarganegaraan,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner,
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, kepada nilai-nilai karakter dasar, yang
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai
dan ethos kerja seluruh warga yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang
sekolah/lingkungan. Disamping itu, bersifat tidak absolut atau bersifat relatif)
pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
perilaku warga sekolah yang dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Melalui
menyelenggarakan pendidikan harus pendidikan karakter diharapkan peserta didik
berkarakter. mampu secara mandiri meningkatkan dan
Menurut Ramli (2003), pendidikan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
karakter memiliki esensi dan makna yang menginternalisasi serta mempersonalisasi
sama dengan pendidikan moral dan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah terwujud dalam perilakunya sehari-hari.
membentuk pribadi anak, supaya menjadi Nilai karakter global yang visibel dan
manusia yang baik, warga masyarakat, dan relevan untuk diintegrasikan dalam
warga negara yang baik. Adapun kriteria pendidikan karakter berdasarkan spektrum
manusia yang baik, warga masyarakat yang teori rekonstruksi sosial Vygotsky dalam
Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 157
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini
ultimately, rests in the minds of the great dapat mendistorsi atau merusak self-concept
scientists” (Philips, 1987:139); sejalan dengan siswa, terutama dalam rangka pembentukan
“garis berpikir keilmuan” atau “seperti telah “jati-diri” atau “karakter” siswa. Hasil hasil-
ditetapkan oleh para ilmuwan sosial” selama kajian mutakhir dari perspektif multikultural
ini. yang dilakukan oleh Jegede & Aikenhead
Pengembangan struktur isi kurikulum (2000), juga menyimpulkan bahwa
berdasarkan “struktur” disiplin ilmu, pada keniscayaan kurikuler esensialistik semacam
konteks pendidikan ilmu social, memberikan itu, dapat menghambat perkembangan
empat keuntungan: (1) isi kurikulum menjadi tahapan progresif kognitif anak, mendistorsi
semakin komprehensif (more atau merusak genuine concepts, indigenous
comprehensible) karena hanya gagasan dan science, atau spontaneous concept siswa
prinsip dasar tentang obyek yang dikaji; (2) tentang alam semesta yang dibangun dan
menyederhanakan cara menyimpan dan dikembangkan dari keseharian pengalaman
menggunakan ingatan ketika suatu saat personal, sosial dan kulturalnya di
dibutuhkan; (3) memudahkan terjadinya masyarakat; mencabut siswa dari situasi nyata
“pengalihan latihan” (transfer of training) yang menjadi basis pembentukan dan
kemampuan hal-hal lain, baik dalam situasi penggunaannya; kurang bermakna bagi siswa;
khusus (specific transfer of training) maupun dan menunjukkan adanya “hegemoni atau
dalam segala situasi (non-specific transfer of imperialisme pendidikan” atas diri siswa.
training); dan (4) dapat mengembangkan Bahkan, lebih jauh lagi dapat mendistorsi atau
ketajaman analisis sehingga dapat merusak self-concept siswa yang merupakan
membedakan perbedaan antara pengetahuan faktor esensial bagi pembentukan identitas
dasar (elementary knowledge) dengan atau karakter siswa.
pengetahuan yang lebih maju (advanced Pola pengorganisasian muatan di dalam
knowledge). struktur internal anak, baik dalam perspektif
Berdasarkan hasil-hasil implementasi konstruktivisme Piaget dan Vygotsky
pemikiran tersebut di atas, khususnya dalam merupakan sebuah “organisasi sistemik”
pengembangan struktur materi kurikulum (systemic organization) atau “tubuh informasi
pendidikan Agama Hindu Sekolah Dasar, baik dan keyakinan” (a body of information or
dari segi teoretik maupun praktik masih belief a person) yang tersimpan dalam bentuk
kontroversi, dan memperlihatkan kegagalan. “skema-skema” (cognitive and affective
Shaver (Lybarger, 1991) memandang bahwa schemes) yang saling berkaitan satu dengan
pemikiran kurikulum Brunerian tersebut akan lain membangun sebuah “jaringan struktural-
membawa konsekuensi dan resiko bagi fungsional” (a structural and functional
terjadinya “fragmentasi skala tinggi” dilihat systemic relationship with each other).
dari sisi siswa; bisa mengancam eksistensi Berpijak pada prinsip struktur internal tadi,
pendidikan agama hindu Sekolah Dasar maka rekonstruksi struktur isi kurikulum
sebagai program pendidikan anak (social pendidikan agama hindu Sekolah Dasar pun
studies as education for children). Hasil harus merupakan sebuah jaringan organisasi
kajian Savage & Amstrong (1996:103) juga isi yang sistemik, struktural maupun
mengungkapkan bahwa bahan-bahan yang fungsional.
dikembangkan oleh University of Georgia di Berdasarkan proposisi itu pula, maka “the
dalam program “Man: A Course of Study” structure of a subject” menurut Bruner, Well
(MACOS) hingga tahun 1990an masih sedikit on his way toward being able to handle a good
mendapat perhatian di dalam pengembangan deal of seemingly new, but in fact, highly
substansi program pendidikan agama hindu related information Grasping the structure of
Sekolah Dasar, dan hanya beberapa sekolah a subject is understanding it in a way that
saja yang masih menggunakan. permits many other things to be related to it
Penerapan kurikulum model Brunerian meaningfully. To learn structure, in short, is to
yang berorientasi esensialistik tersebut juga learn how things are related” (Bruner,
Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 159
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini
teorinya tentang unsur-unsur struktur Moksha).Pelajaran 4 Keharmonisan Hidup
pengetahuan. Menurut mereka, selain sebuah Melalui Tri Hita Karana (Pengertian Tri Hita
struktur pengetahuan sebagai sebuah Karana, Bagian- bagian Tri Hita Karana,
organisasi dan relasi sistemik, di dalamnya Contoh perilaku Tri Hita Karana, Manfaat Tri
memuat: (1) “struktur substantif” (substantive Hita Karana Bagi Kelangsungan Hidup).
structure) atau “struktur konseptual” Pelajaran 5 Catur Guru (Pengertian Catur
(conceptual structure) atau “ekologi Guru, Bagian- bagian Catur Guru, Pentingnya
konseptual”, dan dalam konsep Piaget disebut guru dalam sastra). Pelajaran 6 Melihat dan
“isi”; dan (2) “struktur sintaktik” (syntactical Mengenal Tempat Suci dalam Agama Hindu
structure) yang dalam konsep Piaget disebut (Pengertian Tempat Suci, Pengertian Tri
“operasi-operasi”. Sementara itu, apa yang Mandala, Bagian- bagian Tri Mandala, Jenis-
Piaget sebut sebagai “affective schemes” tidak jenis Tempat Suci, Melihat dan Mengenal
terdapat di dalam teori struktur dari Schwab Tempat Suci, Syarat- syarat Memasuki
dan Hirst. Tempat Suci, Manfaat dan Fungsi Tempat
Nilai, norma, moral, dan sikap tersebut Suci). Pelajaran 7 Kitab Suci Veda
secara eklektik bersumber dari nilai, norma, (Pengertian Veda, Kodifikasi Veda, Jenis
dan sikap yang terdapat di dalam agama, kitab suci Veda, Veda sebagai Sumber Hukum
budaya, hukum, moral, ilmu pengatahuan, Hindu).
etika, maupun estetika yang: (1) menjadi
kesepakatan umum atau bersama, di kalangan III. KESIMPULAN
masyarakat luas dan komunitas pendidikan Berdasarkan paparan hasil dan
agama hindu Sekolah Dasar; dan (2) yang pembahasan di atas, maka dapat
dimiliki dan menjadi acuan personal siswa diformulasikan simpulan penelitian sebagai
dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dalam berikut:
latar kehidupan personal dan 1. Nilai- nilai karakter global yang visibel
sosiokulturalnya. Kedua jenis muatan struktur dan relevan untuk diintegrasikan dalam
normatif/afektif tersebut secara sinergis harus pendidikan karakter berdasarkan
mampu mendukung, memperkuat, spektrum teori rekonstruksi sosial
memperluas, dan/atau merekonstruksi Vygotsky dalam pembelajaran
struktur normatif/afektif yang terdapat di pendidikan agama hindu bagi siswa
dalam diri siswa. Berkenaan dengan muatan sekolah dasar kelas V, yaitu: kejujuran,
struktur normatif/afektif yang masih tanggung jawab, disiplin, kerja keras,
kontroversi yang ada di “wilayah tabu” kreatif, mandiri, demokrasi, objektivitas,
(closed areas). Rekonstruksi struktur muatan multikultur, berpikir terbuka, kepedulian
kurikulum pendidikan agama hindu Sekolah sosial, opened culture, pendidikan seks,
Dasar kelas V secara keseluruhan dapat anti rasisme, anti pelecehan, kesetaraan
digambarkan sebagai berikut. gender, kepemimpinan, kehormatan diri,
Pelajaran 1 Mantram Dainika kehormatan bangsa dan negara, peduli
Upasana:(Pengertian salam Om swastyastu lingkungan, hak azazi manusia, morality
dan salam om santih, santih, santih, om, dignity, dan penghargaan pada minoritas.
Membiasakan mengucapkan Dainika 2. Rekonstruksi struktur muatan kurikulum
upasana, Tata urutan melakukan tri sandhya, pendidikan agama hindu Sekolah Dasar
Dainika upasana). Pelajaran 2 Ahimsa, Satya kelas V secara keseluruhan yaitu:
dan Tat Tvam Asi (Pengertian Ahimsa, Satya, Pelajaran 1 Mantram Dainika Upasana
dan Tat Tvam Asi, Manfaat Penerapan (Pengertian salam Om swastyastu dan
Ahimsa, Satya, dan Tat Tvam Asi, Tujuan salam om santih, santih, santih, om,
penerapan Ahimsa, Satya, dan Tat Tvam Asi). Membiasakan mengucapkan Dainika
Pelajaran 3 Moksha sebagai Tujuan Akhir upasana, Tata urutan melakukan tri
(Pengertian Moksha, Jenis- jenis Moksha, sandhya, Dainika upasana). Pelajaran 2
Cerita- cerita terkait dengan Ahimsa, Satya dan Tat Tvam Asi
Pengembangan Model Pendidikan Agama Hindu Berbasis Glokalisasi Untuk Peningkatan 161
Mutu Siswa SD Kabupaten Buleleng │ Ni Nyoman Lisna Handayani, I Putu Suardipa,
Ni Ketut Erna Muliastrini