1 Ed
1 Ed
1 Ed
Masuk tanggal: 15-12-2021, revisi tanggal: 06-01-2022, diterima untuk diterbitkan tanggal: 16-01-2022
Abstract
The spread of South Korean culture is currently very popular in Indonesia. This spread is
called Hallyu or Korean wave, Korean wave not only spreads culture but various aspects such
as style of dress, beauty, food and lifestyle products. The spread of the Korean wave made
Indonesian K-Pop fans love beauty products from South Korea. Especially teenage girls who
have a high curiosity so they want to do imitation behavior. This study uses two variables,
namely the spread of issues using thetheory agenda setting and the imitation behavior variable
using social learning theory. The approach in this research is quantitative by using a survey
method to 100 respondents to K-Pop fans aged 10-25 years. The sampling technique used is
random. The respondent's data processing was tested to be valid, reliable and normal. The
data analysis technique used simple linear regression analysis, the coefficient of determination
test (R2), and the T test. The results of the research analysis on the issue distribution variable
(X) had the highest dimension, namely the media dimension. While the imitation behavior
variable (Y) has the highest dimension, namely the dimension of motor reproduction. This
statement is proven based on the results of the T test that the spread of issues has a significant
influence on imitation behavior so that H0 is rejected and H1 is accepted, meaning that the
spread of issues variable X has an effect on the imitation behavior variable Y.
Keywords: imitation behavior, K-pop fans, South Korean beauty standards, spread of issues
Abstrak
Penyebaran budaya Korea Selatan saat ini sangat populer di Indonesia. Penyebaran ini disebut
dengan hallyu atau Korean wave, Korean wave tidak hanya penyebarkan kebudayaan saja
tetapi berbagai aspek seperti gaya beerpakaian, produk kecantikan, makanan dan gaya hidup.
Penyebaran Korean wave membuat penggemar K-pop Indonesia menyukai produk kecantikan
dari Korea Selatan. Terutama remaja perempuan yang memiliki rasa ingin tau yang tinggi
sehingga ingin melakukan perilaku imitasi. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu
variabel penyebaran isu dengan menggunakan teori agenda setting dan variabel perilaku
imitasi dengan menggunakan teori pembelajaran sosial. Pendekatan pada penelitian ini, yaitu
kuantitatif dengan menggunakan metode survei kepada 100 responden kepada penggemar K-
pop yang berusia 10-25tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu secara acak.
Pengolahan data responden teruji valid, reliabel, dan normal. Teknik analisis data
menggunakan analisis uji regresi linear sederhana, uji koefisien determinasi (R2), dan uji T.
Hasil analisis penelitian pada variabel penyebaran isu (X) memiliki dimensi tertinggi yaitu
dimensi media. Sedangkan variabel perilaku imitasi (Y) memiliki dimensi tertinggi yaitu
dimensi reproduksi motorik. Pernyataan ini terbukti berdasarkan hasil uji T bahwa penyebaran
isu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku imitasi sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, artinya variabel penyebaran isu X berpengaruh terhadap variabel perilaku imitasi Y.
511
Kiwari EISSN 2827-8763
Vol. 1, No. 3, September 2022, Hal 511-518
Kata Kunci: penggemar K-pop, penyebaran isu, perilaku imitasi, standar kecantikan Korea
Selatan
1. Pendahuluan
Pesatnya Industri hiburan Korea Selatan, menjadi salah satu negara yang paling
diminati oleh masyarakat asing. Saat ini telah terjadinya penyebaran budaya Korea
Selatan, istilah ini disebut dengan hallyu atau Korean wave. Korean wave dikenal
dengan hiburan Korea Selatan yang terdiri dari film, drama, musik pop, kecantikan,
dan lain-lain dalam (Pertiwi, 2013).
Dengan adanya penyebaran budaya Korean wave membuat setiap aspek di
dalam hidup menjadi terlibat seperti, pakaian, produk kecantikan, makanan, dan gaya
hidup. Pengaruh Korean wave membuat remaja perempuan di Indonesia menyukai
salah satu produk kecantikan dari Korea Selatan. Sehingga sering kali produk
kecantikan dikaitkan dengan remaja perempuan terutaman pada bagian fisik dan
tubuh.
Bagi seorang perempuan kecantikan merupakan hal yang penting, tidak heran
bahwa banyak perempuan melakukan perawatan yang cukup mahal sampai ke Korea
Selatan untuk terlihat cantik. Girlband Korea Selatan menjadi salah satu idola pop
yang memiliki konsep kecantikan yang diingini oleh banyak perempuan. Terutama
pada produk-produk yang dipakai oleh idola pop, yang memiliki pengaruh yang cukup
besar terhadap penggemar K-pop. Hal ini menyebabkan terjadinya fenomena sosial
bahwa standar kecantikan perempuan harus memiliki wajah cantik dan tubuh ideal.
Standar kecantikan setiap kecantikan seseorang pasti memiliki arti yang berbeda-beda
dari suku dan etnis. Karena setiap perempuan memiliki keunikan dan daya tarik yang
berbeda-beda, standar kecantikan ini berevolusi setiap tahun tidak akan sama tetapi
akan berubah-ubah.
Tetapi dengan adanya jumlah penggemar K-pop cukup tinggi di Korea Selatan
maupun di negara-negara asing, membuat masyarakat Korea Selatan menetapkan
perempuan Korea Selatan bisa dikatakan cantik bila memiliki tubuh kulit putih pucat,
wajah tirus, tubuh langsing, wajah kecil, memiliki lipatan kelopak mata, hidung lurus
dan lancip, dan gigi rapi.
Dengan adanya standar kecantikan Korea Selatan membuat media sosial
membentuk sebuah perspektif bahwa memiliki wajah cantik dan tubuh ideal adalah
segala-galanya. Banyak remaja perempuan mengikuti standar kecantikan Korea
Selatan. Penyebaran isu standar kecantikan Korea Selatan tersebut dibentuk melalui
media sosial. Informasi yang didapatkan dari media sosial membuat para penggemar
mengikuti cara berbicara, produk kecantikan apa saja yang dipakai sampai meniru
kegiatan kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan para idola K-pop. Kegiatan
meniru ini disebut bentuk pembelajaran sosial, bentuk pembelajaran sosial menurut
Albert Bandura adalah individu menerima informasi dari hasil pengamatan model
yang didapatkan dari lingkungan sekitar dalam (Lesilolo, 2019).
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan kata dari perilaku imitasi.
Menurut (Sella, 2013), perilaku imitasi adalah perilaku yang muncul dari hasil
peniruan individu terhadap idola dengan mengikuti seutuhnya secara sama persis. Hal
tersebut jika terus menerus terjadi dengan adanya model yang dapat ditiru, dapat
membentuk perilaku imitasi kepada para penggemar K-pop. Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis mengemukakan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu
apakah terdapat pengaruh dari penyebaran isu standar kecantikan Korea Selatan
512
Mellicia, Lusia Savitri Setyo Utami: Pengaruh Penyebaran Isu Standar Kecantikan Korea Selatan
Melalui Media Sosial terhadap Perilaku Imitasi Penggemar K-Pop
melalui media massa terhadap perilaku imitasi penggemar K-pop Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penyebaran isu standar
kecantikan Korea Selatan terhadap perilaku imitasi penggemar K-pop. Hipotesa
penelitian yang peneliti susun yaitu:
• H0: Tidak adanya pengaruh penyebaran isu standar kecantikan Korea Selatan
melalui media massa terhadap perilaku imitasi penggemar K-pop.
• H1: Terdapat adanya pengaruh penyebaran isu standar kecantikan Korea
Selatan melalui media massa terhadap perilaku imitasi penggemar K-pop.
Media Sosial
Media sosial menyebarkan informasi kepada setiap pemakainya, dimana para
penggemar K-pop menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi untuk
mendapatkan informasi tentang idola K-pop yang mereka sukai. Penyebaran informasi
melalui media baru dikenal sebagai media sosial yang digunakan oleh penggemar K-
pop dan menjadi konsen penelitian ini. Menurut (Kaplan & Haenlein, 2010), media
sosial merupakan aplikasi menggunakan internet untuk melakukan pertukaran
informasi kepada setiap pemakainya.
Definisi Kecantikan
Definisi Kecantikan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi seorang
perempuan yang berkaitan dengan fisik perempuan dalam (Asfara, 2021). Tetapi
setiap negara pasti memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda termasuk di Korea
Selatan dalam (Aprilita & Listyani, 2016). Standar kecantikan Korea Selatan
berdasarkan sudut pandang yang ditunjukan media yaitu perempuan bertubuh
langsing, berkulit mulus, berwajah menarik, wajah berbentuk (v- line) dan mata bulat
dan memiliki lipatan kelopak mata dalam (Asfara, 2021). Agar seorang perempuan
berhak menyandang gelar cantik.
Penggemar
Penggemar menurut Henry Jenkins (dalam Utami & Lingga, 2018) arti
penggemar berasal dari kata “fanatic”, yang berasal dari kata latin “fanaticus”. Maka
dapat diartikan seorang pengikut yang memiliki rasa cinta, suka terhadap seseorang.
Penggemar di sini adalah penggemar K-pop yang merupakan seorang pengikut serta
memiliki rasa cinta dan kagum terhadap idola K-pop.
513
Kiwari EISSN 2827-8763
Vol. 1, No. 3, September 2022, Hal 511-518
2. Metode Penelitian
514
Mellicia, Lusia Savitri Setyo Utami: Pengaruh Penyebaran Isu Standar Kecantikan Korea Selatan
Melalui Media Sosial terhadap Perilaku Imitasi Penggemar K-Pop
515
Kiwari EISSN 2827-8763
Vol. 1, No. 3, September 2022, Hal 511-518
Hasil uji T untuk variabel penyebaran isu (X) diperoleh t hitung yaitu 9,763
dan signifikan sebesar 0,000. Dengan derajat df = N-2 = 100-2=98, sehingga t tabel
sebesar 1,984 artinya hasil sig yaitu 0,000<0,05 dan t hitung (9,763>1,984) t tabel.
Dengan ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel
Penyebaran Isu (X) terdapat adanya pengaruh terhadap variabel Perilaku Imitasi (Y).
Hasil uji koefisien determinasi (R2) diketahui bahwa nilai R Square 0,493 atau
49%, dengan angka tersebut maka kemampuan variabel Penyebaran Isu (X) dapat
mempengaruhi variabel Perilaku Imitasi (Y) adalah sebesar 0,488, sedangkan sisa nya
sebesar 51% dipengaruhi variabel lain atau nilai error.
Berdasarkan penelitian secara menyeluruh, penelitian ini memiliki dua variabel
yaitu Penyebaran Isu (X) dan Perilaku Imitasi (Y). Variabel tersebut diukur dengan
berbagai indikator seperti Penyebaran Isu (X) yang memiliki tiga indikator yaitu
media, publik dan kebijakan, sedangkan Perilaku Imitasi (Y) yang memiliki empat
indikator yaitu perhatian (atensi). Peneliti menyebarkan kuesioner kepada 100
responden yang dijadikan sampel penelitian, melalui google form yang ditentukan
kepada penggemar K-pop.
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis data validitas,
realibilitas dan normalitas. Menunjukkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian
ini dinyatakan valid, reliabel dan data terdistribusi dengan baik. Melalui uji normalitas
diketahui bahwa nilai Statistic Kolmogorov-Smirnov adalah 0,85 dengan probabilitas
signifikansi 0,72 dari keseluruhan variabel. Maka dapat dinyatakan 0,72 > 0,05 bahwa
data bersifat normal. Dapat disimpulkan bahwa, perilaku imitasi penggemar K-pop
secara signifikan dipengaruhi oleh penyebaran isu standar kecantikan Korea Selatan
melalui media sosial.
Berdasarkan uji regresi sederhana untuk variabel Penyebaran Isu (X) terhadap
Perilaku Imitasi (Y) yang didapat pada penelitian ini adalah nilai -9,566 merupakan
516
Mellicia, Lusia Savitri Setyo Utami: Pengaruh Penyebaran Isu Standar Kecantikan Korea Selatan
Melalui Media Sosial terhadap Perilaku Imitasi Penggemar K-Pop
koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap ada penambahan nilai untuk
penyebaran isu aka ada kenaikan perilaku imitasi sebesar 1,25. Maka semakin
bertambahnya nilai X akan mempengaruhi nilai Y. Dapat disimpulkan bahwa, semakin
banyaknya isu yang disediakan oleh media sosial muncul membuat penggemar secara
tidak langsung mengikuti isu tersebut.
Peneliti menggunakan uji T untuk mengukur variabel penyebaran isu (X)
diperoleh t hitung yaitu 9,763 dan signifikansi sebesar 0,000. sehingga t tabel sebesar
1,984 artinya sig yaitu (0,000 < 0,05) dan t hitung (9,763 > 1,984) t tabel. Hal ini
menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel Penyebaran Isu (X)
terdapat adanya pengaruh terhadap variabel Perilaku Imitasi (Y).
Melalui uji koefisien determinasi (R2) bahwa nilai R Square 0,493 atau 49%
dengan angka tersebut maka kemampuan variabel penyebaran isu (X) dapat
mempengaruhi variabel perilaku imitasi (Y) adalah sebesar 0,488. Sedangkan sisanya
sebesar 51% dipengaruhi variabel lain atau nilai error.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, teori pembelajaran sosial
berperan besar dalam melakukan setiap perilaku imitasi. Berdasarkan hasil analisa
diatas, setelah memperoleh data kuesioner responden atas variabel independen dan
dependen, maka dapat disimpulkan bahwa penyebaran isu standar kecantikan Korea
Selatan melalui media sosial memiliki pengaruh terhadap perilaku imitasi penggemar
K-pop.
4. Simpulan
Hasil penelitian menyatakan pengaruh penyebaran isu standar kecantikan
Korea Selatan melalui media sosial berpengaruh terhadap perilaku imitasi K-Pop.
Berdasarkan hasil uji T yang diperoleh sebesar 9,763. Maka variabel penyebaran isu
terhadap variabel perilaku imitasi sebesar 0,000 < 0,005, sedangkan untuk nilai t
hitung 15,566 > 9,763 lebih besar dari t tabel, dimana H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya, penyebaran isu standar kecantikan Korea Selatan melalui media sosial
berpengaruh terhadap perilaku imitasi penggemar K-Pop.
Dalam pengaruh penyebaran isu standar kecantikan Korea Selatan dimensi
yang paling berpengaruh adalah media dan publik dimana penyebaran isu yang
disebarkan oleh media memiliki timbal balik oleh publik. Sedangkan dimensi
pembelajaran sosial yang paling besar memberikan berpengaruh adalah reproduksi
motorik dimana penggemar K-Pop mengikuti model secara menyeluruh dari cara
memakai make-up yang digunakan idola pop. Dengan demikian, melalui kuesioner
dengan 22 butir pernyataan yang sudah disebarkan. Bahwa penggemar K-Pop
menggunakan komunikasi media sosial untuk dapat mendapatkan informasi mengenai
idola pop untuk memakai produk make-up dan skincare yang sama dengan idola pop.
6. Daftar Pustaka
517
Kiwari EISSN 2827-8763
Vol. 1, No. 3, September 2022, Hal 511-518
518