Efek Bohr Dan Efek Root
Efek Bohr Dan Efek Root
Efek Bohr Dan Efek Root
1.
Efek
Bohr
Efek Bohr pertama kali dijabarkan oleh ilmuwan Denmark bernama Christian Bohr.
Beliau menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi proton dan/atau CO2 akan
menurunkan daya serap hemoglobin terhadap oksigen. Peningkatan rasio plasma
CO2 juga akan menurunkan pH darah oleh karena sifat antagonis antara proton dan
karbondioksida. Peningkatan CO2 ini akan mempengaruhi kurva oksigen terlarut
dalam darah. Pergeseran kurva ke sebelah kanan berarti suatu pengurangan dalam
afinitas dari hemoglobin untuk oksigen. Efek fasilitas transport oksigen seperti
hemoglobin membungkus oksigen di dalam paru-paru, tetapi kemudian melepaskan
ke jaringan-jaringan yang paling membutuhkan oksigen. Ketika jaringan tersebut
metabolismnya meningkatan, produksi karbon dioksidanya pun meningkat. Karbon
dioksida dengan cepat dijadikan molekul bikarbonat dan proton asam oleh enzim
karbonik anhydrase. Hal ini menyebabkan pH jaringan menurun dan juga
meningkatkan oksigen terlarut dari hemoglobin, memperbolehkan jaringan tersebut
memperoleh oksigen yang cukup sesuai kebutuhannya. Kurva disosiasi bergeser ke
kanan ketika karbon dioksida atau konsentrasi ion hydrogen meningkat.
2.
Efek Root
Efek Root didefinisikan sebagai penurunan kadar oksiden dalam darah, pada saat pH
darah menurun. Efek Root hanya dapat ditemukan pada ikan teleost (kecuali Amia
calva) dan pada tingkatan Hb. Efek Root ini dapat dikatakan sebagai lanjutan dari
efek Bohr. Dasar lengkap mengenai efek Root masih belum terpecahkan. Secara
pisiologi, implikasi mengenai transportasi gas pada efek Root sangat berbeda
dibandingkan dengan efek Bohr. Hal ini dikarenakan angka kecepatan O2 dari Hb ke
mata dan sirip. Dengan demikian, karakteristik Hb dan bentuk sistem laju dalam ikan
teleost membentuk perkalian O2 yang tidak ada bandingnya di kerajaan bintang dan
mampu membagkitkan tekanan darah hampir 20 kali dibandingkan dalam arteri darah.
3.
Hubungan Disosiasi dengan Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah yang terdapat dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul
hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul
organik dengan satu atom besi. Untuk dapat memahami proses respirasi dengan jelas
maka harus diketahui afinitas oksigen terhadap hemoglobin karena suplai oksigen
untuk jaringan dan pengambilan oksigen oleh paru-paru sangat tergantung pada
hubungan tersebut.
Kurva disosiasai oksigen adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara
saturasi oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial
oksigen pada ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 37oC, pH 7.40 dan Pco2 40
mmHg.
Kurva Disosiasi Oksigen yang berbentuk sigmoid ini secara fisiologis menguntungkan karena
bagian puncak kurva yang mendatar memungkinkan jumlah oksigen arteri tetap tinggi dan
stabil walaupun terjadi perubahan tekanan parsial oksigen. Sebaliknya bagian tengah dari
kurva yang terlihat curam memungkinkan penglepasan oksigen dengan mudah pada
perubahan tekanan parsial oksigen yang kecil.
Diposkan oleh desta tansya di 08.41
sumber : http://bahankuliah-tha.blogspot.com/2011/09/efek-bohr-efek-root-dan-kurvadisosiasi.html