Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Prak Anfisman

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Denyut Nadi, Denyut Jantung dan Tekanan Darah

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
DANIAR SETYO RINI

3415090133

FIRDHA KHADIFA

3415090135

PUTRI HANDAYANI

3415092306

AHMAD FIRDAUS PERDANA

3415092308

PENDIDIKAN BIOLOGI REGULER 2009

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
A.

JUDUL PERCOBAAN
Denyut Nadi, Denyut Jantung dan Tekanan Darah

B.

TUJUAN
- Mengetahui alat yang digunakan dalam mengukur denyut nadi, denyut jantung dan
tekanan darah.
- Mengetahui cara mengukur denyut nadi, denyut jantung dan tekanan darah terhadap
manusia.
- Mengetahui tempat pengukuran denyut nadi, denyut jantung dan tekanan darah.
- Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi dalam kerja denyut nadi, denyut jantung
dan tekanan darah.
- Melakukan pengukuran terhadap denyut nadi, denyut jantung dan tekanan darah.
- Mengetahui tempat pengukuran denyut jantung
- Mengetahui karakteristik denyut jantung
- Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi denyut jantung
- Mengetahui cara mengukur denyut jantung
- Mengukur denyut jantung.
-

C.

KAJIAN TEORI
Denyut nadi

Nadi perifer adalah gelombang yang berjalan dalam pembuluh darah arteri akibat
keluarnya sejumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri (stroke volume) ke arah dinding
aorta. Dinding aorta mengalami disternsi setiap kali terjadi stroke volume sehingga menimbulkan
gelombang denyut yang berjalan dengan cepat dalam pembuluh arteri (Murtiati et all, 2010).
Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang
terletak dekat permukaan. Seperti misalnya: arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan,
arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang
teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang
tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Evelyn,
2006).Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan mnyebabkan perubahan tekanan pada
arterinya yang ditunjukkan dengan membesar mengecilnya arteri, disebut juga denyut nadi.
Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolok ukur kondisi jantung. Jadi, penting untuk
diketahui. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
(diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada umumnya
sama dengan frekuensi denyut/detak jantung. Normalnya denyut nadi sama dengan kecepatan
denyut jantung. Kecepatan denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali per
menit.
Kecepatan normal denyut nadi (jumlah debaran setiap menit):
Pada bayi yang baru lahir

140

Selama tahun pertama

120

Selama tahun kedua

110

Pada umur 5 tahun

96 100

Pada umur 10 tahun

80 90

Pada orang dewasa

60 80 (Evelyn, 2006).

Denyut Nadi yang Perlu Diketahui


a.

Nadi Basal (nadi saat baru bangun tidur, sebelum bangkit dari tidur)

b. Nadi Istirahat (nadi waktu tidak bekerja)


c.

Nadi Latihan (nadi saat latihan fisik)


Nadi Pemulihan (nadi setelah selesai latihan fisik).
Tempat Meraba Denyut Nadi

Ada beberapa tempat yang dapat digunakan mengukur denyut nadi, antara lain radialis,
temporalis, karotid, brachialis, femoralis, popliteal, tibia posterior, dan pedal. Kecepatan denytu
nadi normal pada orang dewasa adalah 60 100 kali/ menit. Denyut nadi dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan, obat-obatan, kondisi emosional (stress), dan lain-lain
(Murtiati et all, 2010).
Denyut nadi dapat dipalpasi pada beberapa tempat, misalnya:
a.

Di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (arteri radialis).

b. Di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoideus (arteri carolis).
c.

Di dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (arteri temperalis)

d. Di pelipis
Penjalaran gelombang nadi terjadi karena sifat windkessel function dari aorta dan
pembuluh nadi yang memiliki lapisan elastin. Kecepatan gelombang nadi lebih tinggi
dibandingkan kecepatan aliran darah. Kecepatan gelombang nadi tergantung pada distensibilitas
pembuluh darah serat ratio ketebalan pembuluh dan radius. Semakin tebal dan kaku, atau
semakin kecil radius, akan semakin tinggi kecepatan gelombang nadi (Murtiati, 2005).
Dengan palpasi pada arteri sedang di perifer (arteri radialis atau brachialis) dapat dinilai
gelombang nadi untuk menilai fungsi system kardiovaskular. Kualitas gelombang nadi yang
dapat dinilai antara lain : (Murtiati, 2005)
a. Frekuensi : frekuensi gelombang nadi (denyut nadi) dalam keadaan normal
sama dengan frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu (penyakit) dapat
terjadi pulsus deficit, yaitu adanya selisih antara frekuensi denyut jantung dan
denyut nadi.
b. Irama (rhythm) : irama denyut nadi dapat dinilai misalnya teratur atau tidak
teratur. Irama tidak teratur terjadi pada keadaan normal misalnya keadaan
respiratory rhytmia dan dalam keadaan abnormal dapat terjadi suatu sinus
arrithmia karena extrasystole.
c. Amplitudo : kuat atau lemahnya denyut nadi tergantung pada besar isi
sekucup, jumlah darah yang mengalir selama diastolic dan elastisitas dising
pembuluh nadi besar.
d. Ketajaman gelombang : pendek atau panjangnya gelombang biasanya
berhubungan dengan kekuatan denyut nadi. Pada denyut nadi yang kuat

biasanya diikuti perubahan tekanan yang tajam, sedangkan denyut nadi yang
lemah diikuti dengan perubahan tekanan yang kecil dan lebar.

1. Denyut Jantung
Denyut jantung berasal dari system penghantar jantung yang khusus dan
menyebar melalui system ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk
system penghantar adalah nodus sinoatrium (SA), lintasan antar nodus diatrium, nodus
arterioventrikular (AV), berkas His beserta cabangnya, dan system purkinje (Ganong,
2008).
Mendengarkan suara denyut jantung dalam tubuh disebut auskultasi dan biasanya
dilakukan dengan memakai alat yang disebut stetoskop. Pada saat berdenyut, setiap ruang
jantung mengendur dan terisi darah, selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa
darah keluar dari ruang jantung. Kedua atrium jantung dapat berkontraksi dan relaksasi
secara bersamaan, kedua bilik juga dapat berkontraksi dan relaksasi secara bersamaan.
Darah dari tubuh masuk ke dalam atrium kanan, ventrikel kanan, dan kemudian
dipompakan ke paru-paru. Katup-katup menjaga agar darah tidak mengalir balik dari
aorta ke ventrikel, atrium, dan vena. Katup-katup tersebut membuka dan menutup karena
perbedaan tekanan darah dalam ruang-ruang jantung. Adanya cairan perikardial
menghalangi gesekan membran perikardial satu dengan yang lainya pada setiap denyutan
jantung

(Soewolo,

2003).

Suara denyut jantung terutama datang dari bergolaknya darah yang disebabkan oleh
menutupnya katup jantung. Pada setiap siklus jantung hanya suara jantung pertama dan
kedua yang cukup keras didengar melalui stestoskop. Suara pertama yang terdengar
adalah suara lup lebih keras dan sedikit lebih panjang daripada suara yang kedua. Suara
lup ini dihasilkan dari gerak balik darah yang menutup katup atrioventrikular segera
setelah sistol ventrikel mulai. Suara kedua lebih pendek dan tidak sekeras suara pertama
yaitu suara dup, suara ini adalah akibat gerak balik darah menutup katup semilunar
pada diastol ventrikel, sedangkan waktu antara suara jantung kedua dengan suara jantung
pertama berikutnya kira-kira dua kali lebih lama dari pada waktu antara suara jantung

pertama

dengan

suara

jantung

kedua

dalam

satu

siklus

(Soewolo,

2003).

Diantara bunyi kedua dan bunyi pertama dari siklus selanjutnya terdapat satu periode
istirahat yang lamanya dua kali daripada periode istirahat antara bunyi pertama dan bunyi
kedua dalam satu siklus. Dengan demikian, siklus jantung dapat didengarkan sebagai lup,
dup, istirahat; lub, dup, istirahat; lub, dup, istirahat; dan seterusnya (Tortora dan Nicholas,
1984). Denyut jantung secara lengkap terdiri atas kontraksi atrium, relaksasi atrium dan
kontraksi ventrikel serta relaksasi ventrikel. Pada manusia satu denyutan jantung secara
lengkap memerlukan waktu sekitar 0,8 detik sehingga jumlah denyutan per satu menit
(laju denyut jantung) sekitar 75 kali. Secara teoritis, semakin banyak darah yang masuk
ke jantung, semakin banyak pula darah yang akan dikeluarkan dari jantung. Pada
umumnya laju denyut jantung hewan yang bertubuh kecil lebih tinggi daripada hewan
yang

bertubuh

besar.

Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidal. Sama
dengan pada katup mitral dan trikuspidal, pada katup semilunar juga terdapat
desinkronisasi penutupan katup. Katup semilunar aortik secara normal mengatup dengan
bunyi keras lebih dulu daripada katup semilunar pulmonari. Bila nafas ditarik pelan-pelan
dan dalam, maka pengisian ventrikel kanan akan sedikit tertunda sebab pembuluh darah
pulmonari tertekan oleh peningkatan tekanan intrapulmonari (Basoeki, dkk, 2000).
Pada jantung orang normal, setiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus
normal). Jantung berdenyut sekitar 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat.
Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur, dan dipercepat (takikardia) oleh emosi,
olahraga, demam, dan rangsangan lain (Ganong, 2008).
Pada keadaan normal, terdengar dua bunyi jantung melalui sebuah stetoskop di
setiap siklus jantung. Bunyi pertama berbunyi lub yang bernada rendah dan sedikit
memanjang dan disebabkan oleh getaran yang ditimbulkan oleh penutupan mendadak
katup mitral dan tricuspid pada permulaan sistol ventrikel. Bunyi kedua adalah dub
yang lebih singkat dan bernada tinggi, yang disebabkan oleh getaran pada penutupan
katup aorta dan pulmonal tepat setelah akhir sistol ventrikel (Ganong, 2008).

Jumlah darah yang dipompa keluar dari tiap-tiap ventrikel per-denyut, yaitu isi
sekuncup adalah sekitar 70 ml pada keadaan istirahat pada pria dengan ukuran tubuh ratarata dalam posisi telentang (Ganong, 2008).
Darah yang keluar dari jantung per satuan waktu adalah curah jantung. Curah
jantung dapat bervariasi akibat perubahan pada kecepatan denyut jantung. Frekuensi
denyut jantung terutama diatur oleh persarafan jantung, yaitu stimulasi simpatis
meningkatkan frekuensi dan stimulasi parasimpatis menurunkannya (Ganong, 2008).
Table 1. Efek Berbagai keadaan pada curah jantung (Ganong, 2008)
Keadaan atau factor
Tidak ada perubahan

Tidur

Meningkat

Menurun

Rasa cemas atau gembira (50

100%)
Makan (30%)
Olahraga (sampai 700%)
Suhu lingkungan tinggi
Kehamilan
Epinefrin

Duduk atau berdiri dari posisi

berbaring (20-30%)
Aritmia cepat
Penyakit jantung

2. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik
adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh
darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung
sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer
(2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,
bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan compliance atau daya
regang (distensibility), dinding pembuluh yang bersangkutan (seberapa mudah mereka dapat
diregangkan). Apabila volume darah yang masuk arteri sama dengan volume darah yang
meninggalkan arteri selama periode yang sama, tekanan darah arteri akan konstan. Namun,
yang terjadi bukan seperti ini. Selama sistol ventrikel, volume sekuncup darah masuk arteriarteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang
meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang
masuk ke dalam arteri-arteri, sementara darah terus meninggalkan arteri tersebut, terdorong
oleh recoil elastik. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah
disemprotkan masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120
mmHg. Tekanan minimum didalam arteri sewaktu darah mengalir ke luar pembuluh di hilir
selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg. Tekanan arteri tidak turun
menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri
sebelum semua darah keluar. (Sherwood, 2001)
Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik di atas tekanan
diastolic, misalnya 120/70 mmHg. Satu mmHg setara dengan 0,133 kPa sehingga dalam
satuan SI nilai ini adalah 16,0/9,3 kPa (Ganong, 2008).
Tekanan nadi, yakni perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolic, normalnya
sekitar 50 mmHg (Ganong, 2008). Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata di sepanjang
siklus jantung. Tekanan rata-rata di ujung arteriol adalah 30-38 mmHg. Tekanan nadi juga
menurun secara cepat menjadi sekitar 5 mmHg di ujung arteriol, besarnya penurunan tekanan
di sepanjang arteriol bervariasi secara bermakna bergantung pada apakah pembuluh tersebut
berkontriksi atau berdilatasi (Ganong, 2008).

Tekanan darah di arteri brakhialis pada orang muda dewasa yang beristirahat pada posisi
duduk atau berbaring sekitar 120/70 mmHg (Ganong, 2008). Karena tekanan darah
merupakan produk curah jantung dan tahanan perifer, tekanan darah dipengaruhi oleh kondisi
yang mempengaruhi salah satu atau kedua factor tersebut (Ganong, 2008).
Tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan usia, namun besar peningkatan ini
tidak jelas. Tekanan darah sistolik dan diastolic lebih rendah pada wanita muda daripada pria
muda sampai usia 55-65 tahun, namun setelah usia tersebut tekanan darah wanita menjadi
setara dengan tekanan darah pria (Ganong, 2008).

Tekanan

Darah

dapat

secara

tidak

langsung

diukur dengan

menggunakan

sfigmomanometer
Perubahan tekanan arteri selama siklus jantung dapat diukur secara langsung dengan
menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam sebuah
arteri. Namun, pengukuran dapat dilakukan secara lebih nyaman dan cukup akurat, yaitu
secara tidak langsung dengan menggunakan sfigmomanometer, suatu manset yang dapat
dikembungkan dan dipakai secara eksternal dan dihubungkan dengan pengukur tekanan.
Apabila manset dilingkarkan mengelilingi lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan
udara, tekanan maset disalurkan melalui jaringan ke arteri brakialis dibawahnya, yaitu
pembuluh utama yang mengangkut darah ke lengan bawah. Teknik ini melibatkan
keseimbangan antara tekanan di manset dengan tekanan di arteri. Apabila tekanan manset
lebih besar daripada tekanan di pembuluh, pembuluh terjepit dan tertutup, sehingga tidak ada
darah yang mengalir melaluinya. Apabila tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset,
pembuluh terbuka dan darah mengalir melaluinya. (Sheerwood, 2001).
Selama penentuan tekanan darah, sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis
dilipat siku tepat di bawah manset. Tidak terdengar bunyi apabila tidak ada darah yang
mengalir melalui pembuluh tersebut atau jika darah mengalir secara normal, laminar dan
mulus. Aliran darah yang turbulen, dipihak lain, menimbulkan getaran yang dapat didengar.
Pada permulaan penentuan tekanan darah, manset dikembungkan ke tekanan yang lebih besar
daripada tekanan sistolik, sehingga arteri brakialis kolaps. Oleh karena tekanan eksternal lebih

besar daripada tekanan internal puncak, arteri akan tergencet sehingga tertutup selama siklus
jantung; tidak terdengar bunyi, karena tidak ada darah yang lewat arteri ini (titik 1). Pada saat
udara didalam manset secara perlahan dikeluarkan, tekanan dimanset secara perlahan
berkurang. Ketika tekanan manset turun tepat dibawah tekanan sistolik pucak, arteri secara
sementara terbuka sedikit ketika tekanan darah mencapai puncak tersebut. Darah lolos
melewati arteri yang teroklusi secara parsial dalam waktu singkat sevelum tekanan arteri
kembali berada dibawah tekanan manset dan kembali kolaps. Semprotan darah ini bersifat
turbulen, sehingga dapat didengar. Dengan demikian, tekanan manset tertinggi pada saat
bunyi pertama dapat terdengar menandakan tekanan sistolik (titik 2). Sewaktu tekanan manset
terus turun, darah secara intermiten menyemprot melewati arteri dan menimbulkan bunyi
pada setiap siklus jantung berikutnya setiap kali tekanan arteri melebihi tekanan manset (titik
3). Sewaktu tekanan manset pertama kali berada dibawah tekanan distolik, arteri brakialis
tidak lagi tegencet tertutup selama siklus jantung dan darah mengalir tanpa gangguan melalui
pembuluh tersebut (titik 5). Karena aliran darah tidak lagi turbulen, bunyi manset pada saat
bunyi terakhir terdengar menandakan tekanan diastolik (titik 4). Pada praktek klinis, tekanan
darah arteri dinyatakan sebagai tekanan sistolik diatas tekanan diastolik, dengan nilai rataratanya 120/80 mmHg. (Sheerwood, 2001)
Denyut yang dapat diraba disebuah arteri yang berada dekat dengan permukaan kulit
ditimbulkan oleh perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik. Perbedaan tekanan ini
dikenal sebagai tekanan nadi (pulse pressure). Apabila tekanan darah adalah 120/80, tekanan
nadi adalah 40 mmHg. (Sheerwood, 2001)
Pengukuran Tekanan Darah
Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara
rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat,
akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah
kesehatan lain (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter
arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,
perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak

langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.


Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur
tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001).
Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan
kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam
manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan
menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup.
Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan
radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi
maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan
dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat
(Smeltzer & Bare, 2001).
Dalam mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau
diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital),
yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset
dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan
awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal
sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus
terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik
dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).

10

Gambar 1. Kontrol Umpan Balik Tekanan Darah

Baroreseptor
Batang Otak

Tekanan Darah
Frekuensi
Frekuensi denyut
denyut
jantung
jantung

Isi sekuncup

D.

METODE
Garis tengah
1. Denyut Nadi
pembuluh
Praktikum mengenai denyut nadi
dilakukan pada hari selasa, 28 Februari 2012 di

Laboratorium Fisiologi, UNJ


Alat dan Bahan
Jam
Cara kerja
a. Meminta OP untuk duduk/berbaring dengan tenang
b. Menentukan letak arteri radialis dengan memegang pergelangan tangan OP
secara tepat.
c. Menggunakan dua atau tiga jari tangan selain ibu jari dan kelingking untuk
meraba arteri. Kemudian tekan dengan lembut hingga jari kita dapat merasakan
denyut nadi tersebut.
d. Memperhatikan beberapa karakteristik denyut nadi seperti kecepatan denyut per
menit, keteraturan irama denyut, dan kekuatan denyut selama pengukuran.
e. Mengulangi latihan sampai memperoleh hasil yang sama.
f. Mencatat hasil pengukuran
g. Meminta OP untuk berolahraga selama 10 menit dan kemudian melakukan
pengukuran denyut nadi dengan cara yang sama.
2. Denyut Jantung

11

Praktikum mengenai denyut jantung dilakukan pada hari selasa, 28 Februari 2012 di
Laboratorium Fisiologi, UNJ.
Alat dan bahan
Stetoskop, jam, lampu senter.
Cara Kerja
a. Meminta OP untuk berbaring/ duduk dengan tenang. Meminta OP melepaskan
pakaian sehingga dada bagian kiri dapat terlihat, kemudian berikan sinar pada
dada bagian kiri di daerah interkostal kelima sebelah dalam garis midklavikula
agar denyut jantung terlihat lebih jelas.
b. Menentukan letak apeks jantung dengan palpasi. Meletakkan stetoskop pada
apeks dan auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 . bila irama S1 dan S2 terdengar
teratur, hitung kecepatannya selama 30 detik. Ulangi latihan ini sampai
memperoleh hasil yang sama
c. Meminta OP untuk melakukan olahraga selama 10 menit. Melakukan
pengukuran denyut jantung dengan cara yang sama seperti diatas dan mencatat
hasil pengukuran.
3. Tekanan Darah
Praktikum mengenai tekanan darah dilakukan pada hari selasa, 28 Februari 2012, di
Laboratorium Fisiologi, UNJ
Alat dan Bahan
Spigmomanometer, stetoskop
Cara kerja
a. Meminta OP untuk berbaring dengan tenang dlam keadaan istirahat
b. Meletakkan manset dibagian lengan OP
c. Menyiapkan stetoskop
d. Menentukan letak arteri brakhialis pada fossa cubiti dan meletakkan stetoskop
diatasnya.
e. Meraba arteri radialis sambil memompa manset sampai arteri radialis tidak
teraba lagi. Pompa kembali sampai sebesar 30 mmHg
f. Sambil memegang stetoskop, melepaskan pompa dengan kecepatan 2-3 mmHg
per detik.
g. Memperhatikan bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Tentukan tekanan
h.
i.
j.
k.

bunyi pertama yang terdengar dan terakhir sesuai dengan face korotkoff.
Mencatat hasil pengukuran
Mengulangi latihan hingga memperoleh hasil yang serupa
Meminta OP melakukan aktivitas selama 10 menit
Melakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan cara yang sama
seperti diatas.

12

E.

DATA HASIL PENGAMATAN


Denyut Nadi

No Nama OP

Usia

JK

Denyut Nadi
Kecepatan
Istirahat

Ria

20

90

Irama

Aktivitas Istirahat Aktivitas


110

Kekuatan
Istirahat

Akrivitas

Lemah

Kuat

teratur

Kuat

Kuat

Tidak

Sedang

Kuat

teratur

Tidak
teratur

Rizky

19

85

122

Tidak
teratur

Diar

21

81

92

teratur

teratur
4

Gita

20

86

160

teratur

teratur

Kuat

Kuat

Mei

20

72

80

teratur

teratur

Sedang

Kuat

Daus

21

65

91

teratur

teratur

Sedang

kuat

Denyut Jantung
No

Nama

Usia

JK

Denyut Jantung
Kecepatan
Istirahat

Tuti

22

85

Irama

Aktivitas Istirahat Aktivitas


93

teratur

Tidak

Kekuatan
Istirahat

Aktivitas

kuat

Semakin

teratur
2

Ambar

20

80

107

13

teratur

Tidak

kuat
sedang

Kuat

teratur
3

Mei

20

90

100

teratur

Tidak

sedang

Kuat

teratur
4

Dian

22

66

110

teratur

teratur

sedang

Kuat

Fadli

20

74

92

teratur

teratur

sedang

Kuat

Putri

22

75

80

teratur

teratur

lemah

Kuat

Tekanan Darah
No

Nama

Usia

JK

Tekanan Darah (mmHg)

OP

Sistolik

Diastolik

Istirahat Aktivitas

Istirahat

Nadi

Aktivitas Istirahat Aktivitas

Baeti

20

110

120

90

90

20

30

Wiwit

20

120

130

80

80

40

50

Diar

21

100

104

80

83

20

21

Rizma

20

118

122

66

80

52

42

Mei

20

100

100

80

80

20

20

Daus

21

103

120

60

80

43

40

14

F. PEMBAHASAN
Denyut nadi
Praktikum denyut nadi dilakukan terhadap enam OP yang berbeda dengan
perlakuan yang sama yaitu fase istirahat dan fase aktivitas berlari selama 10 menit.
Perhitungan denyut nadi dilakukan pada arteri radialis disebelah depan pergelangan
tangan selama 1 menit. Dari hasil perhitungan yang dilakukan terhadap OP ternyata
denyut nadi rata-rata saat istirahat sekitar 80 kali permenit. Denyut nadi tertinggi dialami
oleh Ria (90 kali menit) dan terendah oleh Daus (65 kali permenit). Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh Ria memiliki riwayat kesehatan sebagai atlet atau olahragawan. Oleh
sebab itu kemungkinan fisiologi tubuhnya telah terbiasa dengan bentuk aktivitas yang
keras. Hal tersebut membuat denyut nadi saat istirahat tidak begitu jauh rentangnya
dengan denyut saat aktivitas.
Pada OP Daus memiliki denyut nadi istirahat sebanyak 65 kali permenit dan saat
aktivitas sebanyak 91 kali permenit. Denyut nadi ini termasuk kedalam denyut nadi
lemah karena bobot tubuh dari OP yang mengalami obesitas. Sehingga denyut nadinya
pada awal perhitungan tidak terlalu terasa dan ketika melakukan aktivitas terjadi lonjakan
denyut dan irama nafas pun tidak teratur serta denyut nadinya terasa kuat. Hal ini
dimungkinkan karena banyak bagian tubuh yang memerlukan oksigen untuk melakukan
respirasi sel guna mendapatkan energy.
Pada OP Rizky memiliki denyut nadi istirahat sebanyak 85 kali permenit dan saat
aktivitas sebanyak 122 kali permenit. Terjadi lonjakan yang cukup tinggi antara fase
istirahat hingga fase aktivitas. Hal ini dimungkinkan karena OP Rizky yang memiliki
tekanan darah rendah, sehingga saat aktivitas ia tak terbiasa, wajahnya pun terlihat agak
pucat. Hal ini juga dialami oleh Gita dengan denyut istirahat sebanyak 86 kali permenit
dan denyut aktivitas 160 kali permenit.
Sedangkan pada OP Diar dan Mei memiliki denyut nadi yang normal. Artinya
tidak terjadi lonjakan yang berarti dan iramanya pun teratur dan terasa kuat dengan
masing-masing bannyak denyutnya yaitu Diar fase istirahat 81 kali permenit dan fase

15

aktivitas 92 kali permenit serta Mei saat fase istirahat 72 kali permenit dan fase aktivitas
80 kali permenit.
Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolak ukur kondisi jantung. Jadi penting untuk
dilakukan pengukuran yang berkala. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut atau
detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat tertentu.
Frekuensi denyut nadi pada umumnya sama dengan frekuensi denyut atau detak janyung.
Normalnya denyut nadi orang dewasa adalah 60-100 kali permenit. Sesuai dengan teori
yang ada, kualitas gelombang nadi yang dapat dinilai antara lain : (Murtiati, 2005)
e. Frekuensi : frekuensi gelombang nadi (denyut nadi) dalam keadaan normal
sama dengan frekuensi denyut jantung. Pada keadaan tertentu (penyakit) dapat
terjadi pulsus deficit, yaitu adanya selisih antara frekuensi denyut jantung dan
denyut nadi.
f. Irama (rhythm) : irama denyut nadi dapat dinilai misalnya teratur atau tidak
teratur. Irama tidak teratur terjadi pada keadaan normal misalnya keadaan
respiratory rhytmia dan dalam keadaan abnormal dapat terjadi suatu sinus
arrithmia karena extrasystole.
g. Amplitudo : kuat atau lemahnya denyut nadi tergantung pada besar isi
sekucup, jumlah darah yang mengalir selama diastolic dan elastisitas dising
pembuluh nadi besar.
h. Ketajaman gelombang : pendek atau panjangnya gelombang biasanya
berhubungan dengan kekuatan denyut nadi. Pada denyut nadi yang kuat
biasanya diikuti perubahan tekanan yang tajam, sedangkan denyut nadi yang
lemah diikuti dengan perubahan tekanan yang kecil dan lebar.
Denyut jantung
Praktikum perhitungan denyut jantung dilakukan dengan menggunakan alat
stetoskop. Perhitunngan dilakukan terhadap enam OP berbeda dengan perlakukan yang
sama yaitu perhitungan frekuensi denyut jantung saat istirahat dan frekuensi denyut
jantung saat aktivitas lari selama 10 menit. Pada hasil perhitungan didapatkan frekuensi
tercepat adalah Dian yaitu saat fase istirahat 66 kali per menit dan saat fase aktivitas yaitu
110 kali per menit.
Hal ini kemungkinan dikarenakan riwayat kesehatan Dian yang berdarah rendah
dan sering terlihat lesu. Walaupun ia memiliki IMT yang cenderung ideal namun aktivitas

16

yang tiba-tiba begitu hebat (berlari) membuat tubuhnya mengalami stress dan
membutuhkan asupan oksigen lebih banyak sehingga nafasnya pun terengah-engah.
Namun dalam hal irama dan kekuatan denyut tergolong normal karena irama
teratur dan kekuatannya pun terdengar jelas di stetoskop. Sedangkan pada OP yang
lainnya tidak mengalami lonjakan yang begitu tinggi seperti Putri fase istirahat sebanyak
75 kali per menit dan fase aktivitas 80 kali per menit, iramanya pun teratur saat istirahat
dan langsung berubah cepat setelah beraktivitas. Tetapi frekuensi denyut jantung antara
istirahat dan aktivitas tidak jauh.
Berarti tubuh OP tidak mengalami stress yang begitu berat. Bsgitu pula dengan
Tuti yang fase istirahat 85 kali per menit, fase aktivitas 93 kali per menit. Mei fase
istirahatnya 90 kali per menit dan fase aktivitas 100 kali per menit dengan irama dan
kekuatan denyut yang kuat dan teratur.
Pada Fadli fase istirahat 74 kali per menit, fase aktivitas 92 kali per menit, dengan
irama dan kekuatan denyut yang normal. Sedangkan pada Ambar

sedikit

memiliki

rentang frekuensi yang cukup besar antara fase istirahat (80 kali per menit) dengan fase
aktivitas (107 kali per menit). Irama denyut jantung tidak teratur sesaat setelah aktivitas
dengan kekuatan denyut yang meningkat saat aktivitas berlari.
Menurut teori, jantung orang normal, setiap denyut berasal dari nodus SA (irama
sinus normal). Jantung berdenyut sekitar 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat.
Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur, dan dipercepat (takikardia) oleh emosi,
olahraga, demam, dan rangsangan lain (Ganong, 2008). Pada keadaan normal, terdengar
dua bunyi jantung melalui sebuah stetoskop di setiap siklus jantung. Bunyi pertama
berbunyi lub yang bernada rendah dan sedikit memanjang dan disebabkan oleh getaran
yang ditimbulkan oleh penutupan mendadak katup mitral dan tricuspid pada permulaan
sistol ventrikel. Bunyi kedua adalah dub yang lebih singkat dan bernada tinggi, yang
disebabkan oleh getaran pada penutupan katup aorta dan pulmonal tepat setelah akhir
sistol ventrikel (Ganong, 2008).
Jumlah darah yang dipompa keluar dari tiap-tiap ventrikel per-denyut, yaitu isi
sekuncup adalah sekitar 70 ml pada keadaan istirahat pada pria dengan ukuran tubuh ratarata dalam posisi telentang (Ganong, 2008).
Tekanan Darah

17

Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan pengukuran tekanan darah.


Tekanan darah adalah aliran darah yang dipompa oleh jantung dan akan dialirkan
sehingga timbul tekanan pada dinding pembuluh darah dengan menggunakan stetoskop
dan spigmomanometer. Caranya yaitu lengan diatas dibalut dengan selembar kantung
karet yang dapat digembungkan,yang terbungkus kedalam menset dan yang
digendangkan dengan sebuah pompa dan spigmomanometer. Dengan memompa maka
tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 140 mmHg yang cukup untuk menjepit
sama sekali arteri brachial, sehingga tidak ada darah yag lewat, dan denyut nadi
pergelangan yang menghilang. Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana
denyut dapat dirasakan atau lebih tepat bila dengan menggunakan stetoskop denyut
arteri brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan
yang tampak pada kolom air raksa pada spigmomanometer dianggap tekanan sistolik,
kemudian tekanan di atas arteri brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi
jantung atau pukulan denyut arteri dengan jelas didengar atau dirasakan. Sedangkan
dimana bunyi mulai menghilang dianggap tekanan diastolik.
Dalam pengukuran tekanan darah dengan menggunakan stetoskop dan
spigmomanometer, akan dikenal yang disebut fase korotkoff, dan sangat penting untuk
memperhatikan tiap fasenya sehingga didapatkan hasil yang sesuai dan akurat. Fase-fase
tersebut yaitu:
-

Fase 1. Bunyi terdengar seperti ketukan yang kuat dan menghentak (tekanan sistolik)

Fase 2. Bunyi mulai melemah dan terdengar lembut.

Fase 3 .Bunyi berubah menjadi seperti suara bisikan.

Fase 4. Bunyi melemah seperti tiupan angin dan hamper tak terdengar

Fase 5. Bunyi hilang (tekanan diastolic).


Pada percobaan ini, keenam praktikan baik dalam keadaan istirahat maupun

aktivitas berada pada tingkatan normal, yaitu dengan tekanan sistolik berkisar antara 90130 mmHg dan tekanan diastoliknya berkisar anatara 60-90 mmHg. Dengan kata lain

18

tidak ada praktikan yang dikatakan tekanan darah tinggi. Dikatakan tekanan darah tinggi
jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Dikatakan hipertensi jika
didapatkan ukuran yang tinggi (misalnya 160/90 mmHg) sebanyak dua kali dalam tiga
kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan (Beevers, 2002).
Selain tekanan darah, praktikan juga mendapatkan hasil pengukuran untuk
tekanan nadi. Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan sistolik dengan tekanan
diastolik. Untuk mencari ukuran tekanan nadi saat istirahat dan aktivitas yaitu dengan
cara mengurangi tekanan sistolik istirahat dengan diastolic istirahat; dan sistolik
Tekanan
nadi
= Tekanan sistolik Tekanan diastolik
aktivitas dengan
diastolik
aktivitas

Dari hasil tersebut terlihat bahwa rata-rata OP mengalami peningkatan tekanan


darah setelah aktivitas yaitu Diar, Rizma,dan Daus. Hal ini disebabkan kerja jantung
yang menjadi lebih cepat dan meningkat setelah melakukan aktivitas yang kemudian
menyebabkan tekanan maksimum pada aorta meningkat. Tekanan darah manusia
senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung. Beberapa
hal yang mempengaruhi dalam pemeriksaan tekanan darah, yaitu posisi dan kondisi.
Pengukuran tekanan darah dalam keadaan duduk, akan memberikan angka yang lebih
tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun selisihnya relatif kecil. Tekanan
darah juga dipengaruhi oleh kondisi pada saat pengukuran, pada orang yang baru
bangun tidur akan didapatkan tekanan darah paling rendah, yang dinamakan tekanan
darah basal. Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki atau aktivitas fisik lain
akan memberi angka yang lebih tinggi dan disebut tekanan darah kasual (Gunawan,
2007).
Pada saat frekuensi denyut jantung cepat , tekanan arteri turun secara tajam
selama fase ejeksi sistolik ventrikel karena katup atrioventrikulat tertarik kebawah
meningkatkan

kapasitas atrium. Kerja ini menyedot darah ke atrium dari vena besar.

Sedotan darah ke atrium selama sistolik turut membantu secara nyata pada arus balik
vena (Ganong, 2002).

19

Sedangkan pada Wiwit dan Baeti terjadi peningkatan tekanan sistol tapi tidak
mengalami peningkatan tekanan diastol, yang paling berbeda adalah praktikan Mei yang
tidak mengalami peningkatan baik tekanan sistol maupun diastole yaitu tetap 100/80
mmHg sebelum dan setelah melakukan aktivitas. Hal ini tidak sesuai dengan literature
yang menyebutkan bahwa adanya peningkatan aktivitas akan meningkatkan tekanan
darah seesorang. Adanya penyimpangan hasil pengukuran dapat disebabkan oleh
kesalahan teknis dalam pengukuran, yang disebabkan praktikan yang belum terbiasa
melakukan pengukuran. Praktikan masih mengira-ngira atau menebak dalam mengikuti
fase-fase korotkof sehingga data yang didapatkan kurang akurat.
Faktor jenis kelamin juga mempengaruhi tekanan darah seseorang, OP yang
berjenis kelamin laki-laki seharusnya memiliki tekanan darah yang lebih besar
dibandingkan OP yang berjenis kelamin laki-laki. Namun pada percobaan ini, praktikan
Daus tidak menunjukkan tekanan darah yang lebih tinggi dari praktikan lain yang
berjenis kelamin perempuan. Ini juga bisa disebabkan kesalahan prosedur kerja pada
saat melakukan praktikum.
G. KESIMPULAN
1. Alat yang digunakan untuk mengukur denyut nadi adalah jari telunjuk dan jari
tengah, denyut jantung diukur dengan menggunakan stetoskop dan stopwatch,
sedangkan untuk tekanan darah menggunakan stetoskop dan spigmomanometer
2. Denyut nadi diukur dengan menghitung jumlah denyutan pada arteri radialis selama
waktu 1 menit
3. Denyut jantung diukur dengan menghitung jumlah denyut yang terdengar dari
stetoskop selama 1 menit
4. Caranya yaitu lengan diatas dibalut dengan selembar kantung karet yang dapat
digembungkan,yang terbungkus kedalam menset dan yang digendangkan dengan
sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa maka tekanan dalam kantong karet
cepat naik sampai 200mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brachial,

20

sehingga tidak ada darah yag lewat, dan denyut nadi pergelangan yang menghilang.
Kemudian tekanan diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan atau
lebih tepat bila dengan menggunakan stetoskop denyut arteri brakhialis pada lekukan
siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak pada kolom air
raksa pada manometer dianggap tekanan sistolik, kemudian tekanan diatas arteri
brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau pukulan denyut arteri
dengan jelas didengar atau dirasakan. Sedangkan dimana bunyi mulai menghilang
dianggap tekanan diastolik.
5. Denyut nadi arteri radialis, sedangkan denyut jantung di bagian dada sebelah kiri, dan
tekanan darah diukur pada arteri brachealis.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi, denyut jantung, dan tekanan darah
yaitu aktivitas, usia, jenis kelamin, berat badan, riwayat kesehatan dan pola hidup.
7. Denyut nadi rata-rata saat istirahat dari hasil pemeriksaan adalah 80 kali/ menit.
Sedangkan setelah melakukan aktivitas denyut nadi adalah 110 kali/ menit. Denyut
jantung rata-rata saat istirahat adalah 80 kali/ menit, sedangkan setelah melakukan
aktivitas adalah 97 kali/ menit. Tekanan darah rata-rata saat istirahat adalah 108/76
mmHg, sedangkan setelah melakukan aktivitas adalah 116/ 83 mmHg.
H. DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta
Ganong, William F., MD., 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Gunawan, Lany. 2007. Hipertensi, Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Kanisius : Jakarta.
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC : Jakarta
Murtiati, Tri. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. UNJ. Jakarta.
Prof.D.G. Beevers. 2002. Seri Kesehatan Bimbungan Dokter pada Tekanan Darah. Dian
Rakyat.
21

22

Anda mungkin juga menyukai