Okk Juga
Okk Juga
Okk Juga
Pengaruh Kelelahan Kerja, Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Beban Kerja
Terhadap Kinerja Perawat Di RSUD Kota Makassar
1
Fatimah Fauzi Basalamah, 2Reza Aril Ahri, 3Arman Arman
1
Program Studi Magister Kesehatan , Universitas Muslim Indonesia
1,2
Program Studi Magister Kesehatan , Universitas Muslim Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang : Tidak dapat dipungkiri bahwa profesi keperawatan
merupakan suatu profesi yang memiliki beban kerja yang tinggi serta tanggung
jawab yang besar. Hal ini tentu dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam
menjalankan tugasnya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
hubungan antara kelelahan kerja, stress kerja, motivasi kerja dan beban
kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Daya Makassar. Metode : Jenis
Penelitian menggunakan metode observational analitik dengan rancangan
studi cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dilakukan pada perawat RSUD Kota Makassar yang telah memenuhi
kriteria. Pada pengukuran kelelahan kerja, stress kerja, motivasi kerja,dan
beban kerja ini diukur menggunakan pengisian kuisioner. Hasil : Terdapat 100
responden yang terlibat pada penelitian ini. Sebagian besar responden berada
pada kelompok usia 31-40 tahun (70%), berjenis kelamin perempuan (69%),
memiliki tingkat pendidikan S1 keperawatn (59%), dan lama kerja > 10 tahun
(73%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh stress kerja
(p=0,013), motivasi kerja(p=0,000), dan beban kerja(p=0,000) terhadap kinerja
perawat di RSUD Kota Makassar. . Namun kelelahan kerja (p=0,122)
tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar.
Kesimpulan : Stress kerja, Motivasi kerja, dan Beban kerja mempengaruhi
kinerja perawat di RSUD Kota Makassar. a k t o r y a n g p a l i n g
berpengaruh.
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan suatu instansi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan
yang diberikan rumah sakit meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
67
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
Pelayanan kesehatan yang saat ini berkembang di rumah sakit tidak hanya mengenai bangunan rumah sakit
(seperti ukuran, kompleksitas, jumlah unit), jumlah kualifikasi staff medis dan non medis, sistem keuangan dan
sistem informasi, tetapi mengenai kualitas kualitas pelayanan pekerja kesehatan dalam memberikan pelayanan.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tujuan tersebut berbagai jenis dengan perangkat
keilmuan yang beragam harus berintegrasi satu sama lain, salah satu terpenting dalam lingkaran pemberi pelayanan
tersebut adalah perawat.(1)
Perawat bekerja melayani pasien selama 24 jam. Perawat mempunyai tugas sesuai fungsinya dalam
memberikan asuhan keperawatan sebagai berikut: mengkaji kebutuhan pasien, melaksanakan rencana perawatan,
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, mendokumentasikan proses keperawatan.(2) Keperawatan sebagai bentuk
pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
secara menyeluruh. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan
citra institusi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat strategis dalam
menentukan mutu karena jumlah perawat terbanyak dari profesi lain dan palinglama kontak dengan klien,
sehingga keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dan sering digunakan sebagai indikator
pelayanan kesehatan yang bermutu, serta berperan dalam menentukan tingkat kepuasan klien. Proporsi tenaga perawat
di sarana kesehatan merupakan proporsi terbesar yakni 40% dibanding tenaga kesehatan lainnya. Tenaga tersebut
65% bekerja di rumah sakit, 28% di puskesmas dan selebihnya 7% di sarana kesehatan lainnya (3)
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas dalam suatu instansi rumah sakit
dipengaruhi oleh efektivitas kerja SDM (Sumber Daya Manusia) yaitu salah satunya perawat. Pengertian efektivitas
kerja ini merupakan suatu tolak ukur kemampuan didalam menjalankan fungsi, tugas serta juga rencana
perusahaan/organisasi seperti apa yang sudah atau telah direncanakan sebelumnya. Sederhanannya, pengertian
efektivitas kerja ini merupakan sebuah proses penuntasan pekerjaan yang sesuai deadline.
Menurut Sutarto Efektivitas kerja adalah suatu keadaan dimanaaktifitas jasmaniah dan rohaniah yang
dilakukan oleh manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang dikehendaki.(4) Efektivitas kerja merupakan
ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai
tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.(5)
Salah satu hal yang mempengaruhi efektivitas kerja adalah kelelahan kerja. Kelelahan kerja merupakan
salah satu sumber masalah bagi kesehatan dan keselamatan pekerja. Kelelahan dapat menurunkan kinerja dan
menambah tingkat kesalahan kerja yang akan berpeluang menimbulkan kecelakaan kerja. Tentu saja hal ini tidak
dapat dibiarkan begitu saja, karena tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang dapat mempengaruhi
produktivitas perusahaan.(6) Kelelahan kerja merupakan suatu keadaan yang dialami tenaga kerja yang dapat
mengakibatkan penurunan vitalitas dan produktivitas kerja. Kelelahan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kelelahan umum yang dialami tenaga kerja, ditandai dengan perlambatan waktu reaksi dan perasaan
Lelah.(7) Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut
sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang
ditandai oleh sensasi lelah, motivasi menurun, aktivitas menurun. Adanya keseimbangan antar kerja fisik
dapat membuat pekerja nyaman, aman, dan tidak mengalami stress kerja yang berlebihan.
Stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara
daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Apabila tidak ada keseimbangan antara kerja fisik
akan menyebabkan konsentrasi, kemampuan, dan efektivitas menurun. Hal tersebut merupakan sebagian dari
tanda-tanda kelelahan, kelelahan yang berlanjut akan mengakibatkan stress kerja. Stres kerja sendiri adalah
pola kondisi emosional yang terjadi dalam merespons terhadap tuntutan dari dalam maupun dari luar organisasi.
Dengan kata lain stres kerja memiliki hubungan dengan perasaan negatif karyawan tentang pekerjaan mereka.(8)
Menurut Siagian menyebutkan bahwa stres kerja merupakan kondisi di mana terjadi ketegangan yang
mengakibatkan perubahan terhadap kondisi fisik, jalan fikiran, dan emosi. Apabila stres yang timbul tidak
68
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
diatasi dengan segera, maka akan berakibat pada kemampuan seseorang berinteraksi secara baik dengan
lingkungan sekitarnya.(9)
Diruang lingkup kerja seorang perawat dalam menjalankan tugasnya tidak dapat terlepas dari stress, karena
masalah stress tidak dapat dilepaskan dari dunia kerja. Dengan semakin bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan
maka semakin besar kemungkinan seorang perawat mengalami stres kerja, setiap jenis pekerjaan tidak terlepas
dari tekanan-tekanan baik dari dalam maupun dari luar yang dapat menimbulkan stres bagi para pekerjanya.
Dalam proses bekerja hasil atau akibatnya perawat dapat mengalami stres, yang dapat berkembang menjadikan
perawat sakit fisik dan mental, sehingga tidak dapat bekerja secara optimal. Menurut hasil survei dari PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di
Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan
menyita waktu.
Stres kerja pada perawat merupakan salah satu permasalahan dalam manajemen sumber daya manusia di
Rumah Sakit. Stress kerja adalah suatu tekanan yang tidak dapat ditoleransi oleh individu baik yang bersumber dari
dirinya sendiri mapun dari luar dirinya. Penyebab stres bersumber dari biologis, psikologik, sosial, dan spritual. Stres
kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor
yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Tinggi rendahnya tingkat
stres kerja tergantung dari manajemen stres yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi stres pekerjaan
tersebut.
Efektivitas kerja perawat juga dapat dilihat dari motivasi kerja, shift kerja dan beban kerja. Motivasi kerja
sangat berperan mendorong efektivitas kerja perawat, motivasi adalah dorongan atau rangsangan untuk menghasilkan
tujuan yang dicapai. Hasibuan Malayu S.P mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah suatu perangsang keinginan
dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Faktor
yang mempengaruhi terjadinya resiko penurunan kinerja salah satunya adalah beban kerja.(10) Peningkatan beban
kerja dapat terjadi, jika jumlah perawat tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan perawatan pada pasie.(11) Beban
kerja adalah suatu kondisi dari pekerjaan dengan uraian tugasnya yang harus diselesaikan pada batas waktu
tertentu.(12) Saat ini manajemen RSUD Daya Makassar dalam kegiatan operasional sehari- harinya belum
memperhatikan keseluruhan aspek atau faktor yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan efektivitas kerja
perawat, namun hanya memfokuskan pada tolak ukur (indikator) Bed Occupancy Rate (BOR), Length Of Stay
(LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), dan Gross Death Rate (GDR). Fokus indikator tersebut
di atas mempunyai banyak kelemahan yakni dalam proses pengukuran, indikator-indikator tersebut tidak
memperhatikan input dan process, hanya berfokus terhadap output guna untuk menciptakan nilai tambah bagi
kepuasan pasien sebagai penerima pelayanan. Akibatnya kinerja perawat Daya Makassar masih jauh dari efisien.
Untuk melengkapi data bagi keperluan analisis, disamping menggunakan data dari penelitian secara langsung di
objek yang diteliti, juga akan dipakai data yang berasal dari hasil penelitian beberapa peneliti sebelumnya,
khususnya yang berkaitan dengan kelelahan kerja, stress kerja, motivasi kerja, shift kerja dan beban kerja
terhadap efektivitaskerja perawat sebuah Rumah Sakit. Peneliti-peneliti tersebut antara lain :
Berdasarkan penelitian Dian Kurniawati di RS Islam Fatimah Kabupaten Cilacap, menemukan bahwa
kelelahan kerja tergolong dalam tingkat yang tinggi dengan persentase tingkat kelelahan 63,8%. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor penyebab munculnya kelelahan kerja dan kurangnya cara mengatasinya. Dilihat dari
tingkat tugas yang diberikan kepada perawat, meyakinkan bahwa perawat dapat mengalami kelelahan.(13)
Berdasarkan penelitian Dwi Kartika Sari di RSUD Dr. Sayidiman Magetan, stress kerja sangatlah
berpengaruh terhadap kinerja perawat. Hal ini didukung dengan sebanyak 24 responden yang mengalami stress
dan memiliki kinerja yang kurang (37,5%). Stress dan kinerja sangatlah berhubungan erat. Apabila responden
mangalami stress maka akan berpengaruh juga terhadap kinerja responden tersebut.(14)
69
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
Berdasarkan penelitian Rini Astuti ditemukan bahwa hasil uji statistik motivasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja pada RSU Mitra Medika Medan. Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang
untuk melakukan pekerjaan. Jika perawat memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya atau dorongan dari
luar dirinya (misalnya dari pihak rumah sakit), maka perawat akan terangsang atau terdorong untuk melakukan sesuatu
dengan baik.(15)
Berdasarkan penelitian Indah Rhamdani ditemukan bahwa shift kerja berhubungan dengan stress kerja pada
perawat. Sebanyak 82% dari perawat yang bekerja shift mengalami stress kerja. Para perawat di RSUD Asy-
Syifa Sumbawa Barat yang menjalani shift kerja ini mengalami pola hidup yang tidak teratur dibandingkan
denganyang tidak shift kerja.(16)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawati Ramli, beban kerja adalah variabel yang paling
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perawat wanita di ruang inap RSUD I Lagaligo Kabupaten Luwu
Timur. Pola hubungan yang terbentuk adalah perawat wanita dengan beban kerja optimal lebih banyak yang
berkinerja baik yaitu 68.8% dibandingkan dengan beban kerja berat yaitu 44.7%. sehingga dapat dikatakan
semakin optimal beban kerja seorang perawat akan semakin baik kinerjanya.(17)
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Design penelitian
menggunakan cara survey untuk melihat pengaruh dari kelelahan kerja, stress kerja, motivasi kerja dan beban kerja
terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar menggunakan uji regresi linear berganda. Penelitian ini dilakukan
di RSUD Kota Makassar, jln. Perintis Kemerdekaan no.14, Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dimulai dari
bulan Maret sampai dengan Mei 2021.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner dengan objek penelitian perawat di RSUD Kota
Makassar dengan skala pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh perawat di RSUD Daya Makassar yang terdiri dari Perawat Ners 57 orang Perawat Non Ners 102
orang dan Perawat (SPK) 9 orang, toatal populasi 168 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin
didapatkan besar sampel 100 orang yang kemudian teknik sampling yang digunakan adalah non probability
sampling dengan sampling sistematis berdasarka urutan dari anggota populasi yang diberi nomor urut 1-168 dan
kemudian di undi untuk mendapatkan 100 orang perawat.
Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah
Umur n %
25-30 Tahun 10 10
31-40 Tahun 70 70
41-50 Tahun 18 18
> 50 Tahun 2 2
70
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
Jenis Kelamin
Laki laki 31 31
Perempuan 69 69
Pendidikan
DIII 24 24
SI 59 59
Profesi/S2 17 17
Lama Kerja
<1 Tahun 4 4
1-5 Tahun 3 3
6-10 Tahun 20 20
>10 Tahun 73 73
Sumber Data Primer 2021
Tabel 1. Menunjukkan bahwa responden yang berumur 20-30 Tahun sebanyak 10 orang dengan presentase
(10.0%). responden yang berumur 31-40 Tahun sebanyak 70 orang dengan presentase (70.0%). responden yang
berumur 41-50 Tahun sebanyak 18 orang dengan presentase (18.0). dan responden yang berumur > 50 Tahun
sebanyak 2 orang dengan presentase (2.0). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang dengan presentase (31.0%) dan responden yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 69 orang dengan presentase (69.0%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa
responden yang berpendidikan DIII Keperawatan sebanyak 24 orang dengan presentase (24.0). responden
yang berpendidikan S1 keperawatan sebanyak 59 orang dengan presentase (59.0%) sedangkan yang
berpendidikan profesi/S2 sebanyak 17 orang dengan presentase (17.0%). Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat bahwa responden dengan lama kerja < 1 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase (4.0%), responden
dengan lama kerja 1-5 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase (3.0%), responden dengan lama kerja
6-10 tahun sebanyak 20 orang dengan persentase (20.0%) dan responden > 10 tahun sebanyak 73 orang
dengan persentase (73.0%). Berdasarkan karakteristik perawat di RSUD Kota Makassar didapatkan umur
responden terbanyak di usia 31-40 tahun (70.0%), lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan
(69.0%), pendidikan responden terbanyak S1 keperawatan (59.0%), dan lama kerja responden sebagian besar >
10 tahun (73.0%).
Analisis Bivariat
Tabel 2. Pengaruh kelelahan kerja, stress kerja, motivasi kerja dan beban kerja
Kinerja Perawat
Variabel
r p
71
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
Tabel 2 menunjukkan tidak ada pengaruh kelelahan kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar
(r:0.156; p:0.122), ada pengaruh stress kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar (r:0.247; p:0.013),
ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar (r:0.490; p:0.000), dan ada pengaruh
beban kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar (r:0.709; p:0.000).
Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk melihat faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat di
RSUD Kota Makassar, dari analisis bivariat diperoleh 4 variabel independent yang memiliki nilai p < 0.25 (syarat
untuk dimasukkan dalam analisis multivariat) yakni kelelahan kerja, stress kerja, motivasi kerja dan beban kerja.
Setelah dilakukan analisis logistic regresi terhadap 4 variabel independent menunjukkan bahwa dari empat
variabel independent, setelah melewati dua tahapan yang paling berpengaruh adalah beban kerja.
PEMBAHASAN
72
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
maka akan semakin rendah kinerja perawat.(18) Hal ini sesuai dengan pernyataan responden yang mengatakan kurang
bisa menguasai emosi dengan baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Haryanto, dkk Tidak ada pengaruh kelelahan kerja perawat terhadap
kinerja perawat di Ruang perawatan Kelas III RSUD Sukoharjo ditunjukkan dengan nilai signifikansi (p) 0,209 (0,209
< 0,05) dan nilai B sebesar -0,135. (19)
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati Dian mengenai “Hubungan
Kelelahan Kerja dengan Kinerja Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap”
bahwa terdapat hubungan antara kelelahan kerja dengan kinerja dengan hasil nilai p 0,035 ≤ α 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, maka ada hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan kinerja. Besarnya hubungan
kedua variabel yaitu 2,26%. Keeratan hubungan antara kelelahan kerja tinggi dengan kinerja yang tidak baik sangat
bermakna, tetapi pada kelelahan kerja yang rendah mengalami hubungan yang kurang bermakna karena, mendapatkan
hasil kelelahan yang rendah dengan kinerja yang tidak baik. Tingkat kesalahan yang di hasilkan 1,441. (13)
Menurut Chavalitsakulchai dan Shahvanaz, kelelahan kerja merupakan fenomena yang kompleks yang
disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal pengaruh terjadinya kelelahan kerja yaitu lingkungan kerja yang tidak memadai, dan eksternal pengaruh
kelelahan kerja yaitu masalah psikososial.(20) Kelelahan kerja menunjukan keadaan yang berbeda-beda tetapi
semuanya berkaitan kepada penggurangan kapasitas kerja dan ketahanan umum (21)
Semua pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja, dan kelelahan kerja akan menurunkan kinerja serta
menambah tingkat kesalahan kerja.(22) Setiap orang yang bekerja dengan melebihi batas tertentu akan
menimbulkan kelelahan, oleh karena itu setiap perusahaan haruslah memikirkan waktu istirahat sebelum tenaga
pulih kembali (23). Menurut Setyawati, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja terdiri
dari faktor lingkungan kerja yang tidak memadai untuk bekerja dan masalah psikososial mereka ataupun fisik
mereka.(21) Fisik seorang pekrja dapat dipengaruhi oleh tingkatan umur, karyawan muda umumnya memiliki
kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan karyawan yang berumur lebih tua.(10)
Menurut Suma‟mur, sebab -sebab kelelahan kerja terdiri dari: Monoton/melakukan pekerjaan yang
sama setiap waktunya, Beban kerja yang tinggi dan lama kerja, Lingkungan yang kurang mendukung, Faktor kejiwaan
pekerjaSakit, rasa sakit, dan gizi buruk seorang pekerja. Selain itu, Adapun tanda-tanda kelelahan yang utama adalah
hambatan terhadap fungsi- fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ di luar kesadaran serta
proses pemulihan. Orang yang lelah mengalami, penurunan perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat
dan sukar berpikir, penurunan kemampuan atau dorongan untuk kerja, kurangnya efisiensi kegiatan-kegiatan fisik dan
mental.(7)
Beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara kelelahan kerja terhadap kinerja perawat yang
dapat dikendalikan agar pekerjaan perawat berlangsung dengan baik menurut Setyawati, antara lain: Lingkungan
kerja yang bebas dari zat-zat yang berbahaya, pencahayaan yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dihadapi pekerja, pengaturan udara di tempat kerja yang adekuat di samping bebas dari kebisingan dan getaran;
Waktu kerja yang berjam-jam harus diselingi oleh istirahat yang cukup untuk makan dan keperluan khusus lain;
Kesehatan umum pekerjaan harus baik dan selalu dimonitor, khususnya untuk daerah tropis dimana banyak pekerja
yang cenderung mengalami kekurangan gizi dan menderita penyakit serius; Disarankan pula agar kegiatan yang
menegangkan dan beban kerja yang berat tidak terlalu lama; Jarak tempat tinggal dan tempat kerja diusahakan
seminimal mungkin dan bila perlu dicarikan alternatif penyelesaiaanya, yaitu berupa pengadaan transportasi bagi
pekerja dari dan ke tempat kerja; Pembinaan mental para pekerja di perusahaan secara teratur maupun berkala dan
khusus perlu dilaksanakan dalam rangka stabilitas direncanakan secara baik dan berkesinambungan; Perhatian khusus
bagi kelompok pekerja tertentu perlu diberikan, yaitu kepada pekerja muda usia, wanita yang hamil dan menyusui,
pekerja usia lanjut, pekerja yang menjalani shift kerja malam, pekerja yang baru pindah dari bagian lain; Pekerja-
pekerja bebas dari alkohol maupun obat-obatan yang membahayakan serta yang menimbulkan ketergantungan.(24)
73
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
74
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan perawat sebagai profesi yang
berisiko sangat tinggi terhadapat stres, karena perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi
terhadap keselamatan nyawa manusia. Berdasarkan studi pendahuluan sebelumnya salah satu tenaga kesehatan yang
banyak dibutuhkan rumah sakit adalah profesi keperawatan. (27) Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa banyak faktor yang berpengaruh dengan stres kerja yang ada pada pekerja perawat di rumah
sakit, faktor yang berhubungan timbulnya stres kerja yang mempengaruhi produktifitas kinerja pada perawat.
(27).
75
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Heider dalam Sastrohadiwiryo yang menyatakan
performance adalah hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar), dengan demikian orang
yang motivasinya tinggi tetapi memiliki ability yang rendah akan menghasilkan performance yang rendah.
Demikian pula sebaliknya orang dengan ability yang tinggi, tetapi memiliki motivasi yang rendah, akan menghasilkan
performance yang rendah pula. Motivasi kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dapat dicapai
dalam pekerjaannya. Perilaku seorang tenaga kerja dapat berubah karena perubahan yang dialaminya secara pribadi.
Hubungan antara motivasi dengan kinerja tidak selalu tetap, tetapi akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi
dan kondisi setempat.(34) Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja perawat di RSUD Kota Makassar maka
perawat juga harus meningkatkan motivasi yang bersumber dari dalam dirinya yaitu tanggung jawabnya dalam
melaksanakan pekerjaannya, hasil kerja yang dicapai setelah melakukan pekerjaannya, serta kesempatan karir yang
ingin dicapai oleh perawat itu sendiri. Tanggung jawab yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan
tindakan perawat tepat waktu sesuai dengan standar perawatan kebutuhan dan batas kemampuan, pelaksanaan tugas
sesuai dengan jadwal tugas yang diberikan serta menjalankan semua tanggung jawab sesuai dengan uraian tugas yang
diberikan.
Tanggung jawab merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien.
Perawat dituntut memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan batas kemampuannya.
Melaksanakan fungsi perawat dengan bertanggung jawabkan meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien.
Tanggung jawab ini berkaitan dengan hasil kerja, karena perawat secara langsung memberi tindakan atau asuhan
keperawatan pada pasien. Jika perawat tidak bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tindakan maka akan terjadi
hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya kecacatan pada pasien (malpraktik) sampai dengan kehilangan nyawa
pasien.
Untuk itu kepala ruangan harusnya melakukan pengawasan pada bawahannya, agar tanggung jawab perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan terus meningkat. Kemudian kesempatan karir yang dimaksud dalam
motivasi kerja adalah meliputi kesempatan perawat mengikuti diklat, kesempatan kenaikan jabatan, dan kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan. Kemudian berdasarkan hasil pengujian menunjukkan pula bahwa motivasi kerja
berpengaruh terhadap kinerja perawat, semakin tinggi motivasi perawat yang bersumber dari luar dirinya dalam
menerima gaji, kondisi kerja, hubungan kerja serta supervisi, maka akan semakin tinggi pula kinerja perawat, hal ini
berarti motivasi kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Kelengkapan fasilitas dalam pelayanan asuhan keperawatan. Kondisi kerja merupakan faktor yang
penting bagi perawat dalam melaksanakan tindakan perawatan, karena dengan kondisi kerja yang baik maka
dalam melaksanakan tindakan keperawatan dapat dilakukan dengan lebih baik pula. Perawat sebagai sumber daya
manusia dalam pemberian asuhan keperawatan merupakan unsur yang terpenting sehingga pemeliharaan hubungan
yang kontinu di ruang rawat inap RSUD Kota Makassar menjadi sangat penting. Untuk itu pihak pimpinan perlu
tetap mempertahankan dan meningkatkan kondisi kerja yang ada. Selain itu pimpinan RSUD Kota Makassar juga
perlu melakukan pemeliharaan hubungan dengan para perawat dengan komunikasi yang efektif, karena melalui
komunikasi berbagai hal yang menyangkut pekerjaan/tugas dapat diselesaikan dengan baik dan kondisi kerjaakan
lebih baik. Kemudian supervisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengarahan, bimbingan atau dorongan
yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara langsung sehingga perawatan memiliki bekal yang cukup untuk
dapat melaksanakan tugas dan asuhan keperawatan dengan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian baik dengan menggunakan statistik SPSS, wawancara serta observasi
membuktikan bahwa motivasi yang terdiri dari motivasi, dari teori Herzberg (Siagian) dan (Hasibuan).(35)(10)
Semuanya memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat, hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi motivasi
perawat, semakin baik pula kinerjanya dalam memberikan pelayanan keperawatan di RSUD Kota Makassar. (36)
76
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian tentang Pengaruh Kelelahan Kerja, Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Beban
Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di RSUD Kota Makassar, dapat disimpulkan bahwa, tidak ada pengaruh kelelahan
kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar, kemudian ada pengaruh stress kerja, motivasi kerja dan
beban kerja masing-masing terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar.
77
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
dan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Makassar adalah faktor beban kerja.
Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan mengenai evaluasi terhadap dampak dari kinerja perawat terhadap kepuasan
pasien, dengan penelitian yang dilakukan dalam skala besar sehingga menghasilkan data yang lebih akurat, merata
dan aplikatif. Diharapkan agar selalu memperhatikan keadaan perawat di Rumah Sakit khususnya perawat di Instalasi
Rawat Inap dalam melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan dukungan dan penghargaan atas hasil kerjanya,
baik material maupun non material sehingga dapat lebih meningkatkan motivasi dalam melaksanakan proses
keperawatan dengan lebih baik, kemudian yang tak kalah penting adalah manajemen rumah sakit perlu
merencanakan rotasi perawat untuk menyesuaikan beban kerja agar tidak terjadi kejenuhan yang berdampak pada
kinerja yang kurang optimal dan juga merencakan pelatihan yang dibutuhkan untuk meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensi perawat agar pelayanan maksimal
DAFTAR PUSTAKA
1. Eleni M, Fotini A, Maria M, Ioannis Z, Constantina K, Theodoros C. Research in occupational stress among
nursing staff, a comparative study in capital and regional hospitals. Hell J Nurs Sci. 2010;3(3):79–84.
2. Hidayat A. Metode penelitian keperawatan dan tekhnik analisis data. Jakarta Salemba Medika : Jakarta; 2019.
3. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Tenaga Keperawatan Indonesia [Internet]. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2017. p. 1–12. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin perawat 2017.pdf
4. Kartika H, Hastuti T. Analisa Pengaruh Sikap Kerja 5S dan Faktor Penghambat Penerapan 5S Terhadap
Efektivitas kerja Departemen Produksi di Perusahaan Sepatu. Jakarta J Ilm PASTI. 2011;V(1):47–54.
5. Mardiasmo. Perpajakan. Edisi Terb. Yogyakarta: Andi Offset; 2016.
6. Irma M, Syamsiar SR, Wahyuni A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Unit Produksi
Paving Block Cv . Sumber Galian Kecamatan Related Factors to the Fatigue in Workers of Production Unit
Paving Block Galian Biringkanaya Subdistrict Makassar City . Irma . Mr , S. Univ Hasanuddin, Makassar. 2014;
7. Suma’mur P. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Sagung Seto; 2019.
8. Cahyono. Appreciative Inquiry Coaching untuk Menurunkan Stres Kerja. Gadjah Mada J Prof Psychol
[Internet].2015;1(2):89–107. Available from: http://docplayer.info/40703475-Appreciative-inquiry-
coaching-untuk-menurunkan- stres-kerja.html
9. Fatikhin F, Hamid D, Mukzam MD. Pengaruh Konflik Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi Pada Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Soekarno Hatta Malang). J Adm Bisnis.
2017;47(1):172–80.
10. Hasibuan MS. Manajemen sumber daya manusia. Edisi Revisi. Ed. Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2014.
11. Simamora H. Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: STIEY; 2015.
12. Munandar. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Ui Chapline JP; 2016.
13. Kurniawati D. Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Islam
Fatimah Kabupaten Cilacap. Kes Mas [Internet]. 2010; Available
from: journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/1019/pdf
14. Sari DK. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Satidiman
Magetan. Prodi Kesehat Masy. 2017;4:9–15.
15. Astuti R. Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja terhadap Kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Mitra Medika
Medan. J Ilman. 2018;6(2):42–50.
78
78
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
16. Rhamdani I, Wartono M. Hubungan antara shift kerja, kelelahan kerja dengan stres kerja pada perawat. J
Biomedika dan Kesehat. 2019;2(3):104–10.
17. Ramli H, Tamsah H. PENGARUH KONFLIK PERAN GANDA , BEBAN KERJA DAN PERAWAT
WANITA DI RSUD I LAGALIGO Pendahuluan. J Mirai Manag. 2016;1(September):119–35.
18. Asi SP. Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr . Doris Sylvanus
Palangka Raya. 2011;(66):515–23.
19. Haryanto W, Rosa E. Pengaruh Beban Kerja Dan Kelelahan Perawat Terhadap Perawatan Infus Di Ruang
Perawatan Kelas Iiirsud Sukoharjo. J Medicoeticolegal dan Manaj Rumah Sakit. 2014;3(2):270005.
20. Hijrianti N. Analisis Hubungan Kelelahan Kerja Perawat DI Ruang RSP Unhas dan RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. UIN Alaudin Makassar. 2017;4:9–15.
21. Setyawati WA, Rifa’i M, Sasmito C. Pengaruh kualitas pelayanan, fasilitas, harga dan citra institusi terhadap
kepuasan pasien. MADANI J Polit dan Sos Kemasyarakatan. 2018;10(2):50–63.
22. Nurmianto E. Ergonomi : Konsep dasar dan aplikasinya. Surabaya: Guna Widya; 1996.
23. Nitisemito AS. Manajemen personalia (manajemen sumber daya manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia,; 2018.
24. Setyawati. Selintas tentang kelelahan kerja. Yogyakarta: Asmara Books; 2010.
25. Akbar MT. Analisis Pengaruh Stress Kerja, Beban Kerja, dan Karakteristik Individu Terhadap Kinerja
Perawat. Elektron Theses Diss. 2018;
26. Wayan AP, Ni Putu KD. Employee Engagement Dan Stress Kerja Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja Dan
Turnover Intention di Aman Villas Nusa Dua-Bali Wayan Arya Paramarta (1) Ni Putu Kurnia Darmayanti (2)
(1)(2). Stud Manajemen, Progr Tinggi Ilmu Manaj Handayani Denpasar, Sekol [Internet]. 2020;2(1):60–79.
Available from: https://doi.org/10.32795/widyamanajemen.v2i1
27. Sari L. Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Di Polres Langkat Tahun 2019.
2019; Available from: http://repository.helvetia.ac.id/2714/
28. Zainaro MA. Pengaruh Sarana Prasarana, Pendidikan dan Masa Kerja Perawat Terhadap Kepuasan Kerja
dan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar
Lampung. Kesehat Holistik. 2017;11(1):1–4.
29. Adnan E. Perkembangan peserta didik. Jakarta: UNJ Press; 2016.
30. Melissa WT, Tucunan AAT, Mandagi CKF, Masyarakat FK, Sam U, Manado R. Hubungan Antara
Motivasi Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Umum Gmim Bethesda Tomohon. Kesmas.
2020;9(1):35–44.
31. Sulastri L, Uriawan W. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi dan Efikasi Diri Terhadap Kinerja Pegawai Di E
ra Industri 4.0. Ilm Manag. 2020;1(1):43–9.
32. Fitri N. Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah ( Rsud ) Tugurejo Semarang.
2007. 45 p.
33. Nursalam. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika :
Jakarta; 2014.
34. Sastrohadiwiryo. Manajemen tenaga kerja indonesia. edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara; 2012.
35. Siangian SP. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara; 2004.
36. Harfah N, Muttaqin, Halim. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Makassar. 2019;5(7):21–36.
37. Erlina E, Arifin A, Salamah AU. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Instalasi Rawat Inap
Rsud Labuang Baji Makassar. J Kesehat Masy Marit. 2019;1(3):335–41.
79
70
An Idea Health Journal
ISSN (Online) 2797-0604 Volume 1, Issue 02 , December 2021
38. Utami YW, Supratman. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Perawat dalam Peme nuhan Kebutuhan
Spiritual Pasien di BRSUD Sukoharjo. Ber Ilmu Keperawatan [Internet]. 2009;2(2):69–74. Available from:
http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/3795
39. Anwar K. Managemen keperawatan dan prospektifnya teori, konsep dan aplikasi. Jakarta: FK UI; 2013.
80