Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

414 - Article Text-2268-1-10-20221126

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Bulletin of Counseling and Psychotherapy

Konseling Kelompok Solution Focused Brief


Counseling (SFBC) untuk Meningkatkan
Pemahaman Tupoksi terhadap Perubahan
Regulasi Kepegawaian
Muhammad Hamdi* , Affan Yusra , Freddi Sarman
Universitas Jambi, Indonesia
hamdiblog86@unja.ac.id

Submitted:
2022-10-20 ABSTRACT: The results of this study will be used in the Education
Revised: Office of Muaro Jambi Regency. The importance of understanding
2022-11-01
the main duties and functions of regulatory changes because they
Accepted:
2022-11-18 are things that must even be carried out by a member of an
Copyright holder:
© Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. (2022)
organization or employee in an agency on a regular basis in
This article is under:
accordance with their abilities to complete work programs that
have been made based on the goals, vision, and mission of an
organization. This study describes the group counseling solution
How to cite:
Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. (2022). Konseling focused brief counseling (sfbc) to improve understanding of the
Kelompok Solution Focused Brief Counseling (SFBC) untuk
Meningkatkan Pemahaman Tupoksi Terhadap Perubahan
Regulasi Kepegawaian di Institusi Pemerintah Daerah. Bulletin
main duties and functions of changes in staffing regulations in
of Counseling and Psychotherapy,
https://doi.org/10.51214/bocp.v4i3.414
4(3). local government institutions. This research is experimental
Published by:
research with The One Group Pretest-Posttest design. Analysis of
Kuras Institute
the data in this study used the Wilcoxon test and there was an
Journal website:
https://journal.kurasinstitute.com/index.php/bocp increase between the pretest and posttest. The results of this study
E-ISSN: indicate that the condition of the experimental group before being
2656-1050
given treatment (Pretest) is in the medium category with a value
of 102.4 then after being given treatment it increases with a value
of 141.4 being in the high category. The Wilcoxon test results show
that the use of the SFBT approach can improve understanding of
the main tasks and functions of changing government regulations
with a significance value of 0.002.

KEYWORDS: SFBC, Main Task, Government Regulations

PENDAHULUAN
Perubahan regulasi pemerintah pusat merupakan hal yang dilakukan seiring dengan kebutuhan
terhadap evaluasi kinerja secara keseluruhan dan target capaian yang tertuang dalam rencana
strategis (RENSTRA) pemerintah daerah pada khususnya. Regulasi sendiri merupakan seperangkat
produk hukum sebagai akomodasi tatanan pemerintah bebas dari pelanggaran dan dipatuhi seluruh
pelaksana teknis dan pemangku kepentingan (Iskandar, 2017). Sebagai pegawai tidak terkecuali
pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten muaro jambi dalam menjalani tugas pokok
dan fungsi yang kemudian disingkat TUPOKSI tidak dapat lepas dengan regulasi terbaru yang harus
disesuaikan, regulasi dimaksud seperti kemendagri, kemenkeu, kemendikbud dan perbub terbaru.
Selanjutnya untuk mencapai kinerja yang baik sesuai dengan target capaian yang ditetapkan dalam
dokumen perencanaan dan rencana strategis maka pemahaman yang baik tentang tupoksi itu sendiri

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3, (2022) / 618


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

demikian pentingnya, melalui pelaksanaan desentralisasi pemerintahan daerah, maka kewenangan


untuk membuat rincian tugas pokok dan fungsi di setiap organisasi prangkat daerah (OPD) terletak
pada Walikota dan atau Bupati.
Tupoksi merupakan kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi yang di dalamnya
terdapat pejabat, tugas serta wewenangan yang masing-masing mempunyai peranan tertentu, yang
lebih tegas dituangkan dalam bentuk bagan organisasi (Alam, 2021). Pemahaman tupoksi menjadi
tolok ukur capaian kinerja yang maksimal dalam menjalani roda pemerintahan, pemahaman yang
baik tentang tupoksi disinggung dalam regulasi terbaru yang kemudian menjadi pijakan dalam
pencapaian kinerja diantaranya: 1) PermenPAN-RB nomor 26 tahun 2022 tentang pedoman evaluasi
pelaksanaan Reformasi Birokrasi, 2) Permenpanrb Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 3) Perpres nomor 53 tahun 2021 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 2021–2025, 4) Permendagri Nomor 59 Tahun 2021 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal, 5) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, dan 6) Permendagri Nomor 18 tahun
2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan
dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LKPJ) (Budianto, 2020; Gultom, 2022; Junaenah,
2022).
Berikutnya Surat Kemenpan RB RI Tanggal 30 Desember 2021 tentang Hasil Evaluasi
Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2021 menyatakan lima komponen penting dalam
pemahaman tupoksi yaitu baik dalam hal; 1) perencanaan kinerja; 2) pengukuran kinerja; 3) evaluasi
kinerja; 4) pelaporan kinerja; dan 5) capaian kinerja. Namun perolehan nilai AKIP Disdikbud muaro
jambi tahun 2021 menunjukkan sebesar 58,71 (CC) dengan rincian perencanaan kinerja sebesar
21,88, pengukuran kinerja 13,71, pelaporan kinerja 8,86, evaluasi internal 3,1, dan capaian kinerja
11,16 yang mengandung arti Kualitas pembangunan budaya kerja birokrasi dan penyelenggaraan
pemerintah yang berorientasi pada hasil masih belum berjalan dengan baik dan memerlukan
perbaikan lebih lanjut (Rahmatulloh, 2021).
Pemahaman tentang tupoksi diyakini menjadikan nilai tambah tersendiri dalam menghasilkan
kinerja yang maksimal, terukur dan berorientasi hasil output dan outcome, dilain sisi juga mengingat
keseluruhan rangkaian kinerja pegawai berimplikasi terhadap capaian rencana pembangunan jangka
menengah yang kemudian disingkat RPJMD kabupaten muaro jambi pada umumnya dan capaian
Renstra Disdikbud ma. Jambi pada khususnya sebagaimana Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah yang disingkat LAKIP. Pemerintah pusat sendiri telah menyiapkan flatfoam untuk
memudahkan daerah melaporkan capaian kinerja yang diberi nama E-SAKIP Revieu (Sistem
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah), masing-masing organisasi perangkat daerah disetiap tahun
anggaran melaporkan dan mempresentasikan sesuai capaian kinerja masing-masing organisasi,
dokumen SAKIP sendiri terdiri dari, IKU, Renstra, Rencana Aksi, Renja, Pohon Kinerja, Kertas Kinerja,
Perjanjian Kinerja, dan Lakip, perubahan dokumen sakip mengikuti perubahan regulasi terbaru.
Mengingat pentingnya dokumen sakip terhadap laporan kinerja OPD, pertanggungjawaban dan
capaian PEMKAB secara keseluruhan berdasarkan bidang pembangunan OPD masing-masing maka
dengan sendirinya pemahaman pegawai terkait tupoksi masing-masing merupakan keniscayaan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ditemukan masih banyak pegawai yang
belum memahami tupoksi masing-masing seperti, kegiatan dan sub kegiatan yang tertuang dalam
dokumen PK tidak selaras dengan dokumen kertas kinerja, pohon kinerja, dan rencana kerja yang

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 619


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

sebelumnya sudah ditetapkan secara Bersama, masih ditemukan pegawai yang membuat SKP hanya
pada saat melengkapi administrasi kenaikan pangkat yang rencana sasarannya tidak sesuai dengan
dokumen TPP, ANJAB dan ABK, SK penunjukkan oleh PPTK dan indicator sakip yang relevan dengan
indicator sasaran berupa kegiatan dan sub-kegiatan kongkrit yang dilakukan. Setelah menempuh
kajian Pustaka berikut temuan hasil penelitian yang mukhtahir dan relevan terdapat banyak sekali
alternatif solusi yang ditawarkan, namun antara alternatif satu dengan yang lainnya masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan yang mengharuskanpeneliti lebih bijak dalam pemilihan yang
paling tepat sehingga tujuan penelitian tepat guna dan tepat sasaran,tiga pertimbangan pemilihan
yang didapat dipisahkan dalam penelitian ini yaitu, karakteristik bentuk yang digunakan, kompleksitas
obyek penelitian dan karakteristik pegawai Disdikbud Ma. Jambi. Setelah menempuh tahapan
tersebut akhirnya peneliti mempunyai dugaan kuat yaitu dengan menggunakan pendekatan
konseling solution-focused brief counseling seting kelompok dapat meningkatkan pemahaman
tupoksi terhadap perubahan regulasi pemerintah pada pegawai Disdikbud Ma. Jambi.
Solution Focused Brief Counseling merupakan pendekatan konseling yang didasari oleh suatu
pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolute namun
realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. (Sumarwiyah, 2017) Solution Focused Brief Therapy
(SFBC) sebagai salah satu bentuk pendekatan yang efektif dan efisien karena memerlukan waktu yang
singkat dalam penerapannya. Pendekatan ini sangat membantu konseli untuk menemukan solusi
untuk memecahkan suatu permasalahan karena pikiran konseli akan dibimbing untuk fokus pada
solusi sehingga mengesampingkan masalah (Rostini, 2021). Bertolak dari beberapa pendapat di atas
dapat diartikan pertama pendekatan konseling singkat berfokus solusi dalam penelitian ini mengikuti
format kelompok singkat, kedua kendatipun pendekatan ini merupakan adobsi dari beberapa
pendakatan terapi akan tetapi pendakatan ini bukanlah pendekatan terapi melainkan pendekatan
konseling dengan pertimbangan bahwa (1) menekankan perspektif kesehatan, (2) merupakan
intervensi jangka pendek terhadap orang-orang normal yang memiliki masalah, (3) menggunakan
cara yang edukatif dan mendukung, (4) memiliki tujuan terbatas dan konkrit yang lebih terstruktur
dan terarah, serta (5) berorientasi pada kesadaran (Rusandi, 2014).
Tujuan utama dari SFBC yaitu membantu klien mengambil sikap dan perubahan bahasa dari
pembicaraan tentang masalah yang ada dan membicarakan tentang solusi dengan asumsi bahwa apa
yang kita bicarakan kebanyakan akan berhasil, mengubah situasi atau kerangka acuan; mengubah
perbuatan situasi yang problematis, dan menekan kekuatan dan sumber daya klien, membicarakan
tentang hal-hal yang akan membawa perubahan (Slavin, 2017). Pendekatan SFBC dapat menemukan
kemungkinan-kemungkinan tertentu dimana tindakan tersebut dapat mengurangi resiko suatu
masalah (Hidayat, 2021). Kim (2014) menjelaskan tujuan dari pendekatan SFBC membantu klien
mengambil sikap dan perubahan bahasa dari pembicaraan tentang masalah yang ada dan
membicarakan tentang solusi dengan asumsi bahwa apa yang kita bicarakan kebanyakan akan
berhasil, mengubah situasi atau kerangka acuan sebagaimana untuk menemukan petunjuk untuk
menemukan kemungkinan-kemungkinan tertentu untuk mengurangi tingkat masalah. Konseling
solution-focused brief counselling dilaksanakan dalam seting kelompok.
Kelompok merupakan pilihan perlakukan, bahkan alternatif pendekatan kedua dalam
membantu perubahan seseorang. Fall (2017) Lebih lanjut mengatakan bahwa kelompok dirancang
untuk semua latar dan untuk berbagai kelompok koseli yang memberikan hal-hal seperti (1)
laboratoris alami yang menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka tidak sendiri dan bahwa

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 620


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

akan selalu ada harapan untuk menciptakan kehidupan yang berbeda, dan (2) memberikan rasa
kebersamaan (sense of community). W.S. Winkel (Rasimin & Hamdi, 2018) menyatakan konseling
kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu wawancara konselor profesional
dengan beberapa orang sekaligus yang tergabung dalam suatu kelompok kecil. Selanjutnya, konseling
kelompok (group counseling) merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan
kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling
kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok (Berg, 2017). Selaras
dengan itu Prayitno (Rasimin & Hamdi, 2018) menyatakan konseling kelompok adalah
berkembangnya kemampuan sosialisasi seseorang, khususnya kemampuan berkomunikasinya.
Melalui konseling kelompok, hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan
komunikasi diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi
dan komunikasi seseorang berkembang secara optimal. Lebih jauh dikatakan bahwa konseling
kelompok adalah mendorong munculnya motivasi individu, berkembangnya perasaan, pikiran,
wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku yang bertanggungjawab, khususnya dalam
bersosialisasi/komunikasi yang berimbas pada pemecahan masalah individu peserta kelompok yang
mengalami kesulitan dalam perkembangannnya dengan memanfaatkan dinamika kelompok. (Berg,
2014).
Keefektivan pendekatan konseling solution focused brief counseling seting kelompok
sebagaimana telah teruji efektif secara ilmiah oleh temuan hasil penelitian terdahulu seperti
penelitian dengan fokus konseling pendekatan SFBC seting kelompok dalam konseling keluarga, hasil
penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SFBC efektif dalam peningkatkan
pengembangan kapasitas pribadi individu dalam keluarga untuk berfokus dalam menyelesaikan
masalah (Hendar, 2019). (Sumarwiyah, 2015) Hasil penelitian lainnya yang berjenis eksperimen
dengan melibatkan pendekatan konseling SFBC seting kelompok untuk meningkatkan kematangan
karier mahasiswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SFBC efektif
meningkatkan kematangan karier mahasiswa terutama dimensi kompetensi mahasiswa tingkat akhir
(Robanniyah, 2013). Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas jika masalah ini
dibiarkan cenderung mengikis mutu dan kualitas kinerja pegawai dan menjadi hambatan tersendiri
bagi daerah dalam mencapai sasaran jangkan menengah, selanjutnya mengingat keterandalan
pendekatan konseling solution-focused brief counseling sebagaimana temuan hasil penelitian
terdahulu yang dikemukakan sebelumnya maka, peneliti tertarik mengangkat isu ini dalam sebuah
penelitian Pendidikan dengan menarik judul Pendekatan Konseling Solution-Focused Brief Counseling
Seting Kelompok untuk Meingkatkan Pemahaman Tupoksi Terhadap Perubahan Regulasi Pemerintah
Pada Pegawai Disdikbud Kab.Ma. Jambi.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimen,
menggunakan desain tes awal (pretest) dan perlakuan terakhir (posttest). Rancangan eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan eksperimen model Pre-Experiment, dengan
desain penelitian The One Group Pretest-Posttest. One Group Pretest-Posttest dimana peneliti
memberikan pre-test kepada kelompok yang akan diberikan perlakukan. Kemudian peneliti
melakukan perlakuan atau treatment. Setelah selesai perlakuan, peneliti memberikan post-test.
(Creswell, 2016) menjelaskan bahwa besarnya perbedaan perlakuan dapat diketahui secara lebih

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 621


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

Tabel 2.
1. Kondisi Setelah
SebelumDiberikan
DiberikanPerlakuan
Perlakuan(Post-test)
(Pre-test)
Pretest
Post-test
No
No Nama/Inisial
Nama/Inisial
Skor
Skor Kategori
Kategori
11 SNDSND 82 140 Rendah
Tinggi
22 FMN FMN 99 126 Rendah
Sedang
33 SHNSHN 114154 Rendah
Tinggi
44 SLMSLM 94 136 Rendah
Tinggi
55 RM RM 127154 Sedang
Tinggi
66 ARDARD 93 144 Rendah
Tinggi
77 SNDRSNDR 124155 Sedang
Tinggi
88 KEPKEP 105128 Sedang
Sedang
99 SRRSRR 87 154 Rendah
Tinggi
10
10 CCSCCS 101131 Sedang
Sedang
11
11 AGGAGG 102137 Sedang
Sedang
12
12 AN AN 101138 Sedang
Sedang

akurat dengan cara membandingkan antara hasil pre-test dengan post-test. Adapun sampel dalam
penelitian ini berjumlah 12 orang yang terendah pada tingkat pemahaman tupoksi terhadap
perubahan regulasi diambil dengan teknik purposive sampling. Pengujian hipotesis dari penelitian ini,
dilakukan secara non parametric dengan uji Wilcoxon untuk sampel kecil dan perhitungan juga
dengan menggunakan bantuan SPSS for windows 8 enterprise 64bit.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pelaksanaan Penelitian dimulai dari bulan Maret 2022 sampai dengan Oktober 2022, kegiatan
dilaksanakan di ruang Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Muaro Jambi, pada prosesnya peneliti
bertindak sebagai pemimpin kelompok sedangkan anggota terdiri dari 12 pegawai. Kegiatan berupa
konseling kelompok dengan tujuan meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan
regulasi menggunakan pendekatan konseling SFBC.
Kondisi Awal Pemahaman Tupoksi Pegawai Terhadap Perubahan Regulasi (Pretest)
Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui keadaan kelompok sebelum diberikan
treatment. Berdasarkan data pre-test pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi
diperoleh data sebagaimana dituliskan pada tabel 1. Berdasarkan Tabel di atas pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi di dominasi kategori rendah, lima peserta dengan kategori
rendah yaitu SND dengan Skor 82, FMN dengan skor 99, SLM dengan skor 94, ARD dengan skor 93,
dan SRR dengan skor 87. Sedangkan tujuh peserta lainnya menunjukkan kategori sedang yaitu SHN
dengan skor114, RM dengan skor 127, SNDR dengan skor 124, KEP dengan skor 105, CCS dengan skor
101, AGG dengan skor 102 dan AN dengan skor 101. Hasil tersebut juga menunjukkan perolehan di
dua kategori yaitu sedang dan rendah. Skor tertinggi diperoleh oleh SNDR dengan skor sebesar 124
sedangkan terendah diperoleh oleh SND dengan skor sebesar 82.
Pemahaman Tupoksi Pegawai Terhadap Perubahan Regulasi Setelah Diberikan Perlakuan (Post-test)
Post-tes diberikan untuk melihat kondisi setelah diberikan treatment berupa konseling
kelompok dengan pendekatan SFBC. Adapun data post-test pemahaman tupoksi pegawai terhadap
perubahan regulasi setelah diberikan perlakukan dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan data pada tabel di atas secara umum menunjukkan bahwa pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi mengalami peningkatan dengan signifikan, menunjukkan hasil

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 622


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Pre-test dan Post-test


Pre-test Post-test
Skor Kategori
f % f %
170 s.d 200 Sangat Tinggi 0 0 0 0
136 s.d 169 Tinggi 0 0 7 58,3
104 s.d 135 Sedang 7 58,3 5 41,7
71 s.d 103 Rendah 5 41,7 0 0
<71 Sangat rendah 0 0 0 0
Jumlah 12 100 12 100

Tabel 5. Perbedaan Pre-test dan Post-test


N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Pretest 12 102,4 13,62 82 127
Posttest 12 141,4 10,68 126 155

dengan dua kategori yaitu tinggi dan sedang. Skor tertinggi diperoleh SNDR dengan skor 155 dan skor
terendah FMN dengan skor 126. Tujuh peserta menunjukkan kategori tinggi diantaranya: skor 155
diperoleh oleh SNDR disusul tiga peserta dengan skor yang sama 154 yaitu SRR, SHN dan RM,
kemudian disusul oleh ARD dengan skor 144, kemudian SND dengan skor 140 dan terakhir SLM
dengan skor 136, berikutnya lima peserta lainya menunjukkan kategori sedang diantaranya: AN
dengan skor 138, disusul AGG dengan skor 137 kemudian CCS dengan skor 131 selanjutnya KEP
dengan skor 128 dan terakhir FMN dengan skor 126.
Perbedaan Hasil Pre-test dan Post-test
Perbedaan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi dapat dilihat melalui
hasil pre-test dan post-test seperti pada tabel 3. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa skor
pre-test menunjukkan dua kategori yaitu sedang dan rendah, setelah diberikan perlakuan skor post-
test menunjukkan dua kategori yaitu tinggi dan sedang. Pemahaman tupoksi pegawai terhadap
perubahan regulasi setelah mendapatkan perlakukan berupa konseling kelompok dengan
pendekatan SFBC secara umum menunjukkan peningkatan, hal tersebut mengandung arti bahwa
pendekatan konseling SFBC terbukti dapat meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap
perubahan regulasi. Selanjutnya untuk perbedaan dalam frekuensi pemahaman tuposi pegawai
terhadap perubahan regulasi untuk masing-masing kategori pre-test dan post-test dapat dilihat pada

Tabel 3. Perbedaan Hasil Pre-test dan Post-test


Pretest Posttest
No Nama/Inisial
Skor Kategori Skor Kategori
1 SND 82 Rendah 140 Tinggi
2 FMN 99 Rendah 126 Sedang
3 SHN 114 Rendah 154 Tinggi
4 SLM 94 Rendah 136 Tinggi
5 RM 127 Sedang 154 Tinggi
6 ARD 93 Rendah 144 Tinggi
7 SNDR 124 Sedang 155 Tinggi
8 KEP 105 Sedang 128 Sedang
9 SRR 87 Rendah 154 Tinggi
10 CCS 101 Sedang 131 Sedang
11 AGG 102 Sedang 137 Sedang
12 AN 101 Sedang 138 Sedang

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 623


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

tabel 4. Berdasarkan tabel 4 dapat menunjukkan bahwa pendekatan konseling SFBC dapat
meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi dengan melihat perbedaan
antara hasil perolehan pre-test dan post-test. Setelah data diolah dengan bantuan SPSS for windows
ditemukan data deskriftif perbedaan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi yang
dapat dilihat pada tabel 5.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hipotesis penelitian, maka untuk melakukan uji kipotesis akan dianalisis dengan
statistik non-parametrik uji Wilcoxon`n, perhitungan dilakukan dengan bantuan SPSS for windows 8
enterprise 54bit. Penggunaan uji Wilcoxon`s yaitu menganalisis data sebeluum dan sesudah diberikan
perlakukan dengan melihat perbedaan yang dialami subjek penelitian yang disajikan pada tabel 6.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan angka probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan sebesar 0,002 atau
probabilitas di bawah alpha 0,05 (0,002<0,05) yang berati Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perubahan atau terjadinya peningkatan pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi setelah diberikan perlakuan berupa konseling kelompok
dengan pendekatan SFBC.

PEMBAHASAN
Kondisi Awal Pemahaman Tupoksi Pegawai Terhadap Perubahan Regulasi Sebelum diberikan
Perlakuan
Pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi melalui hasil pre-test yaitu
menunjukkan sebesar 102,4 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
tupoksi pegawai masih memerlukan perhatian untuk ditingkatkan, mengingat pemahaman tersebut
berimplikasi kuat terhadap capaian pembangunan daerah khususnya sector Pendidikan. Selaras
dengan itu Dale Yoder (Agustomi, 2019) menyatakan “The Tern Task is Frequently uset to describe
one portion or element in job” (Tugas digunakan untuk mengembangkan satu bagian atau satu unsur
dalam suatu jabatan). Lebih Abubakar (2021) mengemukan bahwa “A task is a specific work activity
carried out to achieve a specific purpose” (Suatu tugas merupakan suatu kegiatan pekerjaan khusus
yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu). Sejalan dengan tupoksi Campbell, (Sutapa &
Purwanto, 2012) bahwa OPD dalam menjalani roda pemerintahan akan berjalan efektif apabila
memenuhi berbagai macam ukuran dan variasi efektivitas organisasi yang antara lain mencakup
efektivitas keseluruhan yaitu sejauh mana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau
mencapai semua sasaran. Lemahnya pemahaman tupoksi pegawai mengindikasikan pengaruh yang
signifikan terhadap efektifitas kinerja pegawai berupa target sasaran kinerja yang nantinya
berimplikasi kuat terhadap capaian pembangunan daerah yang sebenarnya sudah ditetapkan
Bersama dalam dokumen perencanaan.
Kondisi Pemahaman Tupoksi Pegawai Terhadap Perubahan Regulasi Setelah diberikan Perlakuan

Tabel 6. Pengujian Hipotesis (Uji Wilcoxon)


Post Test - Pre-Test
Z - 3.062
Asymp. Sig. (1-tailed) .002
Based on negative ranks.
Wilcoxon Signed Rank Test

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 624


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

Setelah diberikan perlakuan berupa konseling kelompok SFBC Pemahaman tupoksi pegawai
berdasarkan data post-test menunjukkan 141,4 yang berada pada kategori tinggi. Dapat dimaknai
bahwa terjadi peningkatan yang signifikan setelah diberikan perlakuan berupa konseling kelompok
SFBC. Adapun pemahaman tupoksi dalam penelitian ini meliputi Reformasi birokrasi (PMPRB), system
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) dan rencana aksi nasional dan hak asasi manusia
(RAN-HAM), Standar Pelayanan Minimal (SPM), Laporan Keterangan Pertanggungan Jawab (LKPJ),
dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), dan tujuan dari konseling kelompok SFBC
yaitu meningkatkan pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi pemerintah daerah.
Fahmi (2016) menyatakan bahwa tujuan dari konseling kelompok yaitu berkembangnya kemampuan
komunikasi dan sosialisasi klien serta mengungkap hambatan ataupun gangguan sosialisasi klien
melalui dinamika kelompok dan teknik konseling.
Hasil penelitian juga menunjukkan signifikansi peningkatan pemahaman tupokasi pegawai
terhadap perubahan regulasi sebelum dan sesudah perlakuan diberikan yaitu sebesar 0,002, yang
berati bahwa pemahaman tupoksi pegawai terhadap perubahan regulasi meningkat setelah
diberikan perlakuan dengan kata lain konseling SFBC dapat meningkatkan pemahaman tupoksi
pegawai terhadap perubahan regulasi pemerintah. Temuan hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Sumarwiyah (2015) penelitian dengan fokus konseling dengan pendekatan SFBC seting
kelompok dalam konseling keluarga, hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan
pendekatan SFBC efektif dalam peningkatkan pengembangan kapasitas pribadi individu dalam
keluarga untuk berfokus dalam menyelesaikan masalah.
Hasil yang cenderung sama juga dilakukan Syafiya, R (2020) penelitian berjenis eksperimen
dengan melibatkan pendekatan konseling SFBC seting kelompok untuk meningkatkan kematangan
karier mahasiswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling dengan pendekatan SFBC efektif
meningkatkan kematangan karier mahasiswa terutama dimensi kompetensi mahasiswa tingkat akhir.
Solution Focused Brief Counseling merupakan pendekatan konseling yang didasari oleh suatu
pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu yang bersifat absolute namun
realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. Sumarwiyah (2017) lebih lanjut menjelaskan
Solution Focused Brief Counseling (SFBC) sebagai pendekatan yang efektif dan efisien karena
memerlukan waktu yang singkat dalam penerapannya. Pendekatan konseling SFBC sangat membantu
konseli menemukan solusi untuk memecahkan suatu permasalahan karena pikiran konseli akan
dibimbing untuk fokus pada solusi dan mengesampingkan masalah. (Rostini, 2021)

KESIMPULAN
Berdasarkan temuan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan berdasarkan
nilai pretest kelompok eksperiment menunjukkan tingkat pemahaman regulasi kerja berada pada
kategori sedang, setelah diberikan perlakukan berada pada kategori tinggi. Penggunaan Solution
Focus Brief Therapy mampu meningkatkan pemahaman tupoksi kerja pegawai pada perubahan
regulasi pemerintah

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, F. (2021). Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Persidangan dan Risalah Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Papua Dalam Pelaksanaan Rapat Paripurna. Papua Review Jurnal, 5(1), 413-
421. Google Scholar

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 625


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

Agustomi, S. P. (2019). Pengaruh Penerapan Tugas Pokok Dan Fungsi (Tupoksi) Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pegawai Pada Kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Dprd)
Kabupaten Pringsewu Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Pringsewu). Google Scholar
Alam, R. (2021). Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Makassar mengenai Pemberian Insentif
kepada Ketua RT dan RW. SEIKO: Journal of Management & Business, 4(1), 1-21.
https://doi.org/10.37531/sejaman.v4i1.797
Berg, R. C., Landreth, G. L., & Fall, K. A. (2017). Group counseling: Concepts and procedures.
Routledge. Google Scholar
Budianto, R., & Febrina, R. (2020). AKUNTABILITAS PENGGUNAAN KEUANGAN DESA (Studi Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan APBDes di Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya
Kabupaten Kampar Tahun 2018). Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, 46(2), 344-354.
https://doi.org/10.33701/jipwp.v46i2.1327
Creswell, J. W. (2016). Research design: pendekatan metode kualitatif, kuantitatif, dan
campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 5. Google Scholar
Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2017). Theoretical models of counseling and psychotherapy.
Routledge. Google Scholar
Gultom, C. R. R., Zakaria, S., & Sutisna, J. (2022). Pengawasan Pemerintahan dalam Pelaksanaan Sakip
Sebagai Upaya Penerapan Good Governance Pada Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Jurnal Administrasi Pemerintahan (Janitra), 2(1),
25-43. https://doi.org/10.24198/janitra.v2i1.41098
Hendar, K., Awalya, A., & Sunawan, S. (2019). Solution-focused brief therapy group counseling to
increase academic resilience and self-efficacy. Jurnal Bimbingan Konseling, 8(3), 1-7. Google
Scholar
Hidayat, A. H. (2021). Bimbingan dan Konseling dalam Perspektif Konseling Posmodernisme. Jurnal
Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(1), 117-134. Google Scholar
Iskandar, D. J. (2017). Pentingnya Partisipasi dan Peranan Kelembagaan Politik dalam Proses
Pembuatan Kebijakan Publik. dalam Jurnal Ilmu Administrasi, 14(1), 17-35. Google Scholar
Junaenah, I. (2022). Melokalkan Hak Asasi Manusia Melalui Kepariwisataan Inklusif: Landasan
Pembaharuan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan. Jurnal Legislasi Indonesia, 19(3), 320-335.
https://doi.org/10.54629/jli.v19i3.928
Kim, J. S. (2014). Solution-focused brief therapy and cultural competency. Solution-focused brief
therapy: A multicultural approach, 1-13. Google Scholar
Rasimin, & Hamdi, M. (2018). Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Google
Scholar
Rostini, R. (2021). Teori dan Pendekatan Konseling Sfbt (Solution Foused Brief Therapy) Berbasis
Islam. At-Taujih: Bimbingan dan Konseling Islam, 4(2), 81-91.
http://dx.doi.org/10.22373/taujih.v4i2.11743
Rusandi, M. A., & Rachman, A. (2014). Efektifitas konseling singkat berfokus solusi (Solution Focused
Brief Therapy) untuk meningkatkan self esteem mahasiswa program studi bimbingan konseling
FKIP Unlam Banjarmasin. AL'ULUM, 62(4). Google Scholar
Slavin, K., & Kim, J. S. (2017). SFBT in Action Eating Disorders. Solution-Focused Brief Therapy in
Schools: A 360-Degree View of the Research and Practice Principles. Google Scholar
Sumarwiyah, S., Zamroni, E., & Hidayati, R. (2015). Solution focused brief counseling (SFBC): Alternatif
pendekatan dalam konseling keluarga. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).
https://doi.org/10.24176/jkg.v1i2.409

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 626


Hamdi, M., Yusra, A., & Sarman, F. – Konseling Kelompok…

Sutapa, M., & Purwanto, N. A. (2012). Pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi Pegawai Kantor Dinas
Pendidikan Dalam Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan UNY,
112285. Google Scholar
Rahmatulloh, R., Ahmad, D. N., & Arifin, M. (2021). Pendampingan dan Pengarahan Konsep Aspirasi
Penyelesaian Guru Honorer Kategori Ii di Dki Jakarta. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian
Masyarakat, 4(4). https://doi.org/10.29303/jppm.v4i4.3035
Robbaniyah, N. I., Mamesah, M., & Fitri, S. (2013). Efektivitas Layanan Konseling Karir Untuk
Meningkatkan Kemampuan Adaptasi Karir Mahasiswa Bk Fip Unj Angkatan 2011. INSIGHT:
Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 76-80. https://doi.org/10.21009/INSIGHT.022.12

Bulletin of Counseling and Psychotherapy / Vol 4, No 3 (2022) / 627

You might also like