Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Artikel Teknik Pertanian

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

ANALISIS KEHILANGAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI

BENDUNG KARET BATURITI DESA KEBUNAYU KABUPATEN LOMBOK BARAT

ARTIKEL ILMIAH

OLEH
RANGGA PRAYUDA PANGESTU
J1B 017 066

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Dengan ini kami menyampaikan bahwa artikel ilmiah yang berjudul Analisis Kehilangan

Air pada Saluran Sekunder Daerah Irigasi Bendung Karet Baturiti Desa Kebunayu Kabupaten

Lombok Barat di setujui untuk dipublikasi.

Judul Skripsi : Analisis Kehilangan Air pada Saluran Sekunder


Daerah Irigasi Bendung Karet Baturiti Desa
Kebunayu Kabupaten Lombok Barat

Nama Mahasiswa : Rangga Prayuda Pangestu

Nomor Induk Mahasiswa : J1B017066

Program Studi : Teknik Pertanian

Fakultas : Teknologi Pangan dan Agroindustri

Mataram, 8 Maret 2022

Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Sirajuddin H. Abdullah, S.TP.,M.P Asih Priyati, S.TP., M.Sc


NIP.19710101 200501 1 004 NIP.19761005 200501 2 001

ii
ANALISIS KEHILANGAN AIR PADA SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI
BENDUNG KARET BATURITI DESA KEBUNAYU KABUPATEN LOMBOK BARAT
Analysis of Water Loss in Secondary Channel Irrigation Area Baturiti Rubber Dam Kebunayu
Village Lombok Barat
Rangga Prayuda Pangestu1, Sirajuddin Haji Abdullah2, Asih Priyati2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram
Ranggaprayudap066@gmail.com.

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the amount of water loss in the secondary channel
irrigation area of the Baturiti Weir, Kebunayu Village, West Lombok Regency. The method used in
this study is a descriptive method, namely by surveying techniques to carry out direct measurements
in the field. The parameters studied in this study are channel conditions, flow velocity, flow rate,
evaporation, percolation, water loss, and seepage. Based on the results of the study, the value for
the initial water velocity of the left Baturiti Rubber Dam secondary channel was 0,427 m/second
and the final velocity was 0,338 m/second. The inlet discharge of the Baturiti Rubber Dam
secondary channel is 1,352 m3/s and the discharge discharge to the channel is 1,000 m3/s.
Evaporation in the Baturiti Rubber Weir channel is 0,032391 m³/s. The percolation value in the
secondary channel of the Baturiti Rubber Weir is known to be 3,9009x10-5 m3/s. Based on the
calculation results, the water loss in the secondary channel of the Baturiti Rubber Weir is 0,352
m3/s. Meanwhile, the value of water loss due to seepage in the secondary channel of the Baturiti
Rubber Weir is 0,320 m³/s. Based on the observations, it can be concluded that the amount of water
loss in The Baturiti Rubber Dam secondary channel is due to the physical condition of the channel.
Based on observations during the field survey, it was found that many channels had cracked and
broken conditions, the growth of wild plants on the channel walls, and a lot of garbage piled up. in
the canal, and the damage to the canal wall is quite severe, so that during the distribution of water
in the irrigation area it is possible that the water cannot be channeled properly.
Keywords: irrigation, secondary channel, water loss

1
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis besarnya kehilangan air pada saluran sekunder
daerah irigasi Bendung Karet Baturiti Desa Kebunayu Kabupaten Lombok Barat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan teknik survei melakukan
pengukuran langsung di lapangan. Parameter yang dikaji dalam penelitian ini adalah kondisi
saluran kecepatan aliran, debit aliran, evaporasi, perkolasi, kehilangan air, dan rembesan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai untuk kecepatan air awal saluran sekunder Bendung
Karet Baturiti kiri dengan nilai 0,427 m/detik dan kecepatan akhir dengan nilai 0,338 m/detik. Debit
masuk saluran sekunder Bendung Karet Baturiti sebesar 1,352 m3/s dan debit keluar pada saluran
sebesar 1,000 m3/s. Evaporasi pada saluran Bendung Karet Baturiti sebesar 0,032391 m³/s. Nilai
perkolasi pada saluran sekunder Bendung Karet Baturiti diketahui sebesar 3,9009x10-5 m3/s.
Berdasarkan hasil perhitungan, kehilangan air pada saluran sekunder Bendung Karet Baturiti yaitu
sebesar 0,352 m3/s. Sedangkan nilai kehilangan air akibat rembesan pada saluran sekunder Bendung
Karet Baturiti yaitu sebesar, 0,320 m³/s. Berdasarkan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan
bahwa besarnya kehilangan air pada saluran sekunder Bendung Karet Baturiti dikarenakan kondisi
fisik saluran, berdasarkan pengamatan pada saat survei lapangan banyak ditemukan saluran yang
kondisinya telah mengalami retak dan pecah, tumbuhnya tanaman liar di dinding saluran, serta
banyak sampah yang menumpuk di dalam saluran, dan adanya kerusakan dinding saluran yang
cukup parah, sehingga pada saat penyaluran air di areal irigasi berkemungkinan air tidak dapat
tersalurkan dengan baik.

Kata kunci: irigasi, saluran sekunder, kehilangan air

PENDAHULUAN masyarakat petani sendiri. Untuk lahan


Daerah irigasi Bendung Karet Baturiti pertanian, jumlah air yang dibutuhkan
terletak di Desa Kebunayu Kecamatan disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman.
Gerung Kabupaten Lombok Barat, daerah Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila
Bendung Karet Baturiti memiliki saluran debit air yang disalurkan melalui sarana
sekunder sebagai sumber air untuk pengairan irigasi seoptimal mungkin sesuai dengan
sawah dan lahan pertanian lainnya. kebutuhan tanaman pada lahan potensial yang
Berdasarkan data dari Balai Wilayah Sungai ada. Karena air merupakan unsur terpenting
Nusa Tenggara I daerah irigasi Bendung dalam pengelolaan dan pemeliharaan
Karet Baturiti mengairi luas lahan yaitu 600 pertanian maka semakin meningkatnya
ha. Sebagian besar para petani memanfaatkan kebutuhan air dalam rangka intensifikasi dan

air irigasi Bendung Karet Baturiti guna perluasan areal persawahan (ekstensifikasi),

memenuhi kebutuhan air sawah, pertanian serta terbatasnya persediaan air untuk irigasi

ladang kering, dan peternakan. Umumnya air dan keperluan-keperluan lainnya, terutama

diperoleh dari sarana dan prasarana irigasi pada musim kemarau, maka penyaluran dan

yang dibangun pemerintah ataupun


2
pemakaian air irigasi harus dilaksanakan saluran terbuka baik lahan kering atau basah
secara lebih efisien dan efektif. dibuatkan tampungan dengan sistem gravitasi
Pemanfaatan air sungai secara optimal yang mampu mengaliri lahan persawahan
untuk menunjang kegiatan di bidang pertanian dengan teknik perhitungan debit dan
salah satunya adalah dengan mendirikan kebutuhan air pada tanaman sesuai musim
bangunan air yang fungsinya untuk tanam dan jenis tanaman yang dikembangkan
mengalirkan atau menyuplai air untuk secara optimum (Bisri dan Prastya, 2009).
kebutuhan irigasi di persawahan yaitu Kehilangan air yang terjadi pada
bangunan bendung. Dalam merencanakan saluran primer, sekunder, dan tersier melalui
besarnya debit kebutuhan air yang diperlukan evaporasi, perkolasi, rembesan, bocoran dan
pada areal persawahan secara keseluruhan eksploitasi. Desa Kebunayu merupakan desa
perlu dilakukan suatu analisa kebutuhan air yang memanfaatkan air irigasi Bendung Karet
mulai dari saluran pembawa yaitu saluran Baturiti sebagai sumber pengairan lahan
primer, saluran sekunder dan saluran tersier pertanian dan lain sebagainya, saluran
hingga besarnya kebutuhan di petak-petak sekunder bendung Karet Baturiti merupakan
sawah, dalam hal ini perlu didukung dengan saluran pembawa air dari saluran primer yang
kelengkapan data-data yang terkait dalam sudah mengalami kerusakan sehingga peluang
analisa ini untuk mendapatkan hasil yang terjadinya kehilangan air cukup besar. Dengan
optimal. mengetahui besar kehilangan air akan
Irigasi adalah menyalurkan air yang membantu proses perencanaan dan
perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah pengoperasian saluran irigasi serta upaya-
yang diolah dan mendistribusinya secara upaya kearah perbaikan saluran guna
sistematis (Sosrodarsono dan Takeda, 1987). meningkatkan pelayanan pada proses
Jaringan irigasi sebagai media untuk pembagian air irigasi.
memenuhi kebutuhan air pertanian perlu Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
dikelola secara efektif dan efisien, satu cara dilakukan penelitian tentang “Analisis
pengelolaan air bawah tanah dan dari sungai Kehilangan Air pada Saluran Sekunder
tersebut dimanfaatkan secara optimal perlu Daerah Irigasi Bendung Karet Baturiti
sistem yang tepat dalam penerapannya di Desa Kebunayu Kabupaten Lombok Barat
antaranya air bawah tanah dengan pompa ”
yang didistribusikan ke area persawahan Tujuan dari penelitian ini adalah
sesuai kapasitas airnya, untuk aliran air dari menganalisis besarnya kehilangan air pada
sungai perlu diterapkan dengan membuat saluran sekunder daerah irigasi Bendung

3
Karet Baturiti Desa Kebunayu Kabupaten
Lombok Barat. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu
Waktu dan Tempat Penelitian dengan teknik survei melakukan
Penelitian ini dilaksanakan pada pengukuran langsung di lapangan.
bulan Oktober 2021 di Daerah Irigasi
Bendung Karet Baturiti di Desa Kebunayu Parameter Penelitian
Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Parameter yang dikaji dalam
Barat dan mengambil data hanya pada satu penelitian ini adalah kondisi saluran,
bendung saja yaitu Bendung Karet Baturiti kecepatan aliran, debit aliran, evaporasi,
tepatnya pada saluran sekunder. Peta lokasi perkolasi, kehilangan air dan rembesan.
daerah irigasi Bendung Karet Baturiti dapat
dilihat pada Gambar 1. Luas Penampang Saluran
Menghitung luas penampang saluran
tidak beraturan menggunakan millimeter blok
dengan rumus:
A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 ………(5)

T2 T3 T4 T5
T1 T6
A1 A2 A3 A4 A5

Gambar 1. Peta lokasi D.I. Bendung Karet Gambar 2. Bentuk penampang aliran pada
Baturiti
(Sumber: https://lombokbaratkab.go.id/ ) saluran
keterangan:
Alat dan Bahan Penelitian A = luas penampang basah (m2)
Alat yang digunakan dalam A1 = panjang segmen saluran
penelitian ini adalah pelampung, meter roll, T 1 +T 2
A1 = × lebar setiap segmen
2
stopwatch, mistar ukur, panci evaporasi dan
T1, T2, .... Tn = Titik tinggi aliran (m)
alat tulis. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah aliran air saluran
irigasi sekunder Daerah Irigasi Bendung
Karet Baturiti.

4
Kecepatan Aliran E = evaporasi dari panci (m/detik)
Dalam perhitungan ini alat ukur yang
digunakan untuk mengukur kecepatan aliran Nilai evaporasi panci (E) dapat
adalah pelampung : dihitung menggunakan persamaan
L berikut :
Kecepatan aliran v = × 0,86 …………(6)
t
E = (H1 – H2) x Cp ………………(10)
∑v
Kecepatan aliran (m/s) = …………… keterangan:
n
H1 = tinggi awal air pada panci (m)
(7)
H2 = tinggi akhir air pada panci (m)
Cp = koefisien panci (0,75)
keterangan:
L = jarak
Kehilangan Air
t = waktu
Perhitungan :
∑V = rata-rata kecepatan aliran
Kehilangan Air = Q In – Q Out ……
v = kecepatan aliran (m/s)
(12)
n = jumlah ulangan percobaan
keterangan:
0,86 = koefisien (Bazing)
hn = kehilangan air pada ruas
pengukuran/bentang saluran ke n
Debit Aliran
(m3/s)
Debit adalah suatu besaran yang
Q In = debit masuk ruas pengukuran
menyatakan banyaknya air yang mengalir dari
ke n (m3/s)
suatu sumber per satuan waktu.
Q Out = debit keluar ruas
Debit Aliran (m3/s) = A x v ……………(8)
pengukuran ke n (m3/s)
keterangan:
A = luas penampang saluran (m2)
Rembesan
v = kecepatan aliran (m/s)
Perhitungan:
Rembesan = (kehilangan air) – (P +
Evaporasi di Saluran
E) ……………(13)
Perhitungan :
keterangan:
Eloss = E x A ………………………….(9)
Kehilangan air = kehilangan debit di
keterangan:
hulu dan debit di hilir (m3/detik)
Eloss = kehilangan air akibat evaporasi
P = perkolasi (m3/detik)
(m3/detik)
E = evaporasi (m3/detik)
A = Luas permukaan saluran (m2)
5
Tahapan Pengukuran Kecepatan Aliran
Tahapan Penelitian Tahapan pengukuran kecepatan aliran
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) Dilakukan pengukuran kecepatan
tahap pertama merupakan tahap perhitungan aliran menggunakan pelampung yang diukur
luas penampang saluran, tahap kedua dari titik awal hingga titik akhir di saluran
merupakan pengukuran kecepatan aliran dan yang diamati kemudian dihitung kecepatan
tahap terakhir merupakan pengukuran aliran menggunakan persamaan 6 dan 7. (2)
kehilangan air pada saluran sekunder Dilakukan perhitungan debit air di hulu dan di
Bendung Karet Baturiti. hilir saluran dengan menggunakan persamaan
8.
Tahap pengukuran luas penampang
saluran Tahap Pengukuran Kehilangan Air
Tahapan pengukuran luas penampang Tahap pengukuran kehilangan air yaitu:
saluran yaitu: (1) Disiapkan alat dan bahan. (1) Diukur evaporasi pada saluran dengan
(2) Ditetapkan lokasi pengukuran saluran cara diletakkan panci penguapan yang telah
irigasi. (3) Dilakukan perhitungan luas diisi air setinggi 10 cm di sekitar saluran
penampang saluran. (4) Dibagi penampang irigasi yang akan diamati. (2) Diukur
aliran menjadi beberapa segmen seperti pada ketinggian akhir air dari panci setiap 1 jam
gambar 3. (5) Diukur luas penampang aliran yaitu pada pagi hari hingga sore hari (3)
dengan membuat profil penampang Dihitung kehilangan air akibat evaporasi
melintangnya dengan cara mengadakan menggunakan persamaan 9. (4) Dilakukan
pengukuran kearah horizontal (lebar aliran) perhitungan kehilangan air pada saluran
dan ke arah vertikal (ke dalam aliran). Luas irigasi sekunder dengan menggunakan
aliran merupakan jumlah luas tiap bagian persamaan 13. (5) Dilakukan perhitungan
(segmen) dari profil yang terbuat. (6) rembesan pada saluran irigasi sekunder
Dihitung luas penampang aliran dengan menggunakan persamaan (12).
menggunakan persamaan (5). Analisis Data
Data hasil penelitian yang
diperoleh akan dianalisis
A11 A2 A3 A4 A5
1 menggunakan Microsoft Excel dan
Microsoft Word yang ditampilkan
dalam bentuk tabel dan hasil
perhitungan.
Gambar 2. Segmen penampang saluran
6
berkemungkinan air tidak dapat tersalurkan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan baik.
Deskripsi Daerah Penelitian
Pada penelitian ini, pengambilan data Luas Penampang Saluran
dilakukan hanya pada saluran sekunder Perhitungan luas penampang basah
Baturiti kiri yang mendapat suplai air dari saluran menggunakan luas penampang aliran
Bendung Karet Baturiti dengan panjang dengan membuat profil penampang
saluran 580 m. Penampang pada saluran melintangnya dengan cara mengadakan
berbentuk saluran terbuka yang berbentuk pengukuran kearah horizontal (lebar aliran)
trapesium dan jenis saluran pasangan batu. dan ke arah vertikal (ke dalam aliran). Luas
Berdasarkan pengamatan pada saat survei aliran merupakan jumlah luas tiap bagian
lapangan banyak ditemukan saluran yang (segmen) dari profil yang terbuat. Perhitungan
kondisinya telah mengalami retak dan pecah, luas penampang basah dilakukan pada
tumbuhnya tanaman liar di dinding saluran, pangkal dan ujung masing-masing saluran.
serta banyak sampah yang menumpuk di Data primer yang mendukung dalam
dalam saluran, dan adanya kerusakan dinding perhitungan luas penampang basah yaitu data
saluran yang cukup parah, sehingga pada saat dimensi saluran dan data tinggi permukaan air
penyaluran air di areal irigasi yang didapatkan dari hasil pengukuran di
lapangan.
Tabel 1. Luas Penampang Saluran
In Flow Out Flow
Nama Saluran Segmen
Luas Penampang (m2) Luas Penampang (m2)
A1 0,341 0,106
A2 0,805 0,605
Saluran Sekunder Baturiti A3 0,846 0,838
A4 0,826 1,030
A5 0,350 0,378
Jumlah 3,169 2,957

Adapun situasi yang tampak pada dengan tinggi permukaan air dari saluran
lokasi penelitian yaitu bentuk saluran semakin masuk sehingga data luas penampang masuk
ke hilir lebar saluran semakin besar tetapi luas atau inflow lebih besar dibandingkan dengan
penampang hulu lebih besar dibandingkan luas penampang keluar atau outflow.
dengan luas penampang hilir hal ini terjadi
karena saluran keluar memiliki tinggi Kecepatan Aliran
permukaan air yang rendah dibandingkan Analisis kecepatan aliran dilakukan

7
untuk mengetahui besar debit yang masuk dan perhitungan kecepatan aliran yang masuk dan
debit yang keluar pada saluran. Hasil keluar dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Kecepatan Aliran


Nama Waktu (detik) Kecepatan (m/s)
Jarak (m) Ulangan
Saluran In Out In Out
Saluran 1 185,2 246,3 0,464 0,349
Sekunder 100 2 214 261,9 0,402 0,328
Baturiti 3 207,9 255,6 0,414 0,336
rata-rata 0,427 0,338
Dari tabel kecepatan aliran air, untuk persamaan (6) dan (7).
waktu tempuh pelampung pada awal saluran
dengan tiga kali pengulangan yaitu Adapun nilai pada kecepatan
pengulangan pertama didapatkan waktu 3,087 aliran keluar lebih rendah
menit atau 185,2 detik, pengulangan kedua dibandingkan dengan kecepatan aliran
didapatkan waktu 3,567 menit atau 214 detik, masuk dipengaruhi oleh kondisi
dan pengulangan ketiga didapatkan waktu saluran yang lebih kecil pada bagian
3,465 menit atau 207,9 detik. Sedangkan saluran keluar serta luas penampang
untuk waktu tempuh pelampung pada akhir saluran yang tidak terlalu besar
saluran dengan tiga kali pengulangan yaitu dibandingkan dengan saluran masuk
pengulangan pertama didapatkan waktu 4,105 sehingga kecepatan aliran keluar
menit atau 246,3 detik, pengulangan kedua menjadi lebih rendah dibandingkan
didapatkan waktu 4,365 menit atau 261,9 kecepatan aliran masuk serta pada
detik, dan pengulangan ketiga didapatkan saluran keluar kondisi dinding saluran
waktu 4,26 menit atau 255,6 detik. Sedangkan mengalami kerusakan yang
untuk rata - rata kecepatan air awal saluran mengakibatkan laju aliran terhambat.
sekunder Bendung Karet Baturiti kiri dengan Debit Saluran
nilai 0,427 m/detik dan rata - rata kecepatan Debit aliran saluran irigasi terbuka
akhir saluran Bendung Karet Baturiti kiri dapat ditentukan dengan menghitung
dengan nilai 0,338 m/detik, nilai kecepatan kecepatan aliran dan luas penampang basah
aliran didapatkan dari perhitungan jarak saluran tersebut. Berdasarkan pengukuran di
dibagi dengan waktu dan dikalikan koefisien lapangan dengan menggunakan pelampung,
(Bazing) sebesar 0,86 dengan menggunakan nilai yang didapat akan digunakan untuk
8
menganalisis debit aliran saluran sekunder. aliran dan kecepatan aliran rata-rata. Hasil
Besarnya aliran tiap waktu disebut dengan perhitungan kecepatan aliran, debit yang
debit, akan tergantung pada luas tampang masuk dan keluar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Debit Aliran


Luas
Kecepatan Luas Kecepatan
Penampang Debit Debit
Nama Aliran Rata- Penampang Aliran Rata-
Saluran Masuk Keluar
Saluran rata Inflow Saluran rata Outflow
Inflow (m3/s) (m3/s)
(m/s) Outflow (m²) (m/s)
(m²)
Saluran
Sekunder 3,169 0,427 1,352 2,957 0,338 1,000
Baturiti

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan dengan mengukur tampang aliran dan


bahwa debit masuk saluran sekunder Bendung mengukur kecepatan aliran tersebut. Cara ini
Karet Baturiti sebesar 1,352 m3/s dan debit merupakan prosedur umum dalam
keluar pada saluran dengan panjang 580 m pengukuran debit secara langsung.
sebesar 1,000 m3/s. Perbedaan debit masuk Pengukuran luas tampang aliran dilakukan
dan debit keluar ini dipengaruhi oleh dimensi dengan mengukur tinggi muka air dan lebar
saluran sehingga luas penampang masuk dasar alur sungai (Sari dan Sulaeman, 2020).
aliran lebih besar dengan luas sebesar 3,169
m² dibanding luas penampang keluar aliran Evaporasi
sebesar 2,957 m² yang mengakibatkan Analisis evaporasi dilakukan untuk
perbedaan antara debit masuk dengan debit mengetahui besarnya evaporasi sepanjang
keluar. saluran. Analisis evaporasi menggunakan data
Debit aliran adalah suatu koefisien berdasarkan dimensi permukaan (panjang
yang menyatakan banyaknya air yang saluran dan lebar permukaan air) dari masing-
mengalir dari suatu sumber per satu-satuan masing ruas pengukuran, maka nilai evaporasi
waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per dapat dilihat pada Tabel 4.
detik. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan
Tabel 4. Evaporasi di Saluran
Dimensi Luas permukaan
Nama Eloss
air total E (panci)
Saluran Panjang Lebar (m3/s)
(m2) (m/s)
9
permukaan
saluran (m)
saluran (m)
Saluran
Sekunder 580 4,289 2.487,62 1,3021x10-5 0,032391
Baturiti

Evaporasi pada saluran tumbuhnya tanaman liar di dinding


Bendung Karet Baturiti sebesar saluran, hal ini menyebabkan air yang
0,032391 m³/s, nilai ini didapatkan masuk banyak yang menguap.
dari perhitungan luas permukaan air
sebesar 2.487,62 m2 yang dikalikan Perkolasi
dengan evaporasi dari panci sebesar Perkolasi adalah gerakan air ke bawah
1,3021x10-5 m/s sehingga didapatkan dari zona tidak jenuh, yang terletak di antara
evaporasi di saluran sebesar 0,032391 permukaan tanah sampai ke permukaan air
m³/s. Besar kehilangan evaporasi tanah (zona jenuh). Banyaknya air untuk
diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu perkolasi tergantung dari sifat-sifat tanah, di
besar luas penampang saluran dan antaranya tekstur tanah, dan struktur di dalam
kondisi saluran yang berbentuk lapisan tanah, elevasi muka air tanah dan
trapesium serta kondisi saluran kedalaman lapisan kedap air (Juhana, dkk,
sekunder Bendung Karet Baturiti telah 2015).
mengalami retak dan pecah serta
Tabel 5. Harga Perkolasi dari berbagai Jenis Tanah
No. Macam Tanah Perkolasi (mm/hari)
1. Lempung Berpasir 3-6
2. Lempung 2-3
3. Berliat 1-2
Berdasarkan hasil uji tanah pada sebesar 2 mm/hari pada saluran dengan luas
saluran sekunder Bendung Karet Baturiti yang dasar sebesar 1.832,8 m2 dengan nilai
diuji pada laboratorium Ilmu Tanah fakultas 3,9009x10-5 m3/s yang didapatkan dengan
Pertanian yaitu bertekstur tanah lempung mengonversi satuan dari mm/hari ke m3/s
berliat. Menurut Dirjen SDA (2013), laju yang dikalikan dengan panjang saluran serta
perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat rata - rata lebar dasar saluran.
tanah, pada tanah-tanah lempung berat dengan Pada tanah-tanah yang lebih
karakteristik pengolahan (puddling) yang ringan; laju perkolasi bisa lebih tinggi.
baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 Perkolasi adalah gerakan air kebawah
mm/hari, besar nilai perkolasi pada saluran dari zona tidak jenuh ke dalam daerah
sekunder Bendung Karet Baturiti diketahui jenuh (daerah di bawah permukaan air
10
tanah). Setelah lapisan tanah jenuh air Kehilangan Air
(seluruh ruang pori terisi air) dan Kehilangan air dianalisis tiap
curah hujan masih berlangsung terus, ruas pengukuran dengan jarak yang
maka karena pengaruh gravitasi air sebenarnya. Pada tabel di bawah ini
akan terus bergerak ke bawah sampai menunjukkan hasil perhitungan selisih
ke permukaan air tanah. Gerakan air antara debit rata – rata pengukuran
ini disebut perkolasi (Triatmodjo, pada saat masuk dan keluar.
2008).

Tabel 6. Kehilangan Air Pada Saluran


Debit Masuk Debit Keluar Kehilangan Air
Nama Saluran
(Q) m3/s (Q) m3/s (Q) m3/s
Saluran Sekunder
1,352 1,000 0,352
Baturiti

Berdasarkan hasil perhitungan, saluran dalam perjalanannya menuju petak-


kehilangan air pada saluran sekunder petak sawah, kehilangan air ini erat kaitannya
Bendung Karet Baturiti yaitu sebesar 0,352 dengan kerusakan pada saluran (Jonizar,
m3/s, hasil ini didapatkan dari pengurangan 2020).
debit yang masuk sebesar 1,352 m3/s dengan Kehilangan air pada saluran ini
debit yang keluar sebesar 1,000 m3/s. Debit disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi
yang masuk sedikit lebih besar, hal ini saluran yang sudah mengalami kerusakan
disebabkan oleh pintu air pada saluran seperti dinding saluran yang retak-retak
Bendung Karet Baturiti memiliki lebar yang hingga berlubang yang mengakibatkan
lebih kecil serta luas penampang saluran yang tumbuhnya tumbuhan liar pada dinding
tidak terlalu besar. Pada saluran sekunder saluran, besar debit yang masuk dan
Bendung Karet Baturiti, saluran terbuat dari kehilangan akibat evaporasi. Kerusakan
pasangan beton yang berbentuk trapesium. seperti pada Gambar 4 banyak ditemui di
Dalam menunjang kebutuhan air pada sepanjang saluran sekunder Bendung Karet
sektor pertanian dengan sistem irigasi akan Baturiti.
ada beberapa permasalahan yang muncul
yaitu air yang mengalir di saluran ke sawah
sering kehilangan air yang terjadi di setiap

11
Gambar 4. Lubang pada dinding saluran
sekunder Bendung Karet Baturiti.
Tingginya nilai kehilangan air pada
saluran ini disebabkan adanya lubang-lubang
pada dinding saluran. Lubang-lubang ini
menyebabkan air yang dialirkan tidak
mengalir pada saluran melainkan merembes Gambar 5. Tempat pembuangan sampah dan

keluar saluran. Saluran sekunder Bendung kegiatan warga

Karet Baturiti juga banyak sekali lubang-


lubang kecil pada dinding saluran yang Masih pada saluran sekunder Bendung

mengakibatkan tumbuhnya tumbuhan liar Karet Baturiti terdapat kerusakan dinding

pada dinding saluran, penyebab lain dari saluran yang cukup parah hingga amblas ke

tingginya nilai kehilangan air pada saluran ini dalam saluran seperti pada Gambar 6. Hal ini

yaitu melewati pemukiman warga, banyak tentu saja sangat berpengaruh terhadap

kegiatan-kegiatan warga yang menggunakan tingginya nilai kehilangan air.

saluran irigasi. Saluran sekunder Bendung


Karet Baturiti dimanfaatkan oleh warga
sekitar desa Kebunayu salah satunya mencuci
pakaian, memandikan hewan ternak,
membersihkan kendaraan serta terdapat
tempat pembuangan sampah tepat pada bibir
saluran bahkan ada yang membuang langsung
ke dalam saluran, hal ini tentu saja sangat
berpengaruh terhadap kehilangan air pada
saluran. Sampah-sampah dapat mengganggu
laju aliran air, bahkan jika dalam jumlah yang
banyak dapat menyumbat saluran irigasi
sehingga nilai kehilangan air tinggi.

12
Rembesan
Selain kehilangan air akibat evaporasi,
ada faktor yang menyebabkan kehilangan air
pada saluran yaitu rembesan, retakan dan
eksploitasi pada saluran irigasi. Nilai
kehilangan akibat kehilangan akibat rembesan
dapat dilihat pada Tabel 7.
Gambar 6. Kerusakan dinding saluran
sekunder Bendung Karet Baturiti
Tabel 7. Kehilangan Akibat Rembesan
Nama Kehilangan air Perkolasi Evaporasi Rembesan
Saluran (m3/s) (m3/s) (m3/s) (m3/s)
Saluran
Sekunder 0,352 3,9009x10-5 0,032391 0,320
Baturiti
samping (horisontal) terutama terjadi pada
Berdasarkan Tabel 7, nilai kehilangan air
saluran-saluran pengairan yang dibangun pada
akibat rembesan pada saluran sekunder
tanah-tanah tanpa dilapisi tembok, sedangkan
Bendung Karet Baturiti yaitu sebesar, 0,320
pada saluran yang dilapisi (kecuali jika
m³/s, adapun nilai kehilangan air akibat
kondisinya retak-retak) kehilangan air
rembesan didapatkan dengan cara nilai
sehubungan dengan terjadinya perembesan
kehilangan air 0,352 m /s dikurangi dengan
3
dan bocoran tidak terjadi (Darajat, dkk, 2017).
penjumlahan perkolasi pada saluran sebesar
3,9009x10-5 m³/s dengan evaporasi pada
saluran sebesar 0,032391 m³/s menggunakan
KESIMPULAN DAN SARAN
persamaan 13. Kehilangan air akibat
Kesimpulan
rembesan pada saluran sekunder Bendung
Berdasarkan hasil pembahasan maka
Karet Baturiti ini disebabkan oleh kondisi
dapat di tarik beberapa kesimpulan, yaitu:
fisik saluran sehingga air merembes pada
1. Nilai kehilangan air pada saluran sekunder
dinding saluran yang mengalami keretakan
Bendung Karet Baturiti yaitu sebesar 0,352
hingga terdapat lubang yang cukup besar pada
m3/s, kecepatan aliran awal pada saluran
dinding saluran.
sekunder Bendung Karet Baturiti sebesar
Rembesan air dan kebocoran air pada saluran
0,427 m3/s, dan pada kecepatan aliran akhir
pengairan pada umumnya berlangsung ke
13
pada saluran sekunder Bendung Karet Teknik Universitas Brawijaya. Jurnal
Rekayasa Sipil, 3(1), 50-77.
Baturiti sebesar 0,338 m3/s.
2. Besar kehilangan air pada saluran sekunder Darajat, A. R., Nurrochmad, F., & Jayadi, R.
(2017). Analisis Efisiensi Saluran
Bendung Karet Baturiti dikarenakan Irigasi di Daerah Irigasi Boro
kondisi fisik saluran, berdasarkan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Inersia, 13(2), 154-
pengamatan pada saat survei lapangan 166.
banyak ditemukan saluran yang kondisinya
Jonizar, Bahri, Z., dan Myka, A. (2020).
telah mengalami retak dan pecah, Analisa Kehilangan Air Irigasi di Desa
tumbuhnya tanaman liar di dinding saluran, Kota Negara Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten Oku Timur. Jurnal
serta banyak sampah yang menumpuk di Penelitian dan Kajian Teknik Sipil,
dalam saluran, dan adanya kerusakan 6(3), 154-165.

dinding saluran yang cukup parah,


sehingga pada saat penyaluran air di areal
irigasi berkemungkinan air tidak dapat
tersalurkan dengan baik.

Saran
Penelitian yang dilakukan
mengenai kehilangan air pada saluran
sekunder hanya melihat faktor evaporasi,
rembesan dan kehilangan air. Oleh karena itu
perlu adanya penelitian mengenai kehilangan
air secara keseluruhan dengan
memperhitungkan besarnya efisiensi dan
pembagian air pada tingkat usaha tani pada
saluran sekunder irigasi. Penelitian juga bisa
dilakukan pada tingkat saluran primer, tersier
bahkan kuarter.

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, M., dan Prastya, T. A. N. (2009).


Imbuhan Air Tanah Buatan untuk
Mereduksi Genangan (Studi Kasus di
Kecamatan Batu Kota Batu). Fakultas

14
Juhana, E. A., Permana, S., dan Farida, I. (2015). Analisis Kebutuhan Air Irigasi pada Daerah
Irigasi Bangbayang UPTD SDAP Leles Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan
Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi, 13(1), 1-28.

Sari, K., dan Sulaeman, B. (2020). Analisis


Kebutuhan Air Irigasi pada Jaringan
Sekunder di Kota Palopo. Jurnal
Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik, 5(2), 82-90.

Sosrodarsono, S., dan Takeda, K. (1987).


Hidrologi untuk Perairan. Jakarta:
Pradnya Paramita.

Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi Terapan.


Yogyakarta: Beta Offset.

15

You might also like