414 - Article Text-2268-1-10-20221126
414 - Article Text-2268-1-10-20221126
414 - Article Text-2268-1-10-20221126
Submitted:
2022-10-20 ABSTRACT: The results of this study will be used in the Education
Revised: Office of Muaro Jambi Regency. The importance of understanding
2022-11-01
the main duties and functions of regulatory changes because they
Accepted:
2022-11-18 are things that must even be carried out by a member of an
Copyright holder:
© Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. (2022)
organization or employee in an agency on a regular basis in
This article is under:
accordance with their abilities to complete work programs that
have been made based on the goals, vision, and mission of an
organization. This study describes the group counseling solution
How to cite:
Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. (2022). Konseling focused brief counseling (sfbc) to improve understanding of the
Kelompok Solution Focused Brief Counseling (SFBC) untuk
Meningkatkan Pemahaman Tupoksi Terhadap Perubahan
Regulasi Kepegawaian di Institusi Pemerintah Daerah. Bulletin
main duties and functions of changes in staffing regulations in
of Counseling and Psychotherapy,
https://doi.org/10.51214/bocp.v4i3.414
4(3). local government institutions. This research is experimental
Published by:
research with The One Group Pretest-Posttest design. Analysis of
Kuras Institute
the data in this study used the Wilcoxon test and there was an
Journal website:
https://journal.kurasinstitute.com/index.php/bocp increase between the pretest and posttest. The results of this study
E-ISSN: indicate that the condition of the experimental group before being
2656-1050
given treatment (Pretest) is in the medium category with a value
of 102.4 then after being given treatment it increases with a value
of 141.4 being in the high category. The Wilcoxon test results show
that the use of the SFBT approach can improve understanding of
the main tasks and functions of changing government regulations
with a significance value of 0.002.
PENDAHULUAN
Perubahan regulasi pemerintah pusat merupakan hal yang dilakukan seiring dengan kebutuhan
terhadap evaluasi kinerja secara keseluruhan dan target capaian yang tertuang dalam rencana
strategis (RENSTRA) pemerintah daerah pada khususnya. Regulasi sendiri merupakan seperangkat
produk hukum sebagai akomodasi tatanan pemerintah bebas dari pelanggaran dan dipatuhi seluruh
pelaksana teknis dan pemangku kepentingan (Iskandar, 2017). Sebagai pegawai tidak terkecuali
pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten muaro jambi dalam menjalani tugas pokok
dan fungsi yang kemudian disingkat TUPOKSI tidak dapat lepas dengan regulasi terbaru yang harus
disesuaikan, regulasi dimaksud seperti kemendagri, kemenkeu, kemendikbud dan perbub terbaru.
Selanjutnya untuk mencapai kinerja yang baik sesuai dengan target capaian yang ditetapkan dalam
dokumen perencanaan dan rencana strategis maka pemahaman yang baik tentang tupoksi itu sendiri
sebelumnya sudah ditetapkan secara Bersama, masih ditemukan pegawai yang membuat SKP hanya
pada saat melengkapi administrasi kenaikan pangkat yang rencana sasarannya tidak sesuai dengan
dokumen TPP, ANJAB dan ABK, SK penunjukkan oleh PPTK dan indicator sakip yang relevan dengan
indicator sasaran berupa kegiatan dan sub-kegiatan kongkrit yang dilakukan. Setelah menempuh
kajian Pustaka berikut temuan hasil penelitian yang mukhtahir dan relevan terdapat banyak sekali
alternatif solusi yang ditawarkan, namun antara alternatif satu dengan yang lainnya masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan yang mengharuskanpeneliti lebih bijak dalam pemilihan yang
paling tepat sehingga tujuan penelitian tepat guna dan tepat sasaran,tiga pertimbangan pemilihan
yang didapat dipisahkan dalam penelitian ini yaitu, karakteristik bentuk yang digunakan, kompleksitas
obyek penelitian dan karakteristik pegawai Disdikbud Ma. Jambi. Setelah menempuh tahapan
tersebut akhirnya peneliti mempunyai dugaan kuat yaitu dengan menggunakan pendekatan
konseling solution-focused brief counseling seting kelompok dapat meningkatkan pemahaman
tupoksi terhadap perubahan regulasi pemerintah pada pegawai Disdikbud Ma. Jambi.
Solution Focused Brief Counseling merupakan pendekatan konseling yang didasari oleh suatu
pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolute namun
realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. (Sumarwiyah, 2017) Solution Focused Brief Therapy
(SFBC) sebagai salah satu bentuk pendekatan yang efektif dan efisien karena memerlukan waktu yang
singkat dalam penerapannya. Pendekatan ini sangat membantu konseli untuk menemukan solusi
untuk memecahkan suatu permasalahan karena pikiran konseli akan dibimbing untuk fokus pada
solusi sehingga mengesampingkan masalah (Rostini, 2021). Bertolak dari beberapa pendapat di atas
dapat diartikan pertama pendekatan konseling singkat berfokus solusi dalam penelitian ini mengikuti
format kelompok singkat, kedua kendatipun pendekatan ini merupakan adobsi dari beberapa
pendakatan terapi akan tetapi pendakatan ini bukanlah pendekatan terapi melainkan pendekatan
konseling dengan pertimbangan bahwa (1) menekankan perspektif kesehatan, (2) merupakan
intervensi jangka pendek terhadap orang-orang normal yang memiliki masalah, (3) menggunakan
cara yang edukatif dan mendukung, (4) memiliki tujuan terbatas dan konkrit yang lebih terstruktur
dan terarah, serta (5) berorientasi pada kesadaran (Rusandi, 2014).
Tujuan utama dari SFBC yaitu membantu klien mengambil sikap dan perubahan bahasa dari
pembicaraan tentang masalah yang ada dan membicarakan tentang solusi dengan asumsi bahwa apa
yang kita bicarakan kebanyakan akan berhasil, mengubah situasi atau kerangka acuan; mengubah
perbuatan situasi yang problematis, dan menekan kekuatan dan sumber daya klien, membicarakan
tentang hal-hal yang akan membawa perubahan (Slavin, 2017). Pendekatan SFBC dapat menemukan
kemungkinan-kemungkinan tertentu dimana tindakan tersebut dapat mengurangi resiko suatu
masalah (Hidayat, 2021). Kim (2014) menjelaskan tujuan dari pendekatan SFBC membantu klien
mengambil sikap dan perubahan bahasa dari pembicaraan tentang masalah yang ada dan
membicarakan tentang solusi dengan asumsi bahwa apa yang kita bicarakan kebanyakan akan
berhasil, mengubah situasi atau kerangka acuan sebagaimana untuk menemukan petunjuk untuk
menemukan kemungkinan-kemungkinan tertentu untuk mengurangi tingkat masalah. Konseling
solution-focused brief counselling dilaksanakan dalam seting kelompok.
Kelompok merupakan pilihan perlakukan, bahkan alternatif pendekatan kedua dalam
membantu perubahan seseorang. Fall (2017) Lebih lanjut mengatakan bahwa kelompok dirancang
untuk semua latar dan untuk berbagai kelompok koseli yang memberikan hal-hal seperti (1)
laboratoris alami yang menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka tidak sendiri dan bahwa
akan selalu ada harapan untuk menciptakan kehidupan yang berbeda, dan (2) memberikan rasa
kebersamaan (sense of community). W.S. Winkel (Rasimin & Hamdi, 2018) menyatakan konseling
kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konselor profesional
dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Selanjutnya, konseling
kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan
kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling
kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (Berg, 2017). Selaras
dengan itu Prayitno (Rasimin & Hamdi, 2018) menyatakan konseling kelompok adalah
berkembangnya kemampuan sosialisasi seseorang, khususnya kemampuan berkomunikasinya.
Melalui konseling kelompok, hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan
komunikasi diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi
dan komunikasi seseorang berkembang secara optimal. Lebih jauh dikatakan bahwa konseling
kelompok adalah mendorong munculnya motivasi individu, berkembangnya perasaan, pikiran,
wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku yang bertanggungjawab, khususnya dalam
bersosialisasi/komunikasi yang berimbas pada pemecahan masalah individu peserta kelompok yang
mengalami kesulitan dalam perkembangannnya dengan memanfaatkan dinamika kelompok. (Berg,
2014).
Keefektivan pendekatan konseling solution focused brief counseling seting kelompok
sebagaimana telah teruji efektif secara ilmiah oleh temuan hasil penelitian terdahulu seperti
penelitian dengan fokus konseling pendekatan SFBC seting kelompok dalam konseling keluarga, hasil
penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SFBC efektif dalam peningkatkan
pengembangan kapasitas pribadi individu dalam keluarga untuk berfokus dalam menyelesaikan
masalah (Hendar, 2019). (Sumarwiyah, 2015) Hasil penelitian lainnya yang berjenis eksperimen
dengan melibatkan pendekatan konseling SFBC seting kelompok untuk meningkatkan kematangan
karier mahasiswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SFBC efektif
meningkatkan kematangan karier mahasiswa terutama dimensi kompetensi mahasiswa tingkat akhir
(Robanniyah, 2013). Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas jika masalah ini
dibiarkan cenderung mengikis mutu dan kualitas kinerja pegawai dan menjadi hambatan tersendiri
bagi daerah dalam mencapai sasaran jangkan menengah, selanjutnya mengingat keterandalan
pendekatan konseling solution-focused brief counseling sebagaimana temuan hasil penelitian
terdahulu yang dikemukakan sebelumnya maka, peneliti tertarik mengangkat isu ini dalam sebuah
penelitian Pendidikan dengan menarik judul Pendekatan Konseling Solution-Focused Brief Counseling
Seting Kelompok untuk Meingkatkan Pemahaman Tupoksi Terhadap Perubahan Regulasi Pemerintah
Pada Pegawai Disdikbud Kab.Ma. Jambi.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimen,
menggunakan desain tes awal (pretest) dan perlakuan terakhir (posttest). Rancangan eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen model Pre-Experiment, dengan
desain penelitian The One Group Pretest-Posttest. One Group Pretest-Posttest dimana peneliti
memberikan pre-test kepada kelompok yang akan diberikan perlakukan. Kemudian peneliti
melakukan perlakuan atau treatment. Setelah selesai perlakuan, peneliti memberikan post-test.
(Creswell, 2016) menjelaskan bahwa besarnya perbedaan perlakuan dapat diketahui secara lebih
Tabel 2.
1. Kondisi Setelah
SebelumDiberikan
DiberikanPerlakuan
Perlakuan(Post-test)
(Pre-test)
Pretest
Post-test
No
No Nama/Inisial
Nama/Inisial
Skor
Skor Kategori
Kategori
11 SNDSND 82 140 Rendah
Tinggi
22 FMN FMN 99 126 Rendah
Sedang
33 SHNSHN 114154 Rendah
Tinggi
44 SLMSLM 94 136 Rendah
Tinggi
55 RM RM 127154 Sedang
Tinggi
66 ARDARD 93 144 Rendah
Tinggi
77 SNDRSNDR 124155 Sedang
Tinggi
88 KEPKEP 105128 Sedang
Sedang
99 SRRSRR 87 154 Rendah
Tinggi
10
10 CCSCCS 101131 Sedang
Sedang
11
11 AGGAGG 102137 Sedang
Sedang
12
12 AN AN 101138 Sedang
Sedang
akurat dengan cara membandingkan antara hasil pre-test dengan post-test. Adapun sampel dalam
penelitian ini berjumlah 12 orang yang terendah pada tingkat pemahaman tupoksi terhadap
perubahan regulasi diambil dengan teknik purposive sampling. Pengujian hipotesis dari penelitian ini,
dilakukan secara non parametric dengan uji Wilcoxon untuk sampel kecil dan perhitungan juga
dengan menggunakan bantuan SPSS for windows 8 enterprise 64bit.
dengan dua kategori yaitu tinggi dan sedang. Skor tertinggi diperoleh SNDR dengan skor 155 dan skor
terendah FMN dengan skor 126. Tujuh peserta menunjukkan kategori tinggi diantaranya: skor 155
diperoleh oleh SNDR disusul tiga peserta dengan skor yang sama 154 yaitu SRR, SHN dan RM,
kemudian disusul oleh ARD dengan skor 144, kemudian SND dengan skor 140 dan terakhir SLM
dengan skor 136, berikutnya lima peserta lainya menunjukkan kategori sedang diantaranya: AN
dengan skor 138, disusul AGG dengan skor 137 kemudian CCS dengan skor 131 selanjutnya KEP
dengan skor 128 dan terakhir FMN dengan skor 126.
Perbedaan Hasil Pre-test dan Post-test
Perbedaan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi dapat dilihat melalui
hasil pre-test dan post-test seperti pada tabel 3. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa skor
pre-test menunjukkan dua kategori yaitu sedang dan rendah, setelah diberikan perlakuan skor post-
test menunjukkan dua kategori yaitu tinggi dan sedang. Pemahaman tupoksi pegawai terhadap
perubahan regulasi setelah mendapatkan perlakukan berupa konseling kelompok dengan
pendekatan SFBC secara umum menunjukkan peningkatan, hal tersebut mengandung arti bahwa
pendekatan konseling SFBC terbukti dapat meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap
perubahan regulasi. Selanjutnya untuk perbedaan dalam frekuensi pemahaman tuposi pegawai
terhadap perubahan regulasi untuk masing-masing kategori pre-test dan post-test dapat dilihat pada
tabel 4. Berdasarkan tabel 4 dapat menunjukkan bahwa pendekatan konseling SFBC dapat
meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi dengan melihat perbedaan
antara hasil perolehan pre-test dan post-test. Setelah data diolah dengan bantuan SPSS for windows
ditemukan data deskriftif perbedaan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi yang
dapat dilihat pada tabel 5.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka untuk melakukan uji kipotesis akan dianalisis dengan
statistik non-parametrik uji Wilcoxon`n, perhitungan dilakukan dengan bantuan SPSS for windows 8
enterprise 54bit. Penggunaan uji Wilcoxon`s yaitu menganalisis data sebeluum dan sesudah diberikan
perlakukan dengan melihat perbedaan yang dialami subjek penelitian yang disajikan pada tabel 6.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan angka probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan sebesar 0,002 atau
probabilitas di bawah alpha 0,05 (0,002<0,05) yang berati Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perubahan atau terjadinya peningkatan pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi setelah diberikan perlakuan berupa konseling kelompok
dengan pendekatan SFBC.
PEMBAHASAN
Kondisi Awal Pemahaman Tupoksi Pegawai Terhadap Perubahan Regulasi Sebelum diberikan
Perlakuan
Pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi melalui hasil pre-test yaitu
menunjukkan sebesar 102,4 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
tupoksi pegawai masih memerlukan perhatian untuk ditingkatkan, mengingat pemahaman tersebut
berimplikasi kuat terhadap capaian pembangunan daerah khususnya sector Pendidikan. Selaras
dengan itu Dale Yoder (Agustomi, 2019) menyatakan “The Tern Task is Frequently uset to describe
one portion or element in job” (Tugas digunakan untuk mengembangkan satu bagian atau satu unsur
dalam suatu jabatan). Lebih Abubakar (2021) mengemukan bahwa “A task is a specific work activity
carried out to achieve a specific purpose” (Suatu tugas merupakan suatu kegiatan pekerjaan khusus
yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu). Sejalan dengan tupoksi Campbell, (Sutapa &
Purwanto, 2012) bahwa OPD dalam menjalani roda pemerintahan akan berjalan efektif apabila
memenuhi berbagai macam ukuran dan variasi efektivitas organisasi yang antara lain mencakup
efektivitas keseluruhan yaitu sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau
mencapai semua sasaran. Lemahnya pemahaman tupoksi pegawai mengindikasikan pengaruh yang
signifikan terhadap efektifitas kinerja pegawai berupa target sasaran kinerja yang nantinya
berimplikasi kuat terhadap capaian pembangunan daerah yang sebenarnya sudah ditetapkan
Bersama dalam dokumen perencanaan.
Kondisi Pemahaman Tupoksi Pegawai Terhadap Perubahan Regulasi Setelah diberikan Perlakuan
Setelah diberikan perlakuan berupa konseling kelompok SFBC Pemahaman tupoksi pegawai
berdasarkan data post-test menunjukkan 141,4 yang berada pada kategori tinggi. Dapat dimaknai
bahwa terjadi peningkatan yang signifikan setelah diberikan perlakuan berupa konseling kelompok
SFBC. Adapun pemahaman tupoksi dalam penelitian ini meliputi Reformasi birokrasi (PMPRB), system
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) dan rencana aksi nasional dan hak asasi manusia
(RAN-HAM), Standar Pelayanan Minimal (SPM), Laporan Keterangan Pertanggungan Jawab (LKPJ),
dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), dan tujuan dari konseling kelompok SFBC
yaitu meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi pemerintah daerah.
Fahmi (2016) menyatakan bahwa tujuan dari konseling kelompok yaitu berkembangnya kemampuan
komunikasi dan sosialisasi klien serta mengungkap hambatan ataupun gangguan sosialisasi klien
melalui dinamika kelompok dan teknik konseling.
Hasil penelitian juga menunjukkan signifikansi peningkatan pemahaman tupokasi pegawai
terhadap perubahan regulasi sebelum dan sesudah perlakuan diberikan yaitu sebesar 0,002, yang
berati bahwa pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi meningkat setelah
diberikan perlakuan dengan kata lain konseling SFBC dapat meningkatkan pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi pemerintah. Temuan hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Sumarwiyah (2015) penelitian dengan fokus konseling dengan pendekatan SFBC seting
kelompok dalam konseling keluarga, hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan
pendekatan SFBC efektif dalam peningkatkan pengembangan kapasitas pribadi individu dalam
keluarga untuk berfokus dalam menyelesaikan masalah.
Hasil yang cenderung sama juga dilakukan Syafiya, R (2020) penelitian berjenis eksperimen
dengan melibatkan pendekatan konseling SFBC seting kelompok untuk meningkatkan kematangan
karier mahasiswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SFBC efektif
meningkatkan kematangan karier mahasiswa terutama dimensi kompetensi mahasiswa tingkat akhir.
Solution Focused Brief Counseling merupakan pendekatan konseling yang didasari oleh suatu
pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolute namun
realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. Sumarwiyah (2017) lebih lanjut menjelaskan
Solution Focused Brief Counseling (SFBC) sebagai pendekatan yang efektif dan efisien karena
memerlukan waktu yang singkat dalam penerapannya. Pendekatan konseling SFBC sangat membantu
konseli menemukan solusi untuk memecahkan suatu permasalahan karena pikiran konseli akan
dibimbing untuk fokus pada solusi dan mengesampingkan masalah. (Rostini, 2021)
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan berdasarkan
nilai pretest kelompok eksperiment menunjukkan tingkat pemahaman regulasi kerja berada pada
kategori sedang, setelah diberikan perlakukan berada pada kategori tinggi. Penggunaan Solution
Focus Brief Therapy mampu meningkatkan pemahaman tupoksi kerja pegawai pada perubahan
regulasi pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, F. (2021). Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Persidangan dan Risalah Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Papua Dalam Pelaksanaan Rapat Paripurna. Papua Review Jurnal, 5(1), 413-
421. Google Scholar
Agustomi, S. P. (2019). Pengaruh Penerapan Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Dprd)
Kabupaten Pringsewu Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Pringsewu). Google Scholar
Alam, R. (2021). Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar mengenai Pemberian Insentif
kepada Ketua RT dan RW. SEIKO: Journal of Management & Business, 4(1), 1-21.
https://doi.org/10.37531/sejaman.v4i1.797
Berg, R. C., Landreth, G. L., & Fall, K. A. (2017). Group counseling: Concepts and procedures.
Routledge. Google Scholar
Budianto, R., & Febrina, R. (2020). AKUNTABILITAS PENGGUNAAN KEUANGAN DESA (Studi Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan APBDes di Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya
Kabupaten Kampar Tahun 2018). Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, 46(2), 344-354.
https://doi.org/10.33701/jipwp.v46i2.1327
Creswell, J. W. (2016). Research design: pendekatan metode kualitatif, kuantitatif, dan
campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 5. Google Scholar
Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2017). Theoretical models of counseling and psychotherapy.
Routledge. Google Scholar
Gultom, C. R. R., Zakaria, S., & Sutisna, J. (2022). Pengawasan Pemerintahan dalam Pelaksanaan Sakip
Sebagai Upaya Penerapan Good Governance Pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Jurnal Administrasi Pemerintahan (Janitra), 2(1),
25-43. https://doi.org/10.24198/janitra.v2i1.41098
Hendar, K., Awalya, A., & Sunawan, S. (2019). Solution-focused brief therapy group counseling to
increase academic resilience and self-efficacy. Jurnal Bimbingan Konseling, 8(3), 1-7. Google
Scholar
Hidayat, A. H. (2021). Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Konseling Posmodernisme. Jurnal
Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(1), 117-134. Google Scholar
Iskandar, D. J. (2017). Pentingnya Partisipasi dan Peranan Kelembagaan Politik dalam Proses
Pembuatan Kebijakan Publik. dalam Jurnal Ilmu Administrasi, 14(1), 17-35. Google Scholar
Junaenah, I. (2022). Melokalkan Hak Asasi Manusia Melalui Kepariwisataan Inklusif: Landasan
Pembaharuan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan. Jurnal Legislasi Indonesia, 19(3), 320-335.
https://doi.org/10.54629/jli.v19i3.928
Kim, J. S. (2014). Solution-focused brief therapy and cultural competency. Solution-focused brief
therapy: A multicultural approach, 1-13. Google Scholar
Rasimin, & Hamdi, M. (2018). Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Google
Scholar
Rostini, R. (2021). Teori dan Pendekatan Konseling Sfbt (Solution Foused Brief Therapy) Berbasis
Islam. At-Taujih: Bimbingan dan Konseling Islam, 4(2), 81-91.
http://dx.doi.org/10.22373/taujih.v4i2.11743
Rusandi, M. A., & Rachman, A. (2014). Efektifitas konseling singkat berfokus solusi (Solution Focused
Brief Therapy) untuk meningkatkan self esteem mahasiswa program studi bimbingan konseling
FKIP Unlam Banjarmasin. AL'ULUM, 62(4). Google Scholar
Slavin, K., & Kim, J. S. (2017). SFBT in Action Eating Disorders. Solution-Focused Brief Therapy in
Schools: A 360-Degree View of the Research and Practice Principles. Google Scholar
Sumarwiyah, S., Zamroni, E., & Hidayati, R. (2015). Solution focused brief counseling (SFBC): Alternatif
pendekatan dalam konseling keluarga. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).
https://doi.org/10.24176/jkg.v1i2.409
Sutapa, M., & Purwanto, N. A. (2012). Pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi Pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan UNY,
112285. Google Scholar
Rahmatulloh, R., Ahmad, D. N., & Arifin, M. (2021). Pendampingan dan Pengarahan Konsep Aspirasi
Penyelesaian Guru Honorer Kategori Ii di Dki Jakarta. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian
Masyarakat, 4(4). https://doi.org/10.29303/jppm.v4i4.3035
Robbaniyah, N. I., Mamesah, M., & Fitri, S. (2013). Efektivitas Layanan Konseling Karir Untuk
Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa Bk Fip Unj Angkatan 2011. INSIGHT:
Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 76-80. https://doi.org/10.21009/INSIGHT.022.12