Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

BAB 1 Histoteknik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti
jaringan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Istilah histologi dipakai oleh
A.F.J.K. Meyer sejak tahun 1819. Histologi merupakan ilmu yang mempelajari
hal-hal yang berhubungan dengan jaringan yang ada di dalam tubuh sebagai
komponen pembentuknya. Histoteknik merupakan metode untuk membuat sajian
yang siap untuk diamati atau dianalisa. Sajian histologi yang baik harus
menunjukan bentuk dan struktur atau susunan sel yang sebenarnya sehingga
dapat digunakan untuk mempelajari bentuk dan struktur jaringan tubuh tertentu
yang normal, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan jaringan atau organ
tubuh tertentu, serta menegakkan diagnosa penyakit (Subowo, 2002).
Pembuatan preparat histologi sebelum dilakukan analisis, jaringan harus
melewati beberapa rangkaian proses histologi yaitu fiksasi, dehidrasi,
pembeningan atau clearing, impregnasi atau embedding, pengecoran atau
blocking, pemotongan, pewarnaan, perekatan, dan pelabelan. Proses dehidrasi
atau pengeluaran air, dilakukan secara bertahap agar tidak mengganggu struktur
jaringan yang sebenarnya. Umumnya, proses dehidrasi dilakukan dengan
memasukan jaringan dan direndam beberapa saat pada alkohol atau etanol yang
semakin pekat kandungannya hingga akhirnya direndam dalam alkohol absolut

yaitu alkohol seratus persen. Dengan proses tersebut maka secara bertahap air di
dalam jaringan akan ditarik oleh larutan alkohol sehingga akan didapatkan
jaringan yang tidak mengandung air lagi. Selain digunakan alkohol, juga dapat
digunakan cairan dehidran lain yaitu aseton. Alkohol dan aseton dapat digunakan
dalam fiksasi sitologi, dapat juga digunakan sebagai cairan dehidran pada proses
pembuatan preparat histologi. Aseton dalam proses dehidrasi membutuhkan
waktu yang lebih singkat daripada penggunaan alkohol. Selain itu juga tidak
dibutuhkan aseton dengan konsentrasi yang semakin pekat untuk proses dehidrasi
seperti penggunaan alkohol pada umumnya (Subowo, 2009).
Maka berdasarkan latar belakang dan analisis di atas, diambil judul
Perbedaan Gambaran Mikroskopis Jaringan Ovarium yang Didehidrasi
dengan Alkohol dan Aseton untuk mengetahui hasil mikroskopis diantaranya
bentuk, struktur, dan warna sel yang muncul apabila menggunakan cairan
dehidran yang berbeda, dan sejauh ini belum pernah ada penelitian yang sama
seperti penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada perbedaan hasil mikroskopis
ovarium (bentuk, struktur, warna sel) antara penggunaan cairan dehidran aseton
dan alkohol?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
mikroskopis ovarium (bentuk, struktur, warna sel) yang didehidrasi dengan
alkohol dan dengan aseton.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Menambah ilmu pengetahuan tentang teknik histologi dengan penggunaan
cairan dehidran aseton.
2. Memberikan informasi tentang perbedaan mikroskopis ovarium (bentuk,
struktur, warna sel) yang menggunakan dehidran alkohol dan aseton.

Anda mungkin juga menyukai