239 798 1 SM
239 798 1 SM
239 798 1 SM
Triantoro Safaria
Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan
Jalan Kapas No 9 Yogyakarta
safaria_diy@yahoo.com
Abstract
Job stress is a main problem for modern organization. It has negative
effect on employee, organization and productivity. Previous study found
that job stress could create several problems and difficulties either on work
performance or employees health status. This study aims to examine
relationship between job insecurity and religious coping as moderator
variable with job stress among university academic staffs. Moderated
regression analysis was used to analyze the data. One hundred and fiftyfive academic staffs participated in this study. The result showed that job
insecurity has significant effect on job stress. Meanwhile, religious coping
has significant effect on job stress by moderating the effect of job insecurity.
Further discussion will be explained in this paper.
Keywords: Job Insecurity, Job Stress, Religious Coping.
Abstrak
Stres kerja merupakan ancaman utama bagi organisasi modern saat
ini yang berpotensi menimbulkan banyak dampak negatif, baik untuk
karyawan atau pun organisasi. Hasil studi-studi terdahulu menyimpulkan
bahwa stres kerja merupakan faktor utama yang menyebabkan munculnya
beberapa bentuk hendaya dan kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji hubungan antara job insecurity, dan religious coping
sebagai moderator dengan job stress pada staf akademik sebuah universitas
di Yogyakarta. Analisis data menggunakan teknik moderated regression
dengan jumlah sampel sebanyak 155 staf akademik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa job insecurity memiliki efek terhadap peningkatan
156
Pendahuluan
Stres kerja merupakan ancaman utama bagi organisasi modern saat ini yang
berpotensi menimbulkan banyak dampak negatif, baik untuk karyawan atau pun
organisasi. Hasil studi-studi terdahulu menyimpulkan bahwa stres kerja merupakan
faktor utama yang menyebabkan munculnya beberapa bentuk hendaya dan
kecelakaan kerja (Sulsky & Smith, 2005). Ini termasuk respon psikologis individu
seperti kecemasan dan depresi (Stoner & Perrewe, 2006; Gellis & Kim, 2004),
apatis, keterasingan, agresi, alkoholisme dan penyalahgunaan napza (Jones, Kinman,
& Payne, 2006), rendahnya motivasi dan produktivitas kerja (Jex et al, 2006). Masalah
masalah kesehatan yang disebabkan oleh stres dapat mempengaruhi kinerja individu
melalui peningkatan tekanan darah (Mills, Davidson & Farag, 2004; OConnor et
al, 2001), kardiovaskular dan penyakit jantung koroner (Lee et al, 2002), ketegangan
otot (Devereux et al., 2004), kelelahan internal (Friesen et al., 2008), aterosklerosis
(Hintsanen, 2006), menurunkan aktivitas sel kekebalan tubuh alami (Morikawa et
al., 2005), pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal (Carayon,
Smith, & Haims, 1999), arrhythmogenesis (Qureshi et al, 2001), siklus menstruasi
pendek pada wanita (Fenster et al., 1999), radang tenggorokan, dan asam lambung
yang berlebihan (Sulsky & Smith, 2005; Rice, 2005).
Jika stres pekerjaan ini tidak ditangani dan dikelola secara efektif, akan
mengarah pada jenis stres kerja yang berat yaitu burnout (Rice, 2005; Spangenberg,
& Theron, 2005; Burke, 2002; Wilhelm et al., 2004). Burnout merupakan bentuk
stres kerja jangka panjang yang digambarkan sebagai sindrom kelelahan emosional
berat, adanya depersonalisasi, dan penurunan performansi pribadi (Maslach, 1993).
Selain itu, stres kerja dapat merusak kesehatan dan kualitas hidup pekerja (de Jonge
et al., 2000) dan secara langsung dapat mengakibatkan terjadinya kerugian biaya
sosial dan ekonomi (Dollard, 2003). Di tempat kerja, stres dapat mempengaruhi
kinerja. Terlalu sedikit stimulus dan tantangan dalam pekerjaan akan membuat individu
tidak maksimal tampil di tingkat terbaik mereka, sementara mereka yang terlalu banyak
mendapatkan tekanan, sering tidak mampu berkonsentrasi atau bekerja secara efektif
dan efisien. Bagaimana pun dinamika hubungan antara stres dan kinerja adalah
Triantoro Safaria
157
158
Triantoro Safaria
159
individu atas lingkungan kerjanya saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman
subjektif individu muncul sebagai akibat adanya ancaman nyata yang dihadapinya di
lingkungan kerja melalui proses persepsi kognitif (Borg & Elizur, 1992).
Heaney, Israel, & House (1994) mendefinisikan job insecurity sebagai
persepsi individu terhadap adanya potensi ancaman keberlangsungan pekerjaannya
saat ini. Sedangkan Hartley, Jacobson, Klandermans and van Vuuren (1991)
mendefinisikan job insecurity sebagai adanya kesenjangan antara tingkatan rasa
aman yang dialami individu saat ini dengan tingkatan rasa aman yang diinginkan
individu.
Dapat disimpulkan bahwa job insecurity sebagai keadaan rasa tidak aman
yang diakibatkan oleh adanya ancaman terhadap keberlangsungan pekerjaannya.
Hal ini menjelaskan bahwa job insecurity merupakan sebuah pengalaman internal
individu yang dicirikan dengan adanya ketidakpastian terhadap keberlangsungan
pekerjaannya. Definisi operasional dari job insecurity dalam penelitian ini adalah
keseluruhan kekhawatiran atau rasa tidak aman tentang eksistensi keberlangsungan
pekerjaannya di masa depan yang berkaitan dengan kestabilan pekerjaan,
perkembangan karir, dan penurunan penghasilan yang menyebabkan keadaan distress,
cemas dan tidak aman.
Robbins (2003) menyatakan dan menyarankan sebuah model stres yang terdiri
dari tiga faktor utama potensial, yaitu lingkungan, organisasional, dan faktor individu
menentukan bagaimana bentuk responnya terhadap sebuah stressor. Artinya faktor
inidividu ini bertindak sebagai variabel moderator yang menengahi dan memoderasi
kuatnya pengaruh stressor lingkungan dan organisasional. Contoh faktor individual
adalah kecenderungan kepribadiannya, strategi coping yang digunakan dan sumber
daya yang dimilikinya.
Sementara Gibson, Ivancevich, Donnelly and Konopaske (2006) menyarankan
sebuah model lainnya dimana sedikit berbeda dari model Robbins di atas. Mereka
menyatakan bahwa terdapat empat level model stres yang mempengaruhi individu,
yaitu faktor individual, kelompok, organisasional, dan faktor diluar-kerja. Tetapi
keempatnya tidak secara langsung mempengaruhi terjadi stress pada individu, karena
dimoderasi oleh adanya perbedaan individual seperti usia, jenis kelamin, strategi coping
dukungan sosial, sumber daya yang dimilikinya dan kecenderungan kepribadiannya.
Namun kedua model di atas memiliki kesamaan yaitu memperhitungkan adanya
variabel moderator yang mempengaruhi dan menciptakan dinamika hubungan stressor
dan stres dalam konteks dunia kerja.
Dalam penelitian ini variabel organisasional adalah job insecurity, sedangkan
160
Variabel
SD
Religious coping
0.863 18.50
3.56
Job stress
0.920 41.78
10.36
Job insecurity
0.888 14.51
3.76
161
Triantoro Safaria
Variabel
Gender
Isi
Frekuensi
Persentase
Male
Female
70
80
45.2
54.8
20-25
1.9
26-30
26
16.8
31-35
39
25.2
36-40
35
22.6
41-45
50
32.3
>50
1.3
Tutor
17
11
Asisten ahli
106
68.4
Lektor
28
18.1
Lektor kepala
2.6
Age
162
insecurity berhubungan secara positif dengan job stress (r = .303, p < .01), dan
religius coping memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan job stres sebesar
(r = -.203, p < .01). Tabel 3 memaparkan besaran korelasi antar variabel.
Table 3: korelasi antar variabel penelitian dalam model
Job stress
1.000
X1
Religious coping
-.203**
1.000
X2
Job insecurity
.303**
.206
Moderator
-.170*
.050
B
X1
Religious coping
X2
Job insecurity
Moderator
SEB
-.632
.202
-.217*
.837
.191
.301
-.102
.134
-.114*
163
Triantoro Safaria
interaksi antara job insecurity dengan religious coping memiliki nilai beta
( = .114) dengan p<.05. Sedangkan variabel job insecurity, dan religious coping
mampu memprediksi 25, 6% terhadap stress kerja.
Untuk melihat hubungan yang lebih spesifik antara prediktor, moderator dan
variabel kriterium, maka diperlukan pengujian melalui post hoc probing untuk melihat
simple slope dari interaksinya. Hasil dari uji post hoc probing tersebut dapat dilihat
pada gambar 1 di bawah ini.
Estimated Marginal Means of jobstress
level of religius coping
47.50
45.00
42.50
40.00
37.50
35.00
Pada gambar grafik di atas menunjukkan bahwa pada situasi dimana job
insecurity tinggi, maka individu dengan religius coping yang rendah akan semakin
tinggi respons stres kerjanya. Sebaliknya pada individu yang memiliki religius coping
tinggi, ketika berada pada situasi job insecurity yang tinggi, maka respons stresnya
cenderung rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa job insecurity merupakan prediktor
bagi job stress. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang membuktikan
bahwa job insecurity merupakan variansi subtansial bagi job stress. Beberapa
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa job insecurity berhubungan dengan sikap
kerja seperti kepuasan kerja (Probst & Brubaker, 2001), dan berhubungan juga
dengan sikap organisasional seperti komitmen organisasi dan kepercayaan organisasi,
kesejahteraan psikologis dan fisik (Hellgren & Sverke, 2003; Kivimaki, Vahtera,
Pentti, & Ferrie, 2000). Studi lainnya menambahkan juga bahwa job insecurity
berhubungan dengan perilaku kerja seperti meningkatkan job search behavior
(Adkins, Werbel, & Farh, 2001; Reisel & Banai, 2002) dan menurunkan perilaku
keselamatan kerja (Probst & Brubaker, 2001). Penelitian lainnya juga menegaskan
164
Triantoro Safaria
165
166
dengan penurunan job insecurity dapat memberikan kepastian bagi akademik staf
dalam hal pengembangan karir dan penghasilan yang memadai sehingga dapat
menurunkan tingkat stres bagi para akademik staf. Pemberian kepastian ini dapat
dilakukan melalui kebijakan atau aturan tentang pengembangan karir yang jelas serta
kebijakan dalam hal pemberian gaji yang lebih memadai.
Daftar Pustaka
Adkins, C. L., Werbel, J. D., & Farh, J. L. (2001). A field study of job insecurity
during a financial crisis. Group & Organization Management, 26, 463
483.
Arismunandar (2008) 24.000 guru di Sulawesi Selatan menderita stress b e r a t .
www.forumsdm.org. retrieved 26 May 2009.
Badra, I.W., & Prawitasari, J.E. (2005). Kinerja dosen: Hubungan antara stress
dan motivasi dengan kinerja dosen tetap pada Akper sorong. KMPK
Working Paper. Januari no 8. Yogyakarta: Magister Kebijakan dan
Managemen Pelayanan Kesehatan Universitas Gadjah Mada.
Borg, I., & D. Elizur. (1992). Job Insecurity: Correlates, Moderators and
Measurement, International Journal of Manpower 13, 13 26.
Burke, R.J. (2002). Work Stress and Womens Health: Occupational Status
Effects. Journal of Business Ethics 37: 91 102.
Carayon, P., Smith, M.J., & Haims, M.C. (1999). Work Organization, Job Stress
and Work-Related Musculoskeletal Disorders. Human Faktors. Volume:
41. Issue 4: 644.
Carone, D.A., & Barone, D.F. (2001). A social cognitive perspective on religious
beliefs: Their functions and impact on coping and psychotherapy. Clinical
Psychology Review, 21, 989-1003.
Cheng, Y., Chen, C. W., Chen, C. J., & Chiang, T. L. (2005). Job insecurity and its
association with health among employees in the Taiwanese general population.
Social Science and Medicine, 61(1), 41 52.
Devereux,J., Rydstedt, L., Kelly, V., Weston, P., & Buckle, P. (2004). The role of
work stress and psychological faktors in the development of
musculoskeletal disorders. Robens Centre for Health Ergonomics
University of Surrey Guildford : Surrey.
Triantoro Safaria
167
De Jonge, J., Bosma, H., Peter, R., & Siegrist, J. (2000). Job strain, effort-reward
imbalance and employee well-being: A large-scale cross-sectional study.
Social Science and Medicine, 50, 1317-1327.
De Witte, H. (1999). Job insecurity and psychological well-being: Review of the
literature and exploration of some unresolved issues. European Journal
of Work and Organi ational Psychology, 8(2), 155 177.
Dollard, M.F. (2003) Introduction: context, theories and intervention. In Dollard,
M.F., Winefield, A.H., & Winefield, H.R. (Eds.). Occupational
stress in the service professions. (pp.1-42). New York: Taylor & Francis
Inc.
Fenster, L., Waller, K., Chen, J., Hubbard, A.E., Windham, G.C., Elkin, E., &
Swan, S. (1999). Psychological Stress in the Workplace and Menstrual
Function. American Journal of Epidemiology, Vol. 149, No. 2
Friesen, L.D., Arpana R., Vidyarthi, A.R., Baron, R.B., & Katz, P.P. (2008). Faktors
Associated with Intern Fatigue. Journal General Internal Medicine,
23(12):1981 6.
Gellis, Z.D., & Kim, J.C. (2004). Predictors of Depressive Mood, Occupational
Stress, and Propensity to Leave in Older and Younger Mental Health
Case Managers. Community Mental Health Journal, Vol. 40, No. 5
October
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H., & Konopaske, R. (2006).
Organi ations: Behavior, Structure, Processes. 12th edition. Boston:
McGraw-Hill Irwin.
Greenhalgh, L., and Rosenblatt, Z. (1984). Job insecurity: Toward conceptual clarity.
Academy of Management Review, 3, 438-448.
Hartley, J., Jacobson, D., Klandermans, B., & van Vuuren, T. (1991). Job insecurity:
Coping with jobs at risk. London: Sage.
Heaney, C., Israel, B., & House, J. (1994). Chronic job insecurity among automobile
workers: Effects on job satisfaction and health. Social Science and
Medicine, 38(10), 1431 1437
Hellgren, J., & Sverke, M (2003). Does job insecurity lead to impaired well-being
or vice versa? Estimation of cross-lagged effects using latent v a r i a b e l
modelling. Journal of Organizational Behavior, 24, 215 236.
Hintsanen, M. (2006).Work Stress and Early Atherosclerosis: Do Genetic
168
Triantoro Safaria
169
& Francis.
Mills, P.J., Davidson, K.W., & Farag, N.H. (2004). Work Stress and Hypertension:
A Call From Research Into Intervention. Annals of B e h a v i o r a l
Medicine Volume 28, Number 1,
Morikawa, Y., Kitaoka-Higashiguchi, K., Tanimoto, C., Hayashi, M., Oketani, R.,
Miura, K., Nishijo, M., & Nakagawa, H. (2005). A cross-sectional study
on the relationship of job stress with natural cell killer activity, and natural
killer cell subsets among healthy nurses. Journal Occupational
Health, 47; 378-383.
Noor, M, N. (2008). Work and Womens Well-being: Religion and Age as
Moderators. Journal of Religious Health. 47:476 490.
OConnor, D.B. (2000). The effect of job strain on British general practitioners
Mental health. Journal Mental Health, 9 : 637.
Probst, T., & Brubaker, T. L. (2001). The effects of job insecurity on employee
safety outcomes: Cross-sectional and longitudinal explorations. Journal
of Occupational and Health Psychology, 6, 139 159.
Qureshi, E., Bornstein, A., Donnelly, J., & Rozanski, A. (2001) Psychological
Stress and Arrhythmogenesis: Epidemiology, Pathophysiology, and
Therapeutic Implications. Cardiac Electrophysiology Review, 5:385
393.
Reisel, W. D., & Banai, M. (2002). Comparison of a multidimensional and a global
measure of job insecurity: Predicting job attitudes and work behaviors.
Psychological Reports, 90, 913 922.
Rice, L. P. (2005). Stress and Health. California : Brooks/Cole Publishing.
Robbins, S. P. (2003). Organi ational Behavior. 10th Ed. New Jersey: PrenticeHall, Inc.
Selye, H. (1976). The stress of life. (2nd ed). New York: McGraw-Hill.
Spangenberg, J.J., & Theron, J.C. (2005). Stress and Coping Strategies in Spouses
of Depressed Patients. American Journal of Psychiatry. 155:9,
Stoner, J., & Perrewe, P. (2006). Consequences of depressed mood at work: the
importance of supportive superiors. In Rossi, A.M., Perrewe, P.L., &
Sauter S.L. (Eds.). (2006). Stress and quality of working life: current
perspectives in occupational health. (pp. 87-100). Greenwich:
170