TBT Semusim Dan Tahunan
TBT Semusim Dan Tahunan
TBT Semusim Dan Tahunan
I.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Upaya membudidayakan tanaman yang di dasar ialah produksi yang
tinggi baik mutu maupun jumlahnya. Ada dua tujuan dalam teknik budidaya
tanaman yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar
kelestarian lahan tetap terjaga. Dalam rangka mendapatkan produksi tinggi
(jumlah dan mutu) perlu penerapan yang dikenal dengan panca usaha tani
yang meliputi penyediaan bahan tanaman (benih/bibit) bermutu tinggi yang
berasal dari klon/kultivar unggul, pengolahan tanah, pengairan, pemupukan
dan perlindungan tanaman.
Tanah sebagai media tumbuh mempunyai empat fungsi utama yaitu
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai
dua peran utama sebagai penyokong tegak tumbuhnya tanaman dan
penyerap hara tanaman. Tanah sebagai penyedia kebutuhan primer tanaman
untuk aktivitas metabolismenya meliputi air, udara dan unsur hara. Tanah
sebagai penyedia kebutuhan sekunder tanaman yang dapat menunjang
aktivitasnya agar tetap optimum meliputi zat-zat pemacu tumbuh, antibiotik
dan enzim yang berfungsi dalam penyediaan kebutuhan primer. Tanah
sebagai habitat biota tanah yang berdampak positif dalam penyediaan
kebutuhan primer maupun sekunder tanaman maupun yang berdampak
negatif sebagai hama penyakit tanaman. Salah satu hal yang harus
diperhatikan adalah pengolahan tanah. Secara umum pengolahan tanah
bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan meningkatkan
kondisi fisik tanah agar siap untuk ditanami. Pengolahan tanah adalah
manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan
keadaan tanah yan baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah yang akan
digunakan sebagai media tumbuh harus dapat menyediakan unsur hara yang
penting untuk tanaman.
1
B. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Padi (Oryza sativa)
Padi termasuk keluarga padi-padian. Batangnya beruas-ruas yang
didalamnya berongga (kosong), tingginya 1 sampai 1,5 meter. Pada tiap
buku
terdapat
batang
tumbuh
daun
yang
berbentuk
pita
dan
Pemberian
pupuk
merupakan
kunci
utama
dalam
usaha
paling
umum
untuk
negara-negara
yang
sedang
pemupukan
pada
lahan
pertanian
di
daerah
tropika
(Colbourn, 2006).
Tujuan pemupukan adalah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil
tanaman.Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah
kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemberian
pupuk padat dilakukan dengan cara ditugal, disebar di atas tanah atau di
sebelah tanaman, sedangkan pemberian pupuk daun. Dengan cara
menyemprotkan pada daun, bersama air disemprotkan sebagai perlakuan
vegetatif,
dimana
cekaman
kekeringan
pada
vase
vegetatif
kacang
tanah
yang
semakin
tinggi
menyebabkan
penambahan
unsur
hara
dengan
cara
pemupukan
(Amirudin, 2003).
Banyak sekali jenis kacang tanah yang ditanam di Indonesia, namun
secara garis besarnya dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:
a. Menurut tipe pertumbuhannya
1) Tipe tegak (bunch type, erect type, fastigiate)
Pada umumnya percabangan tanaman kacang tanah tipe tegak
sedikit banyak lurus atau sedikit miring ke atas. Orang lebih
menyukai kacang tanah tipe tegak lebih sebab umurnya lebih genjah
(kira-kira 100 120 hari), pemungutan hasilnya lebih mudah
dilakukan. Karena buah kacang tipe tegak ini hanya terdapat pada
ruas-ruas dekat rumpun, maka buah kacang (polong) ini dapat masak
secara serempak.
2) Tipe menjalar (runner type, prostrate type, procumbent).
Cabang tanaman kacang tanah tipe menjalar ini tumbuh ke
samping. Hanya bagian ujung cabangnya mengarah ke atas. Batang
utama tanaman kacang tanah tipe menjalar lebih panjang daripada
batang utama kacang tanah tipe tegak. Umur tanaman kacang tanah
tipe menjalar berkisar antara 5 6 bulan. Setiap ruas kacang tanah
yang berdekatan pada tanah menghasilkan buah. Oleh karena itu
buah-buahnya tidak bisa masak seara serempak.
10
b. Menurut umurnya
1) Kacang tanah berumur panjang
Kacang tanah ini bisa mencapai umur 6 7 bulan. Pada
umumnya kacang yang tergolong berumur panjang ini adalah kacang
Cina. Ciri-ciri dari kacang tanah berumur panjang yakni:
a). Batang panjang
b). Buah banyak, tetapi masak secara tidak serempak
c). Satu buah berisi 3 4 biji
2) Kacang tanah berumur pendek
Kacang tanah ini bisa mencapai umur 3-4 bulan. Kacang tanah
yang berumur pendek dibedakan menjadi tiga golongan kecil, yakni:
a). Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah tua. Buah
kacang tanah jenis ini besar, berbiji 1-3 butir. Golongan kacang
tanah
memuaskan.
b). Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah muda. Hasil
kacang tanah jenis ini banyak, rata-rata 1 buah polong berbiji
1-2 butir. Kacang tanah yang termasil jenis ini ialah kacang
Holle, kacang Tular, kacang Waspada dan kacang Schwars.
c). Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah jambu dan
buahnya kecil (Semangun, 2004).
Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman. Untuk menghindari
banyak polong yang tertinggal dalam tanah maka diusahakan panen pada
saat tanah lembab atau basah, jika kondisi tanah kering sebelum dipanen
sebaiknya tanah disiram air telebih dahulu. Setelah itu tanaman dicabut dan
ditumpuk dengan rapi dipinggir lahan sampai tanaman selesai dicabut. Saat
pemetikan polong ini disortir polong cacat, busuk ataupun kosong dibuang.
Setelah itu polong-polong kacang tanah dikumpukan dan kemudian dijemur
di bawah terik matahari. Pada kondisi matahari cerah, polong sudah cukup
kering setelah dijemur ke dalam karung yang bersih, dan siap untuk
disimpan ataupun dipasarkan (Warsana, 2009).
C. Metedologi Praktikum
1. Komoditas Padi
11
Kelompok 1
Waktu praktikum : Mulai bulan Maret-Mei
Tempat Praktikum :
Tempat Praktikum :
Nama Petani : Bapak Yanto
Desa
: Banaran
Kelurahan : Njanti
Kecamatan : Jaten
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Log book
Pulpen
Kamera
Cangkul
Sabit
Cetok
Alat bajak
2) Bahan
a) Benih padi
b) Lahan sawah
c. Cara Kerja
1) Bahan Tanam
12
13
(c) Penanaman
(1) Lakukan pengamatan dilokasi pertanaman yang anda kunjungi
(2) Lakukan interview dengan petani tentang asl-usul bahan/bibit,
cermati bahan tersebut bagaimana baik atau belum
(3) Buat laporan, kesimpulan dan usaha perbaikan yang perlu
dilakukan menurut anda
(4) Amati pertanman yang ada, yang diusahakan oleh petani baik
dalm satu hamparan atau dalam satu petakan
(5) Tanyakan pada petani tentang masalah-masalah yang terkait
dengan penggunaan bahan tanam, baik varietas untuk jenisjenis tanaman
(6) Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pola tanaman
yang dilakukan baik jenis tanaman yang ditanamnya
(7) Buat laporan dari data yang diperoleh, serta perbaikan apa
yang perlu dilakukan untuk memperbaiki cara-cara yang
kurang tepat dilakukan oleh petani
(d) Pemeliharaan
(1) Lakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada pada
beberapa lokasi pertanaman petani
14
kriteria
digunakan,
alat
yang
digunakan
dan
pengumpulan sementara
(3) Tanyakan usaha-usaha yang dilakukan dalam memasarkan
produknya
(4) Cara data sebanyak-banyaknya mungkin terkait dengan
pemasaranya baik harga, keuntungan dan cara-cara petani
mengatasi pemasalahan yang terkait dengan pemasaran
produknya.
(5) Buat laporan dan kemungkinan perbaikan system yang telah
dilakukan petani
(f) Pengolahan pasca panen
Lakukan wawancara terkait dengan penaganan pasca panen
apa saja yang dilakukan.
3. Komoditas Kacang Tanah
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Pengamatan
15
2) Bahan
Beberapa lokasi pengembangan pertanian dengan berbagi
kondisi lahan.
3) Cara Kerja
a). Bahan tanam
Mahasiswa menayakan bahan tanam yang harus digunakan
b). Pengolahan Tanah
(1) Lakukan pengamatan pengolahan lahan pada beberapa lokasi
yang telah ditentukan
(2) Mahasiswa melakukan wawancara pada pemilik lahan terkait
dengan pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani
(3) Data yang diperoleh diolah dan disimpulkan serta beri
alternative masukan perbaikan yang mungkin perlu dilakukan
untuk memperbaiki system yang diterapkan oleh petani.
c). Penanaman
(1) Lakukan pengamatan dilokasi pertanaman yang anda
kunjungi
(2) Lakukan
interview
dengan
petani
tentang
asl-usul
sebanyak-banyaknya
tentang
pola
16
Komoditas Padi
a. Bahan Tanam
Bahan tanam untuk kelompok 1 yang digunakan adalah bibit
IR-64. Bibit diperoleh dari mantan mantra pertanian (Bapak Sumarno).
17
18
19
20
jarak
25
cm
antar
iktan
tali
yang
ditarik
lurus
21
jarak antar benih perbaris, selain itu agar benih yang ditanam lurus.
Setelah itu benih ditanamn percolom dengan alat bantu berupa bamboo
yang sisi sampingnya dicoak dengan jarak 25 cm untuk penanaman
benih percolom. Untuk penanaman menggunakan tenaga buruh tani
wanita sebanyak 7 orang.
Cara penanaman yang dilakukan pada kelompok 3 adalah dengan
metode legowo. Metode legowo dilakukan dengan memberikan jarak
tanam tiap baris tanaman yang cukup lebar, yaitu 40 cm. Jarak tanam
antar tanaman diberlakukan dengan jarak 15 cm x 15 cm. Bahan tanam
didapat dari hasil panen sebelumnya. Cara penanaman tersebut
berfungsi untuk mengefektifkan penyinaran matahari pada tanaman.
Adanya jarak yang lebar antar baris tanaman juga mempermudah
apabila petani hendak melakukan pemeliharaan seperti pemupukan.
Dalam satu baris tanaman terdapat sekitar sepuluh tanaman padi.
Pola tanam yang dilakukan oleh petani adalah monokultur, yaitu
pola tanam dengan satu jenis tanaman tanpa adanya tanaman lain.
Pola tanam monokultur ini sudah cukup lama diterapkan oleh petani
dan dilakukan penanaman sebanyak 3 kali atau 3 kali masa tanam
selama 1 tahun. Petani lebih memilih menanam padi dalam 3 kali masa
tanam karena memandang analisis kebutuhan sehari-hari dan resiko
lain apabila mananam tanaman selain padi.
d. Pemeliharaan
Pengamatan mengenai pemeliharaan bertujuan agar mahasiswa
mengenal serta mempelajari cara-cara monitoring budidaya tanaman.
Selain itu bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan tindakan
memelihara atau menjaga bahkan memanipulasi lingkungan dan
tanaman sesuai dengan kebutuhannya. Pemeliharaan padi untuk
kelompok 1 meliputi :
1) Penyiangan Gulma
Untuk mencegah dan mengurangi gulma yang ada di lahan
budidaya padi, petani menggunakan landak. Biasanya dilakukan
22
satu minggu sekali. Pada landak terdapat bagian yang runcing yang
berfungsi
untuk
mencabut
gulma
rumput-rumputan
serta
memotong akar padi sehingga akar akan tumbuh lebih banyak dan
pertumbuhan padi baik. Apabila gulma sedikit penyiangan hanya
dilakukan satu arah saja, tapi bila gulma banyak maka secara 2
arah berlawanan.
Prinsip kerja landak landak, bila didorong ke depan akan
mencengkram rumput. Kemudian ditarik lagi maka akan mencabut
rumput. Setelah itu didorong kedepan dan belakang lagi untuk
membenamkannya. Rumput yang telah tercabut dan dibenamkan
menjadi pupuk organik.
2) Pengendalian Hama Penyakit
Hama yang biasanya menyerang yaitu wereng dan sundep.
Gejala yang ditimbulkan seperti daun mongering. Hama sundep
menyerang pada batang. Hama tersebut menyebabkan gejala sakit
pada
tanaman.
Obat
yang
biasanya
digunakan
untuk
23
2 kg. Pemupukan tidak dilakukan pagi hari karena pagi hari ada
embun sehingga pupuk akan menempel atau lengket pada tanaman.
Pemupukan yang ideal dilakukan setelah embun jatuh ke tanah.
Pada
lahan
praktikum
dilakukan
pemupukan
pada
pukul
10.00-11.00 WIB.
4) Pengairan
Pengairan tanaman padi dilakukan tergantung cuaca. Saat
cuaca buruk tidak dilakukan pengairan, tapi saat cuaca baik
pengairan dilakukan tiap 3 hari sekali. Apabila cuaca buruk dan
diairi maka hama wereng cepat menyerang tanaman padi. Air
untuk pengairan diambil dari air selokan, dekat lahan yang diberi
lubang dan ditutup rumput. Apabila akan dilakukan pengairam,
tutup dibuka selama 1 jam kemudian ditutup lagi.
Kelompok
tindakan
pemeliharaan
meliputi,
Pengairan
2x
seminggu,
jika
hama
sedikit
dilakukan
24
25
pengendalian
hama
penyakit,
petani
melakukan
yang
dilakukan
pada
kelompok
dengan
26
yang digunakan adalah sabit dan treser. Jumlah orang dalam penebas
sebanyak 16 orang. Alasan memilih system borongan yaitu lebih
menguntungkan alat dan tenaga kerja karena transportasi mahal.
Pada kelompok 3, pemanenan padi dilakukan 3 kali setiap tahun
sesuai dengan 3 kali masa tanam. Umur panen tanaman padi adalah
100 hari setelah tanam. Tahap pertama dalam pemanenan adalah
memotong atau menebasnya, alat yang digunakan adalah sabit. Setelah
itu padi di masukkan kea lat threser untuk mmisahkan gabah dengan
jeraminya. Pemanenan dilakukan sejak pagi hari dan selesai sesuai
dengan luas lahannya, pada lahan petani ini biasanya sampai sore hari
pemanenannya. Kriteria padi yang siap untuk dipanen adalah paling
tidak umurnya 100 hari setelah tanam. Semua bulir sudah berisi dan
tanaman sudah mulai menguning. kriteria tersebut bisa disebut setelah
biji masuk masak fisiologis. Pemanenan pada lahan ini biasanya
menggunakan tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
f. Pengolahan Pascapanen
Kegiatan pengelolaan pasca panen yang dilakukan meliputi
penjemuran gabah dengan tujuan untuk memperoleh gabah dengan
tujuan untuk memperoleh gabah kering yang tahan untuk disimpan dan
memenuhi kebutuhan gabah yang akan dipasarkan. Pengolahan pasca
panen untuk kelompok 1, biasanya penjemuran memerlukan waktu 2-3
hari, alat yang digunakan untuk penjemuran gabah ini yaitu sorok.
Pengelolaan pasca panen setelah penjemuran gabah yaitu penggilingan
padi. Tempat untuk penggiliingan padi biasa disebut dengan
selepan.Biasanya proses penggilingan ini membutuhkan waktu sekitar
1 jam dan dilakukan kurang lebih 2 orang. Kemudian setelah proses
penggilingan, diperoleh hasil yang dinamakan dengan beras. Setelah
itu, beras disimpan dalam karung putih. Hasilnya langsung dijual
kepada tengkulak. Harga penjualan beras dengan tengkulak sekitar Rp.
6500,00/kg.
27
28
29
mendapatkan jatah air yang terakhir. Tanah yang dekat dengan aliran
irigasi lebih basah dan lengket di cangkul saat dilakukan penyiangan.
Cangkul digunakan karena lebih mudah dalam pembalikan tanah dan
gulma.
Setelah dilakukan penyiangan, gulma dibiarkan saja disekitar
tanaman. Hal ini dilakukan agar seresah dari gulma bisa dimanfaatkan
lagi sebagai pupuk hijau karena seresah ini ditimbun kembali ke tanah
dan akan terdekomposisi walau waktu yang diperlukan relatif lama.
Selain penggunaan pupuk hijau dari seresah gulma, pupuk yang
diberikan oleh Pak Wito berupa pupuk Ponska, Mess dan Urea dengan
dosis masing-masing kg.
Hama yang terlihat pada saat tanaman jagung berumur 1 bulan
yaitu belalang yang memakan daun. Jagung yang berusia 2,5 bulan
terlihat hama kepik, ulat dan walang sangit. Walang sangit yang berada
di jagung mungkin berasal dari lahan padi di dekat lahan jagung Pak
Wito. Cara pengendaliannya berupa penggunaan pestisida. Seharusnya
tidak langsung menggunakan pestisida untuk pengendalian hama.
Namun, lahan yang terlalu luas dan tidak ada anggota keluarga yang
membantu serta terlalu seringnya penggunaan pestisida, maka beliau
langsung menggunakannya melihat manfaat penggunaan pestisida yang
mampu langsung membasmi hama tersebut.
e. Pemanenan
Pemanenan jagung dilakukan beberapa dalam satu masa tanam,
tergantung dari jagung yang sudah kering dan siap panen. Pemanenan
dilakukan ketika tanaman jagung sudah mulai menguning dan
mengering. Kriteria tersebut digunakan karena lebih hemat tenaga dan
waktu karena proses penjemuran menjadi lebih cepat. Pemanenan
dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Panen dilakukan
sendiri oleh Pak Wito dan terkadang dibantu oleh istri. Jagung
dikumpulkan sementara di sekitar lahan sebelum diangkut ke rumah
beliau untuk selanjutnya dilakukan pemipilan.
30
f. Pasca Panen
Jagung yang telah dipanen dikupas dan dijemur sampai kering.
Pengeringan jagung dilakukan dengan cara menjemurnya dibawah terik
matahari dan beralaskan terpal. Jagung yang sudah kering kemudian
dipipil. Total hasil pipilan jagung unutk lahan seluas 5000m2 sebanyak
16 kwintal. Jagung pipilan ditawarkan ke peternakan unutk dijadikan
pakan. Biasanya beliau yang mendatangi peternakan tersebut untuk
menawarkan jagung pipilannya. Jagung pipilan ini hanya dijual ke
peternakan tersebut (langganan) dan harga yang diberikan oleh
peternakan yaitu Rp.3000/kg.
3. Komoditas Kacang Tanah
a. Bahan Tanam
Kacang tanah merupakan tanaman semusim yang banyak
dibudidayakan oleh petani. Selain untuk dibudidayakan secara khusus,
tanaman kacang tanah juga sering digunakan sebagai tanaman penutup
tanah. Kacang tanah mempunyai masa hidup selama 3-4 bulan
tergantung pada jenis varietas yang digunakan. Kacang tanah biasanya
ditanam di lahan kering pada awal atau akhir musim kemarau, dengan
cara tanam tunggal atau tumpang sari dengan jagung atau ubi kayu.
Budidaya kacang tanah umumnya menggunakan teknologi sederhana
(rendah pupuk dan pestisida).
Pengamatan tanaman semusim, kacang tanah yang dilakukan oleh
kelompok 6 di lahan milik Bapak Darso Gimin, di Desa Sukosari,
Kelurahan Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
Luas lahan 2000m2 dengan varietas kacang brol. Bahan tanam yang
digunakan pada menggunakan biji yang diperoleh dari hasil panen
sebelumnya. Sebelum dilakukan penanaman biji tersebut tidak melewati
pengujian. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan biji yang
digunakan sebagai benih adalah biji yang seragam, warna merah
kecoklatan, dan ukurannya normal (tidak kecil atau tidak besar).
31
32
33
34
4)
Penyemprotan hama
Hama pada pertanaman kacang tanah tersebut tergolong
banyak, terutama dai spesies belalang dan ulat. Pada lahan kacang
tanah terdapat penyakit bercak daun yang disebabkan oleh virus
dan hanya sedikit yang terjangkit. Petani tidak melakukan
pengendalian apa apa karena hanya sedikit yang terjangkit.
Untuk pemberantasannya beliau menggunakan insektisida
bernama Vinpal. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari sebelum
muncul matahari karena menurut beliau pada waktu ini belalang
atau hama yang ada belum aktif untuk mencari makan, artinya
hama belum pergi dari daerah pertanaman atau memakan daun
kacang tanah. Sehingga cara ini dinilai cukup efektif. Dosis
insektisida dalam sekali penyemprotan yaitu 2 tutup botol yang
dicampur dengan air untuk lahan seluas 400 m2. Penyemprotan
dilakukan sebanyak 2 kali selama musim tanam, yaitu pada 45
HST dan 55 HST.
e. Pemanenan
35
oleh
penebas.
Jika
petani
sudah
mempunya
hasil
produksinya.
Dan
harganya
juga
lebih
36
37
dan
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Iriany, R.N. M. Yasin H.G. dan Andi Takdir M. 2007. Asal, sejarah, evolusi
dan Taksonomi Tanaman Jagung. Jagung. Pusat penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Kasno, Astanto. 2004. Pencegahan Infeksi Aspergillus flavus Dan Kontaminasi
Aflatoksin Pada Kacang Tanah. Jurnal Litbang Pertanian, 23(3).
Kusmarwiyah, R., D. Indradewa dan Suyadi. 2006. Kajian Fisiologis Cekaman
Kekeringan pada Jagung Manis. Jurnal Agrosains 19 (3): 225-235.
Matsubayasi, Minoru. 2002. Theory and Practise of Growing Rice Plant. Fuji
Publishing. Tokyo.
Ngraho. 2007. Menanam Padi. http://ngraho.wordpress. com. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2012.
Pane, Hamdan. 2004. Daya Saing Beberapa Vrietas Padi Gogo Rancah terhadap
Gulma di Lahan Sawah Tadah Hujan. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. 23 (1) : halaman.
Schiere, J.B. 2002. Limbah Pertanian: Potensi dan Faktor Pembatas dalam
Pemanfaatannya
sebagai
pakan
ruminansia.
Procedings
40
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Berdasarkan siklus hidupnya, tumbuhan tahunan (perennial plants)
adalah
tumbuhan
yang
dapat
meneruskan
kehidupannya
setelah
seperti
menggugurkan
daun,
mengubah
morfologi,
atau
41
negara setelah karet dan kopi. Maka dari itu kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang
dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak
yang dihasilkan oleh tanaman lain. Habitat aslinya kelapa sawit adalah
daerah semak belukar. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku
pembungaan dan produksi buah sawit.
Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia yang
telah memberikan sumbangan devisa bagi negara karena telah lama
menjadi komoditi ekspor Indonesia. Dalam kancah pasar dunia,
keberadaan Indonesia
sebagai
menunjukkan
kakao
bahwa
produsen
kakao
Indonesia cukup
utama
di
diperhitungkan
dunia
dan
42
B. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis), berasal dari Afrika Barat.
Kelapa sawit cocok dikembangkan diluar darerah asalnya, termasuk di
Indonesia. Kelapa sawit telah menjadi komoditi subsektor perkebunan yang
memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Prospek usaha
yang tinggi, harga produk kompetitif, dan indsustri kelapa sawit yang
beragam dengan skala usaha yang fleksibel, telah menjadikan banyak
perusahaan dalam berbagai skala maupun petani yang berminat untuk
membangun industri kelapa sawit mulai dari kebun hingga hilir
(Sutandi, 2009).
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil maka batangnya tidak
memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang kelapa
sawit tumbuh tegak lurus (phototropy) dibungkus oleh pelepah daun. Laju
pertumbuhan tinggi batang dipengaruhi oleh komposisi genetik dan
lingkungan. Tanaman kelapa sawit secara umum menghendaki lama
penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari. Curah hujan tahunan
1.500-4.000 mm. Temperatur optimal 24-280 C. Ketinggian tempat yang
ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu
proses penyerbukan (Abdoellah, 2007).
43
Upaya pencegahan terhadap hama dan penyakit lebih baik dari upaya
pemberantasannya. Karenanya, perlakuan pemeliharaan tanaman harus
dilakukan
sebaik
mungkin.
Namun,
bila
terpaksa
melakukan
mestinya
yaitu
ada
kelainan
atau
penyimpangan-
penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya
tampak layu dan mengering (Riwandi, 2005).
Setelah pembukaan areal lahan, langkah selanjunya adalah melakukan
pekerjaan penyiapan dan pengawetan tanah. Pekerjaan tersebut meliputi
pembukaan teras, pembentukan benteng, rorak, parit drainase dan
penanaman tanaman penutup. Pengawetan tersebut dimaksudkan untuk
mencegah
erosi,
mempermudah
pelaksanaan
panen,
memperbaiki
44
untukmengurangi
pembiakan
hama/penyakit
serta
untuk
lalu
dikumpulkan
dan
dibersihkan
dari
lahan
(Setyamidjaja, 2011).
2. Komoditas Kakao
Kakao (Theobroma cacao) atau lazim pula disebut tanaman cokelat,
adalah penghasil bahan penyedap (penyegar), seperti halnya kopi dan teh.
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam
dapat mencapai ketinggian 10 m. Bunga kakao, sebagaimana anggota
Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga
sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm) dan tunggal. Kakao
secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem
inkompatibilitas sendiri (Winarsih et al., 2005).
Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal
batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan
tumbuh lebih pendek bila tanaman tanpa pohon pelindung. Diawal
pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak melalui biji akan
45
46
47
pembinaan
produksi
hingga
pembiayaan
yang
berkesinambungan
(Parhusip, 2008).
Agribisnis karet alam di masa datang akan mempunyai prospek yang
makin cerah karena adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan
sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya
industri polimer pengguna karet serta makin langka sumber-sumber minyak
bumi dan makin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan
karet sintetis (Anwar, 2005).
Bahan tanam karet yang dibudidayakan saat ini merupakan klon asal
persilangan berbagai tetua terpilih yang kemudian diperbanyak dengan cara
okulasi. Masing-masing klon memiliki karakter agronomi yang berbeda
seperti tingkat produksi, pertumbuhan sebelum dan setelah lateks disadap,
ketebalan kulit, kandungan karet kering dan warna lateks, serta ketahanan
terhadap penyakit. Persilangan buatan untuk mendapatkan klon dengan
sifat primer dan sekunder yang baik dilakukan oleh berbagai institusi
penelitian yang umumnya terdapat di negara penghasil karet alam
(Haris, 2005).
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh
keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi
oleh teknik dan manajemen penyadapan. Penyadapan adalah mata rantai
pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 5-6 tahun. Penyadapan dapat dilakukan selama
25-35 tahun. Tinggi bukaan sadap pertama 130 cm dan bukaan sadap kedua
280 cm di atas pertautan okulasi. Waktu pelaksanan penyadapan dilakukan
sepagi mungkin agar mendapatkan lateks yang tinggi, karena bila
penyadapan dilakukan pada waktu pagi hari, turgor pembuluh lateks masih
tinggi dan keluarnya lateks dari pembuluh yang terpotong berlangsung
dengan aliran yang kuat (Hanum, 2008).
Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil
yang telah dicampur dengan pupuk. Sebelumnya tanaman dibersihkan dulu
dari rerumputan dibuat larikan melingkar 10 cm. Dosis pemupukan berbeda
untuk tiap jenis tanah. Pemupukan pertama kurang lebih 10 cm dari pohon
48
Cara Kerja
1) Identifikasi batang kelapa sawit
a). Menghitung jumlah daun kelapa sawit yang ada dari ujung
sampai pangkal terbawah.
b). Menentukan pola filotaksis / pola duduk daun dalam batang
tanaman kelapa sawit.
c). Mengukur panjang satu pelepah daun.
d). Mengukur diameter batang bagian bawah.
e). Mengukur tinggi tanaman kelapa sawit secara sumulasi dengan
menggunakan prinsip trigonometri yaitu :
Tan a = y / x
Tinggi batang = y + r
49
50
51
tumbuh
pendek,sehingga
ujung
pelepah
pertumbuhan
52
3) Cara Kerja
a). Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit
i. Membuat piringan.
ii. Menentukan dosis pemupukan.
iii. Menentukan lebar piringan pada sekitar batang tanaman
kelapa sawit yang akan dilakukan penyiangan, dengan
berpedoman adalah panjang pelepah daun kelapa sawit.
iv. Membersihkan daerah sekeliling / melingkar batang
membentuk lingkaran atau piringan.
v. Menggemburkan tanah pada daerah piringan.
vi. Melakukan pemupukan tanaman kelapa sawit dengan cara
menebarkannya pada daerah piringan dengan dosis :
Tabel 2.1 Kebutuhan Pupuk Kelapa Sawit
Jenis Pupuk
Umur Tanaman
Sulphate of
Amonia (ZA)
Rock Phospate
(RP)
Muriate of Potash
(KCl)
Kieserite (MgSO4)
*) Keterangan :
Dosis (Kg/Pohon/Tahun)) *)
5-5
6 12
>12
1,0 2,0
2,0 3,0
1,5 3,0
0,5 1,0
1,0 2,0
0,5 1,0
0,4 1,0
1,5 3,0
1,5 2,0
0,5 1,0
1,0 2,0
0,5 1,5
53
tersebut,
pemberian
pupuk
pada
Tanaman
54
Kebutuhan Pokok
Urea SP-36
KCl
Urea SP-36
KCl
..(gram/pohon)..
..(gram/pohon)..
50
100
25
50
236
100
200
118
50
50
333
267
150
180
123
75
391
267
200
175
128
92
429
333
200
188
147
88
476
333
200
200
140
84
524
333
350
265
170
175
Urea
25
25
25
45
45
g/pohon/tahun
TSP KCl Kleserit
25
20
20
25
20
20
50
40
40
50
40
40
55
(gram/tanaman)
Umur Tanaman
(tahun)
3
gram/pohon/tahun
Urea TSP KCl Kliserit
100
100
100
60
180
180
135
75
>5
250
180
150
120
56
170
= 3,14
= 54,14 cm
57
cm2
b). Ujung kanan II
cm2
c). Tengah kanan I
cm2
d). Tengah Kanan II
cm2
e). Pangkal kanan I
cm2
f). Pangkal kanan II
58
=
b).
rata tengah
59
=
2
=
c).
rata pangkal
=
2
=
d).
rata total
=
= 22239,893 cm2
Gambar 2.2 Daun Kelapa Sawit
60
61
Kahat N
Kahat P
Kahat K
I
Kutu daun,
Pengamatan
II
III
Ada
Ada
Kutu daun,
Hama
semut,
semut,
laba-laba
laba-laba
Bercak
Bercak
Bercak
kuning
31
2,4 m
-
kuning
31
2,4 m
-
kuning
37
2,4 m
Banyak
Banyak
Penyakit
Pelepah
Tinggi
Bunga
Buah
31
2,4 m
-
Belalang
IV
Ada
Ulat, sarang
tawon
62
Sumber : Logbook
2) Tanaman Kakao
Tabel 2.6 Perawatan Tanaman Kakao
Faktor yang
I
-
diamati
Kahat
Hama
Penyakit
Pengamatan
II
III
Ada
Ada
IV
Ada
Belalang,
Belalang,
Belalang,
Belalang,
ulat
ulat
ulat
ulat
Buah
4
Tinggi
2,5 m
Cabang
5
Sumber : Logbook
Kahat N
4
2,5 m
5
4
2,5 m
5
Kahat Mg
Bercak
kuning
3
2,5 m
5
63
Pengamatan
I
II
III
IV
Ada
Belalang
Bercak
Ada
Belalang
Belalang
Bercak
Belalang
Bercak
coklat
4
7,7 m
2
coklat
5
7,7 m
5
kuning
4
7,7 m
2
Bercak coklat
4
7,7 m
2
2. Pembahasan
a. Identifikasi Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang berakar
tunggang. Perakaran kelapa sawit tumbuh ke bawah dan menyebar ke
arah samping. Batang tanaman kelapa sawit tidak memiliki kambium
64
tidak
memiliki bercak hama atau luka. Bangun daun berbentuk pita, tepi
daun rata (integer), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun
65
66
67
dan buah yang matang ukurannya lebih besar daripada yang masih
mentah.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu,
hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol
dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh
buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Buah
kelapa sawit setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok
dengan sendirinya. Buah kelapa sawit berbentuk seperti kapsul, dan
buah yang matang ukurannya lebih besar daripada yang masih mentah.
b. Identifikasi Defisiensi Unsur Hara Tanaman Kelapa Sawit
Identifikasi defisiensi unsur hara dengan cara melihat langsung
tanaman kelapa sawit di lokasi praktikum. Identifikasi defisiensi unsur
hara yaitu dengan pengamatan langsung secara fisiologis atau visual.
Kriteria yang diperhatikan adalah membandingkan warna hijau daun
yang menjadi patokan atau warn hijau baku dengan warna hijau daun
yang lain dalam satu tanaman.
Tanaman kelapa sawit yang mengalamai defisiensi unsur hara
maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Pertumbuhan yang
terhambat akan mengakibatkan produktifitas tanaman rendah dan
kualitas yang dihasilkan juga rendah. Tanaman kelapa sawit yang
diamati saat praktikum mengalami kekurangan unsur hara yaitu unsur
N, P, dan K. Hal itu dapat dilihat secara visual perbedaannya dengan
daun kelapa sawit yang sehat.
fotosintesa.
Penyebab
defisiensi
nitrogen
adalah
68
69
petiole.
c. Perawatan Tanaman Kelapa Sawit, Kakao, dan Karet
1) Kelapa Sawit
Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma. Pembersihan
gulma dilakukan di daerah piringan kelapa sawit. Pembersihan
gulma bertujuan untuk menghindari kompetisi dalam memperoleh
unsur hara antara tanaman kelapa sawit dengan gulma yang ada
disekitar tanaman. Pembersihan daerah tumbuh kelapa sawit dari
gulma yaitu secara manual atau mekanik, dengan cara mencabut
langsung gulma yang tumbuh. Gulma yang terdapat di sekitar
tanaman kelapa sawit adalah rumput teki, gulma menjalar, dan
beberapa terdapat jamur. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman
kelapa sawit sebelum dipupuk lebih sedikit daripada setelah
dilakukan pemupukan.
Langkah awal yang dilakukan sebelum pemupukan adalah
membuat piringan. Lebar piringan ditentukan berpedoman pada
panjang pelepah daun kelapa sawit. Tujuan dibuat piringan adalah
agar pupuk tidak langsung mengenai akar dari kelapa sawit. Lebar
piringannya adalah 50 75 cm dari pangkal tanaman kelapa sawit.
Pengukuran piringan 50 cm berguna untuk penentuan letak aplikasi
pupuk N. Pengukuran piringan sepanjang 75 cm dari pangkal
batang berguna pada penentuan tempat diaplikasikannya pupuk P,
K, dan Mg hingga 1 m di luar piringan. Pupuk yang digunakan
untuk pemupukan kelapa sawit adalah pupuk ZA 0,5 gram/pohon,
TSP 0,250 gram/pohon, dan KCL 0,200 gram/pohon. Kelompok
kami tidak menggunakan perlakuan pupuk kandang.
Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif,
sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pemupukan kelapa sawit
70
yang
menyebabkan
warna
daun
menjadi
71
72
73
yang kami temukan telah mati, buah kakao yang berwarna hijau
sebanyak 3 buah, dan satu buah hijau yang berukuran kecil.
Perawatan tanaman kakao yang lain adalah pemangkasan
cabang-cabang tanman yang tidak produktif. Pemangkasan
tanaman
bertujuan
agar
sirkulasi
udara
berjalan
lancar,
74
75
E. Komprehensif
Tanaman kalapa sawit merupakan tanaman monokotil. Kelapa sawit
memiliki sistem perakaran tunggang yang tumbuh ke bawah dan menyebar ke
76
samping. Daun kelapa sawit terdiri dari Daun terbagi atas lamina, helaian
daun, tangkai daun, duri, pelepad dan petole. Bangun daun berbentuk pita, tepi
daun rata (integer), ujung daun runcing (acutus), pangkal daun meruncing
(acuminatus), permukaan daun gundul (glaber), daging daun seperti kertas
(papyraceus). Pelepah daun terdiri dari tangkai daun, tangkai anak daun,
helaian daun, petiole, dan tulang anak daun. Terdapat tulang daun pada setiap
anak daun. Pelepah daun menempel pada batang tanaman. Batang kelapa
sawit berbentuk silinder, tidak bercaban, dan pada pucuknya terdapat titik
tumbuh. Bunga kelapa sawit adalah monoecious diclin dan umumnya
mengalami penyerbukan silang. Bunga tersusun berbentuk karangan bunga
yang disebut tandan bunga. Buah kelapa sawit berbentuk seperti kapsul, dan
buah yang matang ukurannya lebih besar daripada yang masih mentah. Warna
buah kelapa sawit yang mentah adalah ungu kehitaman sedangkan warna buah
kelologi apa sawit yang matang adalah oranye atau oranye kecoklatan.
Bagian-bagian dari buah kelapa sawit adalah kernel (embrio dan endosperm),
mesokarpium (serabut buah), endokarpium (cangkang), dan eksokarp
(kulit buah).
Perawatan tanaman tahunan pada kelapa sawit, kakao, dan karet salah
satunya adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan menggunakan dua jenis
pupuk, yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang adalah semua
priduk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk
menambah hara, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
kandang memiliki kandungan hara yang bervariasi tergantunga pada jenis
ternak, kesehatan ternak, makanan, dan umur. Penggunaan pupuk kandang
sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan sumber daya terbarukan serta
mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk kimia.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk
dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. beberapa
keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu pemberiannya dapat terukur dengan
tepat, kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang
tepat, tersedia dalam jumlah cukup, dan mudah diangkut karena jumlahnya
77
78
1) Tinggi tanaman kelapa sawit dari daun terpanjang 354 cm, tinggi
batangnya 166 cm, diameter batang 54,14 cm, panjang pelepah
sampai petioli 274 cm, panjang pelepah total 302 cm dengan jumlah
daun 179 buah.
2) Batang kelapa sawit berbentuk bulat panjang dan pada umumnya
pangkal batang agak membesar yang disebut bowl.
3) Tanaman kelapa sawit memiliki bunga jantan dan bunga betina.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoecious diclin).
4) Bunga kelapa sawit tersusun berbentuk karangan bunga yang
disebut tandan bunga. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan
mekar. Bunga jantan terdiri dari tangkai bunga, serbuk sari, dan
kelopak bunga. Bunga betina terdiri dari tangkai kepala putik,
kelopak bunga, kepala putik, dan tandan bunga.
5) Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras
(epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan
mengandung minyak, kulit biji (endocarp) atau cangkang atau
tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm)
yang berwarna putih dan mengandung minyak.
6) Defisiensi unsur hara tanaman kelapa sawit, yaitu kahat unsur N, P,
dan K. Kahat N gejalanya warna daun pucat, dan menguning. Kahat
P gejala anak daun dan pelepah menjadi kemerah-merahan. Kahat K
gejala daun tua orange seperti tembus pandang. Bagian anak daun
mengering (nekrosis).
7) Hama tanaman kelapa sawit adalah belalang, ulat.
8) Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi membersihkan gulma,
membuat piringan, dan pemupukan.
b.
Komoditas Kakao
79
Komoditas Karet
1) Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman tahunan
komoditi perkebunan yang membutuhkan teknik budidaya yang
baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal.
2) Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan
yang tinggi di atas. Batang tanaman ini mengandung getah yang
dikenal dengan nama lateks.
3) Pemeliharaan tanaman kakao terdiri dari pengendalian gulma,
membuat piringan, pemupukan, dan pemangkasan.
4) Tanaman karet mengalami defisiensi unsur hara N.
5) Hama tanaman karet adalah belalang.
2. Saran
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdoellah. 2007. Beberapa Metode Penentuan Jenis Tanah Pada Kelapa sawit .
Vol XII No 26. 2006.
Anwar, Chairil. 2005. Manajemen Dan Teknologi Budidaya Karet. PT. FABA
Indonesia Konsultan. Jakarta.
Balai Penelitian Sembawa, 2005. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat
Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa, Palembang.
81
Basuki, I dan I Made Wisnu. 2008. Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman Kakao
di Laboraturium Agribisnis Prima Tani Kabupaten Lombok Barat. J.
Agrosains 3(2) : 14 -26
Daniel, R. 2009. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu untuk Produksi Kakao
Berkelanjutan. http://www.ag.gov.au/cca. Diakses pada tanggal 28 Mei
2012.
Gardner,R.G.S, R.B. Parae dan R.L. Mitchell. 2011. Fisiologi Tanaman Budidaya.
J. Penelitian Tanaman Industri vol 8(3) hal 73.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 3. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Haris, N. 2005. Kemiripan genetik klon karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.
berdasarkan metode Amplified Fragment Length Polymorphisms (AFLP).
Menara Perkebunan Vol. 7 (1) : 1-15.
Jones Jr. 2012. Plant Analysis and Material Function of Elaeis guineensis1308.
http://www.plantphysiol.org. Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
Mulyana, A. 2009. Kajian model subsisi bunga giro pemerintah daerah sebagai
salah satu alternatif upaya pembangunan perkebunan karet rakyat.
Jurnal Agribisnis & Industri pertanian, vol 2 (2), hal 1-9. Fakultas
pertanian, Universitas Sriwijaya.
Nair, P.K.R. 2006. Agroforestry Systems in The Tropic. Kluwer Academic
Publishers. London
Parhusip,
A.
B.
2008.
Potensi
Karet
Alam
Indonesia.
http://potensikaret.blogspot.com . Diakses pada tanggal 13 Mei 2012.
82
Sutandi.