Papers by Amandangi Hastuti
Remote Sensing
Coastal zones are considered to be highly vulnerable to the effects of climate change, such as er... more Coastal zones are considered to be highly vulnerable to the effects of climate change, such as erosion, flooding, and storms, including sea level rise (SLR). The effects of rising sea levels endanger several nations, including Indonesia, and it potentially affects the coastal population and natural environment. Quantification is needed to determine the degree of vulnerability experienced by a coast since measuring vulnerability is a fundamental phase towards effective risk reduction. Therefore, the main objective of this research is to identify how vulnerable the coastal zone of Bali Province by develop a Coastal Vulnerability Index (CVI) of areas exposed to the sea-level rise on regional scales using remote sensing and Geographic Information System (GIS) approaches. This study was conducted in Bali Province, Indonesia, which has a beach length of ~640 km, and six parameters were considered in the creation to measure the degree of coastal vulnerability by CVI: geomorphology, shoreli...
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2020
During Marine Science Summer Course 2017, a continuous 24-h conductivity-temperature-depth (CTD) ... more During Marine Science Summer Course 2017, a continuous 24-h conductivity-temperature-depth (CTD) “yoyo” measurement has been carried out at the entrance of Padangbai Lombok Strait to investigate seawater properties variations on semidiurnal tidal-scale which is dominant in the strait. The SBE CTD 19 plus is equipped with optional sensors such as pH, turbidity and chlorophyll-a derived-fluoro. During 24-h field observation, 15 CTD casts from sea surface to about 60 m depth have been acquired. It is shown that observed seawater properties fluctuate strongly four times a day, following semidiurnal-tide period with two flood-tide and two ebb-tide conditions. During flood-tide, water mass is derived from open strait with colder, saltier, denser and low dissolved oxygen characteristics. In contrast, during ebb-tide, local water mass is recirculated back from the inner bay to the open strait. It is interesting to note that fluctuation of chlorophyll-a indicates a diurnal signal. In additio...
Pesisir selatan Yogyakarta merupakan daerah yang cukup penting bagi masyarakat pesisir baik dari ... more Pesisir selatan Yogyakarta merupakan daerah yang cukup penting bagi masyarakat pesisir baik dari segi ekonomi maupun konservasi. Apabila sebagian besar wilayah dari pesisir pantai tersebut mengalami kerusakan akibat kenaikan muka laut, maka akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi mengenai analisis kerentanan pesisir terhadap ancaman muka laut untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat mengurangi kerugian harta benda dan korban jiwa. Penelitian dengan judul Analisis Kerentanan Pesisir Terhadap Ancaman Kenaikan Muka Laut di Selatan Yogyakarta dilaksanakan pada Juni 2011 sampai Januari 2012 di pesisir selatan Yogyakarta dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pengolahan Data Oseanografi, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Parameter yang digunakan untuk menganalisis tingkat kerentanan pesisir adalah geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka laut relatif, tunggang pasang surut rata-rata dan tinggi gelombang. Zona kerentanan diperoleh dari pengolahan parameter tersebut yang kemudian diberi skor. Setelah seluruh parameter tersebut memiliki skor, maka untuk mengetahui tingkat kerentanan pesisir dilakukan penghitungan dengan menggunakan persamaan umum indeks kerentanan pesisir (Coastal Vulnerability Index). Hasil perhitungan CVI tersebut selanjutnya dikelompokan menjadi wilayah dengan tingkat kerentanan tidak rentan, sedang, dan sangat rentan. Pembagian indeks ini didasarkan pada persen dengan kisaran antar kelas adalah 33 persen. Wilayah pesisir yang termasuk kategori tidak rentan terdapat di Kecamatan Panjatan, kategori sedang di Kecamatan Temon dan Wates, sedangkan wilayah pesisir yang rentan di Kecamatan Galur dan Srandakan. Berdasarkan distribusi tingkat kerentanan skala lokal, panjang garis pantai yang termasuk dalam kategori tidak rentan adalah sepanjang 7 km (26,92% dari total panjang garis pantai), panjang garis pantai yang termasuk dalam kategori sedang adalah 10 km (38,46% dari total panjang garis pantai), dan panjang garis pantai yang termasuk dalam kategori rentan terhadap perubahan kenaikan muka laut adalah 9 km (34,62% dari total panjang garis pantai). Hasil penghitungan variabel proses fisik yakni geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka laut relatif, tunggang pasang surut rata-rata dan tinggi gelombang menunjukkan bahwa parameter yang memberi pengaruh besar terhadap kerentanan wilayah pesisir di selatan Yogyakarta adalah perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai akan memberikan pengaruh negatif terhadap daerah pesisir apabila perubahannya tersebut berupa pengurangan luas daratan (abrasi). Kecepatan perubahan garis pantai juga dipengaruhi oleh faktor geomorfologi. Geomorfologi pesisir selatan Yogyakarta yang berupa gumuk pasir memberikan pengaruh terhadap kecepatan perubahan garis pantai.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, Jul 30, 2018
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences (IJReSES), 2018
Mangrove vegetation is one of the forest ecosystems that offers a potential of substantial greenh... more Mangrove vegetation is one of the forest ecosystems that offers a potential of substantial greenhouse gases (GHG) emission mitigation, due to its ability to sink the amount of CO2 in the atmosphere through the photosynthesis process. Mangroves have been providing multiple benefits either as the source of food, the habitat of wildlife, the coastline protectors as well as the CO2 absorber, higher than other forest types. To explore the role of mangrove vegetation in sequestering the carbon stock, the study on the use of remotely sensed data in estimating carbon stock was applied. This paper describes an examination of the use of remote sensing data particularly Landsat-data with the main objective to estimate carbon stock of mangrove vegetation in Perancak Estuary, Jembrana, Bali. The carbon stock was estimated by analyzing the relationship between NDVI, Above Ground Biomass (AGB) and Below Ground Biomass (BGB). The total carbon stock was obtained by multiplying the total biomass with...
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2019
Water quality in the environment is influenced by anthropogenic activity and natural process. Ant... more Water quality in the environment is influenced by anthropogenic activity and natural process. Anthropogenic activities such as fishing activities, fish ponds, fishing ports, residential waste provide the greatest contribution to water quality conditions. The condition of water quality is very important in supporting the survival of the organisms living on it. Determination of the status of water quality should be done as a reference for pollution monitoring in an aquatic system for both marine tourism development and biota life purposes, especially in the mangrove ecosystem. This study aims to assess the status of water quality in Perancak Estuary Jembrana Bali for marine tourism and the mangrove ecosystem. Water quality measurement was conducted from January to March 2018 at 10 observation stations which divided into 3 zones based on the representation of area characteristics. These zones include: zone I represent water quality conditions close to residential areas, zone II represent water quality conditions close to mangrove and aquaculture ecosystems, and zone III represent sea water quality transition conditions. The sampling procedure was based on APHA standard method. The water quality data then analysed using the STORET method. Stored index for marine tourism and marine biota (mangrove) in zone I, II, III showed lightly contaminated to moderately polluted (-10 until -16) for physical parameters, heavily polluted (-40 until -80) for chemical parameter and biology parameters is still in accordance with quality standards until lightly contaminated (0 until -6). Based on the value of the pollution index shows the water quality status of Perancak Estuary from January-March is classified as bad/severe pollution both for marine tourism and the mangrove ecosystem. Chemical parameters (nitrate, phosphate, ammonia) contribute the most to the level of pollution.
Dalam rangka mempersiapkan kegiatan budidaya laut yang akan dilakukan di Perairan Musi terlebih d... more Dalam rangka mempersiapkan kegiatan budidaya laut yang akan dilakukan di Perairan Musi terlebih dahulu perlu dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui kondisi batimetri dan kualitas perairan di lokasi budidaya yang direncanakan tersebut. Hal ini perlu dilakukan agarkondisi perairan yang nantinya dipilih sebagai lokasi budidaya memang benar-benar sesuai dan memenuhi syarat untuk kegiatan budidaya.
2020 3rd International Conference on Applied Engineering (ICAE), 2020
Land areas in the territorial waters will often be affected by sea-level flooding or commonly ref... more Land areas in the territorial waters will often be affected by sea-level flooding or commonly referred to as rob. This research was conducted to see the physical condition of the waters and to do a hydrodynamic model (2D) in the waters of the Tembesi Reservoir, Batam, Indonesia. This research was conducted using primary and secondary data to produce physical conditions of waters and hydrodynamic (2D) models. The results showed the depth of waters has a minimum value of depth of -1.05 meters and a maximum value of depth of -5.95 meters. The percentage of wind speed below 1 Knot is 3.23%, and the independent variable in the percentage of wind data processing is 1.61%, with the lowest wind speed in the range of 0.1-1 Knots. Water level models produced in conditions during the filling process before the water discharge from the outlet is 0.023 meters and relatively small currents range from 0.0012 cm/s. Elevation of the final water level to the final flow when the conditions during the ...
2020 3rd International Conference on Applied Engineering (ICAE)
Land areas in the territorial waters will often be affected by sea-level flooding or commonly ref... more Land areas in the territorial waters will often be affected by sea-level flooding or commonly referred to as rob. This research was conducted to see the physical condition of the waters and to do a hydrodynamic model (2D) in the waters of the Tembesi Reservoir, Batam, Indonesia. This research was conducted using primary and secondary data to produce physical conditions of waters and hydrodynamic (2D) models. The results showed the depth of waters has a minimum value of depth of -1.05 meters and a maximum value of depth of -5.95 meters. The percentage of wind speed below 1 Knot is 3.23%, and the independent variable in the percentage of wind data processing is 1.61%, with the lowest wind speed in the range of 0.1-1 Knots. Water level models produced in conditions during the filling process before the water discharge from the outlet is 0.023 meters and relatively small currents range from 0.0012 cm/s. Elevation of the final water level to the final flow when the conditions during the filling process before the water is discharged, resulting in highest water elevation, compared to when the water condition in the reservoir has been discharged from the outlet into the sea.
Pesisir selatan Yogyakarta merupakan daerah yang cukup penting bagi masyarakat pesisir baik dari ... more Pesisir selatan Yogyakarta merupakan daerah yang cukup penting bagi masyarakat pesisir baik dari segi ekonomi maupun konservasi. Apabila sebagian besar wilayah dari pesisir pantai tersebut mengalami kerusakan akibat kenaikan muka laut, maka akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi mengenai analisis kerentanan pesisir terhadap ancaman muka laut untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat mengurangi kerugian harta benda dan korban jiwa. Penelitian dengan judul Analisis Kerentanan Pesisir Terhadap Ancaman Kenaikan Muka Laut di Selatan Yogyakarta dilaksanakan pada Juni 2011 sampai Januari 2012 di pesisir selatan Yogyakarta dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pengolahan Data Oseanografi, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Parameter yang digunakan untuk menganalisis tingkat kerentanan pesisir adalah geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka laut relatif, tunggang pasang surut rata-rata dan tinggi gelombang. Zona kerentanan diperoleh dari pengolahan parameter tersebut yang kemudian diberi skor. Setelah seluruh parameter tersebut memiliki skor, maka untuk mengetahui tingkat kerentanan pesisir dilakukan penghitungan dengan menggunakan persamaan umum indeks kerentanan pesisir (Coastal Vulnerability Index). Hasil perhitungan CVI tersebut selanjutnya dikelompokan menjadi wilayah dengan tingkat kerentanan tidak rentan, sedang, dan sangat rentan. Pembagian indeks ini didasarkan pada persen dengan kisaran antar kelas adalah 33 persen. Wilayah pesisir yang termasuk kategori tidak rentan terdapat di Kecamatan Panjatan, kategori sedang di Kecamatan Temon dan Wates, sedangkan wilayah pesisir yang rentan di Kecamatan Galur dan Srandakan. Berdasarkan distribusi tingkat kerentanan skala lokal, panjang garis pantai yang termasuk dalam kategori tidak rentan adalah sepanjang 7 km (26,92% dari total panjang garis pantai), panjang garis pantai yang termasuk dalam kategori sedang adalah 10 km (38,46% dari total panjang garis pantai), dan panjang garis pantai yang termasuk dalam kategori rentan terhadap perubahan kenaikan muka laut adalah 9 km (34,62% dari total panjang garis pantai). Hasil penghitungan variabel proses fisik yakni geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka laut relatif, tunggang pasang surut rata-rata dan tinggi gelombang menunjukkan bahwa parameter yang memberi pengaruh besar terhadap kerentanan wilayah pesisir di selatan Yogyakarta adalah perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai akan memberikan pengaruh negatif terhadap daerah pesisir apabila perubahannya tersebut berupa pengurangan luas daratan (abrasi). Kecepatan perubahan garis pantai juga dipengaruhi oleh faktor geomorfologi. Geomorfologi pesisir selatan Yogyakarta yang berupa gumuk pasir memberikan pengaruh terhadap kecepatan perubahan garis pantai.
Book by Amandangi Hastuti
Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan kawasan konservasi di perairan Selat Bali yang memilik... more Taman Nasional Bali Barat (TNBB) merupakan kawasan konservasi di perairan Selat Bali yang memiliki keunikan ekosistem pesisir. Kawasan ini memiliki 12 jenis habitat bentik pada ekosistem terumbu karang dengan total karang hidup sekitar 30%. Peningkatan tutupan karang terjadi dari tahun 2002 sampai 2011 di semua zona pengelolaan, namun tidak ada perbedaan tutupan karang di antara zona pengelolaan. Hutan mangrove TNBB memiliki karakteristik vegetasi dan geomorfologi yang beragam dengan komposisi vegetasi didominasi oleh Avicennia sp., Rhizophora sp, Lumnitzera sp dan Ceriops tagal. Tekanan antropogenik dan variasi iklim muson yang menstimulasi terjadinya dinamika dan perubahan di perairan Selat Bali teridentifikasi memberikan dampak pada kawasan pesisir perairan Pulau Menjangan berupa adanya fenomena peningkatan populasi bintang laut berduri. Fenomena tersebut diduga berkaitan dengan kondisi kualitas perairan. Kondisi kualitas perairan di wilayah perairan TNBB berupa nilai konsentrasi turbiditas, Total Suspended Solid (TSS) dan nutrien terukur melebihi baku mutu air laut untuk biota laut. Kelimpahan fitoplankton didominasi oleh diatom, namun tidak dalam kondisi blooming. Oleh karenanya, perlu dipertimbangkan kualitas perairan dan keberadaan habitat bentik dalam pengelolaan Taman Nasional Bali Barat yang berkelanjutan, khususnya dalam zonasi Kawasan Konservasi di Pulau Menjangan dan sekitarnya.
Uploads
Papers by Amandangi Hastuti
Book by Amandangi Hastuti