Makalah Stres Kerja Guru
Makalah Stres Kerja Guru
Makalah Stres Kerja Guru
PENDAHULUAN
Luthans (Sunarni & Istanti, 2007) mengemukakan bahwa stres sebagai suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan
proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak menuntut psikologis dan fisik individu.
Beehr dan Newman (Wijono, 2010) menyatakan bahwa stres kerja sebagai suatu
keadaan yang timbul dalam interaksi diantara manusia dengan pekerjaan.Selye
(Wijono, 2010) mengemukakan bahwa stres kerja merupakan suatu konsep yang
terus-menerus bertambah. Ini terjadi jika semakin banyak permintaan, maka semakin
bertambah mundulnya potensi stres kerja dan peluang untuk menghadapi ketegangan
akan ikut bertambah.
Ivancevich dan Matteson (Sunarni & Istanti, 2007) menyatakan bahwa stres kerja
terjadi bukan hanya karena konflik yang dialami individu tetapi beberapa faktor yang
mempengaruhi, seperti kekeburan peran dan konflik peran, kelebihan beban kerja,
tanggungjawab terhadap orang lain, perkembangan karir, kurangnya kohesi
kelompok, dukungan kelompok yang tidak memadai, karakteristim tugas, dan
pengaruh kepemimpinan.
Schult dan Schult ( Bachroni& Asnawi, 1999) mengatakan bahwa stres kerja
merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam pelaksanaan tugas
sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraanya. Pendekatan proses
mengatakan bahwa stres merupakan transaksi antara sumber stres dan kapasitas diri
yang menentukan, apakah respon bersifat positif ataukan negatif. Berdasarkan uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan suatu transaksi antara sumber-
sumber stress dengan kemampuan diri, yang berpengaruh terhadap respon apakah
bersifat positif atau negatif. Jika respon bersifat positif, maka sumber stres merupakan
pemacu semangat individu sedangkan respon negatif merupakan indikator bahwa
sumber stres merupakan penekan.
1
2
Penelitian yang dilakukan oleh Seok (2004) menunjukkan bahwa sumber stres
yang dialami oleh guru adalah terlalu banyak pekerjaan (beban ganda), harus
mengikuti perkembangan teknologi, ide, inovasi, upah kerja (gaji), tugas-tugas
sampingan yang banyak, menulis laporan, membuat kertas kerja, pilih kasih, dan
pekerjaan rumah atau menyelesaikan tugas kantor di rumah. Seok juga menemukan
perbedaan sumber stres kerja yang dialami guru laki-laki dan perempuan, yaitu:
strategi dalam mengajar, kepuasan kerja, dan masalah kesehatan mental.
Kyriacou dan Sutcliffe (Himabindu, 2009) menyatakan bahwa dari 257 guru dari 16
sekolah di Inggris tercatat bahwa 15,6% dari keseluruhan jumlah guru mengalami
tingkat stres yang sangat tinggi dan 4,3% guru tidak mengalami stres. Daud dan
Eadaoin (Himabindu, 2009) melaporkan bahwa guru yang mengalami stres pada
umumnya menunjukkan gejala-gejala secara psikologis, salah satunya adalah masalah
pola tidur.Arikewuyo dan Olalekan (Himabindu, 2009) mengungkapkan bahwa guru
Nigeria rata-rata mengalami kesulitan dalam hal mengatur rumah tangga dikarenakan
peran ganda yang dijalani.Para guru tidak dapat mengajar dalam situasi stres dan
mengalami perasaan bersalah ketika tidak dapat menjalankan tugas dengan baik.
Quick dan Quick (Waluyo, 2009) mengemukakan bahwa jenis stres terbagi
menjadi dua, yaitu:
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu
dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,
kemampuan adaptasi, dan tingkat performanceyang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif,
dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu
dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit penurunan dan kematian.
3
BAB II
LITERATUR REVIEW
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang bisa mempengaruhi emosi seseorang,
proses berpikir, khawatir, gelisah dan takut. Stres dapat terjadi pada siapa pun dan di mana
pun, termaksud pada guru
yang berada di SLB. Setiap guru mengalami stres dari berbagai macam sumber
seperti beban kerja yang terlalu berat, sampai dengan kondisi kerja yang tidak memuaskan.
(Fandi muhbar,2017)
Menurut badan Kesehatan Dunia, mengatakan 3 permil dari sekitar 32 juta
warga didaerah Jawa Tengah mengalami ganguan jiwa sedangkan 19 permil
mengalami stres. Apabila jumlahnya dipresentasikan akan mencapai sekitar 2,2% dari
total warga Jawa Tengah.Stres dapat ditimbulkan, yaitu karakteristik seseorang yang
merupakan bagian dari predisposisi keturunan dan pikologi seseorang tersebut. Selain
itu pengaru lingkungan misalnya pengalaman masa lalu dan lingkungan tempat
tinggal.Sehingga munculnya stress akibat dari faktor dari diriindividu dan dari dalam
diri individu itu sendiri (Mfrekempon,2013). Guru mempunyai hak untuk mendidik
generasi bangsa, sehinga guru tidak terlepas dari kemungkinan mengalami stres
dalam pekerjaanya. Salah satu kondisi yang dapat berpengaruh terhadap kinerja dan
produktivitas individu adalah stres.Stres merupakan keadaan psikologis yang tidak
menyenangkan yang muncul karena karyawan tertekan dalam bekerja, Stres ini akan
muncul dengan adanya gejala fisik, psikis dan perilaku (Kay Youman, 2015).
Menurut penelitian Arismunandar (2008) disimpulkan bahwa 30,27% dari
80.000 guru menderita stres dalam bekerja. Ini berarti jumlah guru yang mengalami
stres dalam bekerja sebanyak 24,000 orang. Menurut studi yang di lakukan, bahwa
stres dalam bekerja akan mempengaruhi kinerja pada guru,semakin tinggi tingkat
stres yang dialami oleh guru, maka produktivitas dan kinerja pada guru akan
mengalami penurunan. Selain itu, ketidak mampuan guru menggatasi masalah dengan
baik, seperti masalah dalam keluarga akan menimbulkan konflik dalam pekerjaan
yang akan berpengaruh pada pekerjaan sehingga timbul stres dalam bekerja. (Fandi
muhbar,2017)
4
Oleh karena itu, kondisi individu yang mengalami stress gejala-gejalanya dapat
dilihat baik secara fisik maupun secara psikologis. Gejala secara fisik individu yang
mengalami stress, antaralain ditandai oleh: gangguan jantung,tekanan darah tinggi,
ketegangan padaotot, sakit kepala, telapak tangan danatau kaki terasa dingin,
pernapasan tersengal- sengal, kepala terasa pusing, perut terasa mual-mual, gangguan
pada pencernaan, susah tidur, bagi wanita akan mengalami gangguan menstruasi, dan
gangguan seksual (impotensi) (Waitz, Stromme, Railo, 1983: 52-71).Susah tidur dan
stress merupakanhubungan yang bersifat timbal balik.Artinya, susah tidur dapat
diakibatkan karena stress dan stress dapat mengkibatkan susah tidur. Padahal tidur
yang berkualitas merupakan proses yang penting guna mengistirahatkan
(merecovery) kondisi fisik maupun psikis. Selain itu, pada saat individu tidur
merupakan proses pembangunan selsel yang rusak akibat akitifitas fisik. Untuk itu,
seyogyanya setiap individu dalam sehari semalam (24 jam) waktu tidurnya harus
teratur dan minimal berlangsung selama 7–8 jam.(Sukadiyanto,2014)
Menurut Musradinur (2016), secara garis besar ada empat pandangan
mengenai stres, yaitu: stres merupakan stimulus yaitu Menurut konsepsi ini stres
merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan (environment). Individu mengalami
stres bila dirinya menjadi bagian dari lingkungan tersebut.Dalam konsep ini stres
merupakan variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. Stres
merupakan respon yaitu Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stress
merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks ini stress
merupakan variable tergantung (dependen variable) sedangkan stressor merupakan
variable bebas atau independent variable. Stres merupakan interaksi antara individu
dengan lingkungan yaitu Menurut pandangan ketiga, stress sebagai suatu proses yang
meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu
dengan lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan yang saling
mempengaruhi disebut sebagai hubungan transaksional.
Fenomena stres kerja tidak hanya terjadi pada dunia bisnis, dalam dunia
pendidikan pun hal itu dapat terjadi. Stres kerja dapat saja terjadi kepada para
pendidik.Tugas guru pada hari ini berbeda dengan beberapa puluh tahun yang
6
lalu.Pada hari ini seorang guru tidak hanya bertanggung jawab terhadap kegiatan
belajar mengajar kepada siswanya, seperti belajar membaca, berhitung, menulis, dan
kegiatan belajar lainnya, melainkan seorang guru bertambah tanggung jawabnya
sebagai orang tua murid pada saat di lingkungan pendidikan.Guru-guru terlalu
dibebankan dengan tugas-tugas yang tidak berhubungan dengan kegiatan pengajaran
dan pembelajaran seperti kegiatan ektrakulikuler, menghadiri pertemuan, mengelola
program-program siswa, mengurus kesejahteraan siswa, serta tugas-tugas manajemen
(Lemaire, 2009).Tidak heran jika pada kalangan tenaga pendidik sekarang banyak
mengalami tekanan atau stres yang dapat menyebabkan gejala kelelahan.Guru yang
gagal atau tidak bisa mengelola diri dari stres akan mempengaruhi hubungan guru
dengan siswa, juga akan mempengaruhi kualitas pengajaran dan pembelajaran.
Fenomena seperti ini menjadi salahsatu bagian tanggung jawab bagi manajemen di
lingkungan pendidikan dalam hal ini Kepala Sekolah ataupun Dinas Pendidikan
setempat untuk menanggulangi serta mengatasi stres kerja pada guru sekolah.
Dalam konteks stres sebagai interaksi antara individu dengan lingkungan,
stres tidak dipandang sebagai stimulus maupun sebagai respon saja, tetapi juga suatu
proses di mana individu juga merupakan pengantara (agent) yang aktif, yang dapat
mempengaruhi stressor melalui strategi perilaku kognitif dan emosional. Dan stress
sebagai hubungan antara individu dengan stressor yaitu Stres bukan hanya dapat
terjadi karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Bahwa stressor juga bisa berupa
faktor-faktor yang ada dalam diri individu, misalnya penyakit jasmani yang
dideritanya, konflik internal, dst. Oleh sebab itu lebih tepat bila stres dipandang
sebagai hubungan antara individu dengan stressor, baik stressor internal maupun
eksternal. Stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis
(Oluwayesi,2019).
Sarwono (2006) dalam Hasibuan( 2000: 20I ) menyebutkan faktor-faktor yang
menjadi penyebab stress kerja adalah:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan
2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai
7
meliputi usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian. Ada lima faktor kepribadian yaitu
meliputi Extraversion, Conscientiousness,Emotional Stability, Agreeableness dan
Openness to Experience, dalam hal ini emotional stability sangat berhubungan
dengan mudah tidaknya seseorang mengalami stres. b. Faktor dari luar individu
(External) adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja,
cita-cita atau ambisi. Lingkungan, mendorong kondisi kerja penuh dengan stres yang
disebut stress kerja, dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.
Tetapi faktor individu dan situasional lain dapat pula menjadi pembantu melemahnya
efek kondisi stres kerja, dan sekaligus bisa juga menguatkan munculnya stres kerja.
Menurut Howard dan Jhonson (2002) stres pada seorang guru dapat timbul
dari faktor ling-kungan kerja yang buruk dan tidak mendukung proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kepribadian yang matang,
tegar, dan kemampuan untuk menghadapi maslah yang dihadapi.Kemampuan dalam
mempertahan-kan diri dari stres disebut resiliensi (Diah & Pradna, 2012). Menurut
Kuiper (dalam Diah & Pradna, 2012) menyatakan bahwa resiliensi merupakan bagian
dari psikologi positif, resiliensi akan mengarahkan individu untuk memaknai kembali
kualitas hidup dan mengarahkannya pada gaya hidup yang positif. Hasil akhir yang
diharapkan dari resiliensi adalah untuk membentuk individu untuk memaknai
kembali kualitas hidup dan mengarahkannya pada gaya hidup yang positif. Hasil
akhir yang diharapkan dari resiliensi adalah untuk membentuk individu yang mampu
menghadapi stres dan trauma yang menimpa.
Stres yang dihadapi oleh guru tidak hanya terjadi di sekolah, namun masalah
yang memicu terjadi nya stres pada guru adalah lingkungan luar sekolah jauh lebih
kompleks. Kondisi-kondisi seperti macet, letak geografis yang jauh, hiruk pikuknya
perkotaan, tuntutan peraturan yang dibuat oleh n kata lain salah satu syarat penting
untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu adalah dengan menempatkan tenaga
pendidik yang professional dan memiliki kinerja yang handal. Hasil belajar siswa
atau tinggi rendahnya mutu hasil belajar siswa sangat tergantung pada kemampuan
guru dalam melakukan pengajaran di kelas. Guru yang memiliki kemampuan
9
mengajar dan kinerja yang baik akan membawa dampak peningkatan pada proses
pembelajaran yang baik pula. (Zarina akbar,2017)
Menurut Golizek dalam Ahmad Saputra (2017:75) ada empat tahap stress
kerja, yaitu : 1) Stres kerja yang dapat teratasi, yang ditandai adanya harapan
menigkat dan idealisme, antusias, dedikasi, komitmen terhadap stress kerja serta
memperlihatkan tingkat energy yang tinggi dan sikap positifterhadap kerja. 2)
Streskerjaringan,yangditandai adanya rasa pesimis dan ketidak puasan kerja, frustasi,
kecewa,b osan, jemu dengan kerja, individu mulai memperlihatkan gejala fisik dan
psikologis terhadap stress kerja. 3) Stres kerja sedang yang ditandai dengan menarik
diri dan isolasi. Seseorang mulai mudah marah, bermusuhan, selalu negatif.Timbul
gejala stres fisik dan psikologis, bila lebih buruk akan terjadi perubahan perubahan
sederhana dalam tujuan kerja,sikap dan perilaku selanjutnya terjadi kemunduran.
Stres kerja yang berat, terjadi kerusakan menetap dan hilangnya minat kerja.Timbul
gejala stres kerja berat, harga diri rendah, absen yang kronis, sinis dan negatifism
total, tirnbul kematian kerja dan kelelahan beraktifitas.
Menurut Ahmad Saputra (2017) dalam Cox (2005:92) telah mengidentifikasi
efek stres yang mungkin muncul. Kategori yang disusun Cox meliputi :Dampak
Subyektif (Subjective effect), Kekhawatiran/kegelisahan, kelesuhan, kebosanan,
depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kesabaran, perasaan terkucil dan merasa
kesepian. Dampak Perilaku (Behavioral effect), Akibat stres yang berdampak pada
perilaku pekerjaan dalam bekerja di antaranya peledakan emosi dan perilaku
implusif.Dampak Kognitif (Cognitive effect), Ketidakmampuan mengambil
keputusan yang sehat, daya konsentrasi menurun, kurang perhatian/rentang perhatian
pendek, sangat peka terhadap kritik/kecaman dan hambatan mental.Dampak
Fisiologis (Physiological effect), Kecanduan glukosa darah meninggi, denyut jantung
dan tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar dan
tubuh panas dingin.Dampak Kesehatan (Health effect), Sakit kepala dan migrant,
mimpi buruk, susah tidur, gangguan psikosomatis. Dampak Organisasi (Organization
effect). Produktivitas menurun/rendah, terasing dari mitra kerja, ketidakpuasan kerja,
menurunnya kekuatan kerja, dan loyalitas terhadap instansi.
10
bercanda dengan teman sekerja, mendengarkan musik, nonton televise (2) Melakukan
relaksasi dan meditasi.
Menurut Lulus Margiati (1999) reaksi dan terhadap stres dapat merupakan
reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stres akan
menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia
sebagai usaha mengatasi stres. Usaha me ngatasi stres dapat berupa perilaku melawan
stress (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan sehan-hari ketiga reaksi ini
biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-
perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres
antara lain:
a. Bekerja melewati batas kemampuan
b. Keteriambatan masuk kerja yang sering c. Ketidakhadiran pekerjaan
d. Kesulitan membuat keputusan
e. Kesalahan yang sembrono
f. Kelalaian menyelesalkan pekerjaan
g. Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri
h. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
i. Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat
j.Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencemaan, tekanan darah tinggi,
radang kulit, radang pernafasan.
Secara garis besar dampak stress dapat menimpa pada kondisi fisik
dankondisi psikologis individu. Seperti telah dijelaskan pada indikasi gejala stressdi
atas. Menurut Sukadiyanto (2010), Untuk mengurangi stress yang munculdalam diri
setiap individu, yang pertamadan utama adalah mengetahui penyebabtimbulnya
stress. Dengan mengetahuipenyebabnya, akan mempermudahdalam menentukan cara
mengurangistress yang muncul pada diri individu.Beberapa cara untuk mengurangi
stress antara lain melalui pola makanyang sehat dan bergisi, memelihara
kebugaranjasmani, latihan pernapasan,latihan relaksasi, melakukan aktivitasyang
menggembirakan, berlibur, menjalinhubungan yang harmonis, menghindarikebiasaan
yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin,memelihara tanaman dan
12
BAB III
IDE PENULIS
Mengalami stres bukanlah suatu hal yang selalu buruk. Sedikit stres dapat
membantu Anda tetap fokus, tetap berenergi, dan mampu menghadapi tantangan baru
di tempat kerja. Akan tetapi dalam dunia kerja saat ini, kantor seringkali tampak
sebagai tempat yang membuat emosi Anda tidak stabil. Jam kerja yang panjang,
deadline ketat, dan tuntutan kerja yang selalu meningkat bisa membuat Anda merasa
khawatir, terkuras dan kewalahan. Sementara stres ringan di tempat kerja merupakan
satu hal yang normal, stres yang terus menerus dapat mempengaruhi produktivitas
dan penampilan Anda di tempat kerja.
Stres berat juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisik dan mental, juga
mempengaruhi hubungan sosial dan kehidupan di rumah bahkan juga dapat
membedakan antara kesuksesan dan kegagalan dalam bekerja. Anda tidak dapat
mengontrol semua hal di lingkungan kerja, namun tidak berarti Anda tidak memiliki
kekuatan sama sekali walaupun ketika sedang terjebak di situasi yang sulit. Jika stres
di tempat kerja sudah mempengaruhi kondisi fisik dan mental Anda, maka sudah
waktunya Anda mengambil tindakan untuk mengatasinya.
Apapun ambisi atau tuntutan pekerjaan Anda, ada langkah – langkah yang
bisa dilakukan untuk melindungi diri dari efek merusak stres, memperbaiki kepuasan
kerja, dan mendorong kesejahteraan di dalam dan luar kantor. Cara mengatasi stres
pada karyawan yang dapat dilakukan antara lain: a) Mencari dukungan rekan
kerja,Memiliki sistem support yang solid di kantor dapat membantu mengalihkan
Anda dari efek negatif stres pada pekerjaan. Ingatlah untuk mendengarkan mereka
dan menawarkan dukungan ketika mereka membutuhkan dukungan juga. Jika Anda
tidak memiliki teman dekat di kantor, Anda bisa mulai mencoba bergaul lebih dekat
dengan teman kerja. b) Mengambil inisiatif,Kita mungkin saja mengalami stres ketika
merasa situasinya ada di luar kendali. Hal itu akan mengaktifkan hormon stres dan
dalam situasi kronis akan menurunkan keyakinan diri, konsentrasi dan kenyamanan
diri. Cobalah untuk mengidentifikasi aspek – aspek dari situasi tersebut yang bisa
18
Anda kontrol dan yang tidak bisa dikontrol. Ketahuilah juga ruang lingkup psikologi
dalam dunia kerjadan cara melatih mental agar berani c) Ambil napas dalam, Kita
tidak dapat mengabaikan faktor psikologi dalam lingkungan kerja. Ketika Anda
merasa kewalahan atau mulai merasakan ketegangan dan mulai menjernihkan pikiran,
beberapa menit mengatur napas akan mengembalikan keseimbangan. Tarik napas
selama lima detik, tahan dan hembuskan napas dalam hitungan yang sama melalui
hidung. d) Minimalkan gangguan, Mungkin Anda tidak dapat mengontrol gangguan
yang datang, namun Anda dapat mengontrol bagaimana cara Anda menanganinya
untuk cara mengatasi stres pada karyawan. Terimalah dulu gangguan tersebut,
pikirkan tingkat kepentingannya dan buatlah rencana.Banyak gangguan di tempat
kerja muncul berulang dan bisa diantisipasi sebelumnya. e) Buatlah jadwal,
Kebanyakan dari kita melalui hari tanpa jadwal yang pasti, menganggap bahwa jika
kita bekerja penuh waktu maka semua tugas dapat diselesaikan. Akibatnya justru
dapat menurunkan tingkat produktivitas, menaikkan tingkat stres dan Anda akan
memiliki sangat sedikit energi untuk melakukan kegiatan yang lain. Sebaiknya
jadwalkan hari Anda untuk beberapa kegiatan rutin termasuk bekerja dan waktu
untuk keluarga dan teman – teman agar lebih teratur. Dengan demikian Anda tidak
akan menghabiskan seluruh hari hanya dengan bekerja. f) Menjaga pola
makan,Ketika Anda sedang terlalu fokus pada pekerjaan, mudah untuk melupakan
kesehatan fisik Anda. Pola makan yang buruk akan mempengaruhi sistem tubuh
Anda. Mengonsumsi makanan rendah gula dan tinggi protein akan sangat baik untuk
cara mengatasi stres pada karyawan. g) Menjaga pola tidur, Tidur adalah saat yang
kritis untuk pemulihan tubuh. Ketika Anda tidak cukup tidur, maka Anda tidak
mendapatkan efek pemulihan yang cukup pula.Pikiran yang tumpang tindih kerap
mencegah Anda untuk tidur atau terbangun pada malam hari dan sulit untuk kembali
tidur. Karena itulah menjaga pola tidur yang benar dapat membantu Anda untuk tidak
mudah mengalami stres di kantor. h) Mengubah sudut pandang, Pandangan Anda
terhadap masalah kantor yang membuat stres biasanya merupakan interpretasi
subjektif pada fakta yang ada. Kerap kali Anda melihat masalah melalui rasa tidak
percaya diri sendiri. Namun jika Anda bisa mengevaluasi dan melihat masalah
19
melalui pandangan yang lebih objektif, Anda akan menjadi lebih efektif dan mungkin
saja tidak akan terlalu mengambil masalah terlalu pribadi. i) Menentukan penyebab
stress,Buatlah catatan selama satu atau dua minggu untuk mengidentifikasi situasi apa
yang paling menyebabkan Anda merasa stres dan bagaimana cara Anda
meresponnya. Catat pikiran – pikiran Anda, perasaan dan informasi mengenai
lingkungan, termasuk orang – orang dan situasi yang terlibat, situasi fisik dan
bagaimana respon Anda. j) Mengembangkan respon positif, Daripada berusaha untuk
melawan stres dengan cara yang merusak, lakukan sebaik – baiknya untuk membuat
pilihan sehat ketika Anda merasa ketegangan memuncak. Carilah kegiatan untuk
mengalihkan pikiran negatif ketika sedang stres, apakah itu berjalan – jalan sejenak,
membaca, mendengarkan musik, atau hanya sekedar melakukan latihan pernapasan
untuk mengurangi ketegangan.
Kemudian, cara lain yang dapat menjadi solusi untuk mengatasi stress bekerja
yaitu k) Menggerakkan tubuh, Cara mengatasi stres pada karyawan lainnya yaitu
dengan menggerakkan fisik Anda. Latihan aerobik dapat meningkatkan detak jantung
dan membuat Anda berkeringat, menjadi cara yang sangat bagus untuk meningkatkan
mood, energi dan menajamkan fokus, juga membua ttubuh dan pikiran lebih santai.
Gerakan ritmis seperti berjalan, berlari, menari, dan lain sebagainya juga dapat
menenangkan saraf yang sedang tegang. Untuk pelepasan stres maksimal, cobalah
untuk melakukan setidaknya 30 menit aktivitas setiap hari. l) Menjauhi pemicu stres
pribadi, Terkadang stres juga dapat disebabkan oleh pikiran kita sendiri. Belajar
untuk menghentikan stres diri sendiri dengan membangun kepercayaan diri sendiri
daripada mencari persetujuan orang lain akan menjadi hal yang baik untuk cara
mengatasi stres pada karyawan. Jika Anda terlalu terpaku pada pendapat orang lain
mengenai diri Anda yang tentunya tidak bisa dikontrol, Anda akan mudah stres dalam
seketika. Sebaliknya, biasanya begitu Anda berhenti berusaha menyenangkan orang
lain dan berfokus terhadap pekerjaan itu sendiri, Anda justru akan membuat mereka
terkesan. m) Tentukan prioritas, Dengan tenggat waktu yang semakin dekat dan
prioritas kerja yang terus berubah – ubah, sangat penting untuk menentukan apa yang
benar – benar penting dan mengapa. Hal ini memerlukan kejelasan pikiran, mengerti
20
peranan Anda dalam organisasi, prioritas strategis perusahaan, dan tujuan pribadi
serta kekuatan Anda.Fokuskan diri pada satu proyek yang memiliki dampak paling
kuat dan paling sejalan dengan tujuan – tujuan Anda. n) Mengendalikan kepanikan,
Mungkin Anda termasuk orang yang mudah panik dan gugup menjelang satu
presentasi, Anda dapat mengurangi ketegangan dengan cepat menggunakan teknik
akupresur. Tempatkan jempol Anda di sisi jari tengah dan tekan seketika akan
membantu peredaran tubuh Anda kembali normal. o) Mempengaruhi rekan kerja,
Walaupun Anda sudah bertanggung jawab dengan perilaku dan penampilan Anda,
namun masih ada perilaku orang lain yang perlu ditangani. Menghadapi masalah
dengan rekan kerja atau sesama karyawan dapat dilakukan dengan membicarakan
perilaku buruk dengan nada bersahabat, menggambarkan dampaknya pada tim dan
pada perorangan, lalu meminta perubahan. Jika Anda berbicara dengan nada kritis,
rekan lain mungkin akan menjadi tidak nyaman dan mengurangi kemungkinan
mereka akan melihat Anda sebagai pemimpin. Ketahui cara menghadapi atasan dan
rekan kerja yang kurang menyenangkan. p) Introspeksi diri. Pikiran negatif
merupakan salah satu isi pikiran manusia yang akan merusak dan membuat stres.
Janganlah bersikap terlalu keras dan mengkritik diri sendiri.Cobalah untuk
mendorong kepercayaan diri Anda sendiri agar bertambah dengan melakukan
introspeksi diri. Pikiran yang mendukung akan membantu Anda untuk termotivasi
mencapai dan melatih diri untuk menginspirasi orang lain. Cobalah untuk melakukan
cara menghadapi orang yang meremehkan kita dengan baik.
Jika cara mengatasi stres pada karyawan yang Anda lakukan belum berhasil,
menerima bantuan dari teman yang bisa dipercaya dan anggota keluarga dapat
memperbaiki kemampuan Anda untuk mengelola stres. Atasan Anda mungkin
memiliki akses kepada sumber yang dapat mengelola stres berupa konseling dan
terapi dengan tenaga kesehatan mental profesional jika dibutuhkan.Jika Anda terus
merasa kewalahan dengan stres di tempat kerja, Anda mungkin ingin berkonsultasi
dengan psikolog.Peran psikolog dalam perusahaan sangat penting sebagai orang
berkompeten yang akan dapat membantu Anda mengatasi dan mengelola stres dan
mengubah perilaku tidak sehat sebagai pegawai ataupun karyawan.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Stress tidak pernah dapat dihindari oleh setiap individu selama dalam
kehidupannya sehingga setiap individu harus mampu mengenali penyeba stress dan
cara-cara menguranginya. Tujuannya agar individu dalam mengarungi kehidupannya
tidak terlalu banyak terlanda stress, sehingga dapat menikmati kehidupan dengan
layak, nyaman, dan bahagia. Untuk itu, perludiciptakan lingkungan keluarga,
lingkungan kerja, dan suasana yang harmonis serta kondusif agar warga masyarakat
yang ada di lingkungan tersebut sejahtera lahir dan batin. Juga untuk selalu
mendekatkan diri dengan Tuhan dan jangan lupa untuk selalu menyebut nama Tuhan
di setiap waktu dan di setiap kesempatan. Insya Allah individu yang demikian itu
akan tehindarkan dari stress. 30,27% dari 80.000 guru menderita stres dalam bekerja.
Ini berarti jumlah guru yang mengalami stres dalam bekerja sebanyak 24,000 orang.
Menurut studi yang di lakukan, bahwa stres dalam bekerja akan mempengaruhi
kinerja pada guru,semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh guru, maka
produktivitas dan kinerja pada guru akan mengalami penurunan. Selain itu menurut,
ketidak mampuan guru menggatasi masalah dengan baik, seperti masalah dalam
keluarga akan menimbulkan konflik dalam pekerjaan yang akan berpengaruh pada
pekerjaan sehingga timbul stres dalam bekerja
Manajemen stres lebih dari pada sekadar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Respon
pertama dan banyak orang terhadap stres biasanya menyalakan rokok, meraih
minuman keras, atau menenggak obat-obatan. Sebagian para pengidap stres di tempat
kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang
berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk
memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh.Ada empat
tahap stress kerja, yaitu : 1) Stres kerja yang dapat teratasi, yang ditandai adanya
harapan menigkat dan idealisme, antusias, dedikasi, komitmen terhadap stress kerja
22
serta memperlihatkan tingkat energy yang tinggi dan sikap positif terhadap kerja. 2)
Stres kerja ringan,yang ditandai adanya rasa pesimis dan ketidak puasan kerja,
frustasi, kecewa,b osan, jemu dengan kerja, individu mulai memperlihatkan gejala
fisik dan psikologis terhadap stress kerja. 3) Stres kerja sedang yang ditandai dengan
menarik diri dan isolasi. Seseorang mulai mudah marah, bermusuhan, selalu negatif.
Timbul gejala stres fisik dan psikologis, bila lebih buruk akan terjadi perubahan
perubahan sederhana dalam tujuan kerja,sikap dan perilaku selanjutnya terjadi
kemunduran. Stres kerja yang berat, terjadi kerusakan menetap dan hilangnya minat
kerja.Timbul gejala stres kerja berat, harga diri rendah, absen yang kronis, sinis dan
negatifism total, tirnbul kematian kerja dan kelelahan beraktifitas.
Sedangkan terdapat beberapa efek yang dihasilkan dari seseorang yang
mengalami stres yaitu Dampak Subyektif (Subjective effect),
Kekhawatiran/kegelisahan, kelesuhan, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi,
kehilangan kesabaran, perasaan terkucil dan merasa kesepian.Dampak Perilaku
(Behavioral effect), Akibat stres yang berdampak pada perilaku pekerjaan dalam
bekerja di antaranya peledakan emosi dan perilaku implusif.Dampak Kognitif
(Cognitive effect), Ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat, daya
konsentrasi menurun, kurang perhatian/rentang perhatian pendek, sangat peka
terhadap kritik/kecaman dan hambatan mental.Dampak Fisiologis (Physiological
effect), Kecanduan glukosa darah meninggi, denyut jantung dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar dan tubuh panas
dingin.Dampak Kesehatan (Health effect), Sakit kepala dan migrant, mimpi buruk,
susah tidur, gangguan psikosomatis. Dampak Organisasi (Organization effect),
Produktivitas menurun/rendah, terasing dari mitra kerja, ketidakpuasan kerja,
menurunnya kekuatan kerja, dan loyalitas terhadap instansi.terdapat langkah –
langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari efek stres, memperbaiki
kepuasan kerja, dan mendorong kesejahteraan di dalam dan luar kantor. Caranya
adalahmengambil inisiatif,ambil napas dalam, minimalkan gangguan, uatlah jadwal,
menjaga pola makan,menjaga pola tidur, mengubah sudut pandang, menentukan
penyebab stress,mengembangkan respon positif, menggerakkan tubuh, menjauhi
23
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Saputra. 2017. Pengaruh Motivasi, Stress Kerja, Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Guru Yayasan Perguruan DR Wahidin Sudirohusodo
Medan. Jurnal Manajemen Bisnis. 28(1)
Akif Khilmiyah. 2012. Stres Kerja Guru Perempuan Di Kecamatan Kasihan Bantul
Yogyakarta. Jurnal Lentera Pendidikan. 15(2): 135
Allison E.Gaffey. 2019. Stress, Rejection, And Hormones: Cortisol And Progesterone
Reactivity To Laboratory Speech And Rejection Task In Women And Men
Version 2 And Peer Review 2 Approved. Departement Of Pshycology 3:208
Donny Toisuta. 2017. Hubungan Kepuasan Kerja, Stres Guru dengan Kebahagiaan
Guru Pendidikan Agama Sekolah Menengah Di Kota Ambon. Jurnal Satya
Wacana. 33(1):11-28
Fandi Muhbar. 2017. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Beban Kerja Guru Di
Sekolah Luar Biasa. Jurnal Keperawatan. 5(2)
Lulus Margiati. 1999. Stres Kerja- Penyebab Dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal
Masyarakat Kebudayaan Dan Politik. XII(3)
Musradinur. 2016. Stres Dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi. Jurnal
Edukasi. 2(2)
25
Mahdi Eskandari. 2018. Can Work Related Stress And Job Satisfaction Affect Job
Commitmen Among Nurses? A Cross-Sectional Study. Shahid Bahesty
University Of Medical Science. 7:218
Sarwono. 2006. Hubungan Masa Kerja Dengan Stres Kerja Pada Pustakawan
Perpustakaan Univeristas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal Berkala Ilmu
Perpustakaan Dan Informasi. 3(1)
Shiet Ching Wong. 2010. Understanding Stress , Job Satisfaction And Physical Well
Being Of Managers. Jurnal Psikology.37:2