Rangkuman Asam Nukleat
Rangkuman Asam Nukleat
Rangkuman Asam Nukleat
Kelas :D
NIM : 051811133100
Penemuan zat yang terbukti sebagai asam deoksiribonukleat (DNA) terjadi tahun 1869
oleh Friedrich Miescher, seorang Fisikawan muda dai Swiss yang bekerja dalam laboratarium
kimia fisiologi Jerman, Felix Hoppe-Seyler. Miescher meneliti sel darah putih dengan asam
hidrolat untuk memperoleh inti untuk studi. Saat inti kemudian ditetesi dengan asam, endapan
yang terbentuk mengandung karbon,hydrogen, oksigen, nitrogen, dan persentase tinggi fosfor.
Miescher menyebut presipitat itu “nuklein” karena berasal dari inti. Kemudian, saat ditemukan
sangat asam, namanya diubah menjadi asam nukleat. Meski dia tidak tahu, Miescher telah
menemukan DNA. Setelah itu, Hoope-Seyler mengisolasi zat serupa dari sel ragi, zat ini
kemudian dikenal sebagai asam ribonukleat (RNA). DNA dan RNA adalah polimer nukleotida,
atau polinukleotida (Ngili, 2013: 289).
Pada 1944, Oswald Avery, Colin Macleod, dan Maclyn McCarty mendemonstrasikan
bahwa DNA adalah molekul yang membawa informasi genetic. Pada saat itu sangat sedikit
yang diketahui tentang struktur molekul penting ini. Selama beberapa tahun berikutnya
nukleotida berhasil ditentukan, dan pada 1953 James D. Watson dan Francis H. C. Crick
mengusulkan model struktuk DNA beruntai ganda (Ngili, 2013: 289-290).
Untuk memperoleh asam nukleat dapat dilakukan ekstrasi terhadap nucleoprotein terlebih
dahulu menggunakan larutan garam 1 M. Cara lain untuk memisahkan asam nukleat dari
protein ialah menggunakan enzim pemecah protein, misalnya tripsin. Denaturasi protein dalam
campuran dengan asam nukleat ini dapat pula menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat
itu sendiri. Oleh karena itu asam nukleat mengandung pentosa, maka bila dipanasi dengan asam
sulfat akan terbentuk fulfural. Fulfural ini akan memberikan warna merah dengan aniline asetat
atau warna kuning dengan p-bromfenilhidrazina.
2. Jenis-Jenis Asam Nukleat
Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit mononukleotida, jika
unit-unit pembangunnya deoksinukleotida maka asam nukleat itu disebut deoksiribonukleat
(DNA) dan jika terdiri dari unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat (RNA).
DNA, zat pewarisan sifat, merupakan molekul yang paling dielu-elukan di zaman kita.
Dari aspek kimiawi, susunan genetik manusia adalah DNA yang terkandung dalam 46
kromosom yang diwarisi dari orangtua dan dalam mitokondria yang diwariskan melalui ibu.
DNA terutama ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan pengemban kode genetik
dan dapat memproduksi atau mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk
memproduksi organisme itu dalam sebagian besar organisme, DNA suatu sel mengerahkan
sintesis molekul RNA, satu tipe RNA, yaitu messenger RNA (mRNA), meninggalkan inti sel
dan mengarahkan tiosintesis dari berbagai tipe protein dalam organisme itu sesuai dengan kode
DNA-nya (Fessenden, 1990).
Meskipun banyak memiliki persamaan dengan DNA, RNA memiliki perbedaan dengan DNA,
antara lain yaitu (Poedjiati, 1994):
1. Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA adalah
deoksiribosa.
2. Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda, bentuk molekul RNA berupa rantai tunggal
yang terlipat, sehingga menyerupai rantai ganda.
3. RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA tetapi tidak
mengandung timin, sebagai gantinya RNA mengandung urasil.
4. Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin, demikian pula
jumlah adenin, tidak perlu sama dengan urasil.
Selain itu perbedaan RNA dengan DNA yang lain adalah dalam hal (Suryo, 1992):
1. Ukuran dan bentuk
2. Susunan kimia
3. Lokasi
4. Fungsi
3. Struktur DNA
Gen tersusun atas asam nukleat yang disebut asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic
acid, DNA). Molekul tersebut berperan sebagai pembawa informasi genetik pada semua
organisme selain beberapa jenis virus( Genetika, 2007: 53).
Asam ini adalah polimer yang terdiri dari molekul-molekul deoksiribonukleotida yang
terikat satu sama lain, sehingga bentuk rantai polinukleotida yang panjang. Molekul DNA yang
panjang ini terbentuk oleh ikatan antara atom C nomor 3 dengan atom C no 5 pada molekul
deoksiribosa dengan perantaraan gugus fosfat (Dasar-dasar Biokimia, 2006 : 135).
DNA adalah suatu polimer. Rekombinasi DNA merupakan suatu proses alamiah dengan
mana unsur-unsur material genetic ( pecahan-pecahan polimer DNA) dipersatukan kedalam
suatu moekul DNA yang lain. DNA produk di rujuk sebagi DNA rekombinan. (Fessenden,
1982)
2. Basa nitrogennya guanin (G), sitosin (C), timin (T) dan adenin (A).
Ikatan hidrogen spesifik karena timina dan adenina dapat dipersatukan dengan dua
ikatan hidrogen (kekuatan kira-kira 10 kkal/mol). sitosina dan guanina dapat digabungkan oleh
tiga ikatan hidrogen (kekuatan kira-kira 17 kkal/mol). tidak ada pembentukan pasangan lainnya
antara keempat basa ini yang menghasilkan ikatan hidrogen sekuat itu.
Sprial-rangkap DNA yang dipersatukan oleh sederatan pasangan khusus yang terikat
oleh hidrogen. kapan saja muncul A pada suatu untaian, maka suatu T harus munul
dihadapannya pada untaian lainnya. kedua untaian itu komplementer penuh dalam hal ini.
pembentukan pasangan basa-basa itu, menjelaskan mengapa adenina dan timina harus sama
banyak, demikian pula sitosina dan guanina dalam DNA itu.
Rentetan basa itulah yang menentukan kode genetik; oleh karena itu, tidak
mengherankan bahwa spesi yang berlainan mengandung jumlah keempat basa yang berlainan
pula. diperkirakan bahwa suatu gen tunggal mengandung 1500 pasang basa ( jumlah ini
berubah-ubah menurut gennya). dengan den sebesar ini dapat diperoleh 41500 kombinasi
berlainan yang mungkin.(Fessenden, 1982)
Keempatnya diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu purin dan pirimidin. Purin
hanya berpasangan dengan pirimidin, dan demikian pula sebaliknya, sehingga menghasilkan
heliks ganda yang simetris. Sebuah ikatan hidrogen terbentuk di antara atom hidrogen donor
bermuatan positif yang terikat secara kovalen (misalnya, sebuah gugus imino, NH) dengan
sebuah atom penerima (akseptor) bermuatan negatif yang juga terikat secara kovalen
(misalnya, gugus keto, CO) melalui penggunaan bersama sebuah atom hidrogen. Adenin
berpasangan dengan timin melalui dua ikatan hidrogen; guanin dan sitosin berpasangan melalui
tiga ikatan hidrogen. Sebuah kompleks basa-gula di sebut sebagai sebuah nukleosida; sebuah
nukleosida ditambah fosfat disebut nukleotida ( Poedjiati, 2006: 135).
1.Struktur Primer DNA
Pada asam deoksiribonukleat (DNA), penyusun utamanya adalah unit 2-deoksiri-D-
ribosa dan fosfat yang tersusun secara berselang-seling. Hidroksil 3’ dari satu unit ribosa
ditautkan dengan hidroksil 5’ dari unit ribosa berikutnya oleh ikatan fosfodiester. Basa
heterosiklik dihubungkan dengan karbon anomerik dari setiap unit deoksiribosa oleh ikatan β-
N-glikosidik (Achmadi, 2003).
Pada DNA, tidak ada gugus hidroksil tersisa pada unit deoksiribosa manapun. Namun
demikian, setiap fosfat masih memiliki satu proton asam yang biasanya terionisasi pada tingkat
keasaman 7, menghasilkan oksigen bermuatan negatif. Jika proton ini ada, zat ini akan bersifat
asam; dengan demikian di namai asam nukleat. Penjelasan lengkap mengenai molekul DNA
tertentu, yang mengandung ribuan bahkan jutaan unit nukleotida, harus mencantumkan urutan
tepat dari basa heterosiklik (A, C, G, dan T) di sepanjang rantai (Achmadi, 2003: 563).
2.Struktur sekunder DNA; Heliks rangkap
Sejak tahun 1938 sudah diketahui bahwa molekul DNA memiliki bentuk yang diskret,
sebab kajian sinar-x pada benang DNA menunjukkan pola penumpukan yang beraturan dengan
keberlakaan tertentu. Pengamatan penting oleh E. Chargaff (columbia university) pada tahaun
1950 memberi petunjuk penting mengenai struktur. Chargaff menganalisis kadar basa DNA
dari berbagai organisme yang berbeda dan menemukan bahwa banyaknya A dan T selalu
ekuivalen dan banyaknya G dan C juga selalu ekuivalen. Contohnya, DNA manusia
mengandung sekitar 30% A maupun T dan 20% G maupun C. Sumber DNA lain memberikan
persentase berbeda, tetapi nisbah A terhadap T dan nisbah G terhadap C selalu satu (Achmadi,
2003: 566).
Konformasi keseluruhan yang di ambil oleh molekul DNA bergantung antara lain
dengan urutan basa yang sesungguhnya. Contohnya, DNA sintetik yang dibuat dengan unit
purina-pirimida berselang-seling memiliki konformasi yang berbeda dengan DNA yang dibuat
dari blok basa purina diikuti oleh blok basa pirimidina. Demikian juga, pasangan basa A-T dan
G-C dengan ikatan H yang berbeda dari yang diajukan semula oleh watson dan crick telah
ditemukan (Achmadi, 2003: 567).
Keragaman dalam perincian struktur DNA menghasilkan molekul DNA dengan
bengkokan, gelang jepit-rambut (hairpin loop), superkoil, gelang untaian-tunggal, dan bahkan
menyalib (gelang berikatan H dalam untaian yang keluar dari heliks rangkap). Perubahan
strukur ini menambah kelenturan bagaimana molekul DNA mampu mengenali dan berinteraksi
dengan komponen sel lainnya untuk melaksanakan fungsinya (Achmadi, 2003: 567).
3. Replikasi DNA
proses replikasi DNA dalam suatu sel yang khas dimulai dengan terurainya
(unwinding;Jawa; udar) untaian-rangkap yang dikatalis oleh ensim. sementara untaian rangkap
itu terurai, nukleotida baru (dalam hal ini trifosfat) terpasangberjajar sepanjang tiap untaian.
nukleotida-nukleotida itu digabungkan, satu persatu, dengan suatu cara yang paling
melengkapi secara tepat. timina bersebrangan dengan adenina dan sitosina bersebrangan
dengan guanina.
Polimerisasi nukleotida-nukleotida ini (dan serempak terbentuknya gugus difosfat).
dikatalis oleh enzim DNa polimerase menghasilkan sepasang untaian baru. tiap untaian baru
merupakan komplemen (pelengkap) salah satu untaian lama. hasilnya ialah sepasang spiral
DNA yang identik, padahal semula hanya ada satu spiral.
4. Struktur RNA
Asam ribonukleat (ribonucleic acid) disingkat menjadi RNA adalah satu dari tiga
makromolekul utama (bersama dengan DNA dan protein) yang berperan penting dalam segala
bentuk kehidupan (Key, 1976: 463).
Asam ribonukleat berperan sebagai pembawa bahan genetik dan memainkan peran utama
dalam ekspresi genetik. Dalam dogma pokok (central dogma) genetika molekular, RNA
menjadi perantara antara informasi yang dibawa DNA dan ekspresi fenotipik yang diwujudkan
dalam bentuk protein(Key, 1976: 463).
RNA terdiri atas rantai poliribonukleotida yang basa-basanya biasanya adalah adenine,
guanine, urasil dan sitosin. RNA ditemukan dalam nucleus maupun sitoplasma sel. Variasi
bentuk RNA lebih banyak dari DNA. RNA memiliki berat molekul antara 25.000 samapai
beberapa juta. Sebagian besar RNA berisi rantai polinukleutida tunggal, tetapi rantai ini bisa
terlipat sedemikian rupa membentuk daerah heliks ganda yang mengandung pasangan basa A :
U dan G. Terdapat tiga tipe utama RNA, yakni transfer RNA ( tRNA), ribosomal RNA (rRNA),
dan messenger RNA (mRNA). RNA berperan dalam ekspresi informasi genetic. tRNA
(Mr25.000) berfungsi sebagai suatu adapter dalam sintesis rantai polipeptida. tRNA meliputi
10-20 persen total RNA dalam sel. Setidaknya terdapat satu tipe tRNA untuk setiap tipe asam
amino. tRNA memiliki proporsi nukleosida yang relative tinggi. Nukleosida ini memiliki
struktur unik, misalnya adenine, citosin, guanine, serta urasil yang termitilasi atau terasetilasi
(Ngili, 2013: 307-308).
Struktur dasar RNA mirip dengan DNA. RNA merupakan polimer yang tersusun dari
sejumlah nukleotida. Setiap nukleotida memiliki satu gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu
gugus basa nitrogen (basa N). Polimer tersusun dari ikatan berselang-seling antara gugus fosfat
dari satu nukleotida dengan gugus pentosa dari nukleotida yang lain.
Asam Ribonukleat adalah suatu polimer yang terdiri atas molekul-molekul ribonukleutida.
Asam ribonukleat ini terbentuk oleh adanya ikatan antara atom C nomor 3 dan atom C nomor 5
pada molekul ribose dengan perantaraan gugus fosfat (Poedjiati, 2006: 138).
DNA membawa kode genetika, tetapi RNA-lah yang "menerjemahkan" kode itu ke dalam
sintesis protein. struktur RNA serupa dengan struktur DNA; sederet satuan gula (dalam hal ini
: ribosa) tergabung bersama-sama oleh ikatan-ikatan fosfat. tiap gula terikat ke suatu basa. basa
utama dalam RNA ialah adenina, guanina, sitosina, dan urasil (sebagai ganti timina). urasil
membentuk ikatan hidrogen yang disukai (yang sama dengan ikatan hidrogen pada timina),
dengan adenina, dan selalu berpasangan dengan adenina dalam sintersis RNA.
Achmadi, S., 2003, Kimia Organik: Suatu Kuliah Singkat, (diterjemahkan dari Hart, H., 1987,
Organic Chemistry A Short Lecture, McGraw-Hill, New York), Erlangga, Jakarta
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S. 1982. Kimia Organik jilid. 2. Jakarta : Erlangga.
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys, D.A., (1976), Applied Geophysics, Edisi 1,
Cambridge: Cambridge University Press.