Jurnal Syahwil
Jurnal Syahwil
Jurnal Syahwil
=
=
(1)
1
2
2
I
I
THD
h
h
I
=
=
(2)
Dimana: THD
V
adalah Total Harmonik
Distortion Tegangan [ % ]; THD
I
adalah
Total Harmonik Distortion Arus [ % ];V
h
adalah nilai rms tegangan harmonik ke-h [
Volt ]; I
h
adalah nilai rms arus harmonik ke-
h[ Ampere ]; V
1
adalah nilai rms tegangan
pada frekuensi dasar [ volt ]; I
1
adalah nilai
rms arus pada frekuensi dasar [ Ampere ]
b. Total Demand Distortion (TDD)
TDD atau distorsi permintaan total dapat
didefinisikan dengan persamaan berikut :
L
h
h
I
I
TDD
=
=
2
2
(3)
Dimana: I
h
adalah arus harmonik orde ke-
h ;I
L
adalah arus beban puncak pada
frekuensi dasar yang diukur pada PCC
(Point of Common Coupling).
Sumber Harmonik
Pada sistem tenaga listrik dikenal dua
jenis beban yaitu beban linier dan beban non
linier. Beban linier memberikan bentuk
gelombang keluaran linier artinya arus yang
mengalir sebanding dengan perubahan tegangan,
Sedangkan beban non-linier memberikan bentuk
gelombang keluaran arus yang tidak sebanding
dengan tegangan dasar sehingga gelombang arus
Muhammad Syahwil, dkk, St udi Dampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis pada I ndust ri Semen
maupun tegangannya tidak sama dengan
gelombang masukannya.
Sumber harmonik secara garis besar
terdiri dari 2 jenis yaitu peralatan yang memiliki
kondisi saturasi (saturated device) dan
peralatan elektronika daya ( power electronic
equipment). Peralatan yang memiliki kondisi
saturasi biasanya memiliki komponen yang
bersifat magnetic seperti transformator, mesin-
mesin listrik, tanur busur listrik, peralatan yang
menggunakan power supply, dan magnetic
ballast. Peralatan elektronika daya biasanya
menggunakan komponen-komponen elektronika
daya seperti tiristor, dioda, dan lain-lain.
C. Dugan Roger, dkk [3], membagi
sumber-sumber harmonisa berdasarkan sumber
harmonik dari beban komersial dan sumber
harmonik dari beban industri sebagai berikut :
a. Sumber Harmonik dari Beban Komersial
Fasilitas komersial seperti kantor yang
kompleks, pusat perbelanjaan, rumah sakit,
dan akses data interne didominasi oleh lampu
flourecent dengan ballast elektronik,
Pengatur kecepatan (adjustable-speed driver)
digunakan pada pemanasan (heating),
Ventilasi (Ventilation), dan pendingin
ruangan (AC) disingkat HVAC, elevator, dan
peralatan elektronik sensitive lainnya pada
umumnya disuplai dari single-phase switch-
mode power supplies (SMPS). Beban
komersial merupakan beban dengan produksi
harmonik yang kecil, tergantung pada
keragaman jenis beban.
(a). Gelombang Arus SMPS, (b). Spektrum
harmonisa SMPS,
Gambar 1. Harmonik pada SMPS
b. Sumber Harmonik dari Beban Industri
Fasilitas industri modern dicirikan oleh
aplikasi luas beban nonlinier. Sumber
harmonisa dari kelompok beban industri ini
merupakan sumber harmonisa yang sangat
penting, karena beban industri pada
umunnya menghasilkan harmonisa yang
cukup besar dibandingkan dengan beban
komersial. Industri sering memanfaatkan
fasilitas kapasitor bank untuk memperbaiki
faktor daya untuk menghindari biaya
penalti. Aplikasi kapasitor untuk perbaikan
faktor daya memperbesar harmonik arus
dari beban nonlinier, sehingga menimbulkan
resonansi. Beban nonlinear industri secara
umum dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori : Konverter daya tiga phasa ( three-
phase power converters ), peralatan tungku (
arcing devices ) dan perangkat saturasi (
saturable devices).
Gambar 2. Arus dan spectrum harmonik pada
konveterter 3 phasa PWM-type ASD [3]
Dampak Harmonik
Tegangan dan arus harmonik dapat
menimbulkan efek yang berbeda-beda pada
peralatan listrik yang terhubung dengan jaringan
listrik tergantung karakteristik listrik beban itu
sendiri. Akan tetapi, secara umum pengaruh
harmonik pada peralatan tenaga listrik ada tiga,
yaitu : (1) Nilai rms baik tegangan dan arus
lebih besar, (2) Nilai puncak (peak value)
tegangan dan arus lebih besar, (3). Frekuensi
sistem turun.
MEDI A ELEKTRI K, Volume 5, Nomor 2, Desember 2010
Secara khusus, efek atau dampak yang
ditimbulkan oleh harmonik pada sistem tenaga
listrik dapat dibagi menjadi : [9]
1. Efek Jangka Pendek
a. Tegangan harmonik dapat mengganggu
peralatan kontrol yang digunakan pada
sistem elektronik.
b. Harmonik dapat menyebabkan
kesalahan pada peralatan pengukuran
listrik yang menggunakan prinsip
induksi magnetik.
c. Harmonik juga dapat mengganggu alat-
alat pengaman dalam sistem tenaga
listrik seperti relay.
d. Pada mesin-mesin berputar seperti
generator dan motor, torsi mekanik yang
diakibatkan oleh arus harmonik dapat
menyebabkan getaran dan suara/bising
pada mesin-mesin tersebut.
e. Bila ada sistem komunikasi yang dekat
dengan sistem tenaga listrik maka
sistem tersebut dapat terganggu oleh
harmonik. Biasanya sistem kontrol dari
sistem telekomunikasi yang terganggu
oleh harmonik.
2. Efek Jangka Panjang
a. Pemanasan kapasitor.
b. Pemanasan pada mesin-mesin listrik :
Tegangan non-sinusoidal yang
diterapkan pada mesin listrik dapat
menimbulkan masalah-masalah sebagai
berikut : Meningkatkan rugi inti dan
rugi belitan, serta pemanasan lebih.
c. Pemanasan pada Transformator :
Transformator sangat rentan terhadap
pengaruh harmonk. Transformator
dirancang sesuai dengan frekuensi
kerjanya. Frekuensi harmonik yang
lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan
mengakibatkan penurunan efisiensi dan
pada akhirnya mengakibatkan kerugian
daya. Pengaruh utama harmonik pada
transformator adalah : 1) Panas lebih
yang dibangkitkan oleh arus beban yang
mengandung harmonik. 2)
Kemungkinan resonansi paralel
transformator dengan kapasitansi
sistem.
d. Pemanasan pada kabel dan peralatan
lainnya : Rugi-rugi kabel yang dilewati
oleh arus harmonik akan semakin besar.
Hal ini disebabkan meningkatnya
resistansi dari tembaga akibat
meningkatnya frekuensi (efek kulit).
Mitigasi
Distorsi harmonisa muncul dengan
berbagai tingkatan pada seluruh sistem tenaga
listrik. Pada dasarnya, harmonisa dikendalikan
jika harmonisa tersebut menjadi sebuah
masalah. Umumnya harmonisa dapat menjadi
sebuah problema disebabkan antara lain oleh
karena : [ 3 ]
1. Sumber arus harmonisanya terlampau besar.
2. Arus harmonisa mengalir terlampau rneluas
(secara kelistrikan) ataupun interferensi
saluran telephone.
3. Respon dari sistem terhadap pembesaran
harmonisa sangatlah tinggi dibandingkan
nilai yang dapat ditoleransi.
Jika harmonisa menjadi sebuah problema
dasar-dasar pilihan dalam mengendalikan
harmonisa adalah sebagai berikut:
1. Tambahkan filter untuk
mengkompensasikan arus harmonisa dari
sistem dan memblokir arus harmonisa agar
tidak masuk kedalam sistem.
2. Melakukan rekonfigurasi jaringan sistem
tenaga listrik.
Standar Harmonik
Ada dua kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi distorsi harmonik (Standar
harmonisa berdasarkan IEEE 519.), yaitu
batasan untuk harmonisa arus dan batas
harmonisa tegangan. Untuk standar harmonisa
arus ditentukan oleh rasio I
sc
/I
L
. I
sc
adalah arus
hubung singkat yang ada pada PCC, sedangkan
I
L
adalah arus beban fundamental. Sedangkan
untuk standar harmonisa tegangan ditentukan
oleh tegangan sistem yang dipakai.
Tabel 1 IEEE STD. 519-1992
IEEE-519 Voltage Distortion Limits
Bus Voltage at
PCC
IHDv
(%)
THDv(%)
69 kV and below 3.0 5.0
69.001 kV through
161 kV
1.5 2.5
161 kV and above 1.0 1.5
- IHDv = Individual harmonik voltage
Distortion
- THDv = Total harmonik voltage Distortion
Muhammad Syahwil, dkk, St udi Dampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis pada I ndust ri Semen
Tabel 2. IEEE STD. 519-1992
IEEE-519 Maximum Odd-Harmonik Current
Distortion
(%) Limits for General Distribution Sistems
(120 Volts 69,000 Volts)
Isc/IL n<11 11n<17 17n<23 23n<35 35n TDD
<20
4.0 2.0 1.5 9.6 0.3 5.0
20<50
7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0
50<100
10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0
100<1000
12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0
>1000
15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0
SUSUT PADA JARINGAN DISTRIBUSI
Pengertian Susut
Susut pada jaringan distribusi dapat
dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu susut teknis dan
susut non-teknis. Susut teknis adalah susut yang
diakibatkan oleh faktor besaran arus dan
tahanan. Contoh dari susut teknis adalah
besamya tahanan pada penghantar, tahanan pada
titik sambung dan ketidakseimbangan beban
jaringan. Sedangkan susut non-teknis adalah
yang diakibatkan oleh kesalahan administrasi,
pembacaan meter atau pencurian. Contoh dari
kesalahan administrasi adalah kesalahan data
faktor kali pada kWh meter dan kesalahan
paralax.
Susut teknis pada jaringan merupakan
Laju perubahan energi listrik menjadi panas.,
dimana untuk susut daya 3 phasa dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
P
Loss
=3.I
2
.R (4)
Dengan perkataan lain, laju pengeluaran energi
dalam tahanan adalah sebanding dengan kuadrat
arusnya.
Susut Teknis pada Kabel Distribusi
Susut yang terjadi pada kabel bergantung
terhadap besar arus yang mengalir padanya dan
besar tahanan yang dimiliki kabel tersebut.
Untuk menghitung besar susut dapat
menggunakan pesamaan (4). Dengan
mengalirnya arus harmonisa pada kabel, maka
akan menyebabkan terjadinya penambahan
panas sehingga terjadi peningkatan susut I
2
R
pada penghantar tersebut. Untuk menghitung
Nilai arus rms dengan munculnya arus harmonik
dapat menggunakan persamaan :
2
1
max
1
2
) ( 1
I
h
h
h rms
THD I I I + = =
=
=
(5)
Dengan mengalirnya arus harmonis pada
penghantar maka akan menyebabkan panas yang
berlebihan dan diatas nilai rms-nya. Hal ini
terkait dengan fenomena skin effect dan
proximity effect.
Susut Teknis pada Kabel Trafo Distribusi
Susut pada trafo dapat dikelompokan
menjadi susut dalam keadaan tanpa beban (no
load losses) dan susut dalam keadaan berbeban
(load losses). Untuk lebih jelasnya, susut pada
trafo dapat dilihat pada bagan struktur Gambar 2
berikut :
Gambar 2. Klasifikasi susut pada trafo
Susut Trafo Tanpa Beban, Susut trafo
tanpa beban (beban nol) terdiri dari susut eddy-
current (P
EC
) dan susut hysterisis. Susut eddy
current adalah besaran dari eddy current yang
dihasilkan oleh tegangan induksi pada laminasi
sebagai respon terhadap alternating flux yang
merupakan proporsional dari kuadrat ketebalan
laminasi, kuadrat dari frekuensi dan kuadrat dari
nilai efektif (rms) kerapatan flux. Menurut IEE
Std C57.110-2008, susut tanpa beban tidak
berpengaruh terhadap arus harmonisa.
Susut Trafo berbeban, terdiri dari susut
tembaga (P
dc
) pada belitan transformator dan
stray loss. Stray loss terdiri dari susut pada
belitan (eddy current loss, P
EC
) dan susut pada
non belitan trafo (other stray loss, P
OSL
). Other
stray loss terjadi pada bagian trafo seperti pada
klem-klem inti, struktur trafo dan tangki. Total
susut berbeban selanjutnya dapat dinyatakan
sebagai [8]:
P
LL
= P + P
EC
+ P
OSL
(6)
Dimana : P
LL
adalah susut berbeban [ watt ]; P
adalah susut I
2
R [ watt ]; P
EC
adalah winding
MEDI A ELEKTRI K, Volume 5, Nomor 2, Desember 2010
eddy current loss [ watt ]; P
OSL
adalah other
stray loss [ watt ]
Jika nilai rms dari arus beban mengalami
peningkatan yang disebabkan oleh komponen-
kompenen harmonisa maka susut I
2
R pun akan
ikut mengalami kenaikan. Wedding eddy current
loss (P
EC
) pada frekuensi daya listrik cenderung
menjadi proporsional terhadap kwadrat
frekuensinya. Karakteristik itu dapat
menyebabkan kenaikan susut belitan yang
disebabkan oleh karena ketidak normalan
peningkatan suhu belitan pada trafo yang
mendapatkan pasokan arus beban nonsinosoida.
Telah diketahui bahwa other stray loss
(P
OSL
) pada inti klem-klem dan bagian-bagian
struktur trafo akan dapat juga mengalami
peningkatan dengan suatu nilai yang
proporsional terhadap kuadrat dan arus beban.
Namun, susut ini tidak akan meningkat dengan
susut nilai yang proporsioanal terhadap kuadrat
dan frekuensi, seperti halnya pada winding eddy
current loss. Studi-studi yang dilakukan oleh
para pabrikan dan peneliti lainnya menunjukan
bahwa winding eddy current loss pada busbar,
titik-titik sambung, dan bagian-bagian struktur
tarfo meningkat oleh faktor eksponen harmonisa
sebesar 0,8 ataupun lebih kecil dari 0,8. Dengan
demikian, sebagai perkiraan konservatif ,
selanjutnya faktor eksponen harmonisa ini akan
digunakan dalam perhitungan susut dalam
penelitian ini.
Dampak dari other stray loss juga
bergantung pada jenis atau tipe trafo. Sebagai
contoh, peningkatan suhu pada bagian non-
belitan ini akan secara umum tidak begitu kritis
pada trafo dry-type. Walau bagaimanapun, susut
ini harus secara tepat dihitung untuk trafo yang
berbahan isolasi minyak . Arus beban harmonisa
seringkali diiringi dengan komponen dc pada
arus beban. Hubungan komponen-komponen dc
kecll (sampai dengan besar nilai rms dari arus
eksitasi trafo pada tegangan nominalnya)
diharapkan tidak berdampak pada kemampuan
hantar arus dari trafo ditentukan oleh IEEE Std
C57.110. Arus beban dc yang lebih besar dapat
menjadi hal yang merugikan terhadap
kemampuan trafo tersebut dan harus dihindarkan
atau dengan kata lain harus diperhitungkan.
Susut Trafo Pada Beban Nonsinusoida
Perhatian terbesar pada sebuah trafo yang
sedang beroperasi dengan beban yang
mengandung harmonisa adalah pemanasan pada
belitan trafo. Hal ini akan sesuai dengan
pertimbangan kerapatan susut belitan pada basis
per unitnya ( arus basisnya adalah arus nominal
dan dasar kerapatan susutnya adalah I
2
R susut
kerapatan pada arus nominal ). Dari persamaan
(6) rugi trafo untuk keadaan beban nominal,
selanjutnya dapat dituliskan kembali sebagai
dasar per unit sebagai berikut :
P
LL-R
= 1 + P
EC-R
+ P
OSL-R
(7)
Dimana : P
LL-R
adalah susut beban per unit pada
nilai rated/nominalnya [ pu ]; P
EC-R
adalah
winding eddy current loss per unit pada nilai
rated/nominalnya [ pu ]; P
OSL
adalah
other stray loss/susut sasar lainya pada nilai
nominalnya [pu]
Dengan winding eddy current loss
dibawah nominalnya untuk sebuah belitan trafo
atau dari sebuah belitan (P
EC-R
), maka winding
eddy current loss yang terkait dengan arus
nonsinusoida dapat dinyatakan sebagai :
h
I
I
P P
h
h R
h
R EC EC
.
2
max
1
=
=
|
|
.
|
\
|
=
(8)
Dimana : h adalah Orde harmonisa; h
max
adalah
orde harmonisa yang tertinggi;I
h
adalah arus rms
pada harmonisa ke -h [Ampere]; I
R
adalah arus
rms fundamental pada frekuensi nominalnya dan
kondisi beban nominal [Ampere].
Susut I
2
R pada beban nominal adalah
didefenisikan sebagai satu per unit. Untuk arus
nonsinusoida, persamaan arus rms dalam
bentuk per unit ( dasar arus adalah arus nominal
) menjadi :
=
=
=
max
1
2
h
h
h
I I
(9)
Persamaan (9) dapat ditulis dalam per unit :
2
max
1
2
.h I P P
h
h
h R EC EC
=
=
=
(10)
Persamaan-persamaan diatas
mengasumsikan bahwa arus diambil dari arus
nominal trafo. Karena hal ini jarang ditemukan
dilapangan, terminology baru diperlukan untuk
menggambarkan arus winding eddy current pada
pengukuran arus dan frekuensi tenaga listrik,
P
EC-O.
Persamaan (9) dan (10) sekarang dapat
dituliskan lebih umum dalam persamaan berikut
ini :
Muhammad Syahwil, dkk, St udi Dampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis pada I ndust ri Semen
2
2
max
1
.h
I
I
P P
h
h
h
O EC EC
=
=
|
.
|
\
|
=
(11)
Dengan menggunakan terminology arus rms, I
dari penjumlahan, sekarang kita mempunyai
persamaannya :
2
2
max
1
2
.
I
h I
P P
h
h
h
O EC EC
=
=
=
(12)
Nilai I rms dari persamaan (5) disubsitusi ke
(10) diperoleh:
=
=
=
=
=
max
1
2
2
max
1
2
.
h
h
h
h
h
h
O EC EC
I
h I
P P
(13)
Faktor Susut Pada Winding Eddy Current
Sangatlah tepat bahwa untuk menentukan
kemampuan dari sebuah trafo yang memasok
tenaga listrik kesebuah beban memberikan
definisi sebagai sebuah angka tunggal yang
dapat digunakan. F
HL
adalah merupakan sebuah
faktor yang secara proporsional yang diterapkan
pada winding eddy current loss, yang
menggambarkan panas efektif rms sebagai hasii
dari arus beban harmonisa. F
HL
merupakan ratio
dari total wending eddy current loss yang terkait
dengan harmonisa, (P
EC
), terhadap winding eddy
current loss saat tidak muncul arus harmonisa
(P
EC-0
).
=
=
=
=
= =
max
1
2
2
max
1
2
.
h
h
h
h
h
h
O EC
EC
HL
I
h I
P
P
F
(14)
Persamaan (14) mengizinkan F
HL
dihitung
dengan terminology nilai rms aktual dari arus
harmonisa. Analisa harmonisa memperkenankan
perhitungan didapat dari termimologi
normalisasi harmonisa terhadap arus rms total
ataupun pada harmonisa pertama. Persamaan
(14) dapat disesuaikan dengan keadaan ini
dengan membagi pembilang dan penyebut
masing-masing dengan arus rms beban, I atau
dengan arus beban fundamental, I
1..
terminology
ini kemudian diterapkan pada persamaan (14)
sehingga menghasilkan persamaan (15) dan
(16).
=
=
=
=
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
=
max
1
2
2
2
max
1
.
h
h
h
h
h
h
HL
I
I
h
I
I
F
(15)
=
=
=
=
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
=
max
1
2
1
2
2
max
1 1
.
h
h
h
h
h
h
HL
I
I
h
I
I
F
(16)
Faktor Susut Pada other stray losses
Pemanasan yang terkait dengan other
stray losses, P
OSL
pada umumnya tidak
dipertimbangkan bagi trafo jenis dry-type,
dimana panas yang dihasilkan di-disipasi oleh
sistem pendinginan udaranya. Namun susut ini
mempunyai dampak yang penting pada trafo
jenis isolasi minyak yang disebabkan karena
adanya penambahan panas pada minyak
pendinginnya. Suatu hubungan yang serupa
dengan faktor susut harmonisa untuk winding
eddy current loss muncul pada other stray losses
disuatu trafo, dan mungkin saja dapat dihasilkan
dengan cara yang sama. Akan tetapi, susut yang
terkait dengan sambungan-sambungan busbar,
bagian-bagian struktural, tangki dan lain-lain,
adalah proporsional denga kuadrat dari arus
beban dan frekuensi harmonisa pada daya 0,8
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Hal
ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
berikut :
8 , 0
max
1
2
_
.h
I
I
P P
h
h R
h
R OSL OSL
=
=
|
|
.
|
\
|
=
(17)
Persamaan tersebut berhubungan dengan faktor
susut akibat arus harmonisa yang dinormalisasi
terhadap arus rms dan arus fundamental dengan
hasil sebagai berikut :
=
=
=
=
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
=
max
1
2
1
8 . 0
2
max
1 1
.
h
h
h
h
h
h
STR HL
I
I
h
I
I
F
(18)
=
=
=
=
|
.
|
\
|
|
.
|
\
|
=
max
1
2
8 . 0
2
max
1
.
h
h
h
h
h
h
STR HL
I
I
h
I
I
F
(19)
Dimana : FHL adalah Faktor susut akibat arus
harmonisa pada other stray loss
Total Susut Trafo Berbeban Akibat
Harmonisa
Susut trafo dengan adanya harmonisa
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut :
MEDI A ELEKTRI K, Volume 5, Nomor 2, Desember 2010
P
LL
= P + (F
HL
x P
EC
) + (F
HL-STR
x P
OSL
) (20)
Untuk menghitung kemampuan ekuivalen
trafo menggunakan data yang terbatas, maka
IEE standar C57.110-1998 (R2004) telah
menyusun asumsi-asumsi khusus yang
dimodifikasi berdasarkan petunjuk dari pabrikan
trafo seperti :
1. Laporan sertifikat pengujian, termasuk
semua data yang terdaftar pada lampiran
IEEE Standard c57.12.90-1993 atau IEEE
Standard c57.12.91.1995
2. Sebagian dari susut sasar ditentukan dengan
faktor pengali di bawah ini yang
diasumsikan menjadi winding eddy loss :
a. pada trafo dry-type, 67 % dari total stray
loss diasumsikan merupakan winding
eddy loss.
b. pada trafo isolasi minyak, 33% dari total
stray loss diasumsikan menjadi winding
eddy loss.
3. Susut I
2
R diasumsikan terdistribusi seragam
Pada setiap belitan.
4. pembagian dari winding eddy current loss
antar belitan diasumsikan sebagai berikut:
a. Pada seluruh trafo yang mempunyai
arus nominal kurang dari 1.000 A (tanpa
memperhatikan rasio belitan), maka
diasumsikan 60% berada bagian belitan
dalam dan 40% berada pada belitan
bagian luar.
b. Pada seluruh trafo yang mempunyai
rasio belitan kurang dari 4:1, maka
diasumsikan 60% berada bagian belitan
dalam dan 40% berada pada belitan
bagian luar.
c. Pada seluruh trafo yang mempunyai
rasio belitan lebih besar dari 4:1 dan
juga mempunyai satu atau lebih belitan
dengan mempunyai arus nominal lebih
besar dari 1.000 A, maka diasumsikan
70 % berada bagian belitan dalam dan
30 % berada pada belitan bagian luar.
d. Distribusi eddy current loss pada setiap
belitan diasumsikan tidak seragam.
e. Kerapatan maksimum eddy current loss
diasumsikan berada pada bagian
winding hottest spot dan diasumsikan
400% dari kerapatan rata-rata eddy
current loss pada belitan tersebut.
METODE
Lokasi penelitian dan pengambilan data
dilakukan di PT. Semen Tonasa, kabupaten
Pangkep Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui
besar distorsi harmonik pada jaringan distribusi,
dilakukan simulasi dan pemodelan system
kelistrikan pabrik semen tonasa dengan bantuan
software ETAP Power Station. Selanjutnya hasil
simulasi harmonik ETAP tersebut digunakan
sebagai dasar untuk menentukan besar susut
teknis yang terjadi akibat komponen harmonisa
pada jaringan distribusi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemodelan Sistem kelistrikan Pabrik
Semen Tonasa
Pemodelan dilakukan berdasarkan data
sistem kelistrikan Pabrik Semen Tonasa( Pabrik
Tonasa II, III dan IV dan data skunder hasil
pengukuran untuk kondisi pembebanan
maksimum.
(a) Model simulasi pabrik tonasa IV
Muhammad Syahwil, dkk, St udi Dampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis pada I ndust ri Semen
(b) Model Simulasi pabrik Tonasa II & III
Gambar 3. Model Simulasi Pabrik Semen
Tonasa
2. Simulasi Harmonik
Dilakukan untuk memperkirakan nilai
THD Tegangan dan THD Arus pada tiap-tiap
bus pada sistem kelistrikan Pabrik
Tonasadengan kondisi pembebanan sesuai
dengan data pengukuran.
Hasil simulasi harmonik, menunjukkan
nilai harmonisa tegangan ( % THD
V
) pada bus-
bus utama ada yang nilainya mendekati batas
standar, namun hampir seluruhnya masih
dibawah standar yang diijinkan (5 %), kecuali
pada bus SG4F4. Demikian pula nilai harmonisa
arusnya (%THD
I
) hampir seluruhnya dibawah
standar, kecuali pada bus-bus SG4F3, SG4F4,
SG4F7 dan SG4F8 diatas standar yang dijinkan
karena pada bus ini belum terpasang filter
harmonisa, sedangkan pada SG4F8 tingginya
level harmonisa kemungkinan disebabkan
akibat efek resonansi pada kapasitor.
Bentuk spektrum harmonisa berdasarkan
hasil simulasi pada trafo 490TR1, 490TR2 dan
490TR3(ditampilkan hanya tonasa IV ) dapat
dilihat pada gambar berikut :
(a) Arus harmonisa pada Trafo 490TR1
(b). Arus harmonisa pada Trafo 490TR2
(c) Arus harmonisa pada Trafo 490TR3
Gambar 4. Spektrum Arus Harmonisa pada
Trafo distribusi Pabrik Semen Tonasa IV
MEDI A ELEKTRI K, Volume 5, Nomor 2, Desember 2010
3. Total Susut Energi pada Jaringan
Distribusi Kelistrikan Semen Tonasa
Setelah mengetahui besar distorsi
harmonisa arus pada tiap bus dari saluran
distribusi dan transformator, maka diperoleh
hasil perhitungan total susut teknis/energy
(kWh/tahun) akibat komponen harmonik dan
komponen fundamental pada jaringan distribusi
6,3 kV pabrik tonasa seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Total susut energi pada saluran
distribusi 6,3 kV pabrik semen tonasa
Gambar 5.Estimasi Konstribusi susut teknis
pada saluran distribusi 6,3 kV pada pabrik
Semen Tonasa
Analisa Hasil Penelitian
Berdasarkan pada hasil pengumpulan
data, simulasi dan analisis perhitungan susut
teknis yang telah diuraikan, maka dapat
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan kualitas listrik dari aspek
harmonik, pada sistem kelistrikan pabrik
semen tonasa IV baik ( good power quality ).
hal ini ditunjjukan dari hasil simulasi dan
data pengukuran dimana tingkat harmonisa
tegangan (THD
V
) dan harmonisa arus (THD
I
)
pada bus-bus utama hampir semuanya
dibawah standar yang diijinkan, meskipun
ada beberapa bus yang melebihi batas
distorsi.
2. Bus-bus yang melebihi standar harmonik
yang diijinkan( poor power quality ) yaitu
bus SG4ss2, SG4F3, SG4F4, SG4F6, SG4F7
dan SG4F8. Bus ini merupakan bus dengan
beban motor listrik yang menggunakan
peralatan pengaturan kecepatan motor,
berupa Variabel Frequency Drive sebagai
sumber utama penyebab tingginya
harmonisa. Disisi lain pada bus ini tidak
terpasang filter harmonik. Sedangkan pada
bus SG4F8 penyebab harmonisa diduga
adanya efek resonansi akibat penggunaan
kapasitor bank.
3. Nilai distorsi harmoinsa arus pada sistem
distribusi tegangan 6,3 kV dan
transformatornya pada sisitem kelistrikan
pabarik semen tonasa IV kecil, sehingga
kontribusi harmonisa terhadap susut teknis
juga kecil bila dibandingkan dengan susut
teknis arus fundamental.
4. Berdasarkan hasil perhitungan, konstribusi
harmonisa terhadap susut teknis pada
jaringan distribusi 6,3 kV sebesar 16.017,49
kWh per tahun ( 0,22 % ) dan susut teknis
akibat arus fundamental sebesar
7.191.192,96 kWh per tahun (99,78 %)
dengan total susut teknis 7.207.210,45
kWh.
5. Dari spektrum harmonisa pada ketiga
transformator, individual harmonic distortion
tertinggi terjadi pada orde ke-5 dan ke-7 .
karakteristrik ini mirip dengan referensi
spektrum arus dari pengatur kecepatan motor
adjustabel Speed Drives (ASD). Dengan
demikian diduga Kontribusi susut teknis
akibat harmonisa pada transformator
merupakan konstribusi dari Variabel
Frequency Drive yang ada pada bus-bus
tersebut .
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada hasil pengumpulan
data, simulasi dan analisis perhitungan susut
teknis yang telah diuraikankan sebelumnya,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Muhammad Syahwil, dkk, St udi Dampak Harmonisa Terhadap Susut Teknis pada I ndust ri Semen
1. Tingkat Harmonisa (THD-V dan THD-I)
pada kelistrikan semen tonasa secara
keseluruhan masih berada dibawah standard
maximum yang diijinkan, walaupun ada
beberapa bus dengan tingkat Harmonisa yang
mendekati bahkan melewati batas maksimum
yang diijinkan.
2. Total susut energi pada jaringan distribusi
6,3 kV pabrik semen tonasa sebesar
7.207.210,45 kWh per tahun, dengan susut
teknis akibat konstribusi harmonisa sebesar
16.017,49 kWh per tahun ( 0,22 % ) dan
susut teknis akibat arus fundamental sebesar
7.191.192,96 kWh per tahun (99,78 %)
3. Konstribusi harmonisa terhadap total susut
energi pada jaringan distribusi 6,3 kV lebih
besar disebabkan oleh susut teknis
transformator dibandingkan dengan susut
pada kebel distribusi.
4. Distorsi harmonisa pada bus beban secara
kesuluruhan masih memenuhi standar yang
dijinkan karena pada sebagian besar pada
peralatan motor-motor listrik sudah terpasang
filter harmonic untuk meredam harmonisa,
sehingga kualitas listrik dari sisi distorsi
harmonic cukup baik.
Berdasarkan hasil penelitian, disaranakan:
1. Memasang filter harmonisa pada bus-bus
yang tingkat distorsi harmonisanya diatas
standar yakni pada bus SG4F3,
SG4F4,SG4F7 dan SG4F8
2. Pada bus SG4F8, tingginya harmonisa arus
diduga disebabkan adanya efek resonansi
kapasitor bank, disarankan dilakukan kajian
efek pemasangan kapasitor bank tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adly A. Girgis,(1993). Harmonics and
Transient Overvoltages Due to Capasitor
Switching. Vol.29 No.6, IEE
Transacttions on Industry Applications.
Asaad A. Elmoudi, (2006). Evaluation of Power
System Harmonic Effects on Transformer.
Doctoral Dissertation. Helsinki University
of Technology.
C. Dugan Roger, dkk, (2004). Electrical Power
Systems Quality, Second Edition.
Downloaded from Digital Engineering
Library @ McGraw-Hill.
D Stevenson, William Jr.(1983). Analisis Sistem
Tenaga Listrik. Jakarta: Erlangga.
Francisco C. De La Rosa (2006), Harmonics
and Power System, Taylor and fancis
group, NewYork.
F. Fuch Ewald, (2008). Power Quality In Power
Systems and Electrical
Machines..Elsevier Inc, Australia.
Glover, J.D, dkk. (2007). Power System Analysis
and Design. Singapore: The McGraw-Hill
Book Co, Inc.
IEEE Std C57.110-1988, (R2004), IEEE
Recommended Practice for Establishing
Transformer Capability When Supplyng
Nonsinosoidal Load Currents.
I Nengah Suwiden, (2009). Analisa
Penanggulangan THD dengan Filter
Pasif Pada Sistem Kelistrikan RSUP
Sanglah.. Vol.8 No.2, Universitas
Udayana, Bali.
J.L. Hernndez, MA. Castro, J. Carpio2 and A.
Colmenar, (2009). Harmonics in Power
Systems.International Confrence
Renewable Energies and Power Quality.
15
th
-17
th
, April.
Jos Arrillaga, Bruce C Smith.Neville R Watson,
Alan R Wood (1998), Power System
Harmonic Analisys, University of
Canterbury, Christchurch, New Zealand.
J. C. Das, (2002). Power System Analysis Short-
Circuit Load Flow and Harmonics.
Amec, Inc. Atlanta, Georgia.
J. Sentosa, Setiadji, (2006). Pengaruh
harmonisa Pada gardu Tiang Daya 100
kVA di PLN APJ Surabaya Selatan.
Universitas Kristen Petra.
J. Schlabbach,dkk ,(2000). Voltage Quality in
Electrical Power Systems, Published by
The Institution of Engineering and
Technology, London, United Kingdom.
Khan, Shoaib.(2008). Industrial power systems.
CRC Press Taylor & Francis Group.
Liem Ek Bien, Sudarno (2004). Pengujian
Harmonisa dan Upaya Pengurangan
Gangguan Pada lampu Hemat Energi.
Vol.4 No.1, Universitas Trisakti.
Manumpil, Godfried Bastian. (2000).
Pengurangan Harmonisa Pada Sistem
Distribusi Listrik. Jakarta: Universitas
Trisakti.
MEDI A ELEKTRI K, Volume 5, Nomor 2, Desember 2010
Pabla dan Hadi, ( 1994),. Sistem Distribusi Daya
Listrik, Penerbit Erlangga.
RC.Dugan, M.F, McGranaghan, S. Santoso
(2003), H.W Beaty. Electric Power
System. Second Edition, MC. Graw-Hill.
USA.
Saadat, Hadi. (2002). Power System Analysis.
Singapore : The McGraw-Hill Book Co,
Inc.