Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Mulai dari $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Panggung Sang Filsuf
Panggung Sang Filsuf
Panggung Sang Filsuf
eBook230 halaman2 jam

Panggung Sang Filsuf

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Sebuah novel yang bergenre fiksi ilmiah, bercerita tentang dua orang peneliti muda Marx dan Rosa yang mengerjakan proyek rahasianya secara sembunyi-sembunyi di sebuah ruangan bawah tanah, yang mereka sebut dengan laboratorium bawah tanah. Akan tetapi masalah terjadi ketika eksperimen tersebut telah memunculkan kembali orang-orang di masa lampau.

Marx dan Rosa yang mengerjakan proyek tersebut telah menciptakan kekacauan dari eksperimen rahasianya telah memunculkan Hitler dan pasukan Nazi kemasa depan, dari efek quatum yang mereka ciptakan, dan akhirnya Hitler dan pasukannya menyerang kota dan menduduki istana negara. Kota itu-pun akhirnya menjadi kacau, tentara Nazi berhasil mengambil alih pimpinan di kota tersebut dan menculik presiden.

Marx dan Rosa akhirnya harus bekerja keras untuk mengembalikan keadaan itu seperti sedia kala. Mereka berupaya membuat sebuah mesin untuk menetralkan kembali efek quatum tersebut.
BahasaBahasa indonesia
PenerbitLPMI
Tanggal rilis24 Mei 2023
ISBN9786239140649
Panggung Sang Filsuf

Baca buku lainnya dari Hartanto

Terkait dengan Panggung Sang Filsuf

E-book terkait

Fiksi Ilmiah untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Panggung Sang Filsuf

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Panggung Sang Filsuf - Hartanto

    PROLOG

    Alam raya selalu menjadi sebuah misteri yang hingga kini tidak terpecahkan. Alam raya nampak semacam sistem komputasi dalam skala kosmik, yang mempunyai cara pikirnya sendiri. Dalam pasca dentuman besar, yang entah kenapa hal itu dapat terjadi menciptakan berbagai materi menyeruak memenuhi alam raya, lantas ruang dan waktu tercipta.

    Akan tetapi ruang dan waktu, pada dasarnya bukanlah satu substrat tunggal yang banyak dikenal saat ini, tetapi ia adalah jalinan realitas adalah substrat informasi terpadu antara ruang, waktu, massa, dan energi, yang muncul dari komputasi quantum.

    Demikian pula, kekuatan Alam Semesta yang mirip jaringan saraf ada dalam konektivitasnya yang masif, baik maju maupun mundur dalam waktu. Artinya, tidak ada batasan alami yang diketahui pada bagian mana dari Alam Semesta dapat secara eksponensial mengatur dirinya sendiri menjadi sistem kehendak bebas seperti kita manusia. Semua energi di Alam Semesta berpotensi diubah menjadi sistem kesadaran tunggal yang merupakan jaringan sistem kesadaran itu sendiri. Dengan waktu yang cukup, apapun yang bisa terjadi pada akhirnya akan terjadi.

    Maka, kesadaran skala universal telah terjadi di suatu tempat di depan kita dalam ruang dan waktu.

    Kita pada dasarnya adalah sisa dari dentuman besar, yang ditakdirkan untuk punah sebagai spesies biologis, tetapi kita hanyalah menghapus substrat biologis saja untuk menuju pada substrat maya. Kesadaran selalu berada dalam alam raya yang tidak bisa dihapus. Ia akan semacam avatar dalam kenyataan ini, hologram diproyeksikan dari sumber.

    Artinya dari semua itu, kita adalah makhluk yang berorientasi pada tujuan dan mencari transendensi. Sehingga tujuan akhir seseorang harus mencapai Singularitas Simulasi.

    Akhirnya bahwa sebuah perkembangan evolusioner kita kedepan, bahwa kita ditakdirkan untuk menjadi dewa dunia maya. Karena ini mungkin merupakan akhir dari linearitas sejarah manusia, kemungkinan besar titik omega homo sapiens sebagai spesies bio, pada saat yang sama, ini adalah awal baru, kelahiran entitas ilahi dalam realitas yang baru dikenali.

    Saat itu, ketika terjadinya puncak pengetahuan manusia hingga dapat mengambil kekuatan ilahi, menjadi tuhan untuk kita sendiri, mendewakan untuk diri, dan keluar dari rahim kedua kita.

    Maka Jika Anda menganggap diri Anda abadi dan mahakuasa, apa yang akan Anda lakukan untuk selama-lamanya. Anda harus bermain sebuah game yang benar.

    DAFTAR ISI

    PROLOG

    BAWAH TANAH

    OBORAL BERAT

    UNIVERSITAS

    TAMU DI KANTOR ROSA

    EKSPERIMEN MARX

    BUKU FILSAFAT

    ACARA AMAL

    TRAGEDI MALAM ITU

    SEKELEBAT

    PERPUSTAKAAN

    MARKAS BESAR

    PRIA TUA ITU

    HIPOTESIS

    SANG LEGENDA

    ISTANA NEGARA

    RENCANA RAHASIA

    KETEGANGAN

    TEMPAT BARU

    PENGEPUNGAN

    TIM PENELITI

    PESTA KOSTUM

    RUANG PRESIDEN

    BUNGA PALSU

    KETERIKATAN

    LEDAKAN

    PEREBUTAN KEMBALI

    KEHIDUPAN NORMAL

    BIOGRAFI PENULIS

    Beri Sebuah Aku Penggung

    Akan Kugonjangkan Dunia

    BAWAH TANAH

    Sebuah ruangan yang sangat tersembunyi di dalam sebuah gedung berarsitektur abad 18 yang terletak di jantung kota. Ruangan ini terletak di lantai bawah tanah dan diakses melalui pintu rahasia yang tersembunyi di balik sebuah rak buku di ruang baca publik yang ada di lantai atas gedung. Ruangan ini memiliki ukuran sekitar 4 meter x 6 meter dengan langit-langit setinggi 2,5 meter, memiliki pencahayaan yang cukup dengan lampu neon dan beberapa lampu sorot kecil yang terpasang di atas meja kerja. Tampaknya ruangan ini terlihat tidak pernah dikunjungi oleh siapa pun.

    Dinding ruangan dilapisi dengan bahan putih yang bersih, dan lantai ruangan terbuat dari ubin keramik abu-abu yang terlihat baru saja diangkat dari kotaknya. Di sisi-sisi ruangan tersusun rapi peralatan dan bahan-bahan kimia, seperti tabung reaksi, cawan petri, dan botol-botol berisi zat kimia berwarna-warni. Udara di dalam ruangan terasa dingin dan tercium bau kimia yang menyengat, membuat suasana ruangan terasa semakin misterius dan tegang.

    Sudah larut malam, dua orang yang berada di ruangan itu adalah seorang pria dan seorang wanita. Mereka tampak sangat serius dan fokus pada pekerjaan mereka. Pria itu memakai jas putih dan celana hitam, sedangkan wanita itu memakai jubah laboratorium putih dan rambutnya diikat rapat.

    Keduanya tampak sangat fokus dan serius pada pekerjaannya. Mereka sedang mengamati beberapa tabung reaksi yang diatur dengan rapi di atas meja, mencatat setiap detail hasil pengamatannya. Tidak ada kata-kata yang terdengar, kecuali suara gemerisik bahan kimia yang diaduk atau bunyi pensil yang digunakan untuk mencatat.

    Wanita itu bernama Rosa, seorang ahli biokimia yang sangat terampil dan berdedikasi. Sedangkan Pria itu bernama Marx, ahli fisika yang piawai dalam memecahkan teka-teki dan tantangan di bidangnya. Keduanya telah lama bersahabat dan sering bekerja sama dalam melakukan penelitian dan berinovasi dengan hal-hal yang baru. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka di ruangan tersebut, kadang-kadang bahkan melewatkan makan siang atau makan malam untuk terus bekerja pada eksperimen mereka. Meskipun begitu, mereka selalu menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama-sama dan selalu berdiskusi tentang proyek-proyek baru yang ingin mereka coba.

    Beberapa menit berlalu, Rosa dan Marx terus bekerja tanpa henti. Mereka saling berdiskusi mengenai eksperimen yang sedang mereka lakukan dan saling memberikan masukan dan saran satu sama lain. Terkadang mereka saling bertukar pandangan serius, terkadang saling mengeluarkan lelucon kecil yang membuat suasana menjadi sedikit lebih ceria.

    Tiba-tiba, Rosa menghentikan pekerjaannya sejenak dan berkata, "Marx, aku pikir aku menemukan sesuatu yang menarik di dalam reaksi ini.

    Marx yang sedang sibuk mencatat data eksperimen segera mengarahkan matanya ke arah tabung reaksi yang dipegang Rosa. Ia mengamati secara saksama reaksi kimia yang sedang terjadi.

    Benarkah? tanya Marx dengan nada penasaran.

    Rosa tersenyum lebar, Ya, lihat saja sendiri. Ini bisa menjadi terobosan besar bagi proyek riset kita.

    Namun, tiba-tiba suara berisik dari luar ruangan mengganggu konsentrasi mereka. Mereka mengangkat kepala dan saling bertatapan, saling mengerti bahwa mereka harus menghentikan eksperimen sementara waktu.

    Tampaknya hari mulai pagi, orang-orang memulai aktifitasnya

    Mungkin sebaiknya kita mengakhiri dulu untuk hari ini, kata Rosa dengan nada lega. Kita bisa melanjutkannya besok.

    Marx mengangguk setuju.

    Setelah selesai membersihkan alat-alat dan menata kembali bahan-bahan percobaan, Rosa dan Marx berjalan keluar dari ruangan tersebut. Mereka melangkah perlahan, sambil memandangi hasil kerja keras mereka berdua.

    Rosa dan Marx berjalan keluar dan melihat ke arah luar, menikmati udara segar pagi yang masih sejuk. Berjalan menuju mobil mereka masing-masing.

    Rosa masuk ke dalam mobilnya dan memutar kunci.

    Rosa mengemudikan mobilnya menuju rumah, ia melihat banyak orang yang sudah mulai beraktivitas di pagi hari. Beberapa orang sedang berjalan kaki atau bersepeda menuju tempat kerja mereka, sedangkan yang lain sedang berjalan dengan anjing mereka atau mengantar anak-anak mereka ke sekolah.

    Setelah sampai di rumah, Rosa memasuki rumahnya. Lalu Rosa mengambil remote untuk menyalakan televisi dan duduk di sofa sambil menonton acara berita.

    Beberapa menit kemudian, Rosa mengambil notebooknya yang berada di atas meja, dan memeriksa beberapa email dan pesan dari beberapa lembaga sosial yang sedang ia kelola. Salah satunya adalah lembaga amal yang mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam di beberapa negara.

    Rosa mengirimkan beberapa email dan membalas pesan dari para donatur, berkoordinasi dengan tim yang bekerja di lapangan, serta mengatur jadwal rapat dengan para pengurus lembaga. Selain itu, Rosa juga membaca beberapa artikel terkait isu sosial yang sedang menjadi perhatiannya dan menulis beberapa catatan untuk acara diskusi yang akan ia adakan di universitas setempat.

    Dia tahu bahwa pekerjaannya ini memang bukan tugas yang mudah, tetapi itu adalah hal yang penting bagi dirinya. Setiap tindakan kecil yang dilakukannya dalam proyek sosial tersebut dapat memberikan dampak yang besar bagi masyarakat.

    Setelah itu Rosa menuju kamar mandi untuk merelaksasi diri. Air hangat dan wewangian sabun yang segar membuatnya merasa lebih segar dan rileks.

    Keesokan harinya, Marx dan Rosa kembali untuk melanjutkan penelitian yang telah mereka lakukan sehari sebelumnya.

    Marx tiba di ruangan itu beberapa menit sebelum Rosa. Dia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Marx mengambil catatan dari eksperimen sebelumnya yang ada di meja dan membacanya lagi.

    Beberapa menit kemudian, pintu terbuka perlahan dan Rosa masuk ke dalam ruangan, Rosa meletakkan tasnya di sudut ruangan berjalan mendekati dan mengambil tempat duduk di sebelah Marx yang sedang membaca catatan dan sesekali menghela nafas.

    Sudahkah kamu menemukan sesuatu? Rosa bertanya dengan suara lembut.

    Entahlah, Sahut Marx

    Sementara itu, ruangan itu sangat hening. Tidak ada suara yang terdengar, kecuali napas mereka yang teratur.

    Mari kita lanjutkan kembali ujar Rosa memecah keheningan.

    OBORAL BERAT

    Marx nampak memasuki mobilnya, menyalakan mesin dan dan mulai melaju dengan mengikuti jalur yang telah direncanakan sebelumnya.

    Didalam mobil Marx memutar tape dengan lagu kesukaannya, "Bohemian Rhapsody" dari Queen, mengalun dari speaker mobil yang ia kendarai.

    ♫♪ Too late, my time has come,

    Sends shivers down my spine, body's aching all

    The time

    Goodbye, everybody, I've got to go,

    Gotta leave you all behind and face the truth

    Mama, oooh

    I don't want to die,

    I sometimes wish I'd never been born at all. ♫♪♪

    Setelah beberapa menit menikmati musik, Marx melihat ke jam tangannya. Jalanan sepi, sehingga ia bisa menikmati pengemudiannya tanpa hambatan.

    Di tempat lain...

    Seorang pria duduk di sudut ruangan sebuah kafe. Pria itu tampak santai dengan mengenakan jas hitam dan kemeja putih, tampak profesional. Tubuhnya yang tegap dengan tinggi hampir 180 cm membuatnya terlihat gagah.

    Suasana Kafe terasa tenang dengan lagu jazz yang diputar pelan di belakang.

    Kafe itu terletak di samping perpustakaan kota. Kafe tersebut berada di sudut jalan yang ramai, di mana terdapat banyak orang yang melintas sambil bergegas ke kantor atau sekolah. Namun, suasana di dalam kafe cukup tenang dan nyaman.

    Di bagian dalam, terdapat meja-meja kayu yang tersusun rapi yang terlihat vintage. Kafe itu memiliki dekorasi yang modern dan elegan, dengan warna-warna netral yang menyatu dengan baik. Dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan seni modern yang menambahkan kesan artistik ke ruangan Di salah satu sudut, terdapat rak buku yang berisi berbagai buku-buku mengenai seni dan sains, dengan beberapa lukisan kecil dan bingkai yang dipajang di dinding. Udara di dalam kafe terasa segar dan harum dari aroma kopi yang disajikan.

    Nampak di sebelah kanan pintu masuk, terdapat deretan kursi dan meja yang diisi oleh beberapa orang yang sedang menikmati minuman atau bekerja di laptop, ataupun ngobrol santai dengan teman-temannya. Suara mesin kopi dan deru kendaraan di luar kafe terdengar samar-samar.

    Marx tiba di kafe dengan mobilnya, sebuah sedan hitam yang terlihat cukup mewah. Dia memarkir mobilnya di depan kafe dan turun dengan hati-hati. Ia keluar dari mobil dan melangkah menuju pintu kafe dengan suara sepatunya yang terdengar jelas .

    Tlok...tlok...tlok..., suara yang yang terdengar

    Marx mengenakan kemeja biru tua dengan lengan panjang celana hitam, dan bersepatu kulit warna hitam, nampak sangat berwibawa. Membuka pintu kafe secara perlahan, dan disambut dengan ramah pegawai kafe.

    Selamat datang, Marx ucap seorang pegawai.

    Marx memang sering datang ke kafe tersebut, semua pegawai sangat kenal dengan Marx.

    Marx melemparkan senyum kepada pegawai tersebut, dan bergegas berjalan menuju pada seorang pria yang nampak lagi memegang gelas kopi ditangannya.

    Hey, Alex! sapa Marx dengan senyuman lebar, kepada seorang pria yang tampaknya sudah menunggunya di sudut ruangan dengan gelas kopi hitam di tangan.

    Alex adalah seorang wartawan sains yang berdedikasi untuk memberikan informasi yang akurat dan terbaru mengenai penemuan-penemuan sains terkini. Dia memiliki gaya penulisan yang jelas dan terarah, serta kemampuan untuk menafsirkan bahasa ilmiah menjadi bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Meskipun ia sering terlihat serius dan fokus dalam pekerjaannya, ia juga sangat humoris yang menyenangkan. Ia adalah teman sejawat Marx semenjak menjadi mahasiswa.

    Hey, Marx! Sahut Alex, sambil berdiri dari kursinya.

    Mereka saling bersalaman, dan saling melemparkan senyum satu dengan yang lain.

    Bagaimana kabarmu, bro? tanya Marx.

    Kabarku baik-baik saja, terima kasih. Kamu sendiri? balas Alex.

    Baik-baik saja, terima kasih. Aku senang bisa bertemu denganmu, ujar Marx sambil tersenyum.

    Marx duduk berhadapan dengan, dan memanggil pegawai untuk memesan menu.

    Iya, aku pesan cappuccino, kata Marx, melihat-lihat menu.

    Baiklah, tunggu sebentar ya, jawab Pegawai kafe. sambil menuliskan pesanan disebuah kertas yang dipegangnya.

    Marx dan Alex mulai berbincang-bincang santai, sambil menikmati menu yang mereka pesan.

    Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara yang berasal dari panggung yang berada ruang di depan kafe.

    cek...cek.. ,1...2...3... tes...tes.. suara seorang pria yang berada di atas panggung.

    Suara itu, membuat Marx dan Alex menghentikan perbicangannya untuk sementara waktu. Mereka mengarahkan pandangan kearah panggung. Seorang pria berada diatas panggung dengan gaya pakaian yang santai, namun terkesan sangat elegan, yang berperan sebagai MC.

    Halo semua, selamat datang di kafe kami malam ini! Kita punya acara spesial untuk kalian, yaitu stand-up comedy yang akan dibawakan oleh seorang komedian yang sangat berbakat.

    Dia sudah tampil di berbagai panggung di seluruh kota, dan pastinya akan membuat kalian tertawa sepanjang malam. Mari kita sambut dengan meriah, si komedian kita malam ini...

    (drumroll) ...drum...drum...drum....

    Bapak/Ibu Albeeeeeert.......! Ucap MC tersebut

    Otomatis pengunjung kafe memberikan applause, termasuk Marx dan Alex.

    Seorang pria dengan mengenakan kaos warna putih dan bercelana jeans, menaiki panggung dengan lari-lari kecil.

    Halo, halo,

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1