Artikel Teknik Pertanian
Artikel Teknik Pertanian
Artikel Teknik Pertanian
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
RANGGA PRAYUDA PANGESTU
J1B 017 066
Dengan ini kami menyampaikan bahwa artikel ilmiah yang berjudul Analisis Kehilangan
Air pada Saluran Sekunder Daerah Irigasi Bendung Karet Baturiti Desa Kebunayu Kabupaten
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
ii
ANALISIS KEHILANGAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI
BENDUNG KARET BATURITI DESA KEBUNAYU KABUPATEN LOMBOK BARAT
Analysis of Water Loss in Secondary Channel Irrigation Area Baturiti Rubber Dam Kebunayu
Village Lombok Barat
Rangga Prayuda Pangestu1, Sirajuddin Haji Abdullah2, Asih Priyati2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram
Ranggaprayudap066@gmail.com.
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the amount of water loss in the secondary channel
irrigation area of the Baturiti Weir, Kebunayu Village, West Lombok Regency. The method used in
this study is a descriptive method, namely by surveying techniques to carry out direct measurements
in the field. The parameters studied in this study are channel conditions, flow velocity, flow rate,
evaporation, percolation, water loss, and seepage. Based on the results of the study, the value for
the initial water velocity of the left Baturiti Rubber Dam secondary channel was 0,427 m/second
and the final velocity was 0,338 m/second. The inlet discharge of the Baturiti Rubber Dam
secondary channel is 1,352 m3/s and the discharge discharge to the channel is 1,000 m3/s.
Evaporation in the Baturiti Rubber Weir channel is 0,032391 m³/s. The percolation value in the
secondary channel of the Baturiti Rubber Weir is known to be 3,9009x10-5 m3/s. Based on the
calculation results, the water loss in the secondary channel of the Baturiti Rubber Weir is 0,352
m3/s. Meanwhile, the value of water loss due to seepage in the secondary channel of the Baturiti
Rubber Weir is 0,320 m³/s. Based on the observations, it can be concluded that the amount of water
loss in The Baturiti Rubber Dam secondary channel is due to the physical condition of the channel.
Based on observations during the field survey, it was found that many channels had cracked and
broken conditions, the growth of wild plants on the channel walls, and a lot of garbage piled up. in
the canal, and the damage to the canal wall is quite severe, so that during the distribution of water
in the irrigation area it is possible that the water cannot be channeled properly.
Keywords: irrigation, secondary channel, water loss
1
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis besarnya kehilangan air pada saluran sekunder
daerah irigasi Bendung Karet Baturiti Desa Kebunayu Kabupaten Lombok Barat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan teknik survei melakukan
pengukuran langsung di lapangan. Parameter yang dikaji dalam penelitian ini adalah kondisi
saluran kecepatan aliran, debit aliran, evaporasi, perkolasi, kehilangan air, dan rembesan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai untuk kecepatan air awal saluran sekunder Bendung
Karet Baturiti kiri dengan nilai 0,427 m/detik dan kecepatan akhir dengan nilai 0,338 m/detik. Debit
masuk saluran sekunder Bendung Karet Baturiti sebesar 1,352 m3/s dan debit keluar pada saluran
sebesar 1,000 m3/s. Evaporasi pada saluran Bendung Karet Baturiti sebesar 0,032391 m³/s. Nilai
perkolasi pada saluran sekunder Bendung Karet Baturiti diketahui sebesar 3,9009x10-5 m3/s.
Berdasarkan hasil perhitungan, kehilangan air pada saluran sekunder Bendung Karet Baturiti yaitu
sebesar 0,352 m3/s. Sedangkan nilai kehilangan air akibat rembesan pada saluran sekunder Bendung
Karet Baturiti yaitu sebesar, 0,320 m³/s. Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan
bahwa besarnya kehilangan air pada saluran sekunder Bendung Karet Baturiti dikarenakan kondisi
fisik saluran, berdasarkan pengamatan pada saat survei lapangan banyak ditemukan saluran yang
kondisinya telah mengalami retak dan pecah, tumbuhnya tanaman liar di dinding saluran, serta
banyak sampah yang menumpuk di dalam saluran, dan adanya kerusakan dinding saluran yang
cukup parah, sehingga pada saat penyaluran air di areal irigasi berkemungkinan air tidak dapat
tersalurkan dengan baik.
air irigasi Bendung Karet Baturiti guna perluasan areal persawahan (ekstensifikasi),
memenuhi kebutuhan air sawah, pertanian serta terbatasnya persediaan air untuk irigasi
ladang kering, dan peternakan. Umumnya air dan keperluan-keperluan lainnya, terutama
diperoleh dari sarana dan prasarana irigasi pada musim kemarau, maka penyaluran dan
3
Karet Baturiti Desa Kebunayu Kabupaten
Lombok Barat. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
Waktu dan Tempat Penelitian dengan teknik survei melakukan
Penelitian ini dilaksanakan pada pengukuran langsung di lapangan.
bulan Oktober 2021 di Daerah Irigasi
Bendung Karet Baturiti di Desa Kebunayu Parameter Penelitian
Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Parameter yang dikaji dalam
Barat dan mengambil data hanya pada satu penelitian ini adalah kondisi saluran,
bendung saja yaitu Bendung Karet Baturiti kecepatan aliran, debit aliran, evaporasi,
tepatnya pada saluran sekunder. Peta lokasi perkolasi, kehilangan air dan rembesan.
daerah irigasi Bendung Karet Baturiti dapat
dilihat pada Gambar 1. Luas Penampang Saluran
Menghitung luas penampang saluran
tidak beraturan menggunakan millimeter blok
dengan rumus:
A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 ………(5)
T2 T3 T4 T5
T1 T6
A1 A2 A3 A4 A5
Gambar 1. Peta lokasi D.I. Bendung Karet Gambar 2. Bentuk penampang aliran pada
Baturiti
(Sumber: https://lombokbaratkab.go.id/ ) saluran
keterangan:
Alat dan Bahan Penelitian A = luas penampang basah (m2)
Alat yang digunakan dalam A1 = panjang segmen saluran
penelitian ini adalah pelampung, meter roll, T 1 +T 2
A1 = × lebar setiap segmen
2
stopwatch, mistar ukur, panci evaporasi dan
T1, T2, .... Tn = Titik tinggi aliran (m)
alat tulis. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aliran air saluran
irigasi sekunder Daerah Irigasi Bendung
Karet Baturiti.
4
Kecepatan Aliran E = evaporasi dari panci (m/detik)
Dalam perhitungan ini alat ukur yang
digunakan untuk mengukur kecepatan aliran Nilai evaporasi panci (E) dapat
adalah pelampung : dihitung menggunakan persamaan
L berikut :
Kecepatan aliran v = × 0,86 …………(6)
t
E = (H1 – H2) x Cp ………………(10)
∑v
Kecepatan aliran (m/s) = …………… keterangan:
n
H1 = tinggi awal air pada panci (m)
(7)
H2 = tinggi akhir air pada panci (m)
Cp = koefisien panci (0,75)
keterangan:
L = jarak
Kehilangan Air
t = waktu
Perhitungan :
∑V = rata-rata kecepatan aliran
Kehilangan Air = Q In – Q Out ……
v = kecepatan aliran (m/s)
(12)
n = jumlah ulangan percobaan
keterangan:
0,86 = koefisien (Bazing)
hn = kehilangan air pada ruas
pengukuran/bentang saluran ke n
Debit Aliran
(m3/s)
Debit adalah suatu besaran yang
Q In = debit masuk ruas pengukuran
menyatakan banyaknya air yang mengalir dari
ke n (m3/s)
suatu sumber per satuan waktu.
Q Out = debit keluar ruas
Debit Aliran (m3/s) = A x v ……………(8)
pengukuran ke n (m3/s)
keterangan:
A = luas penampang saluran (m2)
Rembesan
v = kecepatan aliran (m/s)
Perhitungan:
Rembesan = (kehilangan air) – (P +
Evaporasi di Saluran
E) ……………(13)
Perhitungan :
keterangan:
Eloss = E x A ………………………….(9)
Kehilangan air = kehilangan debit di
keterangan:
hulu dan debit di hilir (m3/detik)
Eloss = kehilangan air akibat evaporasi
P = perkolasi (m3/detik)
(m3/detik)
E = evaporasi (m3/detik)
A = Luas permukaan saluran (m2)
5
Tahapan Pengukuran Kecepatan Aliran
Tahapan Penelitian Tahapan pengukuran kecepatan aliran
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) Dilakukan pengukuran kecepatan
tahap pertama merupakan tahap perhitungan aliran menggunakan pelampung yang diukur
luas penampang saluran, tahap kedua dari titik awal hingga titik akhir di saluran
merupakan pengukuran kecepatan aliran dan yang diamati kemudian dihitung kecepatan
tahap terakhir merupakan pengukuran aliran menggunakan persamaan 6 dan 7. (2)
kehilangan air pada saluran sekunder Dilakukan perhitungan debit air di hulu dan di
Bendung Karet Baturiti. hilir saluran dengan menggunakan persamaan
8.
Tahap pengukuran luas penampang
saluran Tahap Pengukuran Kehilangan Air
Tahapan pengukuran luas penampang Tahap pengukuran kehilangan air yaitu:
saluran yaitu: (1) Disiapkan alat dan bahan. (1) Diukur evaporasi pada saluran dengan
(2) Ditetapkan lokasi pengukuran saluran cara diletakkan panci penguapan yang telah
irigasi. (3) Dilakukan perhitungan luas diisi air setinggi 10 cm di sekitar saluran
penampang saluran. (4) Dibagi penampang irigasi yang akan diamati. (2) Diukur
aliran menjadi beberapa segmen seperti pada ketinggian akhir air dari panci setiap 1 jam
gambar 3. (5) Diukur luas penampang aliran yaitu pada pagi hari hingga sore hari (3)
dengan membuat profil penampang Dihitung kehilangan air akibat evaporasi
melintangnya dengan cara mengadakan menggunakan persamaan 9. (4) Dilakukan
pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) perhitungan kehilangan air pada saluran
dan ke arah vertikal (ke dalam aliran). Luas irigasi sekunder dengan menggunakan
aliran merupakan jumlah luas tiap bagian persamaan 13. (5) Dilakukan perhitungan
(segmen) dari profil yang terbuat. (6) rembesan pada saluran irigasi sekunder
Dihitung luas penampang aliran dengan menggunakan persamaan (12).
menggunakan persamaan (5). Analisis Data
Data hasil penelitian yang
diperoleh akan dianalisis
A11 A2 A3 A4 A5
1 menggunakan Microsoft Excel dan
Microsoft Word yang ditampilkan
dalam bentuk tabel dan hasil
perhitungan.
Gambar 2. Segmen penampang saluran
6
berkemungkinan air tidak dapat tersalurkan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan baik.
Deskripsi Daerah Penelitian
Pada penelitian ini, pengambilan data Luas Penampang Saluran
dilakukan hanya pada saluran sekunder Perhitungan luas penampang basah
Baturiti kiri yang mendapat suplai air dari saluran menggunakan luas penampang aliran
Bendung Karet Baturiti dengan panjang dengan membuat profil penampang
saluran 580 m. Penampang pada saluran melintangnya dengan cara mengadakan
berbentuk saluran terbuka yang berbentuk pengukuran kearah horizontal (lebar aliran)
trapesium dan jenis saluran pasangan batu. dan ke arah vertikal (ke dalam aliran). Luas
Berdasarkan pengamatan pada saat survei aliran merupakan jumlah luas tiap bagian
lapangan banyak ditemukan saluran yang (segmen) dari profil yang terbuat. Perhitungan
kondisinya telah mengalami retak dan pecah, luas penampang basah dilakukan pada
tumbuhnya tanaman liar di dinding saluran, pangkal dan ujung masing-masing saluran.
serta banyak sampah yang menumpuk di Data primer yang mendukung dalam
dalam saluran, dan adanya kerusakan dinding perhitungan luas penampang basah yaitu data
saluran yang cukup parah, sehingga pada saat dimensi saluran dan data tinggi permukaan air
penyaluran air di areal irigasi yang didapatkan dari hasil pengukuran di
lapangan.
Tabel 1. Luas Penampang Saluran
In Flow Out Flow
Nama Saluran Segmen
Luas Penampang (m2) Luas Penampang (m2)
A1 0,341 0,106
A2 0,805 0,605
Saluran Sekunder Baturiti A3 0,846 0,838
A4 0,826 1,030
A5 0,350 0,378
Jumlah 3,169 2,957
Adapun situasi yang tampak pada dengan tinggi permukaan air dari saluran
lokasi penelitian yaitu bentuk saluran semakin masuk sehingga data luas penampang masuk
ke hilir lebar saluran semakin besar tetapi luas atau inflow lebih besar dibandingkan dengan
penampang hulu lebih besar dibandingkan luas penampang keluar atau outflow.
dengan luas penampang hilir hal ini terjadi
karena saluran keluar memiliki tinggi Kecepatan Aliran
permukaan air yang rendah dibandingkan Analisis kecepatan aliran dilakukan
7
untuk mengetahui besar debit yang masuk dan perhitungan kecepatan aliran yang masuk dan
debit yang keluar pada saluran. Hasil keluar dapat dilihat pada Tabel 2.
11
Gambar 4. Lubang pada dinding saluran
sekunder Bendung Karet Baturiti.
Tingginya nilai kehilangan air pada
saluran ini disebabkan adanya lubang-lubang
pada dinding saluran. Lubang-lubang ini
menyebabkan air yang dialirkan tidak
mengalir pada saluran melainkan merembes Gambar 5. Tempat pembuangan sampah dan
pada dinding saluran, penyebab lain dari saluran yang cukup parah hingga amblas ke
tingginya nilai kehilangan air pada saluran ini dalam saluran seperti pada Gambar 6. Hal ini
yaitu melewati pemukiman warga, banyak tentu saja sangat berpengaruh terhadap
12
Rembesan
Selain kehilangan air akibat evaporasi,
ada faktor yang menyebabkan kehilangan air
pada saluran yaitu rembesan, retakan dan
eksploitasi pada saluran irigasi. Nilai
kehilangan akibat kehilangan akibat rembesan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Gambar 6. Kerusakan dinding saluran
sekunder Bendung Karet Baturiti
Tabel 7. Kehilangan Akibat Rembesan
Nama Kehilangan air Perkolasi Evaporasi Rembesan
Saluran (m3/s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
Saluran
Sekunder 0,352 3,9009x10-5 0,032391 0,320
Baturiti
samping (horisontal) terutama terjadi pada
Berdasarkan Tabel 7, nilai kehilangan air
saluran-saluran pengairan yang dibangun pada
akibat rembesan pada saluran sekunder
tanah-tanah tanpa dilapisi tembok, sedangkan
Bendung Karet Baturiti yaitu sebesar, 0,320
pada saluran yang dilapisi (kecuali jika
m³/s, adapun nilai kehilangan air akibat
kondisinya retak-retak) kehilangan air
rembesan didapatkan dengan cara nilai
sehubungan dengan terjadinya perembesan
kehilangan air 0,352 m /s dikurangi dengan
3
dan bocoran tidak terjadi (Darajat, dkk, 2017).
penjumlahan perkolasi pada saluran sebesar
3,9009x10-5 m³/s dengan evaporasi pada
saluran sebesar 0,032391 m³/s menggunakan
KESIMPULAN DAN SARAN
persamaan 13. Kehilangan air akibat
Kesimpulan
rembesan pada saluran sekunder Bendung
Berdasarkan hasil pembahasan maka
Karet Baturiti ini disebabkan oleh kondisi
dapat di tarik beberapa kesimpulan, yaitu:
fisik saluran sehingga air merembes pada
1. Nilai kehilangan air pada saluran sekunder
dinding saluran yang mengalami keretakan
Bendung Karet Baturiti yaitu sebesar 0,352
hingga terdapat lubang yang cukup besar pada
m3/s, kecepatan aliran awal pada saluran
dinding saluran.
sekunder Bendung Karet Baturiti sebesar
Rembesan air dan kebocoran air pada saluran
0,427 m3/s, dan pada kecepatan aliran akhir
pengairan pada umumnya berlangsung ke
13
pada saluran sekunder Bendung Karet Teknik Universitas Brawijaya. Jurnal
Rekayasa Sipil, 3(1), 50-77.
Baturiti sebesar 0,338 m3/s.
2. Besar kehilangan air pada saluran sekunder Darajat, A. R., Nurrochmad, F., & Jayadi, R.
(2017). Analisis Efisiensi Saluran
Bendung Karet Baturiti dikarenakan Irigasi di Daerah Irigasi Boro
kondisi fisik saluran, berdasarkan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Inersia, 13(2), 154-
pengamatan pada saat survei lapangan 166.
banyak ditemukan saluran yang kondisinya
Jonizar, Bahri, Z., dan Myka, A. (2020).
telah mengalami retak dan pecah, Analisa Kehilangan Air Irigasi di Desa
tumbuhnya tanaman liar di dinding saluran, Kota Negara Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten Oku Timur. Jurnal
serta banyak sampah yang menumpuk di Penelitian dan Kajian Teknik Sipil,
dalam saluran, dan adanya kerusakan 6(3), 154-165.
Saran
Penelitian yang dilakukan
mengenai kehilangan air pada saluran
sekunder hanya melihat faktor evaporasi,
rembesan dan kehilangan air. Oleh karena itu
perlu adanya penelitian mengenai kehilangan
air secara keseluruhan dengan
memperhitungkan besarnya efisiensi dan
pembagian air pada tingkat usaha tani pada
saluran sekunder irigasi. Penelitian juga bisa
dilakukan pada tingkat saluran primer, tersier
bahkan kuarter.
DAFTAR PUSTAKA
14
Juhana, E. A., Permana, S., dan Farida, I. (2015). Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Daerah
Irigasi Bangbayang UPTD SDAP Leles Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan
Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi, 13(1), 1-28.
15