I Love U
I Love U
I Love U
Kostiawan Sukamto, MT
ANALISIS PEWARNA SINTESIS
❑ Penjenuhan
✓ Fase gerak berupa n-Butanol : asam asetat : ammonia (10:4:5)
sebanyak 10 mL dimasukan dalam chamber dan dijenuhkan dengan
kertas saring. Penjenuhan selesai setelah eluen telah naik sampai atas
kertas saring.
ANALISIS PEWARNA SINTESIS
Preparasi Standart
✓ Membuatan larutan dari 100 mg Pewarna Standar dan dilarutkan
dalam 0,1 liter HCl 0,1 N dan didapat konsentrasi 1000 ppm
kemudian diencerkan dan dibuat enam seri kadar dengan konsentrasi
2, 3, 4, 5, 6, 7 ppm.
ANALISIS PEWARNA SINTESIS
Penetapan Kadar
✓ Sampel yang telah disiapkan diukur serapannya pada panjang
H2SO4 10%.
✓ Larutan di ekstraksi 1 kali dengan 25 ml etil asetat.
berisi eluen.
✓ Standar sakarin ditotolkan pada lempeng tipis.
ANALISIS PEMANIS SINTESIS
✓ Ditambahkan 50 mL aquadest.
✓ kimia.
hingga asam (uji dengan kertas lakmus), diekstraksi dengan 3x15 mL eter.
✓ Lapisan air diekstraksi kembali dengan eter sebanyak 2 kali.
✓ Supernatan hasil isolasi boraks dalam sampel dipipet sebanyak 0,5 mL lalu
5 menit.
✓ Setelah kering, kedalam cawan porselin tersebut ditambahkan 1,5 mL
larutan kurkumin 0,125% dan dipanaskan sambil diaduk selama ± 3 menit.
ANALISIS PENGAWET MAKANAN SINTESIS
37% (formalin) konsentrasi 0; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5, dan 3,0 ppm.
❑ Masing-masing 5 mL larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
menit.
❑ Didinginkan selama 30 menit dan diencerkan dengan air sampai volume
100 ml.
❑ Pada tahap akhir larutan standar dengan berbagai kadar yakni, 0,4;
liter.
Larutan standar: 0,393±0,001 gram asam glutamat (kemurnian tidak
kurang dari 99,5%) dinetralkan dengan NaOH p.a dan diencerkan.
Pelarut: Campuran butanol asam asetat pekat dan air dalam
perbandingan volume 4:2:1.
Pembangkit warna: Larutan 0,2% ninhidrin dalam alcohol 95% v/v.
ANALISIS PENYEDAP RASA
Pada pusat tiap spot diberi tanda jarak antara titik awal dengan pusat spot
dan dengan batas akhir pelarut di ukur dengan teliti.
Harus hanya ada satu spot biru dari larutan contoh dan nilai Rf contoh harus
sama nilai Rf standar.
ANALISIS PENYEDAP RASA
Basahkan dengan air, larutkan dalam asam asetat glasial 100 mL,
Perhitungan kadar
[V x N] HClO4 x BE
% MSG = x 100 %
𝑚.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒
ANALISIS PENYEDAP RASA
Cu-sulfat, 4,5 gram kalium sulfat dan 20 ml H2SO4 (p) sampai cairan
menjadi jernih.
Pemanasan dilanjutkan hingga 3 jam, lalu dinginkan.
Larutan dipindahkan ke dalam labu destilasi, cuci dengan air suling dan
encerkan hingga volume 200 ml,
Tambahkan 80 ml NaOH 30 %,
larutan standar.
ANALISIS ANTIOKSIDAN (Asam Askorbat)
Efek akut terhadap arsen berlangsung lambat namun disertai dengan anemia 3.1.1. Jumlah Sampel untuk Analisis
hemolitik yang cepat. Efek kronis dapat menyebabkan kerusakan pada tulang,
- untuk keperluan monitoring maka pada setiap pedagang sedikitnya diambil 1
darah, hati, saluran pernafasan dan sistem syaraf pusat. Gejala yang nampak pada
(satu) sampel untuk analisis (n=1) per jenis pangan.
keracunan kronis arsen antara lain berat badan turun, mual, diare disertai sembelit,
pigmentasi dan kulit mengelupas, rambut rontok, radang syaraf perifer. Disamping 3.1.2. Kriteria Pengujian
itu dapat terjadi hepatitis kronis dan sirosis hati, radang syaraf pada berbagai
jaringan (polyneuritis), kulit yang melepuh disertai melanotik dan keratotik hingga
Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum
terjadi kanker kulit, pada permukaan kuku dapat muncul garis-garis putih.
1 Nasi dan olahan nasi
1.1
Nasi putih
3
B.cereus 1 x 10 koloni/g
1.3
Nasi bersantan
ALT 1 x 105 koloni/g
Nasi uduk
Nasi Kuning Salmonella Sp. Negatif/25g
Nasi Gemuk S.aureus 1 x 102 koloni/g
Nasi bakar
B.cereus 1 x 103 koloni/g
11
Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum
1.1.4 Nasi campur Kue ape
Kue apem
ALT
5
1 x 10 koloni/g Kue pancong ALT 1 x 105 koloni/g
Nasi bungkus/campur/rames Serabi
Nasi ayam Salmonella Sp. Negatif/25g Lupis
Nasi tempe Nagasari
Nasi tahu S.aureus 1 x 102 koloni/g Onde onde S.aureus
1 x 102 koloni/g
Nasi telur Kue putu
B.cereus 1 x 103 koloni/g Kue pisang
Uli goreng
ALT
5
1 x 10 koloni/g ALT 1 x 105 koloni/g
Lontong sayur Gendar puli
Ketupat sayur
S.aureus 1 x 102 koloni/g ALT 1 x 105 koloni/g
Gendar + tempe
Kupat tahu 2
5 S.aureus 1 x 10 koloni/g
ALT 1 x 10 koloni/g
2 Mi dan olahannya
1.5 Bubur 5
ALT 1 x 10 koloni/g
5
ALT 1 x 10 koloni/g Mie bakso Salmonella Sp. Negatif/25g
Mie, kwetiau goreng
Salmonella Sp. Negatif/25g S.aureus 1 x 102 koloni/g
Bubur ayam
S.aureus 1 x 102 koloni/g
Mie, kwetiau rebus
Mie kuah
3 5
B.cereus 1 x 10 koloni/g Mie kocok ALT 1 x 10 koloni/g
Mie pangsit
ALT 1 x 105 koloni/g Soto mie
B.cereus
3
1 x 10 koloni/g Mie pedas Salmonella Sp. Negatif/25g
12
Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum
5 5
Gorengan mi ALT 1 x 10 koloni/g Daging termasuk Daging
Unggas dan Olahannya
5
ALT 1 x 10 koloni/g Bakso tusuk
Otak-otak ayam
ALT 1 x 105 koloni/g
Bihun goreng Salmonella Sp.. Negatif/25g Pentol bakso
Burger
Ayam goreng tepung
S.aureus 1 x 102 koloni/g
Sate goreng Salmonella Sp. Negatif/25g
Nugget
5
ALT 1 x 10 koloni/g Bakso goreng
Laksa Rendang daging
S.aureus 1 x 102 koloni/g Soto ayam/daging S.aureus 1 x 102 koloni/g
Kulit ayam
3
Ikan dan Olahannya ALT 1 x 105 koloni/g
Batagor
10 ppb sebagai
Aflatoksin
ALT 5
1 x 10 koloni/g total aflatoksin
Tekwan
6 Produk Bakeri dan Olahannya
Empek-empek
Baso ikan
Ikan goreng Salmonella Sp. Negatif/25g Donat
Ote-ote/ Otak-otak Roti panggang
Siomay Roti bakar
Otak-otak S.aureus 1 x 102 koloni/g Brownies
Kue cubit 1 x 105 koloni/g
ALT
Pukis
4 Sayur dan olahannya Kue cucur
Bolu kukus
Gado – gado
ALT
5
1 x 10 koloni/g Dorayaki
Tumis kacang panjang
Pecel daun singkong
Ketoprak 7 Buah dan Hasil Olahannya
Salmonella Sp. Negatif/25g
6
ALT 1 x 10 koloni/g Pisang goreng
Karedok Pisang sale
5
Salmonella Sp. Negatif/25g Pisang coklat ALT 1 x 10 koloni/g
Molen
ALT
5
1 x 10 koloni/g Pisang aroma
Gudangan (seperti urap)
Lutis kangkung (rujak kangkung)
Salmonella Sp. Negatif/25g ALT 1 x 106 koloni/g
Rujak
Stroberi E.coli <3/ml
13
Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum
ALT 6
1 x 10 koloni/g 11
Salad buah Permen
Salmonella Sp. Negatif/25g
Gulali
8 Tepung dan Hasil Olahannya Enting - enting kacang/kipang
ALT 1 x 105 koloni/g
Bakwan kacang
Cireng
Odading 12 Telur dan Hasil Olahannya
ALT 1 x 105 koloni/g
Bakwan Jagung 5
Combro ALT 1 x 10 koloni/g
Telur dadar
Telur asin
Salmonella Sp. Negatif/25g
Risoles ALT
5
1 x 10 koloni/g
Pastel 13 Pangan Campuran
Lumpia
Kroket ALT 1 x 105 koloni/g
Salmonella Sp. Negatif/25g Soto ayam
Kebab Salmonella Sp. Negatif/25g
Martabak manis
Pizza
Cak Kue ALT 1 x 105 koloni/g
Semur tahu, telur
Cilok
Pecel lele S.aureus 1 x 102 koloni/g
9
Biji-bijian termasuk Kedelai
dan Olahannya 5
ALT 1 x 10 koloni/g
Tahu goreng Lontong sate ayam
Tempe goreng Salmonella Sp. Negatif/25g
Bubur kacang hijau ALT 1 x 105 koloni/g
Bakso tahu ALT 1 x 105 koloni/g
Tahu isi Lontong kari
Dadar gulung 2
10 S.aureus 1 x 10 koloni/g
Umbi dan Hasil Olahannya
Kue singkong ALT 1 x 105 koloni/g
Umbi goreng Martabak telur
Keripik singkong ALT 1 x 105 koloni/g Sate telur dadar Salmonella Sp. Negatif/25g
Keripik kentang
ALT 1 x 105 koloni/g
5
ALT 1 x 10 koloni/g Salmonella Sp. Negatif/25g
Gethuk lindri Nasi sayur sup
S.aureus
2
1 x 10 koloni/g
Nasi kentang S.aureus 1 x 102 koloni/g
14
Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum Nomor Jenis Pangan Parameter Uji Batas Maksimum
ALT 5
1 x 10 koloni/g 15
Minuman Sari buah
Pecel bihun
Salmonella Sp. Negatif/25g
Jus jeruk ALT 1 x 105 koloni/g
14 Minuman Termasuk Es Jus kacang hijau
Jus mangga
Es kelapa Jus melon E.coli <3/ml
Teh segar Jus stroberi
Es jeruk
Es campur
Es cendol Keterangan :
Es cincau - Negatif/25 g = bakteri negatif dalam 25 g sampel.
Es limus - <3/ml = dalam 3 tabung tidak ada satupun yang positif.
Segar sari ALT 1 x 105 koloni/ml
Es sirup
Es teh
Es gula
Es bijik
Es buah
Es campur
Es cincau
Es daluman
Es dawet
Es doger
Es jelly
Es kelapa
Es kopyor
Es minuman sari buah
Es salak
Es sari buah
Es sisri
Es srikaya
Es susu
E.coli <3/ml
Es mambo
Es jepit/es serut/es
gusruk/gosrok
Es puter
Es lilin
Es kue
Es stik
Es limun
Es sirup
15
3.2 Cemaran Logam
Nomor Parameter Batas
Jenis Pangan Keterangan
3.2.1. Jumlah sampel untuk analisis uji Maksimum
- untuk keperluan monitoring maka pada setiap pedagang sedikitnya diambil 1 Bubur sum-sum Arsen (As) 0,125 mg/kg Diuji jika mengandung
(satu) sampel untuk analisis (n=1) per jenis pangan. produk laut.
1.6 Kudapan basah
Lemper ayam
Nomor Parameter Batas Kue ape
Jenis Pangan Keterangan Kue apem
uji Maksimum
Kue pancong
1 Nasi dan olahan nasi Timbal 0,15 mg/kg Serabi
1.1 Nasi putih (Pb) Lupis
Nasi putih Nagasari
Lonton Onde onde
Kue putu
Nasi goreng Kue pisang
1.2
Nasi goreng Uli goreng
Gendar puli
Nasi bersantan Gendar+tempe
Kadmium 0.05 mg/kg Diuji jika diproduksi di
1.3 Nasi uduk
(Cd) daerah gunung berapi, di
Nasi kuning 2 Mi dan olahannya
daerah pertambangan
Nasi gemuk Mie bakso Timbal 0,25 mg/kg
emas, di daerah industri,
Nasi bakar Mie, kwetiau goreng (Pb)
dan atau mengandung
tahu. Mie, kwetiau rebus
Nasi campur Mie kuah
1.4 Nasi Mie kocok
bungkus/campur/rames Merkuri 0,015 mg/kg Diuji jika diproduksi di Kadmium 0,2 mg/kg Diuji jika diproduksi di
(Hg) daerah dekat Mie pangsit
Nasi ayam (Cd) daerah gunung berapi, di
pertambangan emas, dan Soto mie
Nasi tempe daerah pertambangan
atau banyak mengandung Mie pedas
Nasi tahu emas, di daerah industri,
produk laut. Mie telur
Lontong sayur dan atau mengandung
Gorengan mi
Ketupat sayur tahu.
Laksa
Kupat tahu
Nasi telur
Bihun goring
Lontong sate ayam
Lontong kari Aflatoksin 10 ppb Pada pangan yang Merkuri 0,05 mg/kg Diuji jika diproduksi di
Nasi sayur sup sebagai total mengandung bumbu (Hg) daerah pertambangan
Nasi kentang aflatoksin kacang atau kacang emas.
Pecel bihun
1.5 Bubur
Bubur ayam
16
Nomor Parameter Batas Nomor Parameter Batas
Jenis Pangan Keterangan Jenis Pangan Keterangan
uji Maksimum uji Maksimum
Merkuri 0,5 mg/kg Diuji jika diproduksi di Bakso tusuk Timbal 1 mg/kg
(Hg) daerah dekat Otak-otak ayam (Pb)
pertambangan emas. Pentol bakso
Burger (lengkap dengan Cadmium 0.3 mg/kg Diuji jika diproduksi di
roti bun) (Cd) daerah gunung berapi, di
Ayam goreng tepung daerah pertambangan
Sate goreng emas, di daerah industri,
Nugget dan atau mengandung
Bakso goreng tahu.
Arsen (As) 1 mg/kg
Rendang daging
Kulit ayam Merkuri 0.03 mg/kg Diuji jika diproduksi di
(Hg) daerah pertambangan
emas.
Aflatoksin 10 ppb Siomay, otak-otak jika
sebagai total mengandung bumbu Aflatoksin 10 ppb Jika mengandung kacang
aflatoksin kacang sebagai total dan bumbu kacang
aflatoksin
17
Nomor Parameter Batas Nomor Parameter Batas
Jenis Pangan Keterangan Jenis Pangan Keterangan
uji Maksimum uji Maksimum
13 Minuman termasuk es
Timbal 10 mg/kg
(Pb)
19
Nomor Parameter Batas BAB IV
Jenis Pangan Keterangan
uji Maksimum
METODE PENGAMBILAN SAMPEL
14 Minuman sari buah Pb 0,2 mg/kg
Minuman sari buah jeruk
Minuman sari kacang
hijau Metode pengambilan contoh sesuai dengan SNI 19-0429-1989 tentang Petunjuk
Minuman sari buah Pengambilan contoh cairan dan semi padat. Untuk padatan sesuai dengan SNI 19-0428-
mangga 1998 tentang Petunjuk Pengambilan Contoh. Untuk pangan hasil olah ikan sesuai dengan
Minuman sari buah melon
Minuman sari buah
SNI 2326:2010 tentang Metode pengambilan contoh pada produk perikanan.
strawbery
20
Referensi yang Dapat Digunakan
Metode
No Parameter uji MA
Analisis SNI ISO Lainnya
BAB V PPOMN
penyiapan
METODE ANALISIS suspensi awal
dan
pengenceran
desimal
5.1 Cemaran Mikroba 3. Pengencer, SNI ISO 6887- ISO 6887-
perbenihan 2:2012 2:2003
Referensi yang Dapat Digunakan (media), dan
Metode
No Parameter uji MA pereaksi Mikrobiologi
Analisis SNI ISO Lainnya
PPOMN bahan pangan
1. Penyiapan SNI ISO/TS ISO/TS 11133- dan pakan –
dan 11133-2:2012 2:2012 Penyiapan
pembuatan contoh uji,
media biakan Mikrobiologi suspensi awal
bahan pangan dan
dan pakan - pengenceran
Pedoman desimal untuk
penyiapan dan pengujian
pembuatan mikrobiologi –
media biakan — Bagian 2:
Bagian 2: Aturan khusus
Pedoman untuk
praktis penyiapan
pengujian daging dan
kinerja media produk daging
biakan SNI ISO 6887- ISO 6887-
2. Persiapan SNI ISO 6887- ISO 6887- 3:2012 3:2003
dan 1:2012 1:1999
Homogenisasi Mikrobiologi
Contoh Mikrobiologi bahan pangan
bahan pangan dan pakan –
dan pakan – Penyiapan
Penyiapan contoh uji,
contoh uji, suspensi awal
suspensi awal dan
dan pengenceran
pengenceran desimal untuk
desimal untuk pengujian
pengujian mikrobiologi –
mikrobiologi – Bagian 3:
Bagian 1: Aturan khusus
Aturan umum untuk
untuk penyiapan ikan
21
Referensi yang Dapat Digunakan Referensi yang Dapat Digunakan
Metode Metode
No Parameter uji MA No Parameter uji MA
Analisis SNI ISO Lainnya Analisis SNI ISO Lainnya
PPOMN PPOMN
dan produk desimal untuk
perikanan pengujian
mikrobiologi -
SNI ISO 6887- ISO 6887- Bagian 5:
4:2012 4:2003 Aturan khusus
untuk
Mikrobiologi
penyiapan susu
bahan pangan
dan produk
dan pakan –
susu
Penyiapan
contoh uji,
4. ALT Metode MA SNI 01-2332.3- ISO 4833-2003 SNI
suspensi awal tuang PPOMN 2006 digunakan
dan pada
pengenceran Cara uji pangan
desimal untuk mikrobilologi- hasil olah
pengujian Bagian 3: ikan
mikrobiologi - Penentuan
angka lempeng
Bagian 4:
total (ALT) pada
Aturan khusus produk
untuk produk perikanan
selain susu dan 5. E. coli APM MA SNI ISO ISO 7251:2012
produk susu, PPOMN 7251:2012
daging dan
produk daging, Mikrobiologi
bahan pangan
ikan dan produk
dan pakan –
perikanan Metode
horizontal untuk
SNI ISO 6887- ISO 6887- deteksi dan
5:2012 5:2010 enumerasi
Escherichia coli
Mikrobiologi terduga –
bahan pangan Teknik Angka
Paling Mungkin
dan pakan –
(APM)
Penyiapan 6. B. cereus Metode MA SNI ISO
contoh uji, sebar PPOMN 7932:2012
suspensi awal,
dan Mikrobiologi
pengenceran bahan pangan
dan pakan -
22
Referensi yang Dapat Digunakan Referensi yang Dapat Digunakan
Metode Metode
No Parameter uji MA No Parameter uji MA
Analisis SNI ISO Lainnya Analisis SNI ISO Lainnya
PPOMN PPOMN
Metode positif
horizontal untuk (Staphylococcus
enumerasi aureus dan
Bacillus cereus spesies lain)
terduga - Teknik
penghitungan - Bagian 2:
koloni pada Teknik
suhu 30 °C menggunakan
7. Salmonella Metode MA ISO 6579-2002 media rabbit
Sp identifikasi PPOMN plasma
8. S. aureus Metode MA SNI ISO 6888- ISO 6888- fibrinogen agar
sebar PPOMN 1:2012 1:1999
SNI SNI dapat
Mikrobiologi ISO 6888- 2332.9:2011 digunakan
bahan pangan 1:1999 pada
dan pakan – (Amd.1:2003) Cara uji pangan
Metoda mikrobiologi - hasil olah
horizontal untuk Bagian 9: ikan
enumerasi Penentuan
staphylococci Staphylococcus
koagulase- aureus pada
positif produk
(Staphylococcus perikanan
aureus dan
spesies lain) – SNI 2897:2008 SNI dapat
Bagian 1: digunakan
Teknik Metode pada
menggunakan pengujian pangan
media Baird cemaran hasil olah
Parker agar mikrobia dalam daging,
(BPA) daging, telur telur dan
dan susu serta susu
SNI ISO 6888- ISO 6888- hasil olahannya
2:2012 2:1999
ISO 6888-
Mikrobiologi ISO 6888- 2:1999
bahan pangan 2:1999 (Amd Amd 1:2003
dan pakan – 1:2003)
Metoda Mikrobiologi
horizontal untuk bahan pangan
enumerasi dan pakan –
staphylococci Metoda
koagulase- horizontal untuk
23
Referensi yang Dapat Digunakan Referensi yang Dapat Digunakan
Metode Metode
No Parameter uji MA No Parameter uji MA
Analisis SNI ISO Lainnya Analisis SNI ISO Lainnya
PPOMN PPOMN
enumerasi umum dan
staphylococci pedoman untuk
koagulase- pengujian
positif mikrobiologi
(Staphylococcus
aureus dan 11. Panduan SNI ISO/TS ISO/TS 11133-
spesies lain) penyiapan 11133-1:2012 1:2009
media biakan
- Bagian 2: Mikrobiologi
Teknik bahan pangan
menggunakan dan pakan—
media rabbit
plasma Pedoman
fibrinogen agar penyiapan dan
pembuatan
AMANDEMEN media biakan —
1: Pencantuman Bagian 1:
(inclusion) data Pedoman umum
presisi jaminan mutu
untuk
9. E. coli APM MA SNI ISO ISO 7251:2005 penyiapan
PPOMN 7251:2012 media biakan di
laboratorium
Mikrobiologi
bahan pangan 12. Panduan SNI ISO/TS ISO/TS 11133-
dan pakan – kinerja media 11133-2:2012 2:2003
Metode biakan
horizontal untuk Mikrobiologi
deteksi dan bahan pangan
enumerasi dan pakan –
Escherichia coli Panduan
terduga – penyiapan dan
Teknik Angka produksi media
Paling Mungkin biakan –
(APM)
Bagian 2:
10. Panduan lab SNI ISO ISO 7218:2007 Panduan praktis
mikroba 7218:2012 pengujian
kinerja media
Mikrobiologi biakan
bahan pangan
dan pakan –
Persyaratan
24
5.2 Cemaran Kimia Parameter Metode Referensi yang dapat digunakan
No
uji Analisis MA PPOMN SNI ISO Lainnya
Parameter Metode Referensi yang dapat digunakan perikanan
No
uji Analisis MA PPOMN SNI ISO Lainnya 4. Merkuri AAS SNI19-2896-1998 AOAC,
1. PK. HPLC/KCKT 1. MA (Hg) 971.21
Cemaran 1.Preparasi PPOMN No Cara Uji Cemaran ,Ch.9p.
Aflatoksin sampel 09/PA/09 Logam dalam 35.18th
B1,B2,G1, mengguna 2. MA Makanan ed,200
G2, Total kan kolom PPOMN 5
Aflatoksin imunoafinit No.21/PA/0 SNI 01-2354.6-2006 SNI dapat
as dan 5 digunakan
derivatisasi Cara uji kimia-Bagian pada pangan
dengan 6: Penentuan kadar hasil olah
photochemi logam berat merkuri ikan
cal reactor (Hg) pada produk
2.Preparasi perikanan
sampel 5. Arsen (As) AAS MA PPOMN SNI 01-4866-1998
dengan 2011
kolom C18 MA PPOMN Cara uji Cemaran
dan 2012 Arsen dalam
derivatisasi Makanan
dengan
TFA
2. Kadmium AAS MA PPOMN SNI 2354.5:2011 AOAC, SNI dapat
(Cd) 2012 973.34 digunakan
Cara uji kimia - ,Ch9.p. pada pangan
Bagian 5: Penentuan 23,18th hasil olah
kadar logam berat ed,200 ikan
(Pb) dan kadmium 5
(Cd) pada produk
perikanan
3. Timbal AAS SNI19-2896-1998 AOAC
(Pb) ,972.2
Cara Uji Cemaran 5,Ch.9
Logam dalam p.32.1
th
Makanan 8 ed,
2005
25
BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN
Kostiawan Sukamto, MT
BORAKS
• baso, mie basah, pisang molen, lemper, buras, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit
• lebih kompak (kenyal) teksturnya dan memperbaiki
penampakan
• antiseptik dan pembunuh kuman
FORMALIN
• tahu & mie basah
• mengawetkan mayat & organ tubuh
FORMALIN
H2CO
❖ Formol ❖ Formalith
❖ Morbicid ❖ Karsan
❖ Methanal ❖ Methylene glycol
❖ Formic aldehyde ❖ Paraforin
❖ Methyl oxide ❖ Polyoxymethylene
glycols
❖ Oxymethylene
❖ Superlysoform
❖ Methylene aldehyde
❖ Oxomethane ❖ Tetraoxymethylene
❖ Formoform ❖ Trioxane
Penggunaan Formalin
• Pembunuh kuman → pembersih : lantai, kapal,
gudang dan pakaian
• Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain
• Desinfektan cairan pembalsam (mengawetkan
mayat)
• Bersifat germisida/pengoksidasi
• Dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1 %)
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai
barang konsumen seperti pembersih rumah
tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan
karpet.
BAHAYA BILA TERPAPAR
OLEH FORMALIN
• Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya jika terhirup,
mengenai kulit dan tertelan.
Akibat yang ditimbulkan dapat berupa :
- Luka bakar pada kulit
- Iritasi pada saluran pernafasan
- Reaksi alergi dan
- Bahaya kanker pada manusia
Bahaya jangka pendek (Akut)
▪ Bila tertelan mulut, tenggorokan
dan perut terasa terbakar, sakit
menelan, mual, muntah dan
diare, kemungkinan terjadi
pendarahan , sakit perut yang
hebat, sakit kepala, hipotensi
(tekanan darah rendah), kejang,
tidak sadar hingga koma.
▪ Selain itu juga dapat terjadi
kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pankreas, sistem susunan
saraf pusat dan ginjal.
Bahaya jangka panjang
Apabila tertelan akan
menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, muntah-muntah dan
kepala pusing,rasa terbakar pada
tenggorokan, penurunan suhu
badan dan rasa gatal di dada.
GEJALA KERACUNAN
MUNTAH DARAH, DIARE,KANKER PARU,KEJANG -
KEJANG, KENCING DARAH SAMPAI KEMATIAN.
PADA KULIT MENYEBABKAN DERMATITIS.
UAP FORMALIN DAPAT MENGIRITASI MATA, HIDUNG
DAN SALURAN PERNAFASAN. DALAM KONSENTRASI
TINGGI DAPAT MENGAKIBATKAN KEJANG-KEJANG
PADA TENGGOROKKAN.
DOSIS FATAL : 60 – 90 mL FORMALIN
CIRI PRODUK MENGANDUNG FORMALIN
MIE BASAH
BASO
TAHU
• Tidak rusak sampai 3
hari pada suhu
kamar (25°C) dan
bertahan lebih dari 15
hari pada suhu
lemari es (10°C)
• Tahu terlampau keras, namun tidak padat
• Bau agak mengengat, bau formalin (dengan
kandungan formalin 0.5-1ppm)
CIRI PRODUK MENGANDUNG FORMALIN
IKAN SEGAR
• Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25oC)
• Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan
merah segar dan warna daging ikan putih bersih
• Bau menyengat, bau formalin
IKAN ASIN
• Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar
(25oC)
• Bersih cerah
• Tidak berbau khas ikan asin
Contoh Pangan yang mengandung BT yang dilarang
BORAKS
(Borax)
Na2B4O7
NAMA LAIN :
Pijer, Bleng atau Gendar
BORAKS
Merupakan senyawa yang berbentuk kristal, warna putih,
tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal.
➢ Pengawet
➢ Pengenyal
➢ Memperbaiki penampakan
→ Bakso, kerupuk, mie, pisang molen,
lemper, buras, lontong, ketupat, pangsit,
cilok, siomay dan lain-lain
PENGGUNAAN BORAKS
✓ Mematri logam
✓ Pembuatan gelas dan enamel
✓ Pengawet dan anti jamur kayu
✓ Obat untuk kulit dalam bentuk salep
✓ Sebagai antiseptik
✓ Pembasmi kecoa
✓ Campuran bahan pembersih
BAHAYA AKUT (JANGKA PENDEK)
LONTONG
• Tekstur sangat kenyal
• Dapat memberikan rasa getir
KERUPUK
• Tekstur sangat renyah
• Dapat memberikan rasa getir
Cara deteksi……..
• Deteksi formalin dan boraks secara
akurat hanya dapat dilakukan di
laboratorium dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, yaitu melalui uji
formalin dan uji boraks.
Zat pengawet organic….(1)
❑ Lebih banyak dipakai daripada anorganik karena bahan ini
lebih mudah dibuat.
❑ Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah
asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat,
dan epoksida.
❑ Asam askorbat terutama digunakan untuk mencegah
pertumbuhan kapang dan bakteri dengan jalan mencegah
kerja enzim dehidrogenase terhadap asam lemak.
❑ Propionat efektif terhadap kapang dan beberapa khamir
pada pH diatas 5.
❑ Asam benzoat digunakan untuk mencegah pertumbuhan
kamir dan bakteri (efektif pH 2.4 – 4.0).
Zat pengawet organic….(2)
❑ Cuka adalah latutan 4% asam asetat dalam air dan sering
digunakan sebagai bahan pengawet dalam roti untuk
mencegah pertumbuhan kapang (aktivitas lebih besar pada
pH rendah).
❑ Epoksida seperti etilen oksida dan propilen oksida bersifat
membunuh semua mikroba termasuk spora.
Zat pengawet anorganik
❑ Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah
sulfit, nitrat, dan nitrit.
❑ Sulfit digunakan sebagai pengawet..
❑ Garam nitrit dan nitrat biasa digunakan untuk curing
daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah
pertumbuhan mikroba.
3. Pengawet …….lanjutan
Produksi :
EBOOKPANGAN.COM
2006
1
A. PENDAHULUAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Bahan Tambahan Pangan atau aditif makanan juga diartikan sebagai bahan yang
ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu.
Pada umumnya bahan tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu
aditif sengaja dan aditif tidak sengaja. Aditif sengaja adalah aditif yang diberikan dengan
sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, misalnya untuk meningkatkan konsistensi,
nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk dan
rupa, dan lainnya. Sedangkan aditif yang tidak sengaja adalah aditif yang terdapat dalam
makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat
dari asalnya, aditif dapat berasal dari sumber alamiah (misalnya lesitin); dan dapat juga
disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa benar dengan bahan alamiah
yang sejenis, baik dari susunan kimia maupun sifat metabolismenya (misal asam
askorbat).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan
bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai pangan dan biasanya
bukan merupakan ingredien khas pangan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan kedalam pangan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
pangan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan
tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat,
termasuk dalam pembuatan pangan jajanan. Masih banyak produsen pangan yang
menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam pangan.
Penyimpanan atau pelanggaran mengenai penggunaan BTP yang sering dilakukan
oleh produsen pangan yaitu :
2
1 Menggunakan bahan tambahan yang dilarang penggunaannya untuk pangan.
2 Menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan.
Penggunaan bahan tambahan yang beracum atau BTP yang melebihi batas akan
membahayakan kesehatan masyarakat dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang
akan datang. Oleh karena itu produsen pangan perlu mengetahui sifat-sifat dan keamanan
penggunaan BTP serta mengetahui peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah mengenai penggunaan BTP.
Secara khusus penggunaan BTP di dalam pangan adalah untuk :
1 Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau
mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.
2 Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak dimulut.
3 Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera.
4 Meningkatkankualitas pangan.
5 Menghemat biaya.
B. PENGGOLONGAN BTP
3
7 Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar) yaitu BTP yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman pangan.
8 Pemutih dan pematang tepung, yaitu BTP yang dapat mempercepat proses pemutihan
dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.
9 Pengemulsi, pemantap dan pengental yaitu BTP yang dapat membantu terbentuknya
dan memantapkan sistem dipersi yang homogen pada pangan.
10 Pengeras, yaitu BTP yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya pangan.
11 Sekuestran, yaitu BTP yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam pangan,
sehingga memantapkan warna, aroma dan tekstrur.
Selain BTP yang tercantum dalam Peratuan Mentri tersebut, masih ada beberapa BTP
lainnya yang biasa digunakan dalam pangan, misalnya:
1 Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat
menguraikan secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih
larut danlain-lain.
2 Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik
tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi pangan.
3 Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air pangan.
1. Pewarna
Penambahan bahan pewarna pada pangan dilakukan untuk beberapa tujuan yaitu :
a Memberi kesan menarik bagi konsumen
b Menyeragamkan warna pangan
c Menstabilkan warna
d Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
e Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan
Penggunaan warna pangan yang aman telah diatur melalui peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88, yang mengatur mengenai pewarna yang
4
dilarang digunakan dalam pangan, pewarna yang diizinkan serta batas penggunaannya,
termasuk penggunaan bahan pewarna alami. Akan tetapi masih banyak produsen pangan,
terutama pengusaha kecil yang menggunakan bahan-bahan pewarna yang dilarang dan
berbahaya bagi kesehatan, misalnya pewarna untuk tekstil atau cat. Hal ini disebabkan
pewarna tekstil atau cat umumnya mempunyai warna lebih cerah, lebih stabil selama
penyimpanan serta harganya lebih murah dan produsen pangan belum mengetahui dan
menyadari bahaya dari pewarna-pewarna tersebut.
Beberapa pewarna terlarang dan berbahaya yang sering ditemukan pada pangan,
terutama pangan jajanan, adalah Metanil Yellow (kuning metanil) yang berwarna kuning,
dan Rhodamin B yang berwarna merah. Bahan pewarna kuning dan merah tersebut sering
digunakan dalam berbagai macam pangan seperti sirup, kue-kue, agar, tahu, pisang, tahu
goreng, dan lain-lain. Kedua pewarna ini telah dibuktikan menyebabkan kanker yang
gejalanya tidak dapat terlihat langsung setelah mengkonsumsi. Oleh karena itu dilarang
digunakan dalam pangan walaupun jumlahnya sedikit.
Alternatif lain untuk menggantikan penggunaan pewarna sintesis adalah dengan
menggunakan pewarna alami seperti ekstrak daun pandan atau daun suji, kunyit dan
ekstrak buah-buahan yang pada umumnya lebih aman. Penggunaan bahan pewarna alami
juga ada batasnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Beberapa pewarna alami yang diizinkan dalam pangan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 772/Menkes/RI/Per/IX/88 diantaranya adalah :
1 Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk mewarnai
jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), dan yogurt beraroma
(150 mg/kg).
2 Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah-orange yang dapat digunakan
untuk mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim (100 mg/kg), keju
(600 mg/kg), lemak dan minyak makan (secukupnya).
3 Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning-orange yang dapat digunakan untuk
mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak dan minyak makan
(secukupnya).
5
2. Pamanis Buatan
Zat pemanis sintetik adalah zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat
membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedang kalori yang
dihasilkan jauh lebih rendah daripada gula. Hanya beberapa zat pemanis sintetik yang
boleh dipakai dalam makanan. Mula-mula garam Na – dan Ca – siklamat dengan
kemanisan 30x sukrosa digunakan sebagai pemanis. Di Amerika Serikat penggunaannya
dilarang (karsinogen), namun di Indonesia masih diijinkan. Metabolisme siklamat yaitu
sikloheksamina merupakan senyawa karsinogenik, pembuangannya melalui urine dapat
merangsang tumor kandung kemih pada tikus. Namun uji ulang pada bebrapa galur tikus
dan hamster menunjukkan hasil negatif.
6
Pemanis buatan yang paling umum digunakan dalam pengolahan pangan di
Indonesia adalah siklamat dan sakarin yang mempunyai timgkat kemanisan masing-
masing 30-80 dan 300 kali gula alami.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/Menkes/Per/IX/88, sebenarnya
siklamat dan sakarin hanya boleh digunakan dalam pangan yang khusus ditunjukkan
untuk orang yang mederita diabetes atau sedang menjalani diet kalori.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 300 mg – 3g/kg bahan, sedangkan
batas maksimum penggunaan sakarin adalah 50 – 300 mg/kg bahan. Keduanya hanya
boleh digunakan untuk pangan rendah kalori, dan dibatasi tingkat konsumsinya sebesar
0,5 mg/kg berat badan/hari.
Jadi bila berat badan kita 50 kg, maka jumlah maksimum siklamat atau sakarin
yang boleh dikonsumsi perhari adalah 50 x 0,5 mg atau 25 mg. Jika kita mengkonsumsi
kue dengan kandungan siklamat 500 mg/kg bahan, maka dalam satu hari kita hanya boleh
mengkonsumsi 25/500 x 1 kg atau 50 g kue. Penggunaan pemanis buatan yang diizinkan
dalam pangan dapat dilihat pada tabel 1.
No. Nama pemanis buatan Penggunaan dalam pangan Ukuran maks. yang
diizinkan
untuk saus, es lilin, minuman 300 mg/kg
ringan dan minuman yogurt
berkalori rendah.
Sakarin (dan garam es krim, es putar dan sejenisnya 200 mg/kg
1 natrium sakarin) serta jem dan jeli berkalori rendah.
permen berkalori rendah
permen karet, dan minuman ringan 100 mg/kg
fermentasi berkalori rendah. 50 mg/kg
2 untuk saus, es lilin, minuman 3 g/kg
ringan dan minuman yogurt
berkalori rendah
Siklamat (dan garam es krim, es putar dan sejenisnya 2 g/kg
natrium dan kalsium serta jem dan jeli berkalori rendah.
siklamat) permen berkalori rendah
minuman ringan fermentasi 1 g/kg
berkalori rendah 500 mg/kg
7
3. Pengawet
Formalin juga banyak disalah gunakan untuk mengawetkan pangan seperti tahu dan
mie basah. Formalin sebenarnya merupakan bahan untuk mengawetkan mayat dan organ
tubuh dan sangat berbahaya begi kesehatan, oleh karena itu dalam peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 formalin merupakan salah satu bahan yang
dilarang digunakan sebagai BTP.
Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan serta batas penggunaannya pada
pangan dapat dilihat pada Tabel 2.
8
Tabel 2. Pengawet yang diizinkan digunakan dalam pangan
Ukuran maks.
No. Nama pengawet Penggunaan dalam pangan
yang diizinkan
1 Benzoat (dalam bentuk Untuk mengawetkan minuman 600 g/kg
asam, atau garam ringan dan kecap.
kalium, atau natrium Sari buah, saus tomat, saus 1 g/kg
benzoat). sambal, jem dan jeli, manisan,
agar dan pangan lain.
Zat pengawet terdiri dari zat pengawet organik dan anorganik dalam bentuk asam dan
garamnya.
9
Na– dan Ca –nya, dan bentuk efektifnya adalah bentuk molekul tak terdisosiasi.
Propionat efektif terhadap kapang dan beberapa khamir pada pH diatas 5.
Asam benzoat (C6H5COOH)digunakan untuk mencegah pertumbuhan kamir
dan bakteri (efektif pH 2.4 – 4.0). karena kelarutan garamnya lebih besar, maka yang
biasa digunakan adalah bentuk garam Na – benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam
benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak
terdisosiasi. Asam benzoat secara alami terdapat pada cengkeh dan kayu manis.
Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoat, sehingga
tidak terjadi penumpukan asam benzoat.
Cuka adalah latutan 4% asam asetat dalam air dan sering digunakan sebagai
bahan pengawet dalam roti untuk mencegah pertumbuhan kapang (aktivitas lebih
besar pada pH rendah). Epoksida seperti etilen oksida dan propilen oksida bersifat
membunuh semua mikroba termasuk spora dan virus. Mekanisme epoksida tidak
diketahui, tetapi diduga gugus hidroksil etil mengadakan reaksi alkilasi terhadap
senyawa antara yang esensial bagi pertumbuhan mikroba sehingga merusak sistem
metabolismenya. Etilen dan propilen oksida digunakan sebagai fumigan bahan kering
seperti rempah-rempah, tepung dan lainnya. Etilen oksida lebih efektif dibanding
dengan propilen oksida, tapi etilen oksida lebih mudah menguap, terbakar, dan
meledak, karena itu biasanya diencerkan dengan senyawa lain membentuk campuran
10% etilen oksida dengan 90% CO2.
10
sehingga mencegah timbulnya warna coklat. Sulfur dioksida juga dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan meningkatkan daya kembang terigu.
Garam nitrit dan nitrat biasa digunakan untuk curing daging untuk
memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba. Diduga nitrit
bereaksi dengan gugus sulfhidril dan membentuk senyawa yang tidak dapat
dimetabolisme mikroba dalam keadaan anaerob. Sedangkan garam nitrat peranannya
sebagai pengawet masih dipertanyakan. Namun dalam proses curing garam nitrat
ditambahkan untuk mencegah pembentukan nitrooksida (nitrooksida dengan pigmen
daging membentuk nitrosomioglobin berwarna merah cerah). Garam nitrat ini akan
tereduksi oleh bakteri nitrat menghasilkan nitrit.
Natrium nitrit sebagai pengawet dan mempertahankan warna daging dan ikan
ternyata menimbulkan efek membahayakan kesehatan. Nitrit berikatan dengan amino
atau amida membentuk turunan nitrosamin yang bersifat toksin. Nitrosoamina ini
dapat menimbulkan kanker pada hewan. Reaksi pembentukan nitrosamin dalam
pengolahan atau dalam perut yang bersuasana asam adalah sebagai berikut:
R2NH + N2O3 -------------> R2N. NO + HNO2
(Amin sekunder misal: pirolidina)
Salah satu penyedap rasa dan aroma yang dikenal luas di Indonesia adalah vetsin
atau bumbu masak, dan terdapat dengan berbagai merek dipasaran. Penyedap rasa
tersebut mengandung senyawa yang disebut monosodium glutamat (MSG). Peranan asam
glutamat sangat penting, diantaranya untuk merangsang dan menghantar sinyal-sinyal
antar sel otak. Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/IX/88,
penggunaan MSG dibatasi secukupnya, yang berarti tidak boleh berlebihan.
11
5. Pengemulsi, Pemantap dan Pengental
Fungsi dari pengemulsi, pemantap dan pengental dalam pangan adalah untuk
memantapkan emulsi dari lemak dan air sehingga produk tetap stabil, tidak meleleh, tidak
terpisah antara bagian lemak dan air serta mempunyai tekstur yang kompak. Jenis pangan
yang sering menggunakan BTP semacam ini adalah es krim, es puter, saus sardin ,jem,
jeli, sirup dan lain-lain. Bahan-bahan pengemulsi, pemantap dan penstabil yang diizinkan
digunakan dalam pangan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengemulsi, pemantap dan penstabil yang diizinkan digunakan dalam pangan
Nama pengemulsi, Ukuran maks.
No. Penggunaan dalam pangan
pemantap & pengental yang diizinkan
1 Agar Sardin dan sejenisnya 20 g/kg
Es krim, es putar dana 10 g/kg
sejenisnya
Keju 8 g/kg
Yogurt 5 g/kg
Kaldu (secukupnya)
2 Alginal (dalam bentuk Sardin dan sejenisnya 20 g/kg
asam atau garam Keju 5 g/kg
kalium atau kalsium Kaldu 3 g/kg
alginat).
3 Dekstrin Es krim, es putar dan sejenisnya 30 g/kg
Keju 10 g/kg
Kaldu Secukupnya
4 Gelatin Yogurt 10 g/kg
Keju 5 g/kg
5 Gom (bermacam- Es krim, es putar, sardin dan 10 g/kg
macam gom) sejenisnya serta sayuran kaleng
yang mengandung mentega,
minyak dan lemak.
Keju 8 g/kg
Saus selada 7,5 g/kg
Yogurt 5 g/kg
Minuman ringan dan acar 500 mg/kg
ketimun dalam botol
6 Karagen Sardin dan sejenisnya 20 g/kg
Es krim, es putar, sardin dan 10 g/kg
sejenisnya serta sayuran kaleng
yang mengandung mentega,
minyak dan lemak.
Yogurt, keju dan kaldu 5 g/kg
Acar ketimun dalam botol 500 mg/kg
12
7 Lesitin Es krim, esputar, keju, pangan 5 g/kg
bayi dan susu bubuk instan.
Roti margarin dan minuman Secukupnya
hasil olah susu
8 Karboksimetil selulosa Sardin dan sejenisnya 20 g/kg
(CMC) Es krim, es putar dan sejenisnya 10 g/kg
Keju dan krim 5 g/kg
Kaldu 4 g/kg
9 Pektin Es krim, es putar dan sejenisnya 30 g/kg
Sardin dan sejenisnya 20 g/kg
Yogurt, minuman hasil olah 10 g/kg
susu, dan sayur kalengan yang
mengandung mentega minyak
dan lemak.
Keju 8 g/kg
Jem, jeli dan marmalad 5 g/kg
Sirup 2,5 g/kg
Minuman ringan 500 mg/kg
10 Peti asetat Es krim, es putar dan sejenisnya 30 g/kg
Yogurt dan sayuran kaleng yang 10 g/kg
mengandung mentega, minyak
dan lemak.
Kaldu Secukupnya
Jaringan sel tanaman keras terutama disebabkan adanya ikatan molekuler antargugus
karboksil bebas pada komponen penyusun dinding sel (pektin). Proses pengolahan,
pemanasan, atau pembekuan akan melunakkan jaringan sel tersebut, sehingga produk
bertekstur lunak. Untuk memperoleh tekstur keras dapat ditambahkan garam Ca (0.1 –
0.25% sebagai ion Ca) yang akan berikatan dengan pektin membentuk Ca – pektinat atau
Ca – pektat yang tidak larut. Untuk tujuan itu biasanya yang digunakan adalah garam-
garam Ca (CaCl2, Ca – sitrat, CaSO4, Calaktat, dan Ca – monofosfat), sayangnya garam-
garam ini kelarutannya rendah dan rasanya pahit.
Ion trivalen seperti Al3+ dalam bentuk NaAl(SO4)2.12H2O, KAlSO4, Al2SO4.18H2O
biasa digunakan dalam pembuatan pikel ketimun agar tekstur tetap keras dan renyah
(diduga karena terbentuknya kompleks dengan pektin menghasilkan jaringan keras).
Tetapi Al2(SO4)3 ternyata memperlunak pikel segar dan mencegah pengerasan jaringan
sel pada larutan pH rendah.
13
6. Antioksidan
Fungsi pengatur pengasaman pada pangan adalah untuk membuat pangan menjadi
lebih asam, lebih basa, atau menetralkan pangan. Pengatur keasaman mungkin
ditambahkan langsung kedalam pangan, tetapi seringkali terdapat didalam
Asidulan merupakan senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada
proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan. Asidulan dapat bertindak sebagai
penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam
senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan
14
pengawet. Kemudian pH rendah buffer yang dihasilkannya mempermudah proses
pengolahan. Bahan ini bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan
dan browning.
15
Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah untuk memberikan
rasa asam. Asam juga dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang
menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion hidrogenium H3O+.
Asam yang banyak digunakan pada bahan makanan adalah asam organik seperti asam
asetat, asam laktat, asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, dan asam
tartrat. Sedangkan satu-satunya asam organik yang digunakan sebagai pengasam
makanan adalah asam fosfat. Asam anorganik lain seperti HCL dan H2O4 mempunyai
derajat disosiasi yang tinggi sehingga berakibat kurang baik bagi mutu produk akhir.
Selain untuk tujuan di atas, ada beberapa macam asam dan senyawa bersifat asam
yang berfungsi sebagai bahan pengawet, bahan pengembang adonan, pengkelat, dan lain-
lain.
16
Zat antikerak biasanya ditambahkan pada bahan-bahan berbentuk tepung atau butiran
yang bersifat higroskopik untuk mempertahankan sifat butirannya. Zat ini akan melapisi
partikel-partikel bahan dan menyerap air yang berlebihan atau membentuk campuran
senyawa yang tak dapat larut. Yang umum digunakan adalah kalsium silikat,
CaSiO3.xH2.
Kalsium silikat digunakan untuk mencegah pergerakan kue soda dengan konsentrasi
5% atau mencegah pergerakan garam meja dengan konsentrasi 2%. Ca – silikat juga
efektif menyerap minyak dan senyawa organik nonpolar lainnya, sehingga sering dipakai
dalam campuran tepung dan rempah mengandung minyak atsiri.
Ca – stearat sering ditambahakan ke tepung untuk mencegah penggumpalan selama
pengolahan dan agar tidak larut air. Zat antikerak lainnya yang digunakan pada industri
pangan adalah Na – silikoaluminat, Ca3(PO4)2, Mg – silikat, dan MgCO3. Senyawa ini
tidak larut air, daya serap airnya berbeda-beda. Bahan antikerak ini tidak toksik dan ikut
termetabolisme tubuh sejauh batas jumlah yang diperbolehkan.
Beberapa bahan pemutih dan pematangan tepung yang diizinkan untuk pangan pada
Tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Pemutih dan pematang tepung yang diizinkan digunakan dalam pangan
Ukuran maks. yang
No. Nama Penggunaan dalam pangan
diizinkan
1 Asam askorbat Tepung 200 mg/kg
2 Natrium stearoil-2- Untuk adonan kue 5 g/kg bahan kering
laktat Roti dan sejenisnya 3,75 g/kg tepung
Wafel dan tepung campuran 3 g/kg bahan kering
Wafel serta serabi & tepung
campuran serabi
Tepung terigu yang baru berwarna kekuningan dan bersifat kurang elastic. Bila
dijadikan adonan roti, tidak dapat mengembang dengan baik. Untuk memperoleh terigu
17
dengan mutu baik, terigu dibiarkan selama lebih kurang enam minggu. Selama masa
pemeraman tersebut, bahan-bahan yang menyebabkan sifat lekat dan jga pigmen
karotenoid akan teroksidasi sehingga diperoleh tepung terigu yang berwarna putih dengan
daya kembang yang baik.
Tentu saja proses pemeraman ini sangat praktis. Untuk mempercepat proses tersebut
biasanya ditambahkan zat pemucat. Zat pemucat ini bersifat oksidator. Ikatan rangkap
dalam karotenoid , yaitu xantofil, akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid akan
menghasilkan senyawa yang tak berwarna.
Selain itu bahan pemucat ini mengoksidasi gugus sulfhidril dalam gluten menjadi
ikatan disulfida. Dengan adanya ikatan S-S ini terbentuk polimer protein yang panjang,
lurus, dan membentuk lapisan-lapisan tipis yang saling melekat. Lapisan-lapisan tersebut
dapat menahan gelembung udara, karena itulah roti akan mengembang.
Di samping zat pemucat yang berfungsi sebagai pemucat saja (misalnya benzoil
peroksida (C6H5CO)2), ada juga yang berfungsi meningkatkan daya mengembang terigu
(KBrO3, Ca(IO3)2, dan CaO2), dan ada yang berfungsi gabungan keduanya (gas Cl2,
ClO2, NOCl, dan gas nitrogen oksida yang segera aktif begitu berhubungan dengan
terigu).
Penggunaan bahan pemucat yang bersifat oksidator ini harus diperhatikan jumlahnya.
Pemakaian berlebuhan akan menghasilkan adonan roti yang pecah-pecah dan butirannya
tidak merata, berwarna keabu-abuan, dan volumenya menyusut.
18
10. Pengeras
Pengeras ditambahkan kedalam pangan untuk membuat pangan menjadi lebih keras
atau mencegah pangan menjadi lebih lunak. Beberapa bahan pengeras yang diizinkan
untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :
11. Sekuestran
Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada pangan sehingga
memantapkan warna dan tekstur pangan atau mencegah perubahan warna pangan.
Beberapa bahan sekuestran yang diizinkan untuk pangan dapat dilihat pada Tabel 9.
19
Sekuestran atau zat pengikat logam merupakan bahan penstabil yang digunakan
dalam berbagai pengolahan bahan makanan. Sekuestran dapat mengikat logam dalam
bentuk ikatan komleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam
tersebut dalam bahan. Dengan demikian senyawa ini dapat membantu menstabilkan
warna, cita rasa dan tekstur.
Logam terdapat dalam bahan alami dalam bentuk senyawa kompleks misalnya Mg
dalam klorofil; Fe sebagai feritin, rufin, porfirin, serta hemoglobin; Co sebagai vitamin
B12; Cu, Zn dan Mn dalam berbagai enzim. Ion-ion logam ini dapat terlepas dari ikatan
B
kompleksnya karena hidrolisis maupun degradasi. Ion logam bebas mudah bereaksi dan
mengakibatkan perubahan warna, ketengikan, kekeruhan, maupun perubahan rasa.
Sekuestran akan mengikat ion logam sehingga menjaga kestabilan bahan.
Molekul atau ion dengan pasangan elektron bebas dapat mengkompleks ion logam.
Karena itulah senyawa-senyawa yang mempunyai dua atau lebih gugus fungsional seperti
–OH, -SH, -COOH, -PO3OH2-C=O, -NR2, -S- dan –O- dapat mengkelat logam dalam
lingkungan yang sesuai. Sekuestran yang paling sering digunakan dalam bahan makanan
adalah asam sitrat dan turunannya, fosfat, dan garam etilendiamintetraasetat (EDTA).
Proses pengikatan logam merupakan proses kesimbangan pembentukan ion kompleks
logam dengan sekuestran. Secara umum keseimbangan ini dapat ditulis sebagai berikut:
20
bukanlah doktor elektron yang baik, sebaliknya ion karboksil merupakan donor yang
baik. Kenaikan pH menyebabkan terdisosiasinya gugus karboksil sehingga meningkatkan
efisiensi pengikatan logam.
Dalam keadaan tertentu, ion hidroksil berikatan dengan ion logam dalam ikatan
tersendiri sehingga menyaingi dan menurunkan efektivitas ligan. Ion logam tersebut akan
terdapat sebagai kompleks hidrat. Kecepatan pembentukan kelat terganggu karena harus
memcahkan kompleks hidrat terlebih dahulu.
Sekuestran atau ligan dapat menghambat proses oksidasi. Senyawa ini merupakan
sinergik antioksidan karena dapat menghilangkan ion-ion logam yang mengkatalis proses
oksidasi. Dalam penggunaan sekuestran sebagai sinergik antioksidan harus diperhatikan
kelarutannya. Asam dan ester-ester sitrat (20-30 ppm) dengan propilen glikol larut dalam
lemak, sehingga efektif sebagai sinergik pada semua lemak. Sebaliknya Na2EDTA dan
Na2Ca-EDTA hanya sedikit larut dalam lemak, dan karena itu kurang efektif dalam
lemak murni; tetapi garam-garam EDTA (500 ppm) sangat efektif sebagai antioksidan
dalam sistem emulsi karena adanya fase air yang kontinyu, misalnya untuk mayonnaise,
margarine, dan lain-lain.
Polifosfat dan EDTA digunakan dalam pengolahan ikan kalengan untuk mencegah
pembentukan kristal MgNH4PO4.6H2O yang menyerupai kristal gelas yang terbentuk
selama penyimpanan. Selain itu pengkelat ini dapat membentuk kompleks dengan Fe, Co
dan Zn; logam-logam ini bila bereaksi dengan sulfida akan mengakibatkan perubahan
warna.
Penambahan sekuestran pada sayuran sebelum diblansir dapat mencegah perubahan
warna yang disebabkan oleh logam. Demikian juga sekuestran dapat melepaskan ion Ca
dari pektin dinding sel sehingga menyebabkan sayuran menjadi lunak.
Asam sitrat dan fosfat yang digunakan dalam minuman selain berfungsi sebagai
asidulan (pengasam) juga berguna untuk mengikat logam yang dapat mengkatalisis
oksidasi komponen cita rasa (terpena) dan warna. Dalam minuman hasil fermentasi malt,
pengkelat akan mengkompleks Cu. Cu bebas akan mengakibatkan oksidasi senyawa
polifenol yang kemudian dengan protein menyebabkan kekeruhan.
Penggunaan EDTA yang berlebihan dalam bahan pangan akan menyebabkan tubuh
kekurangan Ca dan mineral lain. Hal ini disebabkan EDTA sangat efektif mengkelat ion
21
logam. Karena itu dalam garam EDTA ditambahkan juga Ca dalam bentuk garam EDTA
dari Na dan Ca.
Beberapa senyawa kimia akan terurai dengan menghasilkan gas dalam adonan roti.
Selama pembakaran, volume gas bersama dengan udara dan uap air yang ikut
terperangkap dalam adonan akan mengembang, sehingga diperoleh roti dengan struktur
berpori-pori. Senyawa kimia tersebut terdapat dalam tepung terigu yang sudah diperam,
tepung adonan, dan tepung soda kue.
22
Bahan pengembang adonan yang sekarang dipakai menggunakan bahan-bahan kimia
yang dapat menghasilkan gas CO2. Gas ini diperoleh dari garam karbonat atau garam
bikarbonat. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium bikarbonat
(NaHCO3). Kadang-kadang garam amonium karbonat atau amonium bikarbonat juga
digunakan, tetapi garam-garam ini terurai pada suhu tinggi. Garam KHCO3 jarang
digunakan karena bersifat higroskopik dan sedikit menimbulkan rasa pahit.
Reaksi NaHCO3 dalam air adalah sebagai berikut:
NaHCO3 ÆNa+ + HCO3-
HCO3- + HO Æ H2CO3 + OH-
HCO3- Æ CO3= + H+
Sedangkan reaksinya dengan adonan akan lebih kompleks karena terdapat protein
maupun ion-ion yang mungkin ikut bereaksi. Penambahan bahan pengembang adonan
bersifat asam akan menimbulkan ion H+ sehingga dalam adonan reaksinya adalah sebagai
berikut :
R – O-, H+ + NaHCO3 Æ R – O-, Na+ + H2O + CO2↑
Perbandingan antara asam dan NaHCO3 harus diperhatikan agar tidak menimbulkan
rasa seperti sabun ataupun rasa asam dan pahit.
Bahan pengembang asam tidak selalu berupa asam, tetapi yang penting dapat
memberikan ion H+ agar dapat melepaskan CO2 dan NaHCO3. misalnya garam
alumunium sulfat bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfat.
Na2SO4.Al2(SO4)3 + 6H2O Æ Na2SO4 + 2Al(OH)3 + H2SO4
Bahan asam pengembang mempunyai kelarutan dalam air yang berbeda-beda. Pada
suhu biasa larutannya dalam air akan menentukan kecepatannya dalam melepaskan gas
CO2. Berdasarkan kecepatannya, bahan pengembang adonan dibagi atas bermacam-
macam kelas dengan aktivitas cepat atau lambat. Misalnya senyawa yang mudah larut
akan melepaskan CO2 dengan cepat, sebaliknya yang sulit larut akan lambat melepaskan
CO2.
Kecepatan pelepasan CO2 oleh bahan pengembang akan mempengaruhi tekstur
produk, kecepatan ini akan meningkat bila suhu bertambah tinggi.
Bahan pengembang yang sekarang banyak digunakan adalah garam asam K – tartrat,
Na – aluminiumsulfat, glukano – δ – lakton, serta garam-garam fosfat.
23
Tepung soda kue merupakan bahan pengembang adonan yang umum digunakan
dalam pembuatan roti. Bahan ini terdiri dari NaHCO3, dan tepung. Ada dua macam soda
kue, yaitu soda kue dengan aktivitas cepat yang disebut juga aktivitas tinggi dan soda kue
dengan aktivitas lambat atau disebut juga sebagai aktifitas ganda. Perbedaan antara
keduanya adalah pada mudah tidaknya komponen asam atau asam larut dalam air dingin.
Soda kue aktivitas cepat terbuat dari dua macam asam, yaitu asam tartrat, dan garam
asam K – tartrat yang mudah larut dalam air dingin. Karena itu kecepatan pelepasan CO2l
ebih cepat. Reaksi soda kue aktivitas cepat adalah sebagai berikut :
Soda kue yang lebih banyak digunakan sekarang ini adalah soda kue dengan aktivitas
lambat, yang mengandung Ca(HPO4)H2O dan Na2SO4.Al2(SO4)3. garam Ca(HPO4)H2O
tidak begitu larut dalam air dingin sehingga kecepatan pelepasan CO2 juga rendah.
Sebaliknya garam Na2SO4.Al2(SO4)3 yang bukan asam harus bereaksi terlebih dahulu
dengan air panas untuk bisa menghasilkan asam. Kemudian asam dengan NaHCO3 akan
menghasilkan CO2. reaksi soda kue aktivitas lambat adalah sebagai berikut :
Panas
Na2Al2(SO4)4 + 6H2O 2Al(OH)3 + Na2SO4 + 3H2SO4
3H2SO4 + 6NaHCO3 H2O 3Na2SO4 + 6CO2↑ + 6H2O
3CaH4(PO4)2 + 8NaHCO3 Ca3(PO4)2 + 4Na2HPO4+ 8CO2↑ + 8H2O
Pemilihan jenis soda kue ini akan mempengaruhi elstisitas dan plastisitas adonan.
Soda kue aktivitas lambat yang lambat melepaskan CO2 setelah adonan terbentuk akan
menghasilkan retak-retak pada tepi biskuit. Bila dipergunakan suhu awal (pembakaran
roti) rendah, maka akan diperoleh volume produk yang lebih besar. Tetapi bila kenaikan
suhu kurang cepat, volume yang diperoleh akan lebih kecil. Untuk menghindari hal yang
merugikan tersebut sebaiknya digunakan suhu pembakaran yang merata.
24
14. Surfaktan
Surfaktan digunakan dalam pengolahan pangan untuk meningkatkan mutu produk dan
mengurangi kesulitan penanganan bahan yang mudah rusak. Pemakaian surfaktan selama
produk disimpan akan mempertahankan viskositas, tekstur, mouthfeel, dan
memperpanjang masa simpannya. Yang termasuk dalam golongan surfaktan adalah
pengemulsi, penstabil, pengental, dan pembasah.
14. Pembasah
Bahan pangan mempunyai daya menyerap air yang berbeda-beda. Ada tiga
macam sistem pada bahan yang akan mempengaruhi mudah tidaknya bahan tersebut
terbasahi oleh air, yaitu :
a. Pembasahan permukaan yang berlapis lilin
Adanya lapisan lilin di permukaan bahan seperti pada apel dan daun kol,
menyebabkan air sulit diserap dan membentuk butiran air di atas lapisan air,
karena itu bahan tidak dapat dibasahi. Surfaktan yang dipakai harus dapat
mengikat lemak dan air sehingga air terikat oleh bahan, dan bahan menjadi basah.
b. Pembasahan kapiler
Misalnya rehidrasi akan dilakukan pada bahan yang mempunyai struktur
berpori-pori. Makin tinggi permukaan, makin besar daya penetrasi air. Karena itu
penambahan surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan akan merugikan.
c. Pembasahan tepung
Pembasahan tepung yang terlalu cepat akan membuat tepung diselubungi
oleh cairan dengan menahan udara di dalamnya sehingga tepung agak sukar larut.
Untuk itu diperlukan surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan
cairan sehingga adsorpsi cairan oleh tepung akan lebih mudah.
25
D. PERATURAN-PERATURAN MENGENAI PENGGUNAAN BTP
Dalam Peraturan Menteri ini dicantumkan pewarna yang dinyatakan sebagai bahan
berbahaya bagi kesehatan manusia, oleh karena itu dilarang digunakan dalam pangan.
Beberapa bahan pewarna dalam daftar tersebut (yang diberi tanda bintang pada daftar
dibawah ini) telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1979 melalui Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 235/Menkes/Per/VI/79 tentang Zat Warna Yang Dilarang Digunakan
dalam Pangan. Pewarna yang dinyatakan berbahaya bagi kesehatan adalah sebagai
berikut :
1 Auiramine* 11. Fast Yellow AB 21. Orange GGN
2 Alkanet 12. Guinea Green B* 22. Orange RN
3 Butter Yellow* 13. Indanthrene Blue RS 23. Orchis and Orcein
4 Black 7984 14. Magenta* 24. Ponceau 3R*
5 Bum Umber 15. Metanil Yellow* 25. Ponceau SX*
6 Chrysoindine* 16. Oil Orange SS* 26. Ponceau 6R
7 Crysoine 17. Oil Orange XO* 27. Rhodamin B*
8 Citrus Red No. 2* 18. Oil Yellow AB* 28. Sudan I*
9 Chocolate Brown FB 19. Oil Yellow OB* 29. Scarlet GN
10 Fat Red E 20. Orange G 30. Violet 6B
26
Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan
Pangan
Pada prinsipnya Peraturan Menteri Kesehatan ini memuat beberapa hal pokok yaitu :
1 Jenis dan jumlah meksimum berbagai macam BTP yang diizinkan digunakan di
dalam pangan serta jenis pangan yang dapat ditambahkan BTP tersebut.
2 Jenis bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan, yaitu :
a Asam borat dan senyawanya
b Asam salisilat dan garamnya
c Diatilpirokarbonat
d Dulsin
e Kalium klorat
f Kloramfenikol
g Minyak nabati yang dibrominasi
h Nitrofurazon
i Formalin (formaldehida)
3 Pangan yang mengandung BTP, pada labelnya harus dicantumkan nama golongan
BTP, dan pada label pangan yang mengandung BTP golongan antioksidan, pemanis
buatan, pengawet, pewarna dan penguat rasa harus dicantumkan pula nama BTP dan
nomor indeks khusus untuk pewarna.
4 Pada wadah BTP harus dicantumkan label yang memenuhi ketentuan Peraturan
Menteri Kesehatan RI tentang Label dan Periklanan Pangan. Selain itu pada label
BTP harus dicantumkan pula :
a Tulisan “Bahan Tambahan Pangan” atau “Food Additive”
b Nama BTP, khusus untuk pewarna dicantumkan pula nomor indeksnya.
c Nama golongan BTP.
d Nomor pendaftaran produsen.
e Nomor pendaftaran produk, untuk BTP yang harus didaftarkan.
Pada label BTP dalam kemasan eceran harus dicantumkan pula takaran
penggunaannya.
27
Selain peraturan-peraturan tersebut diatas, di dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 772/Menkes/Per/IX/88 dicantumkan pula berbagai larangan antara lain sebagai
berikut :
1 Dilarang menggunakan BTP untuk tujuan-tujuan tertentu yaitu :
a Untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi
persyaratan.
b Untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang
baik untuk pangan.
c Untuk menyembunyikan kerusakan pangan.
2 Dilarang memproduksi, mengimpor atau mengedarkan BTP yang dilarang dan belum
mendapat persetujuan dari Badan Pangawas Obat dan Makanan.
3 Dilarang mengedarkan BTP yang diproduksi oleh produsen yang tidak terdaftar.
4 Dilarang mengedarkan pangan dan BTP yang tidak memenuhi persyaratan tentang
label.
5 Dilarang menggunakan BTP melampaui batas maksimum penggunaan yang
ditetapkanuntuk masing-masing pangan yang bersangkutan.
Dalam peraturan ini disebutkan antara lain : untuk bahan BTP dapat dicantumkan
nama golongannya pada label (etiket), misalnya antioksidan, antikempal, pengatur
keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap dan
pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa dan aroma, sekuestran; tetapi
khusus untuk bahan tambahan pangan yang tergolong antioksidan, pemanis buatan,
pengawet, pewarna dan penguat rasa harus dicantumkan pula nama jenis bahan tambahan
tersebut, dan nomor indeks khusus untuk pewarna. Penyedap rasa yang alamiah, identik
dan sintetik harus dibedakan.
28
Keputusan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Pangan No. 02593/B/SK/VIII/91
tentang Tata Cara Pendaftaran Produsen dan Produk Bahan Tambahan Pangan
Peraturan ini antara lain berisi peraturan mengenai tata cara permohonan
pendaftaran produsen BTP, pendaftaran produk BTP dan penilaian permohonan
pendaftaran tersebut.
Yang dimaksud dengan label BTP adalah tanda berupa tulisan, gambar atau bentuk
penyertaan lain yang disertakan pada wadah atau pembungkus BTP sebagai
keterangan/penjelasan. Sedangkan pengertian etiket adalah label yang dilekatkan,
dicetak, diukir atau dicantumkan dengan jalan lain pada wadah atau pembungkus.
Berikut ini dijelaskan mengenai persyaratan label untuk jenis BTP yang berisiko
tinggi dalam menimbulkan masalah keamanan pangan, yaitu pewarna, pemanis buatan
dan pengawet.
29
1. Tulisan “Bahan Tambahan Pangan”, dan “Pewarna Pangan”
2. Nama pewarna pangan (Auramin, Tartrazin, dsb).
3. No. Indeks dari pewarna tersebut.
4. Komposisi unit produk campuran.
5. Isi Netto.
6. Kode produksi.
7. Takaran penggunaan dalam pangan.
8. Nomor pendaftaran produk.
9. Nama dan alamat perusahaan.
10. No. pendaftaran peserta.
Pada label pemanis buatan yang digunakan sebagai BTP harus tercantum :
1. Tulisan “Bahan Tambahan Pangan” dan “Pemanis Buatan”, “Untuk Penderita
Diabetes dan atau orang yang butuh kalori rendah”
2. Nama Pemanis Buatan (Sakarin, Siklamat, Aspartam, dsb).
3. Jumlah pemanis buatan (mg untuk yang padat atau % untuk yang cair).
4. Kesetaraan kemanisan dibanding gula yang alami (gula pasir).
5. Jumlah batas maksimum (mg) yang dikonsumsi tiap hari per kg berat badan.
Pada label bahan pengawet yang digunakan sebagai BTP harus tercantum :
1. Tulisan “Bahan Tambahan Pangan” dan “Pengawet Pangan”
2. Nama pengawet pangan (misalnya sodium benzoat).
3. Isi Netto.
4. Kode produksi.
5. Takaran penggunaan dalam pangan.
6. Nomor pendaftaran produk.
7. Nama dan alamat perusahaan.
30
SNI 01-0222-1995
Menimbang : a. bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak
sesuai dengan ketentuan mempunyai pengaruh langsung terhadap derajat
kesehatan manusia;
1 dari 138
SNI 01-0222-1995
M E M U T U S K A N;
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
BAHAN TAMBAHAN MAKANAN.
2 dari 138
SNI 01-0222-1995
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bikan merupakan ingredien khas makanan, rnempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk
maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, per-
lakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
2. Nama bahan tambahan makanan adalah nama generik, nama Indonesia atau nama
inggris.
3. Kemasan eceran adalah kemasan berlabel dalam ukuran yang sesuai untuk konsumen,
tidak ditujukan untuk industri pengolahan makanan.
4. Sertifikat analisis adalah keterangan hasil pengujian suatu produk yang diterbitkan oleh
suatu laboratorium penguji yang diakui (doh Departemen Kesehatan atau produsen untuk
yang diimpor.
5. Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau mengharnbat
oksidasi.
3 dari 138
SNI 01-0222-1995
8. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa
manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
9. Pemutih dan pernatang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mempercepat proses pemutihan dan atau pernatang tepung sehingga dapat
nemperbaiki mutu pemanggangan.
10. Pengernulsi, pemantap, dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat
membantu terbentuknya atau memantapkan s i stem di spersi yang homogen pada
makanan.
11. Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau mengharnbat
fermentasi, pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh
mikroorganisme.
12. Pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah
melunaknya makanan.
13. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperhaiki atau memberi
warna pada makanan.
14. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
15. Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada
dalam makanan.
BAB II
BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN
Pasal 2
(1) Bahan tambahan rnakanan yang diizinkan dalam makanan dengan batas maksimum
penggunaannya ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan
4 dari 138
SNI 01-0222-1995
(2) Bahan tambahan makanan selain yang disebut pada ayat (1), hanya boleh digunakan
sebagai bahan tambahan makanan setelah mendapat persetujuan lebih dahulu dari
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan penilaian seperti yang
dimaksud pada pasal 5.
BAB III
BAHAN TAMBAHAN YANG DILARANG
Pasal 3
(1) Bahan tambahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan makanan
ditetapkan seperti tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.
(2) Selain yang disebut pada ayat (1), khusus untuk bahan pewarna yang dilarang
digunakan sebagai bahan tambahan makanan, ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai
Bahan Berbahaya.
Pasal 4
(1) Bahan yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) dinyatakan sebagai bahan berbahaya bila
digunakan pada makanan.
(2) Makanan yang mengandung bahan yang disebut pada pasal 3 dinyatakan sebagai
makanan berbahaya.
BAB IV
PRODUKSI, IMPOR DAN PEREDARAN
Pasal 5
Bahan tambahan makanan selain yang disebut pada Lampiran I apabila digunakan sebagai
bahan tambahan makanan, hanya boleh diproduksi, diimpor dan diedarkan setelah melalui
proses penilaian oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 6
Bahan tambahan makanan yang diproduksi, diimpor atau diedarkan harus memenuhi
persyaratan yang tercantum pada Kodeks Makanan Indonesia tentang Bahan Tambahan
Makanan atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
5 dari 138
SNI 01-0222-1995
Pasal 7
Produsen yang memproduksi bahan tambahan makanan harus didaftarkan pada Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 8
Bahan tambahan makanan tertentu yang ditetapkan Direktur Jenderal Pengawasan Obat
Dan Makanan harus didaftarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 9
Importir bahan tambahan makanan harus segera melaporkan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan tentang bahan tambahan makanan yang diimpor
setelah bahan tersebut tuba di pelabuhan.
Pasal 10
Bahan tambahan makanan yang diimpor harus disertai dengan sertifikat analisis dari
produsennya di negara asal.
Pasal 11
Bahan tambahan makanan impor hanya boleh diedarkan jika sertifikat analisis yang
dimaksud pasal 10 disetujui oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 12
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan menetapkan tata cara penilaian yang
dimaksud pada pasal 5, tata cara pendaftaran yang dimaksud pada pasal 7 dan 8, tata cara
pelaporan yang dimaksud pada pasal 9, ketentuan tentang sertifikat analisis yang dimaksud
pada pasal 10.
PasaI 13
(2) Label bahan tambahan makanan harus mernenuhi ketentuan Peraturan Menteri
Keehatan Republik Indonesia tentang Label dan Periklanan Makanan.
(3) Selain yang dimak.ud pada ayat (2) pasal ini, pada label bahan tambahan makanan
harus dicantumkan pula :
6 dari 138
SNI 01-0222-1995
(4) Selain yang dimaksud pada ayat (2) dan (3) pada label bahan tambahan makanan
dalarn kemasan eceran harus dicantumkan pula takaran penggunaannya.
Pasal 14
Selain yang dimaksud pada pasal 13 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
menetapkan label bahan tambahan makanan tertentu, yang harus memenuhi ketentuan
khusus.
Pasal 15
(1) Makanan yang mengandung bahan tambahan makanan, pada labelnya harus
dicantumkan nama golongan bahan tambahan makanan.
(2) Selain yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pada label makanan yang mengandung
bahan tambahan makanan golongan antioksidan, pemanis buatan, pengawet, pewarna
dan penguat rasa harus dicantumkan pula nama bahan tambahan makanan, dan nomor
indeks khusus untuk pewarna.
Pasal 16
Selain yang disebut pada pasal 15, Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
menetapkan label makanan yang mengandung bahan tambahan makanan tertentu, yang
harus memenuhi ketentuan khusus.
7 dari 138
SNI 01-0222-1995
BAB V
LARANGAN
Pasal 17
Dilarang menggunakan bahan tambahan makanan yang dimaksud pada pasal 2 dalam hal :
a. Untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi
persyaratan;
b. Untuk menyembunyikan cara kerja bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk
makanan;
c. Untuk menyembunyikan kerusakan makanan.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Dilarang memproduksi, mengimpor atau mengedarkan bahan tambahan makanan yang tidak
memenuhi persyaratan yang dimaksud pada pasal 6.
8 dari 138
SNI 01-0222-1995
Pasal 22
Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan yang diproduksi oleh produsen yang tidak
terdaftar yang dimaksud pada pasal 7.
Pasal 23
Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan tertentu yang dimaksud pada pasal 8
sebelum didaftarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 24
Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan impor yang dimaksud pada pasal 11
sebelum sertifikat analisisnya mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan.
Pasal 25
Dilarang mengedarkan makanan dan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi
persyaratan tentang label.
Pasal 26
BAB VI
WEWENANG
Pasal 27
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atau pejabat yang ditunjuk, berwenang
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini.
9 dari 138
SNI 01-0222-1995
BAB VII
SANKSI
Pasal 28
Pasal 29
Pelanggaran terhadap ketentuan lainnya pada peraturan ini dapat dikenakan tindakan
administratif dan atau tindakan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 30
(1) Perusahaan yang telah memproduksi atau mengimpor bahan tambahan makanan atau
makanan yang mengandung bahan tambahan makanan pada saat berlakunya peraturan
ini diberi jangka waktu enam bulan untuk menyesuaikan dengan ketentuan peraturan ini.
(2) Makanan yang terdapat dalam peredaran yang mengandung bahan tambahan
makanan, harus disesuaikan dalam batas waktu dua bolas bulan sejak berlakunya
peraturan ini.
BAB IX
PENUTUP
Pasal 31
10 dari 138
SNI 01-0222-1995
Pasal 32
Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam peraturan ini, akan ditetapkan lebih
lanjut oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 33
11 dari 138
SNI 01-0222-1995
LAMPIRAN 1
1. Bahan tambahan makanan yang diizinkan digunakan pada makanan terdiri dari
golongan :
1. Antioksidan (Antioxidant);
2. Antikempal (Anticaking Agent);
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator);
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener);
5. Pemutih dan Pematang Tepung (Flour Treatment Agent);
6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener);
7. Pengawet (Preservative);
8. Pengeras (Firming Agent);
9. Pewarna (Colour);
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour, Flavour Enhancer);
11. Sekuestran (Sequestrant).
2. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari_ satu macam antioksidan, maka
basil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika
dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.
3. Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam pengawet, maka
hasil bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika
dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.
4. Batas penggunaan "secukupnya" adalah penggunaan yang sesuai dengan cara produksi
yang baik, yang maksudnya.jumlah yang ditambahkan pada makanan tidak melebihi
jumlah wajar yang diperlukan sesuai dengan tujuan penggunaan bahan tambahan
makanan tersebut.
12 dari 138
SNI 01-0222-1995
13 dari 138
SNI 01-0222-1995
14 dari 138
SNI 01-0222-1995
15 dari 138
SNI 01-0222-1995
16 dari 138
SNI 01-0222-1995
17 dari 138
SNI 01-0222-1995
18 dari 138
SNI 01-0222-1995
19 dari 138
SNI 01-0222-1995
20 dari 138
SNI 01-0222-1995
21 dari 138
SNI 01-0222-1995
22 dari 138
SNI 01-0222-1995
23 dari 138
SNI 01-0222-1995
24 dari 138
SNI 01-0222-1995
25 dari 138
SNI 01-0222-1995
26 dari 138
SNI 01-0222-1995
27 dari 138
SNI 01-0222-1995
28 dari 138
SNI 01-0222-1995
29 dari 138
SNI 01-0222-1995
30 dari 138
SNI 01-0222-1995
31 dari 138
SNI 01-0222-1995
32 dari 138
SNI 01-0222-1995
33 dari 138
SNI 01-0222-1995
34 dari 138
SNI 01-0222-1995
35 dari 138
SNI 01-0222-1995
36 dari 138
SNI 01-0222-1995
37 dari 138
SNI 01-0222-1995
38 dari 138
SNI 01-0222-1995
39 dari 138
SNI 01-0222-1995
40 dari 138
SNI 01-0222-1995
41 dari 138
SNI 01-0222-1995
42 dari 138
SNI 01-0222-1995
43 dari 138
SNI 01-0222-1995
44 dari 138
SNI 01-0222-1995
45 dari 138
SNI 01-0222-1995
46 dari 138
SNI 01-0222-1995
47 dari 138
SNI 01-0222-1995
48 dari 138
SNI 01-0222-1995
49 dari 138
SNI 01-0222-1995
50 dari 138
SNI 01-0222-1995
51 dari 138
SNI 01-0222-1995
52 dari 138
SNI 01-0222-1995
53 dari 138
SNI 01-0222-1995
54 dari 138
SNI 01-0222-1995
55 dari 138
SNI 01-0222-1995
56 dari 138
SNI 01-0222-1995
57 dari 138
SNI 01-0222-1995
58 dari 138
SNI 01-0222-1995
59 dari 138
SNI 01-0222-1995
60 dari 138
SNI 01-0222-1995
61 dari 138
SNI 01-0222-1995
62 dari 138
SNI 01-0222-1995
63 dari 138
SNI 01-0222-1995
64 dari 138
SNI 01-0222-1995
65 dari 138
SNI 01-0222-1995
66 dari 138
SNI 01-0222-1995
67 dari 138
SNI 01-0222-1995
68 dari 138
SNI 01-0222-1995
69 dari 138
SNI 01-0222-1995
70 dari 138
SNI 01-0222-1995
71 dari 138
SNI 01-0222-1995
72 dari 138
SNI 01-0222-1995
73 dari 138
SNI 01-0222-1995
74 dari 138
SNI 01-0222-1995
75 dari 138
SNI 01-0222-1995
76 dari 138
SNI 01-0222-1995
77 dari 138
SNI 01-0222-1995
78 dari 138
SNI 01-0222-1995
79 dari 138
SNI 01-0222-1995
80 dari 138
SNI 01-0222-1995
81 dari 138
SNI 01-0222-1995
82 dari 138
SNI 01-0222-1995
83 dari 138
SNI 01-0222-1995
84 dari 138
SNI 01-0222-1995
85 dari 138
SNI 01-0222-1995
86 dari 138
SNI 01-0222-1995
87 dari 138
SNI 01-0222-1995
88 dari 138
SNI 01-0222-1995
89 dari 138
SNI 01-0222-1995
90 dari 138
SNI 01-0222-1995
91 dari 138
SNI 01-0222-1995
92 dari 138
SNI 01-0222-1995
93 dari 138
SNI 01-0222-1995
94 dari 138
SNI 01-0222-1995
95 dari 138
SNI 01-0222-1995
96 dari 138
SNI 01-0222-1995
97 dari 138
SNI 01-0222-1995
98 dari 138
SNI 01-0222-1995
99 dari 138
SNI 01-0222-1995
LAMPIRAN II
Agar Pengemulsi,Pemantap,Pengental 38
Anato Pewarna Alam 88
Asam Propionat Pengawet 74
Alit Isotiosianat Penyedap Rasa dan Aroma 102
Alil Kaproat Penyedap Rasa dan Aroma 102
Ali l Sikloheksil Propionat Penyedap Rasa dan Aroma 102
Aluminium Amonium Sulfat Pengatur Keasarnan 13
Aluminium Amonium Sulfat Pengeras 85
Alumini urn Kaliurn Sulfat Pengatur Keasaman 13
Aluminium Kaliurn Sulfat Pengeras 85
Aluminium Natrium sulfat Pengatur Keasarnan 13
Aluminium Natrium Sulfat Pengeras 85
Aluminium Silikat Anti kernpa 19
Aluminium Sulfat (Anhidrat) Pengeras 85
Ammonium Karbonat Pengatur Keasaman 14
Amonium Alginat Pengemulsi, Pemantap, Pengental 38
Amonium Bikarbonat Pengatur Keasaman 13
Amonium Fosfatidat Pengemulsi, Pemantap, Pengental 39
Amonium Hidroksida Pengatur Keasaman 13
Anisaldehida penyedap Rasa dan Aroma 102
Asam Adipat Pengatur Keasarnan 14
Asam Alginat Pengemulsi, Pemantap, Pengental 40
Asam Asetat Glasial Pengatur Keasarnan 15
Asam Askorbat Antioksida 1
Asam Askorbat Pemutih dan Pernatang Tepung 36
Asam Benzoat Pengawet 73
Asam Butirat Penyedap Rasa dan Aroma 102
Asam Eritorbat Antioksidan 2
Asam Fosfat Pengatur Keasaman 15
Asam Fosfat Sekuestran 111
Asam Fumarat Pengatur Keasaman 16
Asam Guanilat Penguat Rasa 110
Asam Inosinat Penguat Rasa 110
Asam Kaproat Penyedap Rasa dan Aroma 102
Asam Klorida Pengatur Keasaman 16
Asam L - Glutamat Penguat Rasa 110
Asam Laktat Pengatur Keasaman 16