Analisis Karbohidrat
Analisis Karbohidrat
Analisis Karbohidrat
Analisa Jenis-jenis Gula Analisa kualitatif dan kuantitatif gula yang terdapat di dalam contoh dilakukan dengan menggunakan alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merk ICI. Alat ini terdiri dari empat bagian, yaitu: a. Alat pengatur suhu HPLC tipe TC-1900 b. Alat pengatur gradien HPLC merk Kortec tipe K-45 c. Alat penyuntik otometis tipe AS-2000 d. Alat pencatat kurva (chromotopac) merk Shumadzu tipe C-R6A Kolom yang digunakan jenis ICI Fermentation Colum dengan air bebas ion (high pure) sebagai eluen (fase mobil). Kolom dioperasikan pada suhu 85-900C. Kecepatan aliran alat adalah 0,5 ml/menit. Deterktor yang digunakan adalah Refractive Indek Detector (RID) merk Shimadzu. Persiapan contoh untuk analisis kualitatif dan kuantitatif jenis-jenis gula menggunakan metode yang dilakukan oleh Picha (1985): 1) Sebanyak 10 g contoh yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 100 ml, ditambah 75 mlm alkohol 80%, diaduk dengan pengaduk magnetik selama 5 menit. 2) Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman nomor 41, dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 100ml. 3) Residu pada kertas saring dan sisa padatan pada labu erlenmeyer dicuci dengan alkohol 80%, dan filtratnya ditampung pada labu yang sama sperti tersebut di atas sampai volume filtrat mencapai 100 ml. 4) Diamnbil 5 ml filtrat untuk disaring dengan saringan milipore dengan diameter poripori 0,45m, kemudian sebanyak 10l disuntikkan ke dalam HPLC. 5) Dalam penyiapan gula standar (sukrosa, glukosa, dan fruktosa), masingmasing gula ditimbang sebanyak 1 g, dihomogenkan dengan alkohol 80%, disaring dengan kertas saring Whatman nomor 41 dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 100 ml. 6) Selanjutnya sisa padatan pada kertas saring dicuci dengan alkohol 80% sampai volume filtrat mencapai 100 ml. Diambil sebanyak 5 ml filtrat untuk disaring dnegan saringan milipore dengan diameter 0,45 m, kemudian disuntikkan ke dalam HPLC sebanyak 10 l.
Kadar masing-masing jenis gula dalam contoh diperoleh dengan mengalikan masing-masing jenis gula yang terbaca pada detektor dengan faktor pengencerannya, atau menggunakan rumus:
3. Analisis Kadar Pati Kadar pati pada contoh dianalisis dengan metode hidrolisis asam. Prinsip analisis ini adalah pati dalam contoh dihidrolisis dengan asam sehingga menghasilkan gula-gula (glukosa), kemudian glukosa yang terbentuk ditetapkan kadarnya. Dengan demikian kadar pati dapat ditentukan (Apriyantono et al., 1989): 1) Sebanyak 5 g contoh yang telah dihomogenkan dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml, ditambah 50 ml air, dan diaduk dengan pengaduk magnetik salam 1 jam. 2) Suspensi disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan air sampai volume filtrat mencapai 250 ml. Filtrat ini mengandung karbohidrat terlarut selanjutnya dibuang. 3) Residu dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam gelas piala 500 ml disertai pencucian dengan 200 ml air, dan ditambah 20 ml HCL 25%, ditutup dengan pendingin balik, dan dipanaskan selama 2,5 jam. 4) Setelah dingin, larutan dinetralkan dengan NaOH 45% dan diencerkan dengan air hingga mencapai volume 500 ml. 5) Campuran tersebut disaring lagi dengan kertas saring. Kadar gula dalam filtrat ditentukan sebagai glukosa. Penentuan glukosa dilakukan seperti penetapan/ penentuan kadar gula pereduksi. Hasil perkalian bobot dengan faktor 0.9 merupakan bobot pati. 4. Analisis Kadar Dekstrin
Kadar dekstrin dianalisi dengan menggunakan spektrofotometer Shimadzu UV 160. Analisis ini didasarkan pada kenyataan bahwa dekstrin dapat larut dalam air dingin, dan antara dekstrin yang larut tersebut dengan larutan iod dapat terbentuk ikatan dekstrin iod yang berwarna merah atau coklat-ungu. Absorbsinya dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 555 nm (Armelia, 1990): 1) Kurva standar dekstrin dibuat dengan cara menimbang sebanyak 0,1 g dekstrin murni dan diencerkan dengan air sampai volume 100 ml seraya diaduk dengan pengaduk magnetik selam 15 menit. 2) Larutan tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit. 3) Larutan yang jernih dipipet ke dalam tabung reaksi, masing-masing sebanyak 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4ml, 5 ml dan 6 ml, selanjutnya masing-masing diencerkan dengan air hingga volumenya mencapai 10 ml. 4) Masing-masing tabung dibubuhi larutan iod 0,2% (0,2 g I2 + 2,0 g KI + 100 ml air) sebanyak 0,2 ml, kemudian dicari absorbansi maksimumnya dengan spektrofotometer UV-vis. 5) Pada percobaan ini diperoleh absorbansi maksimum pada panjang gelombang 550 nm. Selanjutnya dibuat kurva standar yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dekstrin standar (absisa) terhadap absorbansi (ordinat). Prosedur penentuan kadar dekstrin adalah sebagai berikut: 1) Timbang 3 g contoh yang telah dihomogenkan. Contoh tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml, ditambah 75 ml air, diaduk dengan pengaduk magnetik selama 15 menit, dan disentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit. 2) Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, sedangkan endapan dalam tabung sentrifugasi ditambah 25 ml air, diaduk dengan spatula, dan disentrifugasi kembali. 3) Supernatan dipipet dan dipindahkan ke dalam labu ukur yang sama seperti tersebut di atas hingga volumenya mencapai 100 ml. 4) Setelah dicampur dengan baik, sebanyak 10 ml filtrat dibubuhi 0,2 ml larutan iod 0,2% dan absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 550 nm dengan spektrofotometer UV-vis. selanjutnya persen dekstrin dalam contoh ditetapkan dengan memanfaatkan kurva standar dekstrin.