Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Biokimia Protein (Fix)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN


BLOK DIGESTIVE SYSTEM

Oleh :
Nama : Rahmah Fitri Utami
NIM : G1A008035
Kelompok : XIII
Asisten : Yuli Lestari

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2010
LEMBAR PENGESAHAN

Oleh :

Nama : Rahmah Fitri Utami


NIM : G1A008035
Kelompok : XIII

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti


ujian praktikum Biokimia Kedokteran
pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto

Diterima dan disyahkan


Purwokerto, 1 Juli 2010
Asisten

Yuli Lestari
G1A07010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul
Pemeriksaan Total Protein

B. Tanggal
24 Juni 2010

C. Tujuan
1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah
dengan metode biuret
2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein
pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal
3. Mahasiswa akan dapat mengetahui kondisi atau penyakit apa saja uang
berkaitan dengan kadar total protein abnormal dalam darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Darah merupakan bagian terpenting dari manusia yang memiliki fungsi


utama dalam memelihara homeostasis tubuh. Fungsi darah sebagian besar
dilaksanakan oleh plasma dan berbagai konstituennya. Plasma terdiri atas air,
elektrolit, metabolit, nutrient, protein dan hormon. (Murray,2009)
Fungsi utama darah antara lain :
1. Respirasi : mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO 2 dari
jaringan ke paru-paru
2. Nutrisi : mengangkut semua zat-zat makanan yang diserap
3. Ekskresi : mengangkut zat-zat sisa hasil metabolisme untuk dibuang melalui
ginjal, paru-paru, kulit dan usus.
4. Menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh
5. Menjaga keseimbangan air
6. Mengatur suhu tubuh melalui distribusi panas tubuh
7. Sebagai pusat pertahanan tubuh terhadap infeksi (dilakukan oleh leukosit dan
antibodi dalam sirkulasi)
8. Mengangkut hormone dan mengatur metabolisme
9. Mengangkut metabolit
10. Koagulasi
Protein tersusun dari asam amino yang berikatan satu sama lain dengan
ikatan peptida.

NH2 O

R α – asam
C C Amino

Ikatan peptida O
H
METABOLISME PROTEIN

Pada proses pencernaan makanan, protein diubah menjadi asam amino


oleh beberapa reaksi hidrolisis serta enzim-enzim yang bersangkutan. Enzim-
enzim yang bekerja pada proses hidrolisis protein antara lain ialah pepsin, tripsin,
kimotripsin, karboksi peptidase, amino peptidase, tripeptidase dan dipeptidase.
Setelah protein diubah menjadi asam-asam amino, maka dengan proses
absorpsi melalui dinding usus, asam amino tersebut sampai ke dalam pembuluh
darah. Proses absorpsi ini ialah proses transpor aktif yang memerlukan energi.
Asam-asam amino dikarboksilat atau asam diamino diabsorpsi lebih lambat
daripada asam amino netral. Dalam keadaan puasa, konsentrasi asam amino dalam
darah biasanya sekitar 3,5 sampai 5 mg per 100 ml darah. Setelah makan makanan
sumber protein, konsentrasi asam amino dalam darah akan meningkat sekitar 5
mg sampai 10 mg per 100 ml darah. Konsentrasi ini akan turun kembali setelah 4
sampai 6 jam kemudian. Konsentrasi asam amino dalam jaringan ±5 – 10 kali
lebih besar. Perpindahan asam amino dari dalam darah ke dalam sel-sel jaringan
juga melalui proses transpor aktif yang membutuhkan energi. (Stryer, 2002)

KATABOLISME PROTEIN
Degradasi protein (katabolisme) terjadi dalam dua tahap, yaitu :
1. Protein mengalami modifikasi oksidatif untuk menghilangkan aktivitas
enzimatis.
2. Penyerangan protease yaitu enzim yang berfungsi untuk mengkatalis
degradasi protein.
Protein yang terdapat di dalam sel dan makanan didegradasi menjadi
monomer penyusunnya (asam amino) oleh enzim protease yang khas. Protease
tersebut dapat berada di dalam lisosom maupun dalam lambung dan usus.
Katabolisme protein makanan pertama kali berlangsung di dalam lambung. Di
tempat ini protease khas (pepsin) mendegradasi protein dengan memutuskan
ikatan peptida yang ada di sisi NH2 bebas dari asam amino aromatik, hidrofobik,
atau dikarboksilat.
Kemudian di dalam usus protein juga didegradasi oleh protease khas
seperti tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase dan elastase. Hasil pemecahan ini
adalah bagian-bagian kecil polipeptida. Selanjutnya senyawa ini dipecah kembali
oleh aktivitas aminopeptidase menjadi asam-asam amino bebas. Produk ini
kemudian melalui dinding usus halus masuk ke dalam aliran darah menuju ke
berbagai organ termasuk ke dalam sel.
Pepsin, kimotripsin, tripsin termasuk golongan enzim protease
endopeptidase. Golongan enzim ini menyerang protein dari tengah molekul dan
sering juga disebut sebagai enzim proteinase karena menyerang polipeptida tinggi
atau protein. Tripsin menyerang ikatan lisil dan ikatan arginil sehingga peptida
yang dihasilkan mempunyai ujung lisin atau arginin pada terminal karboksil.
Pepsin bersifat kurang khas namun lebih mengutamakan serangan pada titik asam
amino aromatik atau asam amino asam. Hasil degradasi golongan enzim
endopeptidase ini adalah oligopeptida atau fragmen kecil protein.
Sedangkan enzim karboksilase dan aminopeptidase merupakan golongan
enzim protease eksopeptidase yang menyerang ujung dan pangkal oligopeptida
atau fragmen kecil protein. Golongan enzim ini hanya membebaskan asam-asam
amino pada ujung oligopeptida. Karboksipeptidase membebaskan asam amino
pada ujung COOH fragmen kecil protein sedangkan aminopeptidase
membebaskan ujung amino pada oligopeptida. Degradasi golongan enzim ini
menghasilkan berbagai asam amino penyusun protein.
Tiga perempat zat padat dari tubuh adalah protein dengan fungsi yang
berbeda-beda. Sebagian besar adalah protein jaringan / structural, protein
kontraktil dan nucleoprotein. Protein yang diperiksa dalam laboratorium terdapat
dalam darah, urin, saliva, cairan pleural, peritoneal, dan feses. Pada praktikum ini
yang dibahas terutama protein plasma. (Asscalbiass, 2010)
Protein plasma yang beredar terdiri atas :
1. Albumin
2. Globulin
3. Fibrinogen
4. Terdapat sejumlah kecil dalam : enzim, protein structural dan metabolic
( hormone dan protein transfer)
Fungsi protein plasma :
1. Keseimbangan osmotik
Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotic plasma menurun sehingga
kapiler tidak mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul oedem
(cairan darah menuju ke jaringan interstitial).
2. Pembentukan dan nutrisi jaringan
Enzim, hormone, pembekuan darah ( fibrinogen, AT III ) dan jaringan
tubuh.
3. Transportasi
a. Umum yaitu albumin
b. Khusus :
Hormon : prealbumin
Vitamin : Prealbumin
Lipid : Lipoprotein
Co : Ceruloplasmin
Hb : Haptoglobin
Heme : Hemopexin
Fe : Transferin
4. Daya tahan tubuh
Antibodi dan komplemen
Perubahan protein plasma :
a. Hiperalbumin : peningkatan kadar albumin.
Dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma
b. Hipoalbumin
Dijumpai pada malnutrisi, malabsorbsi, hepatitis akut, penyakit hati
menahun, dan sebagainya. (Asscalbiass,2010)

Berikut ini merupakan contoh-contoh dari protein-protein plasma :


1. ALBUMIN
Albumin (69 kDa) merupakan protein utama dalam plasma manusia dan
membentuk sekitar 60% protein plasma total. Sekitar 40% albumin terdapat
ddalam plasma, sedangkan 60% lainnya terdapat di ekstrasel. Setiap harinya,
hepar menghasilkan sekitar 12 gram albumin, yang berarti sekitar 25% dari
seluruh sintesis protein oleh hepar. Albumin awalnya dibentuk sebagai suatu
praproprotein. Peptida sinyalnya dikeluarkan sewaktu protein tersebut
memasuki sisterna retikulum endoplasma kasar, dan heksapeptida di terminal
amino yang terbentuk kemudian diputuskan ketika protein tersebut
menempuh jalur sekretorik. Karena massa molekulnya yang realtif rendah (69
kDa) dan konsentrasinya yang tinggi, albumin diperkirakan menentukan
sekitar 75-80% tekanan osmotic plasma pada manusia. (Murray,2009)
Berdasarkan beberapa penelitian, kadar albumin dalam serum
merupakan prediktor yang baik dan sederhana dalam menentukan resiko
operasi dan mempunyai korelasi yang erat dengan derajat malnutrisi.
(Fuhrman, 2004) Hipoalbuminemia merupakan predictor adanya
perlambatan perbaikan fungsi organ-organ saluran pencernaan bagian bawah
dan berhubungan erat dengan komplikasi post-operasi setelah hemicolectomy
kanan untuk kanker colon ascenden serta berbagai operasi gastrointestinal
lainnya. (Lohsiriwat, 2008)
2. SERULOPLASMIN
Seruloplasmin merupakan suatu α2-globulin. Protein tersebut memiliki
warna biru karena tingginya kandungan tembaganya dan mengangkut 90%
tembaga dalam plasma. Setiap molekul seruloplasmin mengikat enam atom
tembaga dengan sangat erat sehingga hal tersebut tidaklah mudah untuk
dipertukarkan. Sedangkan 10% sisanya diangkut oleh albumin tetapi dengan
ikatan yang lebih lemah. Oleh karena itu, albumin akan lebih mudah
menyalurkan tembaganya ke jaringan bila dibandingkan dengan
seruloplasmin. Seruloplasmin memperlihatkan aktivitas oksidase dependen-
tembaga, tetapi makna secara fisiologis belum dapat dipastikan selain
kemungkinan berperan dalam oksidase Fe2+ dan Fe4+ I dalam transferin.
(Murray, 2009)
3. IMUNOGLOBULIN
Immunoglobulin mengandung minimal dua rantai ringan (L) identik
(Sekitar 23 kDa) dan dua rantai berat heme (H) identik (53=75 kDa). Separuh
dari rantai ringan (L) ke arah terminal karboksildisebut sebagai regio konstan
(C1). Sedangkan separuh terminl amino adalah regio variable rantai ringan
(V1). Sekitar seperempat dari rantai besar (H) di terminal amino disebut
sebagai regio variable, sedangkan tiga perempat lainnya disebut dengan regio
konstan (CH1, CH2, CH3) rantai H. (Murray, 2009)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Alat
1. Spuit 3 cc
2. Tourniquet 1 buah
3. Vacum med
4. Tabung reaksi 10 ml
5. Rak tabung reaksi
6. Mikropipet (10 µl-100 µl)
7. Mikropipet (100 µl-1000 µl)
8. Yellow tip
9. Blue tip
10. Kuvet 1 buah
11. Spektrofotometer
12. Sentrifugator

Bahan
1. Serum darah 20 µl
2. Reagen biuret

B. Metode
Metode End Point

C. Cara Kerja
1. Persiapan sampel :
a. Mengambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan
spuit dan tourniquet.
b. Memasukkan darah ke dalam tabung eppendorf dan disentrifugasi
dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian mengambil
serumnya untuk sampel.
2. Mengambil sampel (serum) sebanyak 20 µl kemudian mencapurkannya
dengan reagen biuret sebanyak 1000 µl.
3. Menginkubasi campuran selama 15 menit dalam suhu ruangan (20-25 oC),
kemudian mengukur pada spektrofotometer dengan panjang gelobang 546
nm dan nilai faktor 19.0.

A. Nilai Normal
Bayi : 4,6 – 7,0 gr/dl
3 tahun sampai dewasa : 6,6 – 8,7 gr/dl
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Probandus
Nama : Vida Berry Al Aden
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

Disentrifugasi

Darah
3 cc

Serum Reagen Biuret


20 µl 1000 µl

Inkubasi 15 menit
(20-25oC)

Spektrofotometer
λ 546 nm

Hasil Perhitungan
Panjang gelombang (λ) : 546 nm
Hasil Spektrofotometer : 6,8 gr/dl
Keterangan : Normal
B. Pembahasan
Praktikum pemeriksaan total protein mempunyai tujuan untuk memeriksa
kadar total protein dalam darah dengan metode biuret, menyimpulkan hasil
pemeriksaan total protein pada saat praktikum setelah membandingkannya
dengan nilai normal, serta untuk mengetahui kondisi atau penyakit apa saja
uang berkaitan dengan kadar total protein abnormal dalam darah.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kadar total protein di
dalam plasma darah probandus adalah 6,8 gr/dl. Bila dibandingkan dengan
nilai normalnya yaitu 6,6 – 8,7 gr/dl, hasil tersebut dapat dikategorikan ke
dalam kadar yang normal.
Sebagian besar protein plasma disintesis di hepar. Hal tersebut telah
dibuktikan melalui penelitian-penelitian yang menggunakan hewan coba.
Namun, beberapa protein plasma ada pula yang tidak disintesis di dalam
hepar, misalnya γ-globulin disintesis di dalam sel plasma serta beberapa
protein plasma tertentu disintesi di tempat lain seperti sel endotel. (Murray,
2009)
Protein plasma yang disintesis kemudian mengikuti rute sekretorik utama
di sel sebelum akhirnya masuk ke dalam plasma, mulai dari membran
retikulum endoplasma kasar → membran retikulum endoplasma halus →
apparatus Golgi → vesikel sekretorik. Sebagian besar protein plasma
disintesis sebagai praprotein dan pada awalnya mengandung peptida-peptida
sinyal terminal amino. Protein plasma biasanya mengalami modifikasi pasca
translasi sewaktu mengalir di dalam sel. Modifikasi-modifikasi tersebut
antara lain proteolisis, glikosilasi, fosforilasi, dan sebagainya. Waktu yang
dibutuhkan oleh protein dari tempat sintesis di hepatosit dke plasma berbeda-
beda mulai dari 30 menit hingga beberapa jam atau lebih, tergantung masing-
masing protein. (Murray, 2009)
Tingginya kadar protein tertentu dalam plasma dapat mengindikasikan
adanya :
1. Suatu keadaan peradangan akut atau akibat adanya kerusakan jaringan jenis
tertentu, misalnya pada C-Reactive Protein.
2. Kelainan atau gangguan fungsi tempat sintesis. Misalnya, pada penyakit
hepatitis akut dan kronis
3. Gangguan imunitas tubuh
4. Gangguan pembekuan darah. (Murray, 2009)
Akan tetapi, tingginya kadar protein total ataupun protein tertentu belum
tentu merupakan hasil yang sebenarnya. Hal tersebut dapat disebabkan karena
ada kesalahan-kesalahan berdasarkan faktor praktikan maupun faktor alat dan
reagen.
1. Faktor Praktikan
Ketidaktelitian praktikan dalam menakar reagen yang akan dicampurkan.
2. Faktor Alat atau Reagen
a. Volume atau banyaknya reagen yang dicampurkan.
Perbedaan takaran reagen yang akan dicampurkan. Jika semakin
banyak di teteskan, maka akan semakin tinggi absorbansinya
b. Cara pencampuran larutan
Ada beberapa reagen yang pencampurannya memerlukan teknik
tertentu, misalnya pengocokan harus dilakukan setiap kali meneteskan
satu tetes reagen.
c. Perbedaan ukuran alat ukur, misalnya ukuran yang terdapat pada
pipet ukur sedikit berbeda dengan ukuran yang terdapat pada gelas
ukur.
d. Alat praktikum yang digunakan kurang bersih.
e. Alat spektrofotometer yang digunakan tidak cukup memadai.

C. Aplikasi Klinis
1. Edema
Edema merupakan pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan
interstisium. Penyebab edema secara umum dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Penurunan konsentrasi protein plasma
b. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
c. Peningkatan tekanan vena
d. Penyumbatan pembuluh  limfe
Penyebab utama yang menyebabkan edema pada gangguan protein
plasma adalah terjadinya penurunan konsentrasi protein plasma. Hal
tersebut menyebabkan penurunan tekanan osmotic plasma.penurunan ini
menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang  direabsorpsi kurang dari normal ; dengan
demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang –ruang
interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein
plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan
protein plasma di urin akibat penyakit ginjal ; penurunan sintesis protein
plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein
plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau pengeluaran
protein akibat luka bakar yang luas.

2. Hepatitis Virus
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti kimia atau obat atau agen penyakit infeksi seperti virus. Hepatitis
virus dibedakan menjadi lima kategori berdasarkan jenis virusnya :
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak
berselubung berukuran 27 nm. Virus tersebut ditularkan melalui jalur
fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh
air dan makanan. Masa inkubasi virus tersebut adalah sekitar 15 – 49
hari dengan rata – rata 30 hari.
b. Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda
yang memiliki ukuran 42 nm. Virus tersebut ditularkan melalui
parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi akut,
kontak seksual dan fekal-oral serta penularan perinatal dari ibu
kepada bayinya. Masa inkubasi virus tersebut adalah sekitar 26 – 160
hari dengan rata- rata 70 – 80 hari. Faktor resiko bagi para dokter
bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis
respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi
laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan
seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
c. Hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus
lemak yang diameternya 30 – 60 nm. Virus tersebut ditularkan
melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
kontak seksual. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50
hari. Faktor resiko hampir sama dengan hepatitis B.
d. Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang
memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita
hemophilia. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata –
rata 35 hari. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis
B. Hepatitis D ini biasanya timbul besamaan dengan hepatitis B.
e. Hepatitis E (HEV)
Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang
diameternya + 32– 36 nm. Penularan virus tersebut melalui jalur
fekal-oral, kontak antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya
rendah. Masa inkubasi virus tersebut adalah sekitar 15 – 65 hari
dengan rata – rata 42 hari. Faktor resiko perjalanan ke negara dengan
insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman yang
terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Asscalbiass. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Biokimia Kedokteran Blok


Digestive. Purwokerto : Laboratorium Biokimia Jurusan Kedokteran FKIK
Unsoed.
Fuhrman MP, Charney P, Mueller CM. Hepatic proteins and nutrition assessment.
J Am Diet Assoc 2004; 104: 1258-1264
Lohsiriwat, Varut, et al. Pre-operative hypoalbuminemia is a major risk factor for
postoperative complications following rectal cancer surgery. World J
Gastroenterol 2008 February 28; 14(8): 1248-1251
Lubert Stryer, John L. Tymoczko, Jeremy M. Berg. 2002. Biochemistry, 5th
Edition. New York : W.H.Freeman & Co Ltd.
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC.
Nelson, David L. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry, Fourth Edition.
U.S.A.: W H Freeman & Co,
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai