Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

754-Article Text-5766-1-10-20211229

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2021

Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan


Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Skizofrenia
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari
Kabupaten Purbalingga

Harsito1, Arni Nur Rahmawati ²), Madyo Maryoto³)


Program Studi Keperawatan Program Sarjana, Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
Jl. Raden Patah No 100. Ledug Kec. Kemabaran 53182, Indonesia
1) 2) 3)
Email: harsitoida@gmail.com Email: arninr@uhb.ac.id Email: dio39354@gmail.com

ABSTRACT

Severe mental disorders are mental disorders characterized by impaired ability to judge reality or poor
insight. Symptoms that accompany this disorder include hallucinations, illusions, delusions, impaired
thought processes, thinking skills, and strange behavior, such as aggressiveness or catatonic
behavior. Severe mental disorders are known as psychosis and one example of psychosis is
schizophrenia. One of the supports for families who have family members with schizophrenia is the
monitoring of schizophrenic patients in taking regular medication. Many of the families are still very
lacking in providing support to people with schizophrenia, especially in terms of taking medication.
Family support is one of the most important things for medication adherence, because individuals who
interact with people with schizophrenia at any time are family. The aims of this study was to determine
the relationship between family support and medication adherence in patients with schizophrenia in
the UPTD Work Area of Bojongsari Health Center, Bojongsari District, Purbalingga Regency. This
research method uses descriptive analytic research, with the observational method using a cross
sectional survey approach. The results of this study are that there is a significant relationship between
family support and medication adherence in patients with schizophrenia in the UPTD Puskesmas
Bojongsari working area with a p-value of 0.000.

Keywords: Schizophrenia, family support, medication adherence

ABSTRAK

Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan menilai
realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini antara lain berupa
halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses fikir, kemampuan berfikir, serta tingkah laku aneh,
misalnya agresivitas atau katatonik. Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah
satu contoh psikosis adalah skizofrenia. Salah satu dukungan keluarga yang mempunyai anggota
keluarga dengan skizofrenia adalah pemantuan penderita skizofrenia dalam meminum obat rutin.
Banyak diantara keluarga yang masih sangat kurang dalam memberi dukungan kepada penderita
skizofrenia terutama dalam hal minum obat. Dukungan keluarga merupakan salah satu hal yang
sangat penting akan kepatuhan minum obat, dikarenakan individu yang setiap saat berinteraksi
dengan penderita skizofrenia adalah keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik, dengan metode observasional
menggunakan pendekatan survey cross sectional. Hasil penilitian ini adalah terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Bojongsari dengan p-value sebesar 0,000.

Kata kunci : Skizofrenia, dukungan keluarga, kepatuhan minum obat

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 869


PENDAHULUAN pesan atau rangsangan yang datang.
Kesehatan jiwa merupakan Penyesatan pikiran (delusi) adalah
kemampuan individu dalam kelompok dan kepercayaan yang kuat dalam
lingkungannya untuk berinteraksi dengan menginterprestasikan sesuatu yang
yang lain dengan cara untuk mengapai kadang berlawanan dengan kenyataan.
kesejahteraan, perkembangan yang Misalnya, pada penderita skizofrenia,
optimal, dengan menggunakan lampu trafik di jalan raya yang berwarna
kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi, merah-kuning-hijau, dianggap sebagai
relasi) memiliki prestasi individu serta suatu syarat dari luar angkasa
kelompoknya konsisten dengan hukum (Prasetyo.2015).
yang berlaku (Prasetyo, 2015). Beberapa penderita skizofrenia
Salah satu masalah kesehatan jiwa berubah menjadi seorang paranoid.
adalah gangguan mental individu atau Mereka selalu merasa kadang diamati-
sering disebut gangguan jiwa. Gangguan amati, diintai, atau hendak diserang.
jiwa terdiri dari gangguan jiwa ringan, Kegagalan berpikir mengarah kepada
sedang dan gangguan jiwa berat. masalah diamana klien skizofrenia tidak
Gangguan jiwa berat sering terjadi pada mampu memproses dan mengatur
orang dengan kemampuan pengendalian pikirannya. Kebanyakan klien tidak
mental yang kurang baik dalam mampu memahami hubungan antara
menghadapai suatu keadaan. Gangguan kenyataan dan logika. Semua itu
jiwa berat adalah gangguan jiwa yang membuat skizofrenia tidak bisa memahami
ditandai oleh terganggunya kemampuan siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak
menilai realitas atau tilikan (insight) yang bisa mengerti apa itu manusia. Dia juga
buruk. Gejala yang menyertai gangguan tidak bisa mengerti kapan dia lahir,
ini antara lain berupa halusinasi, ilusi, dimana dia berada, dan sebagainya
waham, gangguan proses fikir, (Yosep dkk, 2014). Beberapa gejala
kemampuan berfikir, serta tingkah laku negatif penderita skizofrenia diantaranya
aneh, misalnya agresivitas atau katatonik. adalah masa bodoh (apatis), blocking,
Gangguan jiwa berat dikenal dengan mengalami isolasi sosial, dan menurunnya
sebutan psikosis dan salah satu contoh kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari
psikosis adalah skizofrenia (Riskesdas, (Keliat dkk, 2011).
2013). Keluarga merupakan satu atau lebih
Prevalensi gangguan jiwa di seluruh individu yang tergabung karena ikatan
dunia menurut data WHO, (World tertentu untuk saling membagi
Health Organization)pada tahun 2019, pengalaman dan melakukan pendekatan
terdapat 264 juta orang mengalami emosional serta mengidentifikasi diri
depresi, 45 juta orang menderita mereka sebagai bagian dari keluarga
gangguan bipolar, 50 juta orang (Friedman, 2013). Hampir setiap masalah
mengalami demensia, dan 20 juta orang kesehatan mulai dari awal sampai pada
jiwa mengalami skizofrenia. penyelesaiannya akan dipengaruhi oleh
Berdasarkan catatan Kemenkes RI keluarga. (Friedman, 2013) mengatakan
pada tahun 2019, prevalensi gangguan salah satu tugas keluarga di bidang
kejiwaan tertinggi terdapat di Provinsi Bali kesehatan adalah memelihara kesehatan
dan Yogyakarta dengan masing-masing anggota keluarganya dan memberi
prevalensi menunjukan angka 11,1% dan perawatan serta dukungan kepada
10.4% per 1000 rumah tangga yang anggota keluarga yang sakit dan tidak
memiliki ART dengan pengidap dapat
skizofrenia/psikosis. membantu dirinya sendiri karena cacat
Gejala skizofrenia meliputi gejala atau usia yang terlalu muda.
positif (perilaku yang normal berlebihan) Dukungan keluarga merupakan salah satu
dan gejala negatif (berkurang perilaku dukungan sosial yang terdapat di
normal) (Stuart, 2013). Gejala positif masyarakat dimana dukungan ini ialah
halusinasi selalu terjadi saat rangsangan suatu proses hubungan antara keluarga
terlalu kuat dan otak tidak mampu dengan lingkungan sosialnya (Friedman,
menginterprestasikan dan merespons 2013).

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 870


Keluarga perlu memberikan dukungan obat, dikarenakan individu yang setiap
yang merupakan suatu persepsi mengenai saat berinteraksi dengan penderita
bantuan berupa perhatian, penghargaan, skizofrenia adalah keluarga. Keluarga
informasi, nasehat maupun materi yang mempunyai peran yang cukup krusial
diterima penderita skizofrenia pasca dalam kepatuhan minum obat, dimana
perawatan dari anggota keluarga lainnya pemantauan minum obat dan jadwal
dalam rangka menjalankan fungsi atau minum obat akan sepenuhnya dilakukan
tugas yang terdapat di dalam sebuah oleh anggota keluarga yang merawat
keluarga. Menurut House (1985 dalam penderita skizofrenia. Pemantauan oleh
Friedman, 2013), dukungan keluarga yang keluarga harus dilakukan dengan benar
dapat diberikan pada penderita yaitu karena hal tersebut akan berjalan seumur
dukungan emosional (memberikan hidup. Hal tersebut menjadikan dukungan
kenyamanan), dukungan informasional keluarga adalah salah satu varibel yang
(memberikan informasi), dukungan terpenting dalam kepatuhan minum obat
instrumental (memfasilitasi kebutuhan) pada penderita skizofrenia. Penelitian
dan dukungan penilaian (sumber dan yang dilakukan oleh Prasetyo (2015)
validator identitas). Hal tersebut sejalan dengan judul “Hubungan Pengetahuan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Keluarga dan Dukungan Keluarga dengan
Sari (2011) tentang Dukungan Keluarga Kepatuhan Minum Obat Penderita
dalam Mencegah Kekambuhan Penderita skizofrenia di Wilayah Puskesmas
skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Gamping I, Sleman, Yogyakarta” dengan
dengan hasil penelitian Keeratan hasil penelitian Ada hubungan
hubungan pengetahuan keluarga dengan pengetahuan dan dukungan keluarga
kepatuhan minum obat di wilayah terhadap kepatuhan minum obat penderita
Puskesmas Gamping I Sleman dalam skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
kategori rendah dengan nilai koefesien Gamping I Sleman Yogyakarta.
korelasi 0,0459. Hasil penelitian diketahui Berdasarkan data profil Dinas
terdapat hubungan signifikan antara Kesehatan Kabupaten Purbalingga pada
dukungan keluarga dengan pencegahan tahun 2020 UPTD Puskesmas Bojongsari
kekambuhan penderita skizofrenia (p- kunjungan penderita Skizofrenia aktif
value 0,000) yang meliputi hubungan berjumlah 55 orang. Angka kejadian
antara dukungan emosional keluarga skizofrenia di UPTD Puskesmas
dengan pencegahan kekambuhan Bojongsari menjadi kasus terbanyak dari
penderita skizofrenia (p-value 0,005), total penderita tahun 2020 sejumlah 55
hubungan antara dukungan informasional orang penderita dari 110 penderita yang
keluarga dengan pencegahan tertangani dari jumlah seluruh penderita
kekambuhan penderita skizofrenia (p- pada tahun 2020. Itu berarti 50,0 % dari
value 0,002), hubungan antara dukungan jumlah kasus penderita skizofrenia, 27,3
instrumental keluarga dengan % penderita dengan kasus depresi, 1,8 %
pencegahan kekambuhan penderita dengan kasus retardasi mental, dengan
skizofrenia (p-value 0,000), serta 18,1 % kasus ansietas, dan dengan kasus
hubungan antara dukungan penilaian lain lain sejumlah 2,8 %. Berdasarkan
keluarga dengan pencegahan data tersebut 25 orang yang berhenti
kekambuhan penderita skizofrenia (p- pengobatan telah dikunjungi oleh petugas,
value 0,014). namun sudah di motivasi oleh petugas
Salah satu dukungan keluarga yang keluarga mengatakan sudah tidak
mempunyai anggota keluarga dengan sanggup untuk merawat pasien (Dokumen
skizofrenia adalah pemantuan penderita data laporan jiwa UPTD Puskesmas
skizofrenia dalam meminum obat rutin. Bojongsari, 2020).
Banyak diantara keluarga yang masih Pra survey dilakukan pada bulan
sangat kurang dalam memberi dukungan Oktober 2020 di Puskesmas Bojongsari.
kepada penderita skizofrenia terutama Berdasarkan hasil kunjungan yang peneliti
dalam hal minum obat. Dukungan lakukan, hasil kunjungan kepada 30 orang
keluarga merupakan salah satu hal yang penderita dan keluarga yang menderita
sangat penting akan kepatuhan minum gangguan jiwa khususnya penderita

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 871


skizofrenia dan tersebar di 13 desa maka akan dilakukan tabulating dan
Kecamatan Bojongsari, sebanyak 17 anlisis data.
orang anggota keluarga yang merawat Instrumen penelitian menggunakan
orang dengan gangguan jiwa mengalami kuesioner dukungan keluarga dan
hal yang sama, yaitu kurangnya kepatuhan minum obat yanag sudah
dukungan dari anggota keluarga lain dilakukan uji validitas dan reabilitas.
khususnya dalam hal minum obat. Nomer ijin etik penelitian ini adalah No.
Anggota keluarga kurang mengawasi B.LPPM-UHB/542/09/2021. Analisa data
penderita skizofrenia dalam minum obat, menggunakan analisa univariat dan
akibatnya kadang penderita tidak bivariat dengan rumus uji Chi Square.
diberikan obat rutin, bahkan ada juga yang Penelitian ini dilakukan pada bulan
tidak diambilkan obat rutin lagi dari Agustus 2021 di wilayah kerja puskesmas
puskesmas. Alasan anggota keluarga Bojongsari.
beragam, ada yang mengatakan
keterbatasan waktu dalam merawat, HASIL DAN PEMBAHASAN
kesibukan pekerjaan, dan juga sudah Berdasarkan penelitian tentang
putus asa karena sudah memberikan obat “Hubungan antara Dukungan Keluarga
tetapi anggota keluarga dengan dengan Kepatuhan Minum Obat pada
skizofrenia belum kunjung sembuh juga. Penderita skizofrenia di Wilayah Kerja
Hal tersebut mengakibatkan UPTD Puskesmas Bojongsari, Kecamatan
penderitadengan skizofrenia rentan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga tahun
mengalami kekambuhan karena tidak 2020” dengan jumlah responden
teratur dalam megkonsumsi obat rutin. sebanyak 55 responden, maka didapatkan
Berdasarkan fenomena masalah hasil berikut:
tersebut maka peneliti tertarik untuk Tabel 1 Tabel Distribusi Frekuensi
meneliti tentang “Hubungan antara Karakteristik Responden berdasarkan jenis
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan kelamin, dukungan keluarga, kepatuhan
Minum Obat pada Penderita skizofrenia di minum obat
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)
Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Laki-laki 12 21.8
Kabupaten Purbalingga tahun 2020”. Perempuan 43 78.2
55 100.0
METODE PENELITIAN 55 100.0
Penelitian ini menggunakan jenis Kepatuhan
Minum Obat
penelitian deskriptif analitik, dengan
Baik 44 80.0
metode observasional menggunakan Tidak Baik 11 20.0
pendekatan survey cross sectional, yaitu 55 100.0
suatu penelitian mempelajari dinamika
Dukungan Keluarga
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
Dukungan
efek, dengan cara pendekatan, observasi Informasional Jumlah Prosentase (%)
atau pengumpulan data sekaligus pada Baik 53 96.4
suatu saat (point time approach). Jumlah Tidak Baik 2 3.6
sampel dalam penelitian ini adalah 55 55 100.0
responden dengan menggunakan total Dukungan
sampling. Penilaian
Jenis data menggunakan data primer Baik 53 96.4
yang secara langsung saat penelitian Tidak Baik 2 3.6
meliputi data karakteristik responden 55 100.0
penilitian, setelah responden setuju Dukungan
Instrumental
menjadi responden dilakukan pembagian
Baik 52 94.5
kuisioner dukungan keluarga dan
Tidak Baik 3 5.5
kepatuhan minum obat pada penderita
55 100.0
skizofrenia, setelah kusisoner selesai diisi

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 872


Dukungan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
Emosional bahwa jenis kelamin sebagian besar
Baik 48 87.3 adalah jenis kelamin perempuan yaitu
Tidak Baik 7 12.7 sebanyak 43 responden atau 78,2 %.
55 100.0 Dukungan keluarga sebagian besar
Dukungan berada pada aspek dukungan
Jaringan Sosial informasional dan dukungan penilian
Baik 39 70.9 sebesar 53 responden atau 96,4 %.
Tidak Baik 16 29.1
Kepatuhan minum obat sebagian besar
55 100.0
adalah pada kategori baik yaitu sebanyak
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan 44 responden atau 80 %.
bahwa jenis kelamin sebagian besar Berdasarkan tabel 2 menunjukan hasil
adalah jenis kelamin perempuan yaitu perhitungan bahwa dukungan keluarga
sebanyak 43 responden atau 78,2 %. yang baik dan kepatuhan minum obat juga
Dukungan keluarga sebagian besar baik memiliki angka sebesar 38
berada pada aspek dukungan responden atau 32, 8 %, sedangkan
informasional dan dukungan penilian dukaungan keluarga baik tetapi kepatuhan
sebesar 53 responden atau 96,4 %. minum obat kurang baik didapatkan hasil
Kepatuhan minum obat sebagian besar sebesar 6 responden atau 11,2 %. Pada
pada kategori baik yaitu sebesar 44 kategori dukungan keluarga yang kurang
responden atau 80,0%. baik tetapi kepatuhan minum obat baik
didapatkan angka sebesar 3 responden
Tabel 2 Hubungan antara Dukungan Keluarga atau 8,2 %, sedangkan pada
Kepatuhan Minum Obat
dukungankeluarga kurang baik dan
kepatuhan minum obat juga kurang baik
Dukungan Baik Kurang Total
Keluarga Baik didapatkan angka sebesar 8 responden
atau 2, 8 %. Pada perhitungan korelasi
n % n % n % p-
valu
antara dukungan keluarga dan kepathan
e minum obat didapatkan p-value sebesar
Baik
38
32. 6 11.2 44 80 .000 0,000 yang berarti terdapat hubungan
8 .0
Tidak baik 3 8.2 8 2.8 11 20
yang sangat signifikan antara dukungan
.0 keluarga dengan kepatuhan minum obat.
dan Kepatuhan Minum Obat Friedman (2013) mengatakan salah
satu tugas keluarga di bidang kesehatan
Berdasarkan tabel 2 menunjukan hasil adalah memelihara kesehatan anggota
bahwa dukungan keluarga yang baik dan keluarganya dan memberi perawatan
kepatuhan minum obat juga baik memiliki serta dukungan kepada anggota keluarga
angka sebesar 38 responden atau 32, 8 yang sakit dan tidak dapat membantu
%, sedangkan dukaungan keluarga baik dirinya sendiri karena cacat atau usia
tetapi kepatuhan minum obat kurang baik yang terlalu muda. Dukungan keluarga
didapatkan hasil sebesar 6 responden merupakan salah satu dukungan sosial
atau 11,2 %. Pada kategori dukungan yang terdapat di masyarakat dimana
keluarga yang kurang baik tetapi dukungan ini ialah suatu proses hubungan
kepatuhan minum obat baik didapatkan antara keluarga dengan lingkungan
angka sebesar 3 responden atau 8,2 %, sosialnya. Salah satu dukungan keluarga
sedangkan pada dukungankeluarga yang mempunyai anggota keluarga
kurang baik dan kepatuhan minum obat dengan skizofrenia adalah pemantuan
juga kurang baik didapatkan angka penderita skizofrenia dalam meminum
sebesar 8 responden atau 2, 8 %. Pada obat rutin. Banyak diantara keluarga yang
perhitungan korelasi antara dukungan masih sangat kurang dalam memberi
keluarga dan kepatuhan minum obat dukungan kepada penderita skizofrenia
didapatkan p-value sebesar 0,000 yang terutama dalam hal minum obat.
berarti terdapat hubungan yang sangat Dukungan keluarga merupakan salah satu
signifikan antara dukungan keluarga hal yang sangat penting akan kepatuhan
dengan kepatuhan minum obat. minum obat, dikarenakan individu yang

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 873


setiap saat berinteraksi dengan penderita SARAN
skizofrenia adalah keluarga, Sari (2011). 1. Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Diharapkan dari tempat penelitian
yang dilakukan oleh Pelealu, dkk (2018) dapat mendapatkan hasil referensi ilmiah
yang berjudul “Hubungan Dukungan yang dapat digunakan untuk pengambilan
Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat keputusan terutama mengenai masalah
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa dukungan keluarga dan kepatuhan minum
Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang, Sulawesi obat pada penderita skizofrenia di wilayah
Utara” dengan hasil penelitian terdapat kerja UPTD Puskesmas Bojongsari.
hubungan dukungan keluarga dengan 2. Bagi responden
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia Hasil penelitian ini diharapkan dapat
di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.L. menambah wawasan dan pengatahuan
Ratumbuysang, Sulawesi Utara dan p- responden mengenai dukungan keluarga
value didapatkan hasil sebesar 0,000. dan kepatuhan minum obat pada
Penelitian ini juga sejalan dengan penderita skizofrenia di wilayah kerja
penelitian Setyaji (2020) yang berjudul UPTD Puskesmas Bojongsari.
“Hubungan Dukungan Keluarga dan 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Peneliti selanjutnya dapat meneliti
Kepatuhan Minum Obat Penderita faktor yang lebih luas seperti variable
Skizofrenia” dengan hasil penelitian instrinsik, ekstrinsik termasuk juga variable
terdapat hubungan antara dukungan pengganggunya perlu dipertimbangkan
keluarga dan dukungan petugas lagi seperti latar belakang sosial ekonomi.
kesehatan terhadap kepatuhan minum
obat penderita skizofrenia di Puskesmas DAFTAR PUSTAKA
Oro Ombo, Madiun, Jawa Timur. Armiyati. (2015). Analisa Perempuan Rentan
Gangguan Jiwa Di Desa Keniten
SIMPULAN Kabupaten Ponorogo. Universitas
Berdasarkan hasil dan pembahasan Muhammadiyah Ponorogo.
pada penelitian tentang “Hubungan antara Farida & Yudi. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Minum Obat pada Penderita skizofrenia di Friedman, M. Dkk. (2013). Buku Ajar
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, &
Bojongsari, Kecamatan Bojongsari, Praktik. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Kabupaten Purbalingga tahun 2020” maka
Hawari, D. (2016). Manajemen Stres Cemas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
dan Depresi. Jakarta: Fakultas
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kedokteran Universitas Indonesia.
dukungan keluarga sebagian besar
berada pada aspek dukungan Keliat. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
informasional dan dukungan penilian Jiwa. Jakarta : EGC
sebesar 53 responden atau 96,4 %. Muntiaroh.(2011). Gambaran Tingkat
2. Hasil penelitian menunjukan hasil pengetahuan Keluarga tentang
bahwa kepatuhan minum obat Skizofrenia dan Dukungan Keluarga pada
sebagian besar adalah pada kategori Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Dr.
baik yaitu sebanyak 44 responden Amino Gondohutomo Semarang.Skripsi.
atau 80 %. Octrina .(2012). “Hubungan Pengetahuan
3. Hasil penelitian menunjukan terdapat Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan
hubungan yang signifikan antara Minum Obat Pasien Skizofrenia di Rumah
dukungan keluarga dengan Sakit Jiwa Prvsu Medan”. Universitas
kepatuhan minum obat pada Sumatera Utara. Skripsi.
penderita skizofrenia di wilayah kerja Pakpahan. (2014). “Hubungan Dukungan
UPTD Puskesmas Bojongsari dengan Keluarga dan Depresi dengan Kualitas
p-value sebesar 0,000. Hidup Pasien HIV/AIDS di RSUP.H.
Adam Malik Medan”. Universitas
Sumatera Utara.Tesis.
Paul.(2016). Surviving Schizophrenia in the

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 874


Family: Four Case Studies. International Saryono. (2010). Metodologi Penelitian
Journal of Bio-Science and Bio- Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Technology Vol.8, No.5 (2016), pp. 259- Press.
268 Setyaji. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga
dan Dukungan Tenaga Kesehatan
Prasetyo.(2015). Hubungan Pengetahuan
dengan Kepatuhan Minum Obat
Keluarga dan Dukungan Keluarga dengan
Penderita Skizofrenia. Skripsi.
Kepatuhan Minum Obat Penderita
Simanullang. (2018). Hubungan Dukungan
skizofrenia di Wilayah Puskesmas
Keluarga Dengan Kekambuhan
Gamping I, Sleman, Yogyakarta.Skripsi.
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa. Skripsi.
Purwanto. (2010). Faktor-Faktor Berhubungan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
dengan. Kekambuhan Penderita Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
skizofrenia di Rumah sakit jiwa. Daerah Alfabeta.
Surakarta Titin. (2017). “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat keaktifan kunjungan
Riskesdas. (2015). Badan Penelitian dan
prolanis oleh penderita Diabetes Melitus
Pengembangan Kesehatan RI. Jakarta: tipe 2 di Puskesmas Bojongsari”.
Riset Kesehatan Dasar. Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.
Sadock. (2014).Anxiety Disorder in : Kaplan & Skripsi.
Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Notoatmojo. (2012).Promosi Kesehatan dan
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry, Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.
10th Edition. New York: Lippincott Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Williams & Wilkin. Hal 580
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sadock. (2010). Gangguan ansietas. Dalam : Notoatmodjo S. (2012). Promosi Kesehatan
Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka
Ed Ke- 2. EGC : Jakarta. Hal 230-233 Cipta. Notoatmodjo S. 2012. Promosi
Sari. (2011). Dukungan Keluarga dalam Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Mencegah Kekambuhan Penderita Jakarta: PT Rineka Cipta.
skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Winda. (2013). “Karakteristik Jenis Stressor
Aceh.Skripsi. Psikososial Pada Penderita Skizofrenia di
Saputra. (2019). Hubungan Dukungan RSKD Provinsi Sulawesi Selatan”.
Keluarga dengan Kepatuhan Kontrol Universitas Negeri Alaudin Makasar.
Ulang pada Pasien Skizofrenia Paranoid. Skripsi
Skripsi.

Harsito, Rahmawati , & Maryoto 875

You might also like