Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP SNH

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologi yang
utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus
ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Stroke adalah penyakit ketiga yang
menyebabkan kematian dibeberapa negara berkembang. Setiap tahunnya sekitar 4,5 juta
orang meninggal karena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian
dialami oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun. Hampir semua orang lanjut usia
sedikitnya memiliki beberapa sumbatan pada suplai darah arteri ke otak, dan sebanyak
10% sebenarnya memiliki cukup banyak sumbatan untuk menyebabkan gangguan fungsi
atau stroke. Di Amerika Serikat, wanita kulit putih dengan usia sekitar 50 tahun
mempunyai resiko sekitar 20% menderita stroke dan 8% mempunyai resiko meninggal
karena stroke. Sekitar 1 dari 6 wanita amerika meninggal karena stroke. Insidensi
menderita stroke semakin meningkat pada usia lebih dari 65 tahun. Sekali wanita
menderita stroke maka perjalanan penyakit dan prognosisnya lebih buruk bila
dibandingkan dengan lakilaki. Faktor utama terjadinya stroke adalah usia, hipertensi dan
aterosklerosis. Kebanyakan kasus stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang
terjadi pada satu atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak. Plak biasanya
mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk
membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya fungsi
otak secara akut pada area yang terlokalisasi.

B. DEFINISI
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002).Stroke atau
cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A
Price, 2006) Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung
24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000). Stroke non hemoragik
merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya
terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi
perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder. (Arifm Muttaqin, 2008).

C. KLASIFIKASI
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses
patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA) Gejala neurologik
yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu
24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND) Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari
24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation) Gejala neurologik
makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke) Kelainan neurologik sudah
menetap, dan tidak berkembang lagi.

2. Berdasarkan kausal

a. Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang
kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti
oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan
oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan
pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah
arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.

b. Stroke Emboli/Non Trombotik


Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang
lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah
tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
D. ETIOLOGI
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli
ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan
oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran
darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya
kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli

a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari
“plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada
intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.

b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:

1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dan


bagian kiri atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan
gangguan pada katup mitralis.
3) Fibrilasi atrium

4) Infarksio kordis akut

5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis

6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung


miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:

1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis

2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.

3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”).

2. Thrombosis

Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.Penyebab
lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein C,
displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombotik.

E. PATOFISIOLOGI
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan
aterm.
3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi
lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.

2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke


otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu
kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah
otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya
embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.
Pathway
F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari stroke adalah (Baughman, C Diane.dkk,2000):


1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia
2. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau
afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
5. Disfungsi kandung kemih
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
a. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
b. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
c. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi,
dan mengukur stroke.
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium

H. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,


konstipasi dan thromboflebitis.

2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,


deformitas dan terjatuh

3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.

4. Hidrocephalus
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan chin lift / jaw trust, suction /
hisap, guedel airway dan intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada
posisi netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat,
dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau
atau sama sekali tidak sadar.
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi
in line harus dikerjakan.

2. Pemeriksaan Secondary
a. Identitas.
b. keluhan utama
c. Riwayat Penyakit.
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai
masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu.
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada
penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga.
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang
sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau
menular dalam keluarga.

d. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis stroke
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai stroke, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara


bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien, kelemahan salah satu
ekstremitas adanya pelo.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,
turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus,
ensim.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakefektifan Perfusi jaringan otak berhubungan dengan embolisme
2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
gangguan neurovaskuler.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
6. Resiko cidera berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Risiko Setelah dilakukan tindakan NIC:
ketidakefektifan keperawatan selama 1 x 8
Perfusi jaringan jam, pasien mampu :  Monitorang neurologis
otak berhubungan
 Circulation status. 1. Monitor ukuran, kesimetrisan,
dengan
reaksi dan bentuk pupil
embolisme Dengan kriteria hasil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitir tanda-tanda vital
- Nyeri kepala / vertigo
berkurang sampai de-ngan 4. Monitor keluhan nyeri kepala,
hilang mual, muntah

- Berfungsinya saraf 5. Monitor respon klien terhadap


dengan baik pengobatan

- Tanda-tanda vital 6. Hindari aktivitas jika TIK

stabil meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien
 Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-
ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap
memakai oksigen selama aktifitas
dan tidur
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan NIC:
komunikasi keperawatan selama 1 x 8  Peningkatan Komunikasi:
verbal jam, pasien mampu : Defisit Pendengaran
berhubungan 1. Memudahkan janji bertemu
 Kemampuan
dengan gangguan dengan pasien untuk menguji
Komunikasi
fisioogis kemampuan mendengar pasien,
Dengan kriteria hasil
jika sesuai
- dapat menjawab
2. Memfasilitasi penggunaan alat
pertanyaan yang diajukan
bantu pendengaran, jika
perawat
dibutuhkan
- dapat mengerti dan 3. Beri tahu pasien bahwa suara
memahami pesan-pesan
yang dialami akan berbeda
melalui gambar dengan pada saat menggunakan
- dapat alat bantu pendengaran
mengekspresikan 4. Jaga kebersihan alat bantu
perasaannya secara verbal pendengaran
maupun nonverbal 5. Periksa baterai alat bantu
pendengaran secara rutin
6. Memberi suatu petunjuk
sederhana setiap waktunya
3 .Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan NIC:
diri: keperawatan selama 1 x 8  Self Care assistance : ADLs
makan, mandi, jam, pasien mampu : 1. Monitor kemempuan klien untuk
berpakaian, perawatan diri yang mandiri.
 Self care : Activity of
toileting 2. Monitor kebutuhan klien untuk
berhubungan Daily Living (ADLs) alat-alat bantu untuk kebersihan
gangguan Dengan kriteria hasil diri, berpakaian, berhias, toileting
neurovaskuler - Klien terbebas dari dan makan.
bau badan 3. Sediakan bantuan sampai klien
- Menyatakan mampu secara utuh untuk
kenyamanan terhadap melakukan self-care.
kemampuan untuk 4. Dorong klien untuk melakukan
melakukan ADLs aktivitas sehari-hari yang normal
- Dapat melakukan sesuai kemampuan yang dimiliki.
ADLS dengan 5. Dorong untuk melakukan secara
bantuan mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Hambatan Setelah dilakukan tindakan NIC:
mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 8  Exercise therapy :
berhubungan jam, pasien mampu : ambulation
dengan 1. Monitoring vital sign
Joint Movement : Active
kerusakan sebelm/sesudah latihan dan lihat
Mobility Level
respon pasien saat latihan
Self care : ADLs Transfer
 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
performance Dengan Kriteria
tentang rencana ambulasi sesuai
neuromuskuler hasil
dengan kebutuhan
- Klien meningkat dalam
3. Bantu klien untuk menggunakan
 aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dari tongkat saat berjalan dan cegah

terhadap cedera
peningkatan mobilitas

4. Ajarkan pasien atau tenaga
- Memverbalisasikan
perasaan dalam kesehatan lain tentang teknik

meningkatkan kekuatan ambulasi

dan kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien dalam

berpindah mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri
- Memperagakan sesuai kemampuan
penggunaan alat Bantu 7. Dampingi dan Bantu pasien saat
untuk mobilisasi (walker) mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC:
integritas kulit keperawatan selama 1 x 8  Pressure Management
berhubungan jam, pasien mampu : 1. Anjurkan pasien untuk
dengan gangguan menggunakan pakaian yang
 Tissue Integrity : Skin and
sirkulasi longgar
Mucous Membranes
2. Hindari kerutan padaa tempat
Dengan Kriteria Hasil :
tidur
- Integritas kulit yang baik
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bisa dipertahankan
bersih dan kering
(sensasi, elastisitas,
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
temperatur, hidrasi,
pigmentasi) pasien) setiap dua jam sekali

- Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan adanya


kemerahan
kulit
6. Oleskan lotion atau minyak/baby
- Perfusi jaringan baik
- Menunjukkan oil pada derah yang tertekan

pemahaman dalam 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi


proses perbaikan kulit pasien

dan mencegah terjadinya 8. Monitor status nutrisi pasien


sedera berulang 9. Memandikan pasien dengan

- Mampu melindungi sabun dan air hangat

kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
6 Resiko cidera Setelah dilakukan tindakan  Risk Control Injury
berhubungan keperawatan selama 1 x 8 1 menyediakan lingkungan yang
dengan penurunan jam, pasien mampu : aman bagi pasien
tingkat kesadaran 2 memberikan informasi
Risk Kontrol
mengenai cara mencegah

Dengan Kriteria Hasil : cedera

- Klien terbebas dari 3 memberikan penerangan yang


cedera cukup
- Klien mampu 4 menganjurkan keluarga untuk
menjelaskan selalu menemani pasien
cara/metode  Environment Management
untukmencegah (Manajemen lingkungan)
injury/cedera 1.Sediakan lingkungan yang aman
- Klien mampu untuk pasien
menjelaskan factor 2. Identifikasi kebutuhan
resiko dari keamanan pasien, sesuai
lingkungan/perilaku dengan kondisi fisik dan fungsi
personal kognitif pasien dan riwayat
- Mampumemodifikasi penyakit terdahulu pasien
gaya hidup 3. Menghindarkan lingkungan
untukmencegah injury yang berbahaya (misalnya
- Menggunakan memindahkan perabotan)
fasilitas kesehatan 4. Memasang side rail tempat tidur
yang ada 5. Menyediakan tempat tidur yang
- Mampu mengenali nyaman dan bersih
perubahan status 6. Menempatkan saklar lampu
kesehatan ditempat yang mudah
dijangkau pasien.
D. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan diarahkan untuk respons klien
terhadap intervensi keperawatan serta sebatas mana tujuan / kriteria hasil sudah tercapai.
Tujuan perawat melakukan evaluasi adalah menentukan kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang telah di tentukan dan menilai efektivitas rencana keperawatan

1. Perfusi jaringan cerebral adekuat


2. Klien dapat tetap berkomunikasi
3. Pasien dapat melakukan aktivitas
4. Peningkatan mobilitas sampai dengan maksimal
5. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
6. Tidak terjadi cidera
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA, 2015, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih. Jakarta: EGC

You might also like