Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

41742-Article Text-194514-1-10-20221104

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 13 No.

2, Agustus 2022, Hal 103-110


Journal of Tropical Silviculture p-ISSN: 2086-8277
e-ISSN: 2807-3282

KESESUAIAN LAHAN JENIS TANAMAN KEHUTANAN PADA


AREAL LAHAN TERBUKA DI KAWASAN HUTAN
PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW),
SUKABUMI JAWA BARAT
Conformity of Forestry Plant Types in Open Land Areas in Gunung Walat
Educational Forest (GWEF), Sukabumi West Java
Supriyanto1* dan Muhammad Hasan Sayid2
(Diterima 16 Januari 2020 / Disetujui 15 April 2022)

ABSTRACT

Gunung Walat Education Forest is a Special Purpose Forest for Education. At present many areas have lost
their vegetation cover (trees) or become opened areas in the GWEF area. Land suitability by looking at topography,
soil and climate factors needs to be done to find out the type of forestry plant that is suitable for planting on the open
areas. Stages of land suitability, is consisted of image processing, visual interpretation of satellite imagery, ground
checks, soil and litter observations, data collection on soil physical and chemical properties and climate, land
characteristic observations, and matching processes. The results of matching with Liebeg's minimum law and scoring
system showed that eucalypt (E. grandis), sengon (F. moluccana), caliandra (C. calothyrsus), mahagoni (S.
mahagoni), pine (P. merkusii), lamtoro (F. moluccana), cajuput (M. leucadendron), damar (A. loranthifolia), acacia
(A. auriculiformis), and rasamala (A. excelsa) are suitable for planting in open areas in the Gunung Walat Education
Forest (GWEF). While teak (T. grandis) is not suitable for planting in opened areas in the GWEF.

Keywords: Forest tree, GWEF, land suitability, opened area.

ABSTRAK

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Saat ini banyak
areal yang telah kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau menjadi lahan terbuka pada kawasan HPGW. Kesesuaian
lahan dengan melihat faktor topografi, tanah, dan iklim perlu dilakukan untuk mengetahui jenis tanaman kehutanan
yang sesuai untuk ditanam pada lahan terbuka tersebut. Tahapan dari kesesuaian lahan yakni, pengolahan citra,
interpretasi visual citra satelit, ground check, pengamatan tanah dan serasah, pengumpulan data sifat fisik dan kimia
tanah serta iklim, pengamatan karakteristik lahan, dan proses matching. Jenis tanaman eukaliptus (E. grandis), sengon
(F. moluccana), kaliandra (C. calothyrsus), mahoni (S. mahagoni), pinus (P. merkusii), lamtoro (L. leucocephalla),
kayu putih (M. leucadendron), damar (A. loranthifolia), akasia (A. auriculiformis), dan rasamala (A. excelsa) sesuai
untuk ditanam pada areal terbuka di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Sementara jenis tanaman
jati (T. grandis) tidak sesuai untuk ditanam pada areal terbuka di kawasan HPGW.

Kata kunci : HPGW, jenis tanaman, kesesuaian lahan, lahan terbuka.

1
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University
* Penulis korespondensi:
e-mail: supriyanto@biotrop.org
2
Mahasiswa Sarjana Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University
104 Supriyanto et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture

PENDAHULUAN vegetasi (pohon) atau lahan terbuka dengan areal yang


telah memiliki tutupan vegetasi serta mengetahui
Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) luasannya pada kawasan HPGW.
merupakan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Ground check, dilakukan untuk membandingkan
(KHDTK) melalui SK Menhut No. 188/Menhut-II/2005 data interpretasi citra yang didapat dengan kondisi
Jo SK Menhut No. 702/Menhut-II/2009. Tahun 1980 lapang, dengan tujuan untuk memastikan informasi areal
seluruh kawasan HPGW telah ditanami berbagai jenis yang telah kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau
tanaman, namun saat ini banyak areal yang telah lahan terbuka secara tepat.
kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau menjadi lahan Pengamatan tanah dan serasah, pengamatan tanah
terbuka disebabkan oleh terjadinya kebakaran pada lahan dengan menggunakan metode minipit, dengan ukuran 0,5
tersebut atau robohnya tegakan secara alami, yang x 0,5 x 0,5 meter hingga terlihat batas horizon O pada
sebenarnya lahan tersebut memiliki potensi. Kesesuaian tanah. Pengukuran ketebalan lapisan serasah secara semi
lahan perlu dilakukan sebelum dilakukan penanaman kuantitatif, berukuran 1 x 1 meter, lakukan pengukuran
kembali untuk memaksimalkan potensi lahan. secara langsung dengan menggunakan penggaris pada
Kesesuaian lahan sangat penting dalam menentukan lapisan serasah hingga menyentuh lapisan tanah.
pemanfaatan lahan yang cocok untuk suatu komoditas Pengukuran berat serasah dilakukan dengan mengambil
sesuai dengan daya dukung lahannya (Pradana et al. seluruh serasah yang masuk ke dalam bagian plot yang
2013). Faktor topografi, tanah, dan iklim akan menjadi kemudian ditimbang menggunakan timbangan.
parameter yang akan digunakan dalam menentukan kelas Sifat fisik dan kimia tanah serta iklim, sifat fisik dan
kesesuaian lahan dalam penelitian ini. Karakteristik sifat kimia tanah (pH) diperoleh melalui data primer,
lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan sementara iklim diperoleh melalui data sekunder
dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu merujuk pada Rusdiana (2007). Data sifat fisik tanah
topografi, tanah dan iklim. Karakteristik lahan tersebut yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan Rusdiana
(terutama topografi dan tanah) merupakan unsur (2007).
pembentuk satuan peta tanah (Ritung et al. 2011). Pengamatan karakteristik lahan, merujuk pada tabel
Oleh karena itu, kesesuaian lahan pada areal yang persyaratan tumbuh tanaman kehutanan dalam buku
telah kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau menjadi Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007).
lahan terbuka di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Proses matching, dilakukan dengan membandingkan
Walat (HPGW) perlu dilakukan sebagai masukan dalam nilai persyaratan penggunaan atau karakteristik lahan dan
pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam pada lokasi kelas kesesuaian lahan yang diperoleh dengan nilai
tersebut. Menurut Widiatmaka et al. (2014), Kesesuaian persyaratan tumbuh tanaman kehutanan Hardjowigeno
lahan selanjutnya dapat dijadikan sebagai masukan dan Widiatmaka (2007). Metode untuk menyimpulkan
dalam perencanaan penggunaan lahan ke depan. untuk itu nilai akhir evaluasi kesesuaian lahan yang digunakan
perlu dilakukan kajian kesesuaian lahan pada areal lahan adalah metode Hukum Minimum Liebeg dan skoring
terbuka agar dapat menjadi panduan HPGW dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007).
melakukan penanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


METODE PENELITIAN
Hasil
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengolahan citra
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga
Juli 2019. Lokasi penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Potret citra diambil oleh Google Earth Pro pada
Walat (HPGW), Kecamatan Cibadak dan Cicantayan, tanggal 31 Mei 2019. Penggabungan data citra dan data
Kabupaten Sukabumi. batas kawasan HPGW menghasilkan luasan HPGW
sebesar 360,6 ha (Gambar 1).
Alat dan Bahan Penelitian Citra komposit digunakan untuk menginterpretasi
objek-objek pada citra dengan menggunakan elemen
Alat yang digunakan adalah alat tulis, pita ukur, penafsiran citra agar dapat di-overlay dan diinterpretasi
cangkul, penggaris, parang, plastik, timbangan, laptop,
GPS, dan kamera, Software ArcGIS 10,5, Erdas Imagine
9.1, Microsoft Excel, dan Microsoft Word. Bahan yang
digunakan adalah peta tutupan lahan HPGW, dan data
citra tahun 2019 yang diperoleh dari Google Earth Pro.

Prosedur Penelitian

Pengolahan citra dan pengubahan format data Sumber: Google Earth Pro (2019) dan HPGW (2019)
dilakukan sebelumnya untuk pengkombinasian band (diolah)
interpretasi visual.
Interpretasi visual citra satelit, dilakukan untuk Gambar 1 Potret citra satelit HPGW beserta batas
membedakan antara areal yang telah kehilangan tutupan kawasan dan pembagian jenis tanah
Vol. 13 No. 2, Agustus 2022, Hal 103-110 Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman Kehutanan... 105

tutupan lahannya untuk membedakan antara areal yang Ground check


telah kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau lahan
terbuka dengan areal yang telah memiliki tutupan Dari Ground check didapatkan 43 titik areal yang
vegetasi. telah kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau lahan
terbuka pada kawasan HPGW. sementara 24 titik lainnya
Interpretasi visual citra satelit telah tertutup vegetasi pohon, telah ditanami tanaman
jenis Pinus ataupun Kaliandra, serta tidak dapat
Hasil interpretasi visual citra didapatkan 67 titik dilakukan penanaman karena lokasi tersebut telah
areal yang telah kehilangan tutupan vegetasi (pohon) atau menjadi sawah yang dikelola oleh masyarakat. Gambar 3
lahan terbuka pada kawasan HPGW (Gambar 2). menunjukkan dari 43 titik areal yang telah kehilangan
Kelerengan tanah pada Gambar 2 dapat dikelompokkan tutupan vegetasi (pohon) atau lahan terbuka terbagi ke
berdasarkan klasifikasi Hardjowigeno dan Widiatmaka dalam 4 jenis tanah yakni, jenis tanah latosol merah
(2007). kuning sebanyak 27 titik, lalu latosol coklat 10 titik,

Sumber: RBI (2019), HPGW (2019), dan data primer (2019) Sumber: RBI (2019), HPGW (2019), dan data primer (2019)
(diolah) (diolah)
Gambar 2 Titik areal yang telah kehilangan tutupan Gambar 3 Peta titik areal yang telah kehilangan
vegetasi (pohon) atau lahan terbuka pada tutupan vegetasi (pohon) atau lahan terbuka
kawasan HPGW sebelum dilakukan pada kawasan HPGW
ground check

Tabel 1 Pengamatan tanah dan serasah pada jenis tanah latosol merah kuning
P TS (cm) BS (g/m2) TH (cm) BP (%) SB (%) KBB
5 0 0 0 5 0 Sangat Keras
7 3,4 154 16 0 0 Sangat Lekat
8 3,2 146 14 1 0 Sangat Keras
10 0,5 9 11 0 0 Sangat Lekat
11 0 0 6 0 2 Sangat Lekat
13 0,8 14 13 0 0 Sangat Lekat
14 2,3 139 14 0 0 Sangat Lekat
16 2,8 124 11 0 0 Sangat Lekat
17 1,4 148 14 0 0 Sangat Lekat
18 2,3 153 13 0 0 Sangat Lekat
20 3,9 155 15 0 5 Sangat Teguh
21 3,8 143 12 0 0 Sangat Lekat
25 3,1 161 13 0 0 Sangat Lekat
26 2,8 131 10 0 0 Sangat Lekat
29 1,9 127 11 0 0 Sangat Lekat
34 1,3 117 9 0 0 Sangat Lekat
38 3,7 176 15 0 0 Sangat Lekat
39 2,9 150 14 0 0 Sangat Lekat
40 3,4 158 15 0 0 Sangat Lekat
45 2,1 137 13 0 0 Sangat Lekat
49 2,4 126 13 0 0 Sangat Lekat
50 3,2 141 14 0 0 Sangat Lekat
51 2,2 139 11 5 1 Sangat Keras
52 2,1 135 12 5 2 Sangat Keras
53 1,2 120 10 0 0 Sangat Lekat
58 2,6 132 11 0 0 Sangat Lekat
59 1,8 124 10 0 0 Sangat Lekat
Keterangan: P: Polygon, TS: Tebal Serasah, BS: Berat Serasah, TH: Tebal Horizon O, BP: Batuan Permukaan, SB: Singkapan
Batuan, KBB: Konsistensi Besar Butir
106 Supriyanto et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture

podsolik merah kuning 4 titik, dan yang paling sedikit didominasi oleh Sangat Lekat (SL), Sangat Keras (SK)
sebanyak 2 titik yakni jenis tanah litosol. dan Sangat Teguh (ST) hanya berjumlah total lima
polygon.
Pengamatan tanah dan serasah Horizon O pada titik lahan terbuka yang memiliki
serasah berkisar antara 9 ̶ 17 cm, sementara pada titik
Tujuan dari pengamatan tanah adalah untuk lahan terbuka yang tidak memiliki tutupan serasah
mendapatkan data sifat-sifat morfologi horizon penciri berkisar 0 ̶ 6 cm (Gambar 5).
(lapisan bawah) dan untuk mengetahui penyebaran Tabel 2 menunjukkan hasil pengamatan tanah dan
variasi sifat-sifat tanah pada suatu daerah (Sukarman et serasah pada jenis tanah latosol coklat. Jenis tanah latosol
al. 2017). Pengukuran tebal serasah bertujuan untuk coklat juga cenderung tidak ditemukan batuan
memperkirakan input hara pada areal tersebut (Hairiah et permukaan dan singkapan batuan, hanya ada pada
al. 2004). Parameter tanah dan serasah yang dilihat pada polygon 27, 32, dan 64, serta konsistensi, besar butir
penelitian ini yakni, tebal serasah, berat serasah, batuan didominasi Sangat Lekat (SL). Nilai terbesar tebal
permukaan, singkapan batuan, dan konsistensi, besar serasah, berat serasah, dan horizon O jenis tanah latosol
butir, serta horizon O pada tanah. coklat berada pada polygon 37 sebesar 3,8 cm, 197 g/m2,
Tabel 1 menunjukkan perolehan nilai dari hasil dan 17 cm. Nilai terkecil tebal serasah, berat serasah, dan
pengamatan tanah dan serasah pada jenis tanah latosol horizon O berada pada polygon 36 dan 31 masing-masing
merah kuning. Nilai terbesar tebal serasah, berat serasah, sebesar 2,3 cm, 122 g/m2, dan 10 cm.
dan horizon O berada pada polygon 20, 38, dan 7 dengan Nilai terbesar tebal serasah, berat serasah, dan
masing-masing nilai sebesar 3.9 cm, 176 g/m2, dan 16 horizon O pada jenis tanah podsolik merah kuning berada
cm. Nilai terkecil tebal serasah, berat serasah, dan pada polygon 28 dan 66 dengan masing-masing nilai
horizon O ditunjukkan pada polygon 5 dan 11 dengan sebesar 2.9 cm, 161 g/m2, dan 15 cm. Nilai terkecil tebal
tidak adanya serasah pada lokasi tersebut, namun tetap serasah, berat serasah, dan horizon O ditunjukkan pada
memiliki horizon O sebesar 6 cm (Gambar 4 dan Gambar polygon 1 dengan masing-masing nilai sebesar 1,2 cm,
5). Jenis tanah latosol merah kuning cenderung tidak 111 g/m2, dan 10 cm. Batuan permukaan dan singkapan
memiliki batuan permukaan dan singkapan batuan, hanya batuan yang ditemui pada jenis tanah podsolik merah
ada pada polygon 5, 8, 11, 20, 51, dan 52. Konsistensi, kuning hanya ada pada polygon 66 yakni masing-masing
besar butir pada jenis tanah latosol merah kuning sebesar 15 % dan 2 %. Konsistensi, besar butir pada jenis

Sumber: Data primer (2019)


Sumber: Data primer (2019)
Gambar 5 Kondisi horizon O; (a) dan (b) memiliki
Gambar 4 Kondisi lahan pada (a) Polygon 20, (b) tutupan serasah, (c) dan (d) tidak memiliki
Polygon 38, (c) Polygon 5, dan (d) Polygon
tutupan serasah
11
Tabel 2 Pengamatan tanah dan serasah pada jenis tanah latosol coklat
P TS (cm) BS (g/m2) TH (cm) BP (%) SB (%) KBB
27 2,8 139 14 10 0 Sangat Keras
31 2,8 122 10 0 0 Sangat Lekat
32 2,6 138 12 0 5 Sangat Teguh
36 2,3 138 13 0 0 Sangat Lekat
37 3,8 197 17 0 0 Sangat Lekat
46 3,2 171 16 0 0 Sangat Lekat
55 2,8 129 13 0 0 Sangat Lekat
60 2,6 144 14 0 0 Sangat Lekat
62 2,4 127 11 0 0 Sangat Lekat
64 3,3 184 16 10 5 Sangat Keras
Keterangan: P: Polygon, TS: Tebal Serasah, BS: Berat Serasah, TH: Tebal Horizon O, BP: Batuan Permukaan, SB:
Singkapan Batuan, KBB: Konsistensi Besar Butir
Vol. 13 No. 2, Agustus 2022, Hal 103-110 Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman Kehutanan... 107

tanah podsolik merah kuning didominasi oleh Sangat Suhu rata-rata tahunan pada kawasan HPGW adalah
Lekat (SL), hanya ada satu Sangat Keras (SK) pada 22,6oC dengan tipe curah hujan A dengan bulan kering
polygon 66 (Tabel 3). rata-rata 1,4 bulan, serta bulan basah rata-rata 10.4 bulan,
Jenis tanah litosol memiliki nilai tebal serasah, berat maksimum 12 bulan, dengan nilai Q=0,14. Curah hujan
serasah, dan horizon O pada polygon 15 masing-masing tahunan sebesar 2.996 mm (Rusdiana 2007) (Tabel 7).
sebesar 3.1 cm, 177 g/m2, dan 13 cm. Polygon 57
memiliki nilai tebal serasah, berat serasah, dan horizon O Pengamatan karakteristik lahan
yang cenderung lebih tinggi dengan masing-masing nilai
sebesar 3,1 cm, 191 g/m2, dan 17 cm. Batuan permukaan Hasil pengamatan karakteristik lahan dilakukan
tidak ditemukan pada polygon 15 dan 57. Singkapan dengan mengambil 3 plot sampel terluas untuk mewakili
batuan hanya ditemukan pada polygon 57 sebesar 5 %. setiap jenis tanah. Jenis tanah latosol merah pada polygon
Konsistensi, besar butir pada polygon 15 Sangat Lekat 8, polygon 14, dan polygon 7. Jenis tanah latosol coklat
(SL) dan 57 Sangat Teguh (ST) (Tabel 4). pada polygon 55, polygon 27, dan polygon 60. Jenis tanah
podsolik merah kuning pada polygon 1 dan polygon 2.
Sifat fisik dan kimia tanah serta iklim Jenis tanah litosol titik pada polygon 55 dan polygon 57.

Sifat fisik tanah yang diperoleh, pada jenis tanah Proses matching kesesuaian lahan
latosol merah kuning memiliki tekstur tanah yakni Clay
(C), drainase agak terhambat dan kedalaman efektif akar Proses matching dilakukan dengan membandingkan
menembus tanah ≥100 cm (Tabel 5). Jenis tanah latosol nilai persyaratan tumbuh yang telah diperoleh kemudian
coklat memiliki tekstur tanah Clay (C), drainase agak
terhambat, dan kedalaman efektif akar menembus tanah Tabel 5 Nilai sifat fisik tanah (media perakaran) pada
≥100 cm (Tabel 5). Jenis tanah podsolik merah kuning kawasan HPGW
memiliki tekstur tanah Clay (C), drainase agak cepat, Media
dan kedalaman efektif akar menembus tanah ≥100 cm Jenis tanah
perakaran (r)
Nilai
(Tabel 5). Jenis tanah litosol memiliki tekstur tanah Latosol merah Drainase tanah Terhambat
Sandy Clay (SC), drainase agak cepat, dan kedalaman kuning Tekstur Clay (C)
efektif akar menembus tanah ≥100 cm (Tabel 5). Kedalaman
≥100
Tabel 6 menunjukkan, jenis tanah latosol merah efektif (cm)
kuning memiliki pH tanah berkisar 5,4 ̶ 5,9; jenis tanah Latosol coklat Drainase tanah Terhambat
latosol coklat memiliki pH tanah 5,0 ̶ 5,9; jenis tanah Tekstur Clay (C)
podsolik merah kuning memiliki pH 5,4 ̶ 5,8; dan jenis Kedalaman
≥100
efektif (cm)
tanah litosol memiliki pH 5,2 ̶ 5,5. Tingkat salinitas
Podsolik Drainase tanah Agak terhambat
tanah pada kawasan HPGW termasuk rendah, dengan merah kuning Tekstur Clay (C)
nilai 0.006 ̶ 1 mmhos/cm (Rusdiana 2007). Kedalaman
≥100
efektif (cm)
Litosol Drainase tanah Agak cepat
Tabel 3 Pengamatan tanah dan serasah pada jenis Tekstur Sandy Clay (SC)
tanah podsolik merah kuning Kedalaman
≥100
efektif (cm)
TS BS TH BP SB
P KBB
(cm) (g/m2) (cm) (%) (%)
Tabel 6 Nilai sifat kimia tanah (retensi hara dan
1 1,2 111 10 0 0 Sangat Lekat
toksisitas) pada kawasan HPGW
2 1,5 119 12 0 0 Sangat Lekat
28 2,9 151 14 0 0 Sangat Lekat Persyaratan
Jenis tanah penggunaan/ Nilai
66 2,9 161 15 15 2 Sangat Keras karakteristik lahan
Keterangan: P: Polygon, TS: Tebal Serasah, BS: Berat Latosol merah Retensi hara (f)
Serasah, TH: Tebal Horizon O, BP: Batuan kuning pH tanah 5,4 - 5,9
Permukaan, SB: Singkapan Batuan, KBB: Toksisitas (x)
Konsistensi Besar Butir Salinitas (mmhon/cm) 0,006 - 1
Latosol coklat Retensi hara (f)
Tabel 4 Pengamatan tanah dan serasah pada jenis pH tanah 5,0 - 5,9
tanah litosol Toksisitas (x)
Salinitas (mmhon/cm) 0,006 - 1
TS BS TH BP SB Podsolik Retensi hara (f)
P KBB
(cm) (g/m2) (cm) (%) (%) merah kuning pH tanah 5.4 - 5,8
15 3,1 177 13 0 0 Sangat Lekat Toksisitas (x)
57 3,1 191 17 0 5 Sangat Teguh Salinitas (mmhon/cm) 0,006 - 1
Keterangan: P: Polygon, TS: Tebal Serasah, BS: Berat Litosol Retensi hara (f)
Serasah, TH: Tebal Horizon O, BP: Batuan pH tanah 5,2 - 5.5
Permukaan, SB: Singkapan Batuan, KBB: Toksisitas (x)
Konsistensi Besar Butir Salinitas (mmhon/cm) 0,006 - 1
108 Supriyanto et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture

dibandingkan dengan kriteria kesesuaian lahan pada 11 Pembahasan


jenis tanaman kehutanan, mahoni (Swietenia mahagoni),
damar (Agathis loranthifolia), sengon (Falcataria Kriteria kesesuaian lahan
moluccana), eukaliptus (Eucalyptus grandis), jati
(Tectona grandis), rasamala (Altingia excelsa), lamtoro FAO (1976) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka
(Leucaena leucocephalla), akasia (Acacia (2007), membuat klasifikasi kesesuaian lahan (ordo)
auriculiformis), pinus (Pinus merkusii), kayu putih yakni, sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai
(Melaleuca leucadendron), dan kaliandra (Caliandra marginal (S3), sedangkan lahan tidak sesuai (N1) tidak
calothyrsus). sesuai pada saat ini dan (N2) tidak sesuai untuk
Tabel 8 menunjukkan kesesuaian jenis tanaman pada selamanya. Suhu pada kawasan Hutan Pendidikan
setiap jenis tanah yang sebagian besar masuk ke dalam Gunung Walat (HPGW) memiliki nilai kelas kesesuaian
kelas S3 jika menggunakan hukum minimum Liebeg, lahan yang berbeda pada setiap jenis tanaman kehutanan,
namun jika tidak menggunakan hukum tersebut maka hal ini memasukkan temperatur ke dalam kelas
rekapitulasi kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman kesesuaian lahan S1 pada jenis tanaman damar, sengon,
dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 diperoleh dengan eukaliptus, lamtoro kayu putih dan kaliandra, serta kelas
menjumlahkan nilai kesesuaian lahan disetiap parameter kesesuaian lahan S2 pada jenis tanaman mahoni, jati,
yang digunakan S1, S2, S3, N1, dan N2 pada seluruh rasamala, akasia, dan pinus.
jenis tanah. Semakin banyak nilai S1 dan S2, maka Kawasan HPGW memiliki nilai kelas kesesuaian
semakin baik. Urutan jumlah S1 dan S2 terbesar dapat lahan pada ketersediaan air (bulan kering dan curah
digunakan untuk menyesuaikan jenis prioritas yang akan hujan) yang berbeda pula. Jenis tanaman mahoni, damar,
ditanam. Pada jenis tanaman jati memiliki N2 terbesar, dan sengon memiliki nilai kelas kesesuaian lahan yang
sehingga HPGW tidak layak untuk budidaya tanaman sama yakni S1. Eukaliptus memiliki nilai kelas
jati, khususnya pada lahan terbuka dalam penelitian ini. kesesuaian lahan S1 pada bulan kering dan S2 pada
curah hujan. Jenis rasamala, akasia, dan kayu putih
Tabel 7 Nilai iklim (temperatur dan ketersediaan air) memiliki nilai kelas kesesuaian lahan S2 untuk bulan
pada kawasan HPGW kering dan curah hujan. Lalu pada jenis tanaman lamtoro,
kaliandra, dan pinus memiliki nilai kelas kesesuaian
Persyaratan penggunaan/ lahan yang sama yakni S2 pada bulan kering, namun pada
Nilai
karakteristik lahan curah hujan memiliki perbedaan yakni pada lamtoro dan
Tempratur (t) kaliandra memiliki nilai kesesuaian lahan S3 sementara
Rata-rata tahunan (°C) 22,6 pinus memiliki nilai kesesuaian lahan S1. Jenis tanaman
Ketersediaan air (w) jati memiliki nilai N2 pada kelas kesesuaian lahan bulan
Bulan kering (<75mm) 0,14
kering dan curah hujan. Pada parameter ketersediaan air
Curah hujan/tahun (mm) 2.996

Tabel 8 Rekapitulasi kelas kesesuaian lahan berdasarkan hukum minimum Liebeg


Jenis Tanaman
Jenis Tanah Polygon
A B C D E F G H I J K
7 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Latosol Merah
8 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Kuning
14 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
27 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Latosol Coklat 55 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
60 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
1 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Podsolik
2 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Merah Kuning
28 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
15 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Litosol
57 S3 S3 S3 S3 N2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Sumber: Data primer (2019) (diolah)
Keterangan: A: Mahoni, B: Damar, C: Sengon, D: Eukaliptus, E: Jati, F: Rasamala, G: Lamtoro, H: Akasia, I: Pinus, J: Gelam,
K: Kaliandra

Tabel 9 Rekapitulasi total nilai kelas kesesuaian lahan berdasarkan skoring


Nilai Kelas Jenis Tanaman
Kesesuaian Lahan A B C D E F G H I J K
S1 70 62 83 86 59 48 70 57 70 65 83
S2 49 41 31 32 38 71 33 57 44 38 27
S3 35 18 29 36 35 35 51 40 40 51 44
N1 - - - - - - - - - - -
N2 - - - - 22 - - - - - -
Sumber: Data primer (2019) (diolah)
Keterangan: A: Mahoni, B: Damar, C: Sengon, D: Eukaliptus, E: Jati, F: Rasamala, G: Lamtoro, H: Akasia, I: Pinus, J: Gelam,
K: Kaliandra.
Vol. 13 No. 2, Agustus 2022, Hal 103-110 Kesesuaian Lahan Jenis Tanaman Kehutanan... 109

jenis tanaman jati sangat tidak sesuai untuk ditanam pada dengan rincian 4 titik Sangat Ringan (SR) kelerengan 1-
kawasan HPGW. 7 % (S1) untuk semua jenis tanaman kehutanan pada
Drainase jenis tanah latosol merah kuning dan jenis tanah latosol merah kuning. 13 titik jenis tanah
latosol coklat memiliki nilai kesesuaian lahan yang sama latosol merah kuning dan 4 titik jenis tanah latosol coklat
yaitu S1 pada jenis tanaman kaliandra, S2 pada jenis memiliki nelai kelas kesesuaian lahan Ringan (R)
tanaman damar, sengon, rasamala, dan lamtoro, dan S3 kelerengan 8-15 % (S2) untuk semua jenis tanaman
pada jenis tanaman mahoni, eukaliptus, jati, akasia, kehutanan. 9 titik jenis tanah latosol merah kuning, 6 titik
pinus, dan kayu putih. Drainase jenis tanah podsolik jenis tanah latosol coklat, 4 titik jenis tanah podsolik
merah kuning dan litosol memiliki nilai kesesuaian lahan merah kuning, dan 2 titik jenis tanah litosol memiliki
yang serupa dengan nilai S1 pada jenis tanaman nilai kesesuaian lahan Sedang (S) kelerengan 17 ̶ 28 %
eukaliptus, lamtoro dan akasia, S2 pada jenis tanaman (S3) untuk semua jenis tanaman kehutanan. Serta 1 titik
mahoni damar, sengon, jati, rasamala, dan kaliandra, jenis tanah latosol merah kuning memiliki nilai
serta S3 pada jenis tanaman pinus dan kayu putih. kesesuaian lahan Berat (B) kelerengan 31 % (N1) untuk
Kedalaman efektif pada jenis tanah latosol merah semua jenis tanaman kehutanan. Kawasan HPGW
kuning, latosol coklat, podsolik merah kuning, dan litosol merupakan wilayah dengan ketinggian 500 ̶ 600 mdpl
memiliki nilai kelas kesesuaian S1 pada jenis tanaman (Rusdiana 2007), sehingga kawasan HPGW memiliki
sengon, eukaliptus, lamtoro, akasia, pinus, kayu putih, nilai kelas kesesuaian S1 pada bahaya banjir.
dan kaliandra. Sementara jenis tanaman mahoni, damar,
jati, dan rasamala memiliki nilai kesesuaian lahan S2. Tebal serasah dan horizon O tanah
Tekstur tanah pada jenis tanah latosol merah kuning,
latosol coklat, dan podsolik merah kuning memiliki nilai Lapisan serasah yang tebal menjaga kelembaban
kelas kesesuaian lahan S1 pada jenis tanaman jati dan tanah dan kaya akan hara, sehingga memacu
kaliandra, serta pada jenis tanaman mahoni, damar, perkembangan organisme tanah seperti akar tanaman dan
sengon, eukaliptus, rasamala, akasia, lamtoro, pinus, dan cacing tanah (Hairiah et al. 2004). Hasil pengukuran
kayu putih S2. Tekstur tanah pada jenis tanah litosol ketebalan lapisan serasah pada titik lahan terbuka di
memiliki nilai kelas kesesuaian lahan S1 pada jenis kawasan HPGW menunjukkan kerapatan pada sekitar
tanaman sengon, jati, lamtoro, kayu putih, dan kaliandra, lahan terbuka dan vegetasi yang menutupi titik lahan
sementara pada jenis tanaman mahoni, damar, terbuka (tumbuhan bawah) mempengaruhi jumlah
eukaliptus, rasamala, akasia, dan pinus S2. serasah yang ada pada lokasi titik lahan terbuka seperti
PH tanah pada kawasan HPGW cenderung masuk ke pada Gambar 5.
dalam kategori tanah masam. Jenis tanah latosol merah Tinggi horizon O pada titik lahan terbuka
kuning memiliki pH tanah berkisar 5.4 ̶ 5.9. Nilai dipengaruhi oleh jumlah serasah yang ada pada lokasi
kesesuaian lahan batuan permukaan S1 dengan nilai lahan terbuka, pada titik lahan terbuka yang memiliki
batuan permukaan 0-1 %, pada 24 titik lahan terbuka tutupan serasah tinggi horizon O berkisar 10 ̶ 17 cm
berjenis tanah latosol merah kuning, 8 titik lahan terbuka sementara pada titik lahan terbuka yang tidak memiliki
berjenis tanah latosol coklat, 3 titik lahan terbuka berjenis tutupan serasah tinggi horizon O hanya berkisar antara 0
tanah podsolik merah kuning, dan 2 titik lahan terbuka ̶ 6 cm.
berjenis tanah litosol untuk setiap jenis tanaman
kehutanan. Sementara sisa titik lahan terbuka lainnya Proses matching kesesuaian lahan
dengan jumlah total 6 titik, dengan rincian 3 titik berjenis Hasil rekapitulasi kelas kesesuaian lahan pada jenis
tanah latosol merah kuning, 2 titik berjenis tanah latosol tanah latosol merah kuning, latosol coklat, podsolik
coklat, dan 1 titik berjenis tanah podsolik merah kuning merah kuning, dan litosol dengan Hukum Minimum
memiliki nilai kelas kesesuaian lahan batuan permukaan Liebeg diperoleh, jenis tanaman mahoni, damar, sengon,
S2 dengan nilai 5 ̶ 15 % untuk setiap jenis tanaman eukaliptus, rasamala, pinus, lamtoro, akasia, kayu putih,
kehutanan. dan kaliandra memiliki nilai rekapitulasi kelas
Nilai kelas kesesuaian lahan singkapan batuan S1 kesesuaian lahan S3, sementara pada jenis tanaman jati
dengan nilai singkapan batuan 0 ̶ 1 %, pada 24 titik lahan memiliki nilai rekapitulasi N2. Faktor pembatas N pada
terbuka berjenis tanah latosol merah kuning, 8 titik lahan jenis tanaman jati adalah bulan kering dan curah
terbuka berjenis tanah latosol coklat, 3 titik lahan terbuka hujan/tahun.
berjenis tanah podsolik merah kuning, dan 1 titik lahan Rekapitulasi dengan skoring menunjukkan (Tabel 9)
terbuka berjenis tanah litosol untuk setiap jenis tanaman rincian masing-masing total nilai kelas kesesuaian lahan
kehutanan. Serta pada 3 titik berjenis tanah latosol merah pada setiap jenis tanaman kehutanan. Nilai S1 (sangat
kuning, 2 titik berjenis tanah latosol coklat, 1 titik sesuai) terbanyak diperoleh pada jenis tanaman
berjenis tanah podsolik merah kuning, dan 1 titik berjenis eukaliptus dengan jumlah 86, lalu jenis tanaman sengon
tanah litosol memiliki nilai kelas kesesuaian lahan dan kaliandra dengan jumlah 83, kemudian jenis tanaman
singkapan batuan S2 dengan nilai singkapan batuan 2-5 mahoni, pinus dan lamtoro dengan jumlah 70, serta jenis
%. Nilai kelas kesesuaian lahan konsistensi, besar butir tanaman kayu putih, damar, akasia, dan rasamala dengan
pada seluruh titik lahan terbuka di kawasan HPGW masing-masing berjumlah 65, 62, 57, dan 48. Jenis
adalah S3. tanaman jati memiliki nilai S1 (sangat sesuai) sejumlah
Titik lahan terbuka pada kawasan HPGW memiliki 59, namun memiliki nilai N2 (tidak sesuai) sejumlah 22
nilai kelas kesesuaian lahan topografi yang beragam, sehingga menjadi faktor pembatas.
110 Supriyanto et al. Jurnal Silvikultur Tropika
Journal of Tropical Silviculture

SIMPULAN DAN SARAN Gunung Walat (HPGW) [Internet]. Tersedia pada:


http://gunungwalat.ipb.ac.id/tentang-
Simpulan kami/kondisi-umum.
Hairiah K, Widianto, Suprayogo D, Widodo RH,
Jenis tanaman kehutanan, eukaliptus (E. grandis), Purnomosidhi P, Rahayu S, Noordwijk MV. 2004.
sengon (F. moluccana), kaliandra (C. calothyrsus), Ketebalan Serasah sebagai Indikator Daerah
mahoni (S. mahagoni), pinus (P. merkusii), lamtoro (L. Aliran Sungai (DAS) Sehat. Bogor (ID): World
leucocephalla), kayu putih (M. leucadendron), damar (A. Agroforestry Centre (ICRAF).
loranthifolia), akasia (A. auriculiformis), dan rasamala Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi
(A. excelsa) sesuai untuk ditanam pada areal terbuka di Penggunaan Lahan dan Perencanaan Tata Guna
kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Lahan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah
karena tidak memiliki faktor pembatas. Sementara jenis Mada Press.
tanaman jati (T. grandis) tidak sesuai untuk ditanam pada Sugiharyanto, Khotimah N. 2009. Diktat Mata Kuliah
areal terbuka di kawasan HPGW karena memiliki faktor Geografi Tanah. Yogyakarta (ID): Universitas
pembatas pada karakteristik lahan ketersediaan air yakni, Negeri Yogyakarta Press.
bulan kering dan curah hujan. Rusdiana O. 2007. Siklus nitrogen pada hutan tanaman
pinus di hutan pendidikan gunung walat,
Saran Sukabumi [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor Press.
Perlu dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut Sukarman, Ritung S, Anda M, Suryani E. 2017. Pedoman
mengenai pertumbuhan jenis-jenis tanaman yang Pengamatan Tanah di Lapangan. Jakarta (ID):
memperoleh nilai kelas kesesuaian lahan S3 untuk lebih IAARD Press.
memaksimalkan pertumbuhan tanaman tersebut. Widiatmaka, Ambarwulan W, Mulia SP, Soeka BDG,
Bondansari. 2014. Evaluasi lahan fisik dan
ekonomi komoditas pertanian utama transmigran
di lahan marjinal kering masam rantau pandan sp-
DAFTAR PUSTAKA 4, Provinsi Jambi. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 4(2): 152-
[BPHPGW] Badan Pelaksana Hutan Pendidikan Gunung 160.
Walat. 2007. Kondisi umum Hutan Pendidikan

You might also like