Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Pangan Djafar Baco
Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Pangan Djafar Baco
Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Pangan Djafar Baco
ISBN !"!-!5025-#-"
PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PANGAN :
KONSEPSI DAN IMPLEMENTASI
Djafar Baco
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Pengendalian hama terpadu sudah menjadi kebutuhan masyarakat maju di dunia, bahkan telah turut mendorong lahirnya
konsep-konsep baru dalam menata ekosistem pertanian serta sejalan dengan program-progam ekosistem secara global.
Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan PHT tanaman pangan telah berjalan lebih dari 30 tahun utamanya
pada tanaman padi di Sulawesi Selatan. anyak komponen tehnologi PHT telah diterapkan oleh petani secara terpadu
dan turut memberikan perbaikan ekosistem dan peningkatan produksi serta pendapatan petani. Tehnologi-tehnologi
tersebut didiseminasikan melalui penyuluhan, temu lapang, sekolah lapang, dan melalui budaya Tudang Sipulung.
Selanjutnya masih banyak lagi teknologi PHT yang dihasilkan oleh peneliti baik di dalam maupun luar negeri namun
tingkat adopsi di tingkat petani masih terbatas. !odel penelitian dan pengembangan serta trans"er teknologi PHT sudah
harus diperbaiki dengan melibatkan petani sejak awal dengan status sejajar dengan peneliti maupun penyuluh.
#eberhasilan pelaksanaan PHT dimasa datang bukan saja ditentukan oleh ketepatan komponen teknologi tetapi juga
sangat ditentukan oleh keterpaduan berbagai pihah baik antar disiplin ilmu maupun antar instansi yang terkait.
#eterpaduan adalah suatu kata yang mudah diucapkan oleh semua orang namun sering kali sulit dilaksanakan kalau
tidak didorong oleh niat kebersamaan.
#ata kunci $ PHT, ekologi, kestabilan ekosistem, pendapatan, terpadu
PENDAHULUAN
Pengendalian hama terpadu pada
awalnya muncul akibat penggunaan
pestisida kimia yang berlebihan pada
pertanian. Setelah pesitsida sintetis
dikembangkan banyak kalangan yang
berpendapat bahwa masalah hama telah
selesai dan diperkirakan bahwa pada
suatu saat hama yang biasa merusak
tanaman hanya dapat ditemukan di
museum. Pestisida sintetis semakin
dikembangkan dan penggunaannya
semakin luas yang mengakibatkan
timbulnya resistensi, residu yang
berbahaya bagi kesehatan manusia,
munculnya hama baru, dan pencemaran
terhadap lingkungan. Perhatian akibat
penggunaan insektisida yang berlebihan
ini mencapai puncaknya pada dekade
1960-an ketika muncul buku wartawati
Carson 196!" dengan #udul yang sangat
menarik terutama bagi manusia yang
tinggal atau pernah tinggal di daerah
subtropis yaitu $Silent Spring$.
Sangat dilemmatis pada periode
tersebut negara sedang berkembang
seperti %ndonesia baru memulai
pembangunan ekonomi dan sangat
memerlukan bantuan dari luar.
Penggunaan pestisida yang berlebihan
#uga tidak terhindarkan terutama setelah
pestisida pada waktu itu banyak bantuan
dari luar dan #uga mendapat subsidi dari
pemerintah seperti halnya sarana
pertanian lainnya pada tanaman pangan
pada umumnya, khususnya tanaman padi.
&al tersebut didorong pula oleh
pandangan umum yang menyatakan
makin banyak pestisida digunakan akan
semakin baik karena produksi pertanian
semakin tinggi. 'ntungnya kesadaran
akan bahaya pestisida tersebut segera
timbul dan ka#ian-ka#ian pengendalian
hama terpadu mulai digalakkan.
Sayangnya teknologi yang dicapai tidak
diikuti dengan cepat pelaksanaan di
lapangan oleh pelaku utama
pembangunan pertanian yaitu petani.
15
$%a&ar Ba'o Pengendalian (ama Ter)adu Tanaman Pangan
(akalah ini mencoba menguraikan
secara singkat pengendalian terpadu
tanaman pangan dan hortikultura dengan
perhatian utama pada tanaman padi
khususnya di Sulawesi Selatan.
SEKILAS PERJALANAN PENGEN-
DALIAN HAMA TERPADU
)onsepsi pengendalian terpadu
pada tahun enam puluhan sebenarnya
sudah dimiliki dan banyak dibicarakan oleh
ilmuwan dan peneliti di %ndonesia *palagi
pada mulanya inti pengendalian terpadu
adalah mengintegrasikan komponen-
komponen pengendalian khususnya pe-
ngendalian biologi yang aman terhadap
lingkungan. Pengendalian biologi di
%ndonesia sebelum era pestisida cukup
ma#u. )onsepsi pengendalian biologi
bahkan tergambar dalam legenda sastra
bugis kuno, Sure Galigo episode Meong
Palo KarellaE. +alam episode tersebut
digambarkan bagaimana Sang &yang Seri
padi" menghadap ,uhan di langit dan
tidak ingin kembali ke bumi karena
kelakuan manusia tidak senonoh.
Seseorang memukul kucing hanya karena
kucing memakan ikan yang dibeli di pasar
-achruddin, !00!". Siapapun yang tinggal
di daerah padi mengetahui bahwa kucing
makan tikus yang merusak padi baik
dipertanaman maupum di tempat
penyimpanan. +alam hal ini peran kucing
sebagai predator hama tikus sudah
mendapat perhatian di .aman kuno di
Sulawesi Selatan.
Pengendalian biologi pada tana-
man perkebunan sebelum tahun 1960-an
cukup ma#u meskipun hampir tidak
melibatkan petani. Pelaksanaan pengen-
dalian hama penyakit oleh petani pada
periode tersebut didominasi cara /isik dan
cara bercocok tanam, meskipun seringkali
bercampur dengan hal yang mistik. Sisa-
sisa cara pengendalian tersebut masih
dapat di#umpai di beberapa tempat di
Sulawesi Selatan seperti pemasangan
fajo-fajo orang-orangan" untuk mengusir
hama tertentu.
Pada pertengahan dekade 1960-an
penggunaan pestisida kimia mulai banyak
dikenal petani se#alan dengan berbagai
program pemerintah untuk meningkatkan
produkasi beras yang banyak dikenal
dengan istilah re0olusi hi#au (green
revolution). ,erlepas dari berbagai
kekurangan re0olusi hi#au, program
pemerintah tersebut telah berhasil
meningkatkan produksi yang sangat
mengagumkan. &al itu diakui oleh bebagai
pihak baik di dalam maupun luar negeri
termasuk dari pihak yang tidak menyukai
re0olusi hi#au %man (.-ahmid. !001".
%ndonesia sebagai salah satu negara
pengimpor beras terbesar di dunia
mencapai swasembada pada tahun 1921.
)eberhasilan tersebut tidak diikuti dengan
pengurangan penggunaan pestisida,
bahkan #umlah /ormulasi yang digunakan
semakin bertambah. *kibatnya masalah
hama di %ndonesia bukannya berkurang
bahkan semakin bertambah. 3ereng
punggung putih dapat dikatakan tidak
pernah men#adi masalah di Sulawesi
Selatan, men#adi salah satu hama yang
dikuatirkan oleh petani. ,ungau tebu,
Iceria sacharium belum pernah dilaporkan
menyerang tanaman padi kemudian #uga
ditemukan di Sulawesi Selatan 4aco et al.
1991, 4aco et al. 199!". )asus resurgensi
istilah ini belum dikenal oleh orang awam
meskipun beker#a dibidang hama pada
waktu itu" muncul pada awal tahun 1920-
an. )asus lain adalah munculnya biotipe
baru, ras-ras baru hama dan penyakit
tanaman pangan dan banyak lagi yang
tidak dikemukakan satu persatu dalam
tulisan ini.
(eskipun prinsip P&, telah
diterima oleh pemerintah dan mulai masuk
dalam 54&6 %%% di .aman pemerintahan
7rde 4aru, namun pelaksanaannya masih
banyak menggu-nakan pestisida karena
keraguan dari pihak penentu keputusan
mengenai kee/ekti/an dari P&, tersebut.
&al yang menarik untuk disimak yaitu
16
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN !"!-!5025-#-"
ter#adinya eksplosi hama khususnya
wereng coklat di %ndonesia termasuk di
Sulawesi Selatan pada tahun 198891982.
+i beberapa propinsi dilakukan penyem-
protan insektisida dengan menggunakan
pesawat udara. Pemerintah Sulawesi
Selatan khususnya para pakar menolak
penggunaan pesawat udara untuk
penyemprotan hama tersebut, meskipun
pesawat dan pestisida sudah disiapkan
dan merupakan bantuan dari pusat,
dengan alasan 1". Penyemperotan dengan
pesawat dipastikan kurang selekti/, kurang
aman terhadap lingkungan dibanding
penyemprotan dari darat oleh petani, !.
Penyemprotan dengan pesawat tidak
membuat petani mandiri dan akan
berdampak terhadap setiap ada eksplosi
hama mereka meminta pemerintah
melakukan penyemprotan. )edua prinsip
tersebut digunakan kemudian sebagai
pegangan dalam program pelatihan P&,
bagi petani. Strategi yang dilakukan pada
waktu itu adalah menyebar peneliti muda
dari lembaga penelitian dan petugas
proteksi dari propinsi dibantu tenaga di
kabupaten melakukan pengamatan
singkat di daerah pertanaman padi. Pada
hamparan9petakan sawah dimana ditemu-
kan populasi hama dianggap perlu
dilakukan penyemprotan pestisida maka
dipasang bendera merah, pada hamparan
yang harus diwaspadai telah ditemukan
populasi namun belum dianggap perlu
diambil tindakan penyemprotan" dipasang
bendera kuning, sementara pada
hamparan yang dianggap masih aman
dipasang bendera hi#au. Sistem tersebut
berlan#ut beberapa tahun. Peristiwa
tersebut ter#adi #auh sebelum program
P&, di#alankan secara nasional di
%ndonesia.
(asalah hama dan penyakit
tanaman pangan yang begitu banyak
terutama akibat penggunaan insektisida
yang kurang bi#aksana mengakibatkan
lahirnya %npres :, 1926. %nti dari impres
tersebut yaitu pengendalian hama dan
penyakit di %ndonesia dilakukan secara
terpadu, dan melarang penggunaan ;8
#enis insektisida pada tanaman padi.
%mplementasi dari impres tesebut adalah
program nasional P&, antara lain
pelatihan petani padi melalui Sekolah
<apang Pengendalian &ama ,erpadu
S<P&,". Sampai akhir tahun 1990-an
#umlah petani yang telah mengikuti S<P&,
sekitar ;0 000 orang. (emang #umlah
tersebut masih sangat sedikit dibanding
#umlah petani yang ada. *kan tetapi
apabila program tersebut berhasil
seharusnya telah ber#uta-#uta petani
memahami P&, akibat e/ek ganda
(multiplier effect" sebagai ciri dari sekolah
lapang. %npres tersebut #uga disusul
kebi#akan pengurangan subsidi pestisida
secara bertahap dan seluruhnya berakhir
tahun 1929.
)ema#uan P&, pada tanaman
pangan lainnya ternyata tidak sema#u
dengan P&, pada tanaman padi. 6amun
beberapa pela#aran yang dapat diperoleh
dari komoditas lain. Seperti pada
keberhasilan swasembada beras, program
peningkatan produksi kedelai diikuti
dengan peningkatan penggunaan
pestsida. (asyarakat di sekitar +anau
,empe )abupaten 3a#o bangga dengan
produksi kedelai yang melimpah, namun
#uga diikuti dengan penggunaan
insektisida yang melimpah pula pada
tahun 1920-an. Penanaman kedelai di
pesisir danau tersebut berlangsung
sepan#ang tahun mengikuti pasang dan
surutnya air danau, *kibatnya populasi
hama #uga berkembang dengan baik
secara terus-menerus. ,ernyata
penggunaan pestisida tidak
menyelesaikan masalah hama kedelai,
semakin banyak pestisida digunakan
semakin banyak masalah hama yang
dihadapi. 4erbeda dengan padi dan
kedelai, tanaman #agung #arang mendapat
serangan hama yang serius dan
berkepan#angan. Penanaman #agung yang
cukup intensi/ di daerah ,akalar, tidak
pernah dilaporkan mendapat serangan
penggerek batang yang serius, meskipun
17
$%a&ar Ba'o Pengendalian (ama Ter)adu Tanaman Pangan
pada pertanaman #agung di daerah
tersebut dengan mudah ditemukan telur-
telur penggerek batang, strinia
furnacalis. ,ernyata parasit telur,
!r"chogramma evanescens selalu
tersedia di lapangan dan diperkirakan
memegang peranan yang penting dalam
pengaturan populasi di alam. Parasitoid,
!. evanescens adalah spesies parasitoid
telur yang e/ekti/ pada penggerek #agung
Pabbage dan 4aco. !001, Pabbage,
!00;". Petani di daerah tersebut tidak
pernah menyemprot tanamannya dengan
insektisida.
KONSEPSI PENGENDALIAN HAMA
TERPADU
Pengendalian hama secara
terpadu merupakan konsepsi dan
bukanlah suatu paket teknologi yang siap
pakai dan siap menyelesaikan segala
sesuatu seperti layaknya cerita $ !he pied
piper and his orchestra# <eirs, !00:"
dalam pengendalian hama tikus. P&,
merupakan suatu metodologi yang
mengandung prinsip-prinsip dasar yang
men#adi pegangan para pengguna9petani
menciptakan kondisi yang optimal bagi
lingkungan tanaman sehingga hama tidak
men#adi masalah. P&, berusaha
mensinergikan antara komponen
pengendalian yang sesuai untuk
lingkungan tertentu sehingga hasil
pengelolaan men#adi lebih baik.
Pada akhir-akhir ini Pengelolaan
,anaman ,erpadu = P,, Integrated
$rop Management" men#adi populer.
Pengelolaan tanaman secara terpadu
merupakan pendekatan ekosistem yeng
lebih luas. (eskipun P&, merupakan
bahagian dari pengelolaan tanaman
secara keseluruhan tetapi P&,
merupakan salah satu stimulator lahirnya
P,,. )onsepsi dan sasaran P,,
sebenarnya mirip dengan P&, apabila
dikatakan tidak sama. Pengendalian hama
terpadu merupakan suatu pendekatan
ekologi, dengan kata lain P&, merupakan
bagian integral dari pengelolaan agro-
ecos"stem ekosistem pertanian".
>kosistem pertanian memiliki keragaman
genetika dan biotik yang lebih rendah dari
ekosistem alami sehingga memudahkan
peningkatan populasi hama tertentu. &al
ini lebih nyata dilihat pada tanaman
pangan yang biasanya ditanam pada
hamparan yang luas dengan
menggunakan 0arietas tertentu sa#a tanpa
pergiliran tanaman.
7rientasi P&, adalah kestabilan
lingkungan dan peningkatan pendapatan
petani. (eskipun ekosistem pertanian
keragamannya lebih rendah dari
ekosistem alami, namun masih ditemukan
#aringan makanan yang sangat kompleks
dan dinamis. +engan demikian P&, tidak
dapat men#adi satu paket yang seragam
disetiap tempat dan setiap waktu, namun
peluang menstabilkan ekosistem pertanian
masih cukup besar. )estabilan ekosistem
merupakan harapan besar manusia
dibumi. Paling tidak ada empat peristiwa
international yang sangat penting
menyangkut kestabilan lingkungan dan
perkembangan global yang telah dilakukan
P44 Perserikatan 4angsa 4angsa" se#ak
199! antara lain )on/rensi <ingkungan
dan Perkembangan yang popular dengan
Pertemuan Puncak 4umi Earth Summit"
di ?io de @eneiro 199!", Pertemuan
Puncak Pangan +unia di ?oma 1996",
Pertemuan Puncak (ilenium di 6ew Aork
!000", Pertemuan Puncak +unia tentang
Perkembangan 4erkelan#utan di
@ohannesburg !00!".
Peningkatan pendapatan sebagai
salah satu orientasi P&, harus selalu
diperhatikan petani dalam mengambil
keputusan menggunakan suatu tindakan
pengendalian. &anya tindakan yang
memberi keuntungan ekonomi yang patut
dilakukan oleh petani. Perhitungan
ekonomi yang mulanya diperkenalkan oleh
Stern et al. 19;9" kemudian men#adi
populer dikalangan ahli-ahli P&, adalah
kerusakan ekonomi economic damage",
tara/ luka ekonomi economic injur" level",
18
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN !"!-!5025-#-"
dan ambang ekonomi economic
threshold". Perhitungan tersebut memang
tidak mudah dan si/atnya sangat dinamis,
karena selain dipengaruhi berbagai /aktor
teknis, #uga akan sangat dipengaruhi oleh
nilai pasar komoditas yang bersangkutan..
6amun demikian menurut hemat penulis
bagaimanapun #uga sebaiknya dibuat
ambang sederhana sebagai pegangan
petani, namun apabila ter#adi perubahan
nilai dapat dengan mudah dikomunikasi-
kan kepada pengguna. *mbang ekonomi
terhadap hama tanaman pangan yang
telah dibuat dan direkomendasikan baru
tanaman padi dan kedelai 'ntung, 199:".
&al yang sangat penting dan tidak
bisa dilupakan yaitu keterpaduan dalam
P&, bukan hanya merupakan keter-
paduan komponen pengendalian, tetapi
lebih #auh harus merupakan suatu
keterpaduan program, keterpaduan antar
disipin ilmu, dan keterpaduan antar
instansi.
HASIL PENELITIAN DAN
IMPLEMENTASI PHT DI TINGKAT
PETANI
)omponen pengendalian yang
men#adi acuan dalam P&, adalah
pengendalian alami9hayati, cara bercocok
tanam, 0arietas tahan, /isik9mekanik,
pestisida selekti/. Pestisida selekti/
sebagai komponen pengendali seyogianya
digunakan sebagai langkah terakhir dan
komponen pengendalian hayati9alami
seharusnya mendapat perhatian pertama.
4erbagai hasil penelitian yang
mendukung program pengendalian hama
dan penyakit tanaman pangan telah
banyak diman/aatkan oleh petani. Sebagai
contoh hasil penelitian menun#ukkan
bahwa panen padi pada ketinggian 10 cm
di atas permukaan tanah dapat membantu
menurunkan populasi dan tingkat
serangan penggerek batang padi, karena
mendekati saat panen populasi lar0a
berada pada posisi tersebut (anwan,
1980". ,eknologi tersebut secara
berangsur-angsur diadopsi oleh petani
se#alan dengan perkembangan 0arietas
baru yang tidak dipanen dengan
menggunakan anai-anai dan dirontokkan
dilapangan dengan menggunakan threser.
Pada periode tahun 1920-an hampir tidak
pernah ter#adi ekplosi hama penggerek
batang padi di daerah ini. 6amun demikian
perkembangan alat perontok, mengharus-
kan panen pada bagian atas di sebagian
besar wilayah padi di Sulawesi
Selatan,bahkan berkembang alat panen
sekaligus perontok di Pinrang tanpa
memotong batang padi. *kibat panen
bagian atas tanaman, beberapa tahun
terakhir penggerek batang dilaporkan
men#adi serius di beberapa wilayah. ,entu
bukan panen atas penyebab tunggal,
namun penulis berasumsi merupakan
salah satu /aktor penting yang
menyebakan peningkatan serangan
penggerek batang tersebut. ?ekomendasi
teknologi tersebut masih dapat kita
temukan pada Pedoman ?ekomendasi
Pengendalian &ama ,erpadu pada
,anaman Padi +ir. Perlidungan
,anaman. !00:".
+ari sekian banyak hasil penelitian
pendukung program pengendalian terpadu
terhadap tanaman pangan telah banyak
di#adikan pedoman rekomendasi P&, padi
dan palawi#a +ir. 4ina Perlindungan
,anaman, 1998B +ir. Perlindungan
,anaman, !00:". Pedoman rekomendasi
tersebut cukup sederhana dan akan
mudah dipahami oleh penyuluh maupun
petani yang telah mengikuti S<P&,.
?ekomendasi yang disertai rumus-rumus
matematika nampaknya masih susah
diter#emahkan oleh penyuluh di tingkat
lapangan. 4agi petani yang belum
memperoleh pelatihan masih memerlukan
banyak pendampingan. 4ahkan pengama-
tan penulis menemukan begitu banyak
petani padi yang belum mengetahui telur
penggerek batang padi putih yang
dominan di Sulawesi Selatan, apalagi
mengenal paraisitoidnya.
19
$%a&ar Ba'o Pengendalian (ama Ter)adu Tanaman Pangan
&asil penelitian yang telah
direkomendasikan selama bertahun-tahun
melalui ,im ,eknis 4imas atau +inas
Pertanian ,anaman Pangan Propinsi
Sulawesi Selatan utamanya pada tanaman
padi antara lain 1" penanaman tepat
waktu dan serentak dalam pengertian
berbunga serentak, !" menggunakan
0arietas tahan, :" melakukan pergiliran
tanaman atau 0arietas yang memiliki tetua
tahan yang berbeda, dan 1" penggunaan
insektisida selekti/ apabila diperlukan.
4erbagai komponen pengendalian lainnya
untuk hama dan penyakit tertentu #uga
telah dian#urkan seperti panen pada
pangkal batang untuk pengendalian
penggerek batang padi putih, gropyokan
untuk tikus, pembuatan saluran air untuk
siput murbei. ,eknologi tersebut telah
disalurkan melalui penyuluhan, sekolah
lapang, temu lapang, dan melalui budaya
!udang Sipulung. ,eknologi tersebut telah
diterapkan petani selama bertahun-tahun
bahkan #uga sebagian besar telah men#adi
rekomedasi nasional +ir. Perlindungan
,anaman +ir#en 4P,P, !00:". 6amun
beberapa tahun terakhir teknologi tersebut
mulai ditinggalkan, tentu disertai berbagai
alasan yang perlu mendapat perhatian
semua pihak. Sebagai contoh waktu
tanam di beberapa daerah banyak yang
tidak tepat9tidak serentak dengan alasan
irigasi banyak mengalami kerusakan,
alsintan tidak cukup, panen serentak
menyebabkan #atuhnya harga gabah, dan
budaya tudang sipulung tidak see/ekti/
lagi dimasa lalu 4aco et al.% !00;b".
+engan demikian suatu teknologi tidak
diadopsi atau ditinggalkan petani harus
dicari akar permasalahannya, sehingga
perbaikan dan penyaluran teknologi tidak
keliru.
&al lain yang perlu mendapat
perhatian serius oleh semua pemerhati
P&, adalah penggunaan pestisida oleh
petani. @umlah insektisida yang digunakan
di %ndonesia menurun pada tahun 1922
dan 1929 se#alan dengan penghapusan
subsidi pestisida kemudian naik lagi pada
tahun-tahun berikutnya dan kemudian
ter#adi lagi penurunan pada tahun 1998
dan 1992 se#alan dengan krisis ekonomi
yang ter#adi di %ndonesia &eong, !00;".
<agi pula tidak #arang petani yang
menggunakan insektisida yang sudah
dilarang pada tanaman padi. *pabila data
dan in/ormasi tersebut benar, perlu dicari
latar belakang permasalahannya. *pakah
petani sesungguhnya masih menyukai
penggunaan insektisida, apa mereka tidak
menggunakan hanya karena kurang
modal, apa mereka tidak mengetahui
akibat buruknya, atau masih adakah
pihak yang memberi in/ormasi yang keliru
kepada petani. (asih banyak lagi
pertanyaan yang harus dicari #awaban dan
pemecahannya.
4anyak hasil penemuan menun#uk-
kan bahwa banyak sekali #enis musuh
alami ditemukan dilapangan yang
diketahui cukup e/ekti/ mengendalikan
hama berbagai tanaman pangan *ri/in,
!00;B 4aco, 1992B Prayogo, !00;B
Pabbage, !00;". Parasit dari 7rdo
&ymenoptera telah ditemukan pada
ekosistem sawah lebih dari 100 spesies,
setiap spesies bisa mempunyai peran
sendiri-sendiri pada berbagai spesies
hama dan peran tersebut tidak bisa
digantikan oleh spesies lain &eong,
!00;". (usuh-musuh alami tersebut pada
umumnya sulit dipelihara secara massal
sehingga peman/aatannya dilakukan
dengan cara konser0asi. 7lehnya itu
diperlukan berbagai cara untuk melindungi
musuh alami yang sudah dialam termasuk
kehati-hatian dalam penggunaan
pestisida.
+alam hal perbaikan dan
penyempurnaan teknologi harus selalu
dipikirkan e/ek sinergisme dengan
komponen teknologi lainnya. ,elah
dikemukakan dalam konsepsi P&, bahwa
keterpaduan bukan sa#a antar komponen
teknologi melainkan #uga perlunya
dikembangkan keterpaduan antar instansi.
&asil penelitian 4aco et al. (!00;a" untuk
pengendalian tikus pada tanaman padi
20
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel, 2005
ISBN !"!-!5025-#-"
menun#ukkan suatu contoh perlunya
keterpaduan antar instansi. &asil
penelitian pengendalian tikus dengan
Sistem ?intangan Perangkap S?P"
menun#ukkan bahwa tikus yang tertangkap
pada perangkap ternyata sebagian besar
6;C" pada perangkap yang berarah ke
kebun kakao, hanya :;C tertangkap yang
berarah dari tiga sisi lain yang berarah
pada tanaman padi di sekitarnya. 4uah
tanaman kakao di sekitar percobaan #uga
mendapat serangan tikus cukup serius.
Pada kondisi seperti ini mungkin ada
baiknya dikembangkan S?P <inear dua
arah, sehingga tikus yang berasal baik dari
kebun kakao maupun dari sawah dapat
tertangkap sehingga baik tanaman padi
maupun kakao dapat diamankan dari
serangan tikus. )eterpaduan program
antar instansi atau sta&eholder lainnya
yang menangani kakao dan tanaman padi
sangat diharapkan dan akan sangat
menguntungkan.
KESIMPULAN
Se#arah penelitian dan perkemba-
ngan P&, pada tanaman pangan
khususnya tanaman padi di Sulawesi
Selatan telah ber#alan lebih dari :0 tahun.
4anyak pela#aran yang dapat dipetik
dalam perkembangan P&, yang lebih
sempurna dimasa datang. &anya teknologi
yang mudah dan menguntungkan bagi
petani yang dapat berkembang dan
berkelan#utan. 7lehnya itu dalam meneliti
dan mengembangkan tekologi P&, harus
digali dari petani dengan melibatkan petani
itu sendiri dari awal. )unci keberhasian
implementasi terutama sangat tergantung
pada keterpaduan itu sendiri, baik
componen teknologi, antar disiplin ilmu,
dan lebih penting lagi keterpaduan
program antar instansi dan stakeholder
yang patut terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
4aco, +., dan A. Said, 1992. -luktuasi
populasi penggerek batang putih S.
innotata dan /aktor penyebabnya di
Sulawesi Selatan D Pen. Pertanian
,anaman Pangan, Eol. 18 1"D 1:-19.
4aco, +., S. Sama, dan *. &asanuddin,
1991. Sugar cane pest /ound in
Sulawesi rice /ields. %??6. 161"D!!.
%nternational ?ice ?esearch %nstitute.
4aco, +., (asmawati, dan S. Sama, 199!.
,ungau tebu, '. saccharium pada
tanaman padi dan pengendaliannya.
*grikam. 4ul. Pen. Pert. (aros. 8%"D
1-6.
4aco, +., ?amlan, and %. (anwan. !00;a.
*ssessment and dissemination o/
trap barrier system to control rat pest
in irrigated lowland rice in South
Sulawesi. Paper presented at the
%nternational ?ice Con/rence. 4ali
1!-11 September !00;.
4aco, +., ?amlan, dan %. (anwan. !00;
!00;b. )a#ian dan sosialisasi
pengendalian tikus terpadu dengan
basis Sistem ?intangan Perangkap.
(akalah disampaikan pada <oka-
karya Seminar Percepatan Penye-
diaan dan Pengembangan Paket
%no0asi ,eknologi Padi di 'ni0ersitas
&asanuddin !6- !8 September !00;.
Carson, ?. 196!. Silent Spring. &oughton
(i//lin Co., 4oston, :62 p.
+ir. 4ina Perlindungan ,anaman Pangan.
1998. Pedoman ?ekomendasi Pe-
ngendalian &ama ,erpadu ,anaman
Padi dan Palawi#a. +ir#en ,an.
Pangan dan &ortikultura. 1;9 hal.
+ir. Perlindungan ,anaman. !00:. Pedo-
man ?ekomendasi Pengendalian
&ama ,erpadu pada ,anaman Padi.
+ir#en 4P,P. 1;: hal.
-achruddin, *.>. !00!. Padi ditin#au dari
segi budaya bugis. (akalah
disampaikan pada Seminar 6asional
Padi. (akassar, 1 *gustus !00!.
Aayasan Padi %ndonesia.
21
$%a&ar Ba'o Pengendalian (ama Ter)adu Tanaman Pangan
&eong, ). <. !00;. >n0ironmental sus-
tainabilityD * 0ital component o/
*siaFs rice ecosystem. Paper
presented at the %nternational ?ice
Con/rence. 4ali 1!-11 September
!00;.
&inds 5.?.<.*.B C.@. )rebsB and +.(.
Spratt eds ?at mice and people D
rodent biology and management
*C%*? monograph. 6o. 96 p. 12:-
190.
%mam, (. -ahmid. !001. 5agalnya Politik
Pangan di 4awah ?e.im 7rde 4aru.
Sandi-)ota dan %SP>%. 121 hal.
<eirs, &., !00:. (anagement o/ rodents in
cropsD ,he Pied Piper and his
orchestra. In Singleton,
(anwan. %. 1980. >mpat tahun penelitian
penggerek batang padi di Sulawesi
Selatan. <aporan &asil Penelitian
<embaga Penelitian Pertanian
(akassar.
Pabbage, (.S. dan +. 4aco. !001.
)emampuan !richogramma evanes-
cens memparasit telur hama
penggerek batang #agung. 4erita
Puslitbangtan no. 19, 7ktober !001
hal.8
Pabbage, (. S. !00;. Peman/aatan
parasitoid telur, !. evanescens
&ym. ,richogrammatidae" sebagai
pengendali penggerek batang
#agung, .furnacalis +isertasi
+oktor di 'ni0ersitas &asanuddin.
Prayogo, A. !00;. Cendawan entomopa-
togen e/ekti/ mengendalikan hama
pengisap polong kedelai. 4erita
Puslitbangtan 6o.:!, @uni !00; hal.
10
22