Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pbo Kelompok 5

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

MAKALAH

Persepsi dan teori atribusi kelley

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perilaku Dan Budaya Organisasi”

Dosen Pengampu : Dr. M. Ali Hasan, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 5

1.Najwa Kamal : 2381090009


2.Lutfia Sazkia Putri : 2381090025

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM 2/A


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM SYEKH NURJATI CIREBON TAHUN AKADEMIK
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan
Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Salawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perilau Dan Budaya Organisasi yang di
ampu oleh bapak Dr.M.Ali Hasan M.Pd. dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat.

Makalah ini penulis susun dengan segala kemampuan penulis dan semaksimal mungkin. Namun,
penulis menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu penulis sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah. Terimakasih.

Wassalamualikum Wr.Wb

Cirebon, 01 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...……………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..…...….ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..…..2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………....3

A. Teori persepsi …………………………………………………….……………………….3


B. Teori atribusi kelly …………………..………………………………………………….…4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………....9

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….....9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..….10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa
sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri
(Shaleh, 2009:110).
Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Bila
diurutkan maka proses terjadinya persepsi menurut transactional theory pada umumnya
teori-teori di atas menggunakan bahasa atau istilah yang berbeda dalam menjelaskan
proses terjadinya persepsi, tetapi bila dipahami lebih jauh maknanya sama dan mirip,
perbedaan mendasarnya terletak pada detail dari tahap-tahap terjadinya persepsi, karena
itu berdasarkan teori-teori . Di dalam persepsi juga dikenal beberapa teori seperti Teori
atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang.(Insan,2012)
Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan
penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana
seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan
ditentukan apakah dari internal misalnya sifat dan karakter ataupun eksternal misalnya
tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku
individu . Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu pemahaman kita akan
penyebab perilaku dan mediator penting bagi reaksi seseorang terhadap dunia social.
(Bambang, et al.,2020)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud persepsi menurut pendapat Kelley
2. Apa teori atribusi menurut pendapat Kelley

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui persepsi menurut pendapat Kelley
2. Untuk mengetahui teori atribusi menurut pendapat Kelley

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori persepsi
persepsi adalah:
(1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra,
(2) Kesadaran dari proses-proses organis,
(3) (Titchener) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal
dari pengalaman di masa lalu,
(4) Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan
organisasi untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsang,
(5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta
mengenai sesuatu. (Sabarini, et al., 2021)

Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan


ligkungan yang ada disekitarnya, dan juga tentang keadaan diri invidu yang
bersangkutan. Karena dalam persepsi itu merupakan aktivitas yang integrated, maka
seluruh apa yang ada di dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan
berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut
berperan dalam persepsi tersebut.(Semiun,2021)

Persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang telah
diproses oleh sistem inderawi kita. Dengan kata lain persepsi adalah proses memberi
makna pada sensasi. Proses persepsi didahului oleh proses sensasi. Sensasi merupakan
tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata sense, yang
artinya alat indra yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi adalah
proses menangkap stimuli melalui alat indra. Proses sensasi terjadi saat alat indra
mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf yang dimengerti oleh otak.

3
Dengan melakukan persepsi, manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah
sensasi menjadi informasi. (Insan, 2012) Sering kali kita mendapati diri kita menilai
seseorang atau meramalkan tingkah lakunya berdasarkan pengetahuan atau pengalaman
kita yang lepas. Persepsi sosial merujuk kepada proses apabila kita membuat penilaian
terhadap tingkah laku orang lain. Dalam bidang psikologi, persepsi boleh didefinisikan
sebagai gambaran atau bayangan dalam hati atau fikiran tentang sesuatu. Ini termasuklah
mengenal pasti, membezakan, menganggar dan mengiktiraf sesuatu melalui pendapat
sendiri. Manusia biasanya membuat pelbagai pandangan dan kemudian mengkategorikan
serta membentuk idea tentang individu lain. Idea ini kemudian digunakan sebagai
panduan dalam interaksi sosial khususnya pandangan diri terhadap orang lain. (Yahya,
2006).

B. Teori Atribusi Kelley


Teori atribusi pertama kali dikemukakan oleh Fritz T Heider pada tahun 1958.
Heider (1958) menyatakan bahwa untuk menjelaskan penyebab suatu kejadian tertentu,
seseorang akan memberikan sebuah alasan yang masuk akal mengenai penyebab
terjadinya peristiwa tersebut. Terdapat dua premis utama dalam teori atribusi yang
dikembangkan oleh Harold Kelley. (Hanafi, et al., 2018).

Teori Harold Kelley merupakan perkembangan dari Heider. Fokus teori ini,
apakah tindakan tertentu disebabkan oleh daya-daya internal atau daya-daya eksternal.
Kelley berpandangan bahwa suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang
terjadi karena adanya sebab. Teori Harold Kelly merupakan pengembangan dari teori
atribusi Heider. Teori Kelly berfokus pada tindakan tertentu individu disebabkan oleh
adanya kekuatan intenal atau kekuatan eksternal. (Insan, 2012).

4
Teori Atribusi (Atribution Theory) merupakan teori dan Harold Kelley. (1972-
1973) dalam teorinya menjelaskan tentang bagaimana orang menarik kesimpulan tentang
"apa yang menjadi sebab apa yang menjadi dasar seseorang melakukan suatu perbuatan
atau memutuskan untuk berbuat dengan cara-cara tertentu. Ada tiga faktor yang menjadi
tiga factor yang menjadi dasar pertimbangan orang untuk menarik kesimpulan apakah
suatu tindakan atau perbuatan disebabkan oleh sifat dari dalam diri (disposisi) ataukah
disebabkan oleh faktor di luar diri. Ketiga faktor dasar pertimbangan tersebut adalah:

1. Konsensus (Concensus)

Konsensus adalah situasi yang membedakan perilaku seseorang dengan perilaku orang
lainnya dalam menghadapi situasi yang sama. Bila seseorang berperilaku sama dengan
kebanyakan orang lain, maka perilaku orang tersebut memiliki konsensus yang tinggi.
Tetapi bila perilaku seseorang tersebut berbeda dengan perilaku kebanyakan orang maka
berarti perilaku tersebut memiliki konsensus yang rendah.

2.Konsisten (Consistency)

Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau peristiwa
yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung
melakukan perilaku yang sama dimasa lalu dalam situasi yang sama. Semakin konsistensi
perilaku seseorang dari hari ke hari maka semakin tinggi konsistensi orang tersebut.

3.Keunikan (Distinctivens)

Keunikan menunjukan sejauh mana seseorang bereaksi dengan cara yang sama terhadap
stimulus atau peristiwa yang berbeda (Andref, 2014).

5
Oleh karena itu, Kelley mengajukan suatu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hal-
hal yang menunjuk pada penyebab tindakan, apakah daya internal atau daya eksternal.
Kelley mengajukan tiga faktor dasar yang kita gunakan untuk memutuskan hal tersebut,
yaitu:
a. Konsistensi: respon dalam berbagai waktu dan situasi, yaitu sejauh mana respon
tertentu selalu terjadi pada saat hadirnya stimulus atau keadaan tertentu.

b. Informasikonsensus: sejauh mana orang-orang lain merespon stimulus yang sama


dengan cara yang sama dengan orang yang kita atribusi.

c. Kekhususan (distinctiveness): sejauh mana orang yang kita atribusi tersebut


memberikan respon yang berbeda terhadap berbagai stimulus yang kategorinya lama.
(Semiun, 2021)

Teori atribusi memberi banyak kontribusi untuk memahami perilaku organisasi


dengan lebih baik. Akan tetapi, dimensi lain selain locus of control internal dan eksternal
juga perlu diperhitungkan dan dipelajari. Misalnya, Bernard Weiner menyatakan bahwa
dimensi stabilitas (tetap dan tidak tetap) juga harus dikenali. Karyawan yang
berpengalaman mungkin punya atribusi internal yang stabil mengenai kemampuan
mereka, tetapi atribusi internal yang tidak stabil berkaitan dengan usaha. Dengan hal yang
sama, karyawan tersebut mungkin memiliki atribusi eksternal yang stabil mengenai
kesulitan tugas, tetapi atribusi eksternal yang tidak stabil adalah soal keberuntungan.
(Tiong, 2023).

6
Kelley menguraikan tiga jenis informasi kovariasi yang memengaruhi apakah
seorang pengamat mengaitkan perilaku seseorang terhadap penyebab internal atau
eksternal. Pertama adalah kekhasan yang mengacu pada sejauh mana seseorang
berperilaku dengan cara yang sama di situasi yang sama. Jika manajer mudah marah di
rumah dan di tempat kerja (kekhasan rendah), maka pengamat membuat atribusi internal
(misalnya manajer umumnya orang yang mudah tersinggung).

Pengamatan orang yang berbeda memungkinkan penilaian dibuat tentang jenis


kedua informasi kovariat, yaitu konsensus.

Menurut Kelley atribusi merupakan analisis kasual yaitu penafsiran terhadap sebab-sebab
dari mengapa sebuah fenomena menampilkan gejala- gejala tertentu. Atribusi kausal,
menfokuskan diri pada pertanyaan apakah perilaku seseorang berasal dari faktor internal
maupun eksternal. Kalley dalam atribusi terdiri dari 3 dimensi yaitu:

1. Lokasi penyebab
Masalah pokok yang paling umum dalam persepsi sebab akibat adalah apakah suatu
peristiwa atau tindakan tertentu disebabkan oleh keadaan internal (hal ini disebut
sebagai atribusi internal atau kekuatan eksternal (atribusi eksternal).

2. Stabilitas
Dimensi sebab akibat yang kedua adalah berkaitan dengan penyebab dari suatu
perIstiwa atau perilaku itu sendiri stabil atau tidak stabil dengan kata lain stabilitas
mengandung makna seberapa permanen atau berubah-ubahnya suatu sebab.

7
3. Pengendalian
Dimensi ini berkaitan berkaitan dengan suatu sebab dapat dikendalikan atau tidak
dapat dikendalikan oleh seorang individu.(Bambang, et al., 2020).
Jika rekan kerja setuju bahwa manajer itu mudah tersinggung (konsensus tinggi),
mereka membuat pengaitan internal. Ketiga adalah konsistensi, yang mengacu pada
sejauh mana seseorang berperilaku secara konsisten dari waktu ke waktu. (Hanafi, et
al., 2018).

Kelley menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga


hal, konsensus apakah orang lain bertindak sama seperti penganggap, konsistensi
apakah penganggap bertindak yang sama pada situasi yang lain, dan distinctiveness
apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi yang lain atau hanya pada situasi ini
saja.(Sabarini, 2021)

8
BAB III

KESIMPULAN

Harold Kelley adalah seorang psikolog sosial yang terkenal dengan kontribusinya
dalam memahami persepsi sosial. Salah satu konsep utamanya adalah teori atribusi,
yang mengemukakan bahwa individu cenderung membuat atribusi tentang perilaku
orang lain berdasarkan tiga dimensi: internal/eksternal, stabil/fluktuatif, dan
kontrol/kekuasaan. Misalnya, kita mungkin mengatribusikan perilaku seseorang kepada
karakter internal (seperti kepribadian) atau faktor eksternal (seperti situasi).
Kelley menguraikan tiga jenis informasi kovariasi yang memengaruhi apakah
seorang pengamat mengaitkan perilaku seseorang terhadap penyebab internal atau
eksternal. Pertama adalah kekhasan yang mengacu pada sejauh mana seseorang
berperilaku dengan cara yang sama di situasi yang sama. Jika manajer mudah marah di
rumah dan di tempat kerja (kekhasan rendah), maka pengamat membuat atribusi internal
(misalnya manajer umumnya orang yang mudah tersinggung). Pengamatan orang yang
berbeda memungkinkan penilaian dibuat tentang jenis kedua informasi kovariat, yaitu
konsensus.

9
DAFTAR PUSTAKA

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Teori Dan Praktik. (2023). (n.p.):
Deepublish.

Motivasi Kerja dan Gen Z: Teori dan Penerapan. (2020). (n.p.): Zaida Digital
Publishing.

PENGANTAR PSIKOLOGI SOSIAL. (n.d.). (n.p.): Zahir Publishing.

Persepsi dan Pengalaman Akademik Dosen Keolahragaan Mengimplementasikan E-


Learning pada Masa Pandemi Covid-19. (2021). (n.p.): Deepublish.

Psikologi sosial alam remaja. (2006). Malaysia: PTS Professional Publishing Sdn Bhd.

SPIRITUALITAS DAN KEPUASAN KERJA DALAM MENINGKATKAN KINERJA


RUMAH SAKIT. (n.d.). (n.p.): Penerbit K-Media.

Teori-Teori Kepribadian Humanistis. (n.d.). (n.p.): PT Kanisius.

10

You might also like