JAGUNG
JAGUNG
JAGUNG
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang
diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar
karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
bagaimana cara membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah
atau lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai
gedung-gedung dan lain-lain. Perusahaan swasta pun juga belum
memproduksi jagung secara optimal. Jagung juga sebagai makanan pokok di
suatu daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa makanan ringan yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan jagung
meningkat di masyarakat.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat,
pemakaian pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok
tanam yang beum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman
jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan
pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard
baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal
tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman jagung
yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang
diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi
jagung di Indonesia.
Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah dan
iklim yang sesuai. Di samping itu tanaman jagung tidak banyak menuntut
persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya pun lebih mudah, maka wajar
para petani selalu mengusahakan lahannya untuk menanam jagung. Jagung
telah tersebar di seluruh Indonesia. Daerah-daerah jagung yang telah tercatat
antara lain Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Jwa Barat,
Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku. Daerah lain yang mulai memperhatikan
sumbangan dari hasil jagung adalah Nusa Tenggara Timur yang dikenal
dengan peternakannya yang sangat ideal untuk perkembangan areal
1
pertanaman jagung. Sebab produksi jagung dapat dimanfaatkan untuk
makanan ternak, sedangkan pupuk ternaknya juga dapat digunakan sebagai
pupuk kandang. Hal ini saling menopang kelanjutan hidupnya.
Posisi Nusa Tenggara Timur (NTT) di tingkat nasional, merupakan
penghasil jagung keenam terbanyak di Indonesia. Bagi masyarakat NTT
jagung merupakan tanaman pangan utama dan merupakan pula bahan
pangan pokok. Hal ini didukung oleh sebagian kondisi biofisik wilayah Nusa
Tenggara Timur cocok untuk pengembangan komoditas jagung. Namun
demikian produktivitas yang dicapai oleh petani masih sangat rendah.
Pasokan jagung belum banyak dari NTT yang dapat menyuplai kebutuhan
nasional yang setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 produktivitas
jagung di NTT hanya mencapai 2,303 ton/ha sementara rata-rata
produktivitas nasional telah mencapai 3,428 ton/ha (Anonim, 2007).
Sedangkan hasil penelitian jagung di NTT, produktivitas jagung varietas
Lamoru telah mencapai 4,8 ton/ha (Hosang, 2004).
Menurut Jacob (2015), petani tradisional di Nusa Tenggara Timur, dari
segi penggunaan alat pertaniannya, dikategorikan dalam dua kelompok yaitu:
kelompok petani parang dan kelompok petani pacul. Perbedaan kedua
kelompok tani ini terletak pada jenis dan jumlah alat pertanian yang dipakai,
cara pengolahan tanah, penerapan Panca Usaha Tani dan hasil yang
diperoleh. Kelompok petani parang menerapkan sistem bertani perladangan
berpindah-pindah. Bersifat “padat tanaman”, artinya dalam satu lubang selain
bibit jagung, juga dimasukkan beberapa biji kacang turis, kacang panjang
atau biji labu. Berharap dalam suatu areal yang sempit dalam satu musim
tanam dapat menghasilkan sekaligus beberapa jenis hasil tanaman pangan
dengan memanfaatkan musim hujan yang sangat pendek. Sedangkan
kelompok petani pacul lebih memilih bertanam pada satu areal yang tetap
dengan menerapkan Panca Usaha Tani.
1.2 Tujuan
1. Untuk menegetahui bagaimana proses pembudidayaan tanaman
Jagung.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses persiapan benih pada tanaman
Jagung.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses persiapan tanah untuk
penanaman tanaman Jagung.
2
4. Untuk mengetahui bagaimana proses penanaman tanaman Jagung.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses penyulaman pada tanaman
Jagung yang rusak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persiapan Benih
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangkan tanaman ( UU RI No 12
Tahun 1992 ) tentang Sistem Budidaya tanaman. Faktor penentu
keberhasilan budidaya tanaman adalah benih, lingkungan dan teknologi
yang diterapkan. Benih adalah bahan / bagian dari tanaman untuk
memperbanyak tanaman.
Menurut Agustini, K (2018) pada umumnya pada pembudidayaan
tanaman pangan tidak memerukan penyemaian benih terlebih dahulu,
kecuali untuk budidaya padi di lahan sawah. Pada persiapan benih
tanaman jagung ini kita harus memilih benih yang bagus dan unggul.
Pada persiapan benih ini ada beberapa syarat yang perlu diketahui.
2.1.1 Persyaratan Benih Jagung
Bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya. Benih berasal dari varietas unggul (daya tumbuh
besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama
dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat
(unknown, 2013). Sedangkan menurut Tongasa, H (2016)
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi
(benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan
benih ± 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya
direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).
2.1.2 Penyiapan Benih
Persiapan benih jagung dapat dilakukan dengan membuat
sendiri maupun dibeli. Apabila benih jagung dibuat sendiri.
Sebelum ditanam hendaknya diberi perlakuan benih ( seed
treatment ) dengan metalaksil sebanyak 2 gr/kg dan dicampur
dengan 10 L air. Larutan tersebut dicampur dengan benih
secara merata sebelum ditanam dengan tujuan untuk
mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit
utama pada jagung (Badan penelitian dan pengembangan
pertanian). Salah satu kendala dalam usaha peningkatan
produksi jagung adalah gangguan penyakit tanaman yang
4
menyebabkan produktivitas rendah. Penyakit pada tanaman
jagung diantaranya adalah penyakit hawar upih daun yang
disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani Kuhn (Nuryanto,
2010).
Menurut Pusat Pelatihan Pertanian (2015) pemilihan benih merupakan
keputusan penting yang perlu dilakukan dalam mengusahakan jagung
karena di pasaran banyak beredar benih dan petani sendiri sering
memproduksi benih. Penggunaan varietas unggul memiliki peran dalam
peningkatan produktivitas yaitu produksi persatuan luas dan
ketahanannya terhadap hama dan penyakit. Beberapa aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih varietas, antara lain:
Kesesuaian tanah dan iklim,
Daya toleransi terhadap hama, penyakit, cekaman kekeringan,
kemasaman tanah
Pola tanam dan tujuan penanaman,
Kesukaan (preferensi) petani terhadap karakter jagung seperti
umur tanaman, warna biji dan lain sebagainya
2.2 Pengolahan Tanah
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu kali siklus
hidupnya berkisar antara 80 – 150 hari. Paruh pertama pertumbuhan
jagung merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua
merupakan tahap pertumbuhan generative. Jagung dapat ditanam di
Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang
memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian
optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung (Anonima, 2000).
Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan penting dalam
sistem produksi tanaman yang mengoptimalkan kondisi lingkungan
tempat tanah untuk perkecambahan biji, pembentukan bibit dan
pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pemilihan metode pengolahan
tanah sangat penting untuk budidaya. Sebuah pengolahan tanah yang
tepat dapat meringankan kendala tanah yang ada, sementara persiapan
lahan yang tidak tepat dapat menyebabkan berbagai proses degradasi,
misalnya, penurunan struktur tanah, mempercepat erosi, penipisan bahan
organik tanah dan Kesuburan tanah dan juga gangguan pada siklus air,
5
karbon organik dan nutrisi tanaman (Lal, 1995). Namun, pilihan jenis yang
paling tepat dari persiapan lahan tergantung pada faktor-faktor fisik,
seperti sifat-sifat tanah, rezim curah hujan, iklim, kondisi drainase, rooting
mendalam, pemadatan tanah, bahaya erosi, sistem tanam, dan faktor-
faktor sosial-ekonomi, termasuk ukuran peternakan , ketersediaan input,
dan pemasaran dan fasilitas kredit (FAO, 1995).
Pengolahan tanah terdiri dari olah tanah konservasi dan olah tanah
intensif. Pada sistem olah tanah kenservasi, tanah diolah seperlunya saja
disekitar lubang tanam dan pengendalian gulma dilakukan dengan cara
manual (dibesik); gulma yang mati dapat dijadikan bahan organik tanah.
Apabila cara manual kurang efektif, pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan aplikasi herbisida. Sedangkan pengolahan tanah intensifadalah
pencangkulan sedalam 15-20 cm. Hal ini dapat memberikan lingkungan
tumbuh yang baik bagi tanaman, yaitu struktur tanah menjadi remah dan
dapat mengendalikan pertumbuhan gulma sehingga diperoleh hasil yang
tinggi tetapi hal ini dapat menyebabkan tanah lebih terbuka dan mudah
tererosi,sehingga meningkatkan degredasi lingkungan dan menurunkan
produktivitas tanah (Utomo, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syaputra (2012)
menunjukan bahwa produksi jagung tertinggi terdapat pada sistem olah
tanah minimum yaitu 5,89 t ha-1, sedangkan produksi jagung terendah
pada sistem olah tanah intensif sebesar 4,38 t ha-1. Peningkatan
produksi tanaman pada olah tanah minimun dibandingkan olah tanah
intensif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya meningkatnya
ketersediaan air tanah dan dapat ditekannya kehilangan hara karena
erosi. Efisiensi dalam pengolahan tanah dapat dilihat dari waktu, tenaga,
dan biaya yang diperlukan. Olah tanah minimum dapat menghemat waktu
dalam persiapan lahan, menguraingi jumlah tenaga kerja yang diperlukan,
dan pada akhirnya biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sehingga
meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan menurut Azwir (2012)
pengolahan intensif atau sempurna dengan mencangkul dan mebajak
sampai gembur dan bersih tidak hanya berakibat buruk terhadap
peningkatan degradasi tanah tetapi juga memerlukan banyak tenaga
kerja dan biaya dalam proses persipanlahan tanam.
6
2.3 Penanaman
Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman yaitu
dengan mengatur jarak tanam atau kepadatan tanaman per satuan luas
(Suprapto, 1992). Populasi tanaman (jarak tanam) merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi hasil tanaman. Penanaman dengan
jarak tanam bertujuan agar populasi tanaman mendapatkan bagian yang
sama terhadap unsur hara yang diperlukan dan sinar matahari, dan
memudahkan dalam pemeliharaan (Probowati 2014). Menurut Haryadi
(1988), kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi
tanaman. Pada umumnya produksi per satuan luas yang tinggi di dapat
dari populasi tertentu yang dapat memanfaatkan penggunaan cahaya
secara maksimal. Menurut Gardner et al. (1996), pengaturan kerapatan
tanaman bertujuan untuk meminimalkan kompetisi intrapopulasi agar
kanopi dan akar tanaman dapat memanfaatkan lingkungan secara
optimal. jarak tanam jarang (populasi rendah) dapat memperbaiki
pertumbuhan individu tanaman, tetapi memberikan peluang terhadap
perkembangan gulma. Tanaman jagung bila banyak ditumbuhi gulma
berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
karena terjadi kompetisi dalam pemanfaatan unsur hara, air, cahaya dan
ruang tumbuh. Jarak tanam yang terlalu lebar dapat mengurangi jumlah
populasi tanaman menyebabkan berkurangnya pemanfaatan cahaya
matahari, dan unsur hara oleh tanaman, karena sebagian cahaya akan
jatuh ke permukaan tanah dan unsur hara akan hilang karena penguapan
dan pencucian.
Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di
dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses
perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui
proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan
aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Pada awal perkecambahan,
koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus
koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral
juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian plumule
tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan
mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil
berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah
7
(Piarohdina, 2013). Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan
tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumula muncul dari koleoptil
dan menembus permukaan tanah. Benih jagung umumnya ditanam pada
kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah
seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam lubang tanam
semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada
kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari
setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan
tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih
rendah. Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih
bersaing dengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh
tidak normal dan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang
tumbuh lebih awal dan seragam (Piarohdina, 2013).
2.4 Penyulaman
Penyulaman merupakan kegiatan penting yang dilkukan oleh petani
untuk mengganti tanaman lama yang rusak/mati akibat sebab tertentu.
Penyulaman dilakukan segera mungkin ketika petani mendapati tanaman
bibit yang baru ditanam rusak/mati. Menurut Ishak, S.,Y., dkk. (2013)
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh atau
tumbuh abnormal. Dilakukan tujuh hari setelah tanam. Bahan untuk
penyulaman diambil dari tanaman cadangan yang telah ditanam pada
polybag yang tersendiri. Penyulaman yang tidak dilakukan atau dilakukan
tetapi terlambat akan mengakibatkan populasi tanaman sudah banyak
dan akan mempengaruhi tonase hasil panen (Putra, R., 2018). Menurut
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh bekerjasama
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD (2009) dalam
budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang
tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman yang
tidak tumbuh. Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal
karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam
tongkol tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak
akan mampu meningkatkan hasil.
8
Menurut Tarigan, M. L. B. (2017) Penyulaman dilakukan 7-10 hari
setelah tanam dengan cara mengganti benih yang tidak tumbuh
(mati) atau tumbuh secara abnormal dengan benih jagung manis yang
disemaikan di polibag atau tempat persemaian. Tujuan dilakukannya
penanaman yaitu agar jumlah tanaman persatuan luas tetap optimum
sehingga target produksi tercapai. Penyulaman dengan benih pasti tidak
mungkin dilakukan, karena kondisi fisik tanaman tidak akan seragam.
Untuk itulah pemindahan tanaman jagung manis yang umurnya sama dari
tempat lain (media persemaian) dapat menjadi solusi (Syukur, 2013).
Menurut Priyono, W (2019) Tujuan dari penyulman tentu saja ingin
memperoleh hasil panen yang seragam, dan tidak ada shaf tanamn yang
tidak terisi oleh bibit tanaman. Jadi, semua lahan akan terisi oleh tanamn
yang sesuai keinginan petani. Dalam kasus ini biasanya tanaman yang
disulam rusak/mati diakibatkan oleh beberapa factor diantanya : curah
hujan yang tinggi, kelembaban tinggi, suhu yang panas/ ekstrem, tanah
terlalu asam, tanah kurang subur, serangan hama, dan lain sebagainya.
9
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
3.1.1 Persiapan Benih
Praktikum Persiapan Benih ini dilakukan di lahan kosong di
depan rumah (pekarangan rumah) di desa Pandian, Kab.
Sumenep dan dilaksankan pada tanggal 12 April 2020 pada
pukul 08.00 WIB.
3.1.2 Pengolahan Tanah
Praktikum Pengolahan Tanah ini dilakukan dengan
pengambilan tanah yang ada di daerah hutan bamboo dan
pencampuran tanah dengan pupuk dilakukan di depan rumah di
desa Pandian, Kab. Sumenep yang dilaksankan pada tanggal
12 April 2020 pada pukul 10.00 WIB.
3.1.3 Penanaman
Praktikum Penanaman deilakukan di pekarangan rumah di
desa Pandian, Kab. Sumenep dengan penanaman yang
dilakukan di polybag. Praktik ini dilaksanakan pada tanggal 13
April 2020 pada pukul 07.00 WIB. Penanaman dilaksankan
sehari setelah pengolahan tanah, agar pupuk yang diberikan
tercampur rata didalam tanah.
3.1.4 Penyulaman
Pratikum Penyulaman pada tanaman Jagung ini dilakukan di
pekarangan rumah di desa Pandian, Kab. Sumenep.
Penyulaman dilakukan pada polybag yang tanamannya tidak
tumbuh sempurna. Praktikum ini dilakukan pada tanggal 20
April 2020 tepatnya pada pukul 07.00 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Persiapan Benih
A. Alat :
a. Baskom
B. Bahan :
a. Benih jagung
b. Air
10
3.2.2 Pengolahan Tanah
A. Alat :
a. Sekop
b. Cangkul
c. Karung
d. Polybag
e. Hand sprayer
B. Bahan :
a. Tanah humus
b. Pupuk organic
c. Air
3.2.3 Penanaman
A. Alat :
a. Polybag (media tanam)
b. Botol air
B. Bahan :
a. Benih jagung
b. Tanah
c. Air
3.2.4 Penyulaman
A. Alat :
a. Potongan Kayu (alat penyungkil)
b. Botol air
B. Bahan :
a. Bibit jagung
b. Air
3.3 Metode Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan Benih
Dalam persiapan benih jagung yang saya lakukan tidak terlalu
rumit seperti apa yang dibahas di Tinjauan Pustaka. Karena
disini saya mencoba menanam jagung dengan menggunakan
benih jagung yang saya beli dari pasar, dimana benih jagung
yang saya gunakan merupakan biji jagung untuk pakan ternak.
Saya mencoba menggunakan benih ini karena saya ingin
mengetahui apakah benih yang digunakan ini bisa
11
menghasilkan jagung yang baik atau malah pertumbuhannya
kurang bagus. Adapun cara yang saya gunakan dalam
persiapan benih jagung ini yaitu :
1. Pertama, kita harus memiliki benih jagung yang akan
kita tanam (disini saya menggunakan benih jagung yang
biasanya digunakan untuk pakan ternak).
2. Ke-2, siapkan air yang telah di wadahi dalam baskom.
3. Ke-3, ambil benih jagung yang ada (ambil sesuai lahan
yang akan kita tanami) dan letakkan di dalam baskom
yang telah diisi air.
4. Ke-4, diamkan rendaman jagung sekitar 5-10 menit.
5. Ke-5, ambil benih jagung yang tenggelam dalam
rendaman tersebut (benih yang tenggelam menandakan
bahwa benih itu dalam keadaan baik).
6. Ke-6, tiriskan benih yang telah terpilih tadi lalu jemur
sebentar sambil lalu mempersiapkan media tanam.
3.3.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang saya lakukan yaitu pencampuran tanah
humus menggunakan pupuk organic yang kemudian di letakkan
di dalam polybag. Adapun tahapan pelaksanaannya yaitu :
1. Pertama, ambil (kumpulkan) tanah humus dengan cara
mencangkul bagian tanah yang akan diambil (saya
mengambil tanah humus yang terletak di hutan
bamboo).
2. Ke-2, letakkan tanah yang sudah terkumpul tadi
kedalam karung lalu tuang di depan pekarangan rumah /
tempat lapang yang bisa digunakan untuk mencampur /
mengolah tanah tersebut.
3. Ke-3, tuang tanah dari karung lalu pilihlah benda-benda
yang sekiranya menganggu dalam proses pengolahan
tanah seperti batu, plastic, dahan dan benda lainnya
yang terikut pada saat pengumpulan tanah.
4. Ke-4, hancurkan tanah yang menggumpal agar terkstur
tanah menjadi halus.
12
5. Ke-5, semprotkan pupuk yang telah dilarutkan dalam air
menggunakan hand sprayer ke tanah humus tadi, lalu
campur rata.
6. Ke-6, setelah pupuk terasa telah tercampur rata dengan
tanah selanjutnya yaitu letakkan tanah tadi ke dalam
polybag.
7. Ke-7, diamkan tanah yang telah dimasukkan ke dalam
polybag sekitar 24 jam.
8. Ke-8, setalah tanah di diamkan maka tanah tersebut
siap untuk di gunakan/ditanami.
3.3.3 Penanaman
Pada penanaman jagung ini saya lakukan di media tanaman
polybag. Dengan langkah kerja sebagai berikut :
1. Pertama, basahi terlebih dahulu tanah yang akan kita
gunakan agar mudah dalam pemberian lubang tanam.
2. Ke-2, beri lubang tanam pada tanah.
3. Ke-3, letakkan benih yang telah terseleksi sebelumnya
(dalam 1 lubang 1-2 benih jagung).
4. Ke-4, tutupi lubang tanam dengan tanah (jangan terlalu
tebal dan jangan di tekan).
5. Ke-5, siram tanah tadi agar tanah tetap lembab (dalam
proses ini penyiraman tanah tidak boleh sampai
tergenang oleh air).
6. Ke-6, letakkan polybag di tempat yang aman dan teduh.
3.3.4 Penyulaman
Proses penyulaman dilakukan pada tanaman yang telah
berumur 1-2 minggu, bertujuan untuk mengganti tanaman yang
mati/rusak yang diakibatkan oleh beberapa factor yang telah
disebutkan di dalam Tinjauan Pustaka. Berikut merupakan
tahapan kerjanya :
1. Pertama, sebelum melakukan penyulaman kita harus
menyiapkan bibit tanaman terlebih dahulu (dimana bibit
tanaman sudah disiapkan ketika proses penanaman
pertama di polybag yang berbeda).
13
2. Ke-2, ambil bibit yang sekiranya kualitasnya bagus
diantara yang lain.
3. Ke-3, ambil tanaman yang akan disulam denga
menggunakan potongan kayu/alat untuk menyungkil
agar akar yang tersisa ikut terbuang juga.
4. Ke-4, letakkan bibit yang telah diambil tadi pada lubang
tanam yang akan disulam.
5. Ke-5, timbun bibit dengan tanah agar bibit lemih kuat.
6. Ke-6, siram dengan air bibit yang baru ditanam tadi
dengan cara airnya dikocor ke tanaman yang baru, agar
tanaman tidak roboh karena akar belum terlalu kuat.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Benih
Persiapan benih ini sangat penting untuk dilakukan untuk memilih
benih yang bagus untuk ditanam. Persiapan benih yang dilakukan yaitu
dengan cara merendam benih jagung yang telah saya beli dengan larutan
pupuk organik. Benih jagung yang digunakan adalah benih yang di pakai
untuk pakan ternak, yang bertujuan untuk melihat apakah benih tersebut
bisa tumbuh dengan baik atau tidak. Benih jagung diberi perlakuan
dengan merendam dalam air selama ± 5-10 menit di dalam air. Namun,
menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, sebelum
ditanam hendaknya diberi perlakuan benih ( seed treatment ) dengan
metalaksil sebanyak 2 gr/kg dan dicampur dengan 10 L air. Larutan
tersebut dicampur dengan benih secara merata sebelum ditanam dengan
tujuan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan
penyakit utama pada jagung. Persiapan benih yang saya lakukan, hanya
dengan perendaman dengan larutan pupuk organik selama 12 jam dan
benih pecah kecamba dalam waktu 1 hari setelah tanam.
4.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah yang saya lakukan dalam praktikum ini, yaitu
menggunakan Olah Tanah Sempurna (OTS) dimana saya mengambil
tanah di hutan bambu dengan kedalaman sekitar ± 30 - 40 cm yang
kemudian dikumpulkan dan dicampur dengan pupuk organic.
Pencampuran tanah dengan pupuk organic harus merata, agar pupuk
tercampur ke semua bagian tanah. Pengolahan tanah yang saya lakukan
dengan cara mengumpulkan tanah humus yang berada di hutan bamboo
lalu saya kumpulkan di dalam karung dan saya pilah benda-benda yang
bisa mengganggu proses pengolahan seperti batu, plastic, ranting atau
benda lainnya yang terikut dalam proses pemasukan tanah kedalam
karung. Kemudian tanah di haluskan menggunakan sekop agar tidak ada
tanah yang menggumpal, proses ini berfungsi untuk menggemburkan
tanah. Pengolahan tanah yang saya lakukan berbanding terbalik dengan
Tinjauan Pustaka yang terlampir pada laporan ini, dalam Tinjauan
Pustaka yang saya dapatkan mengatakan bahwa berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Syaputra (2012) menunjukan bahwa produksi
15
jagung tertinggi terdapat pada sistem olah tanah minimum yaitu 5,89 t/ha-
1
, sedangkan produksi jagung terendah pada sistem olah tanah intensif
sebesar 4,38 t/ha-1. Peningkatan produksi tanaman pada olah tanah
minimun dibandingkan olah tanah intensif disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya meningkatnya ketersediaan air tanah dan dapat
ditekannya kehilangan hara karena erosi. Efisiensi dalam pengolahan
tanah dapat dilihat dari waktu, tenaga, dan biaya yang diperlukan. Olah
tanah minimum dapat menghemat waktu dalam persiapan lahan,
menguraingi jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan pada akhirnya
biaya yang dikeluarkan dapat ditekan sehingga meningkatkan
pendapatan petani. Sedangkan menurut Azwir (2012) pengolahan intensif
atau sempurna dengan mencangkul dan mebajak sampai gembur dan
bersih tidak hanya berakibat buruk terhadap peningkatan degradasi tanah
tetapi juga memerlukan banyak tenaga kerja dan biaya dalam proses
persipanlahan tanam.
Dalam penjelasan tersebut mengatakan bahwa pengolahan tanah
minimum merupakan pengolahan tanah yang cocok untuk budidaya
jagung. Karena pengolahan tanah minimum bisa menghemat biaya dan
tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit. Sedangakan pada praktikum
yang saya lakukan menggunakan olah tanah sempurna dikarenakan
tanah yang diolah sedikit dan agar hasil dari pengolahan tanah
memberikan hasil yang maksimal.
4.3 Penanaman
Dalam praktikum ini saya menanam benih jagung menggunakan
media tanam tanah humus yang diletakkan di dalam polybag.
Penanaman dilakukan setelah 1 hari tanah diolah dan diberi pupuk, yang
bertujuan agar benih yang akan ditanam nantinya tidak mati atau
terserang hama. Menurut Piarohdina (2013) Benih jagung umumnya
ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan
kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam lubang
tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah.
Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-
5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah
tanam atau lebih. Pada hasil praktikum ini kecambah mulai muncul pada
16
hari pertama setelah tanam. Ini lenih cepat dari apa yang dikemukaan
dalam penelitian Piarohdina (2013).
4.4 Penyulaman
Penyulaman dilakukan sekitar 1 minggu setelah tanam. Penyulaman
ini bertujuan untuk mengganti tanaman yang tumbuhnya tidak maksimal,
yang disebabkan oleh beberapa factor. Dalam praktikum ini tidak banyak
tanaman yang tidak tumbuh, hanya ada 1 tanaman yang daunnya
menguning. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman lama
dengan tanaman baru yang telah disebai di tempat yang lain. Umur
tanaman sama dengan tanaman yang akan disulam, bertujuan agar
pertumbuhan tanamn akan sama rata.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat
utama terlebih di Indonesia. Penduduk beberapa daerah di Indonesia
(misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung
sebagai pangan pokok. Hasil dari budidaya tanaman pangan ini sangat
berpengaruh pada proses dimulai dari pemilihan benih, pengolahan
tanah, penanaman, penyulaman, sampai dengan panen. Semua proses
itu harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam proses pembudidayaan tanaman pangan kita harus
memperhatikan lingkungan sekitar, teknik apa yang cocok untuk di
terapkan di lingkungan tersebut, seperti halnya pengolahan tanah, kita
harus memikirkan pengolaha tanah yang bagaimana yang cocok untuk
di terapkan pada lahan yang akan kita tanami. Proses yang benar dan
tepat akan memberikan hasil yang maksimal pada tanaman.
18
DAFTAR PUSTAKA
Azwir. 2012. Pengaruh sistem persiapan lahan terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung hibrida. Jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Diakses pada
tanggal 17 April 2020.
Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah Dan Serapan Hara Tanaman Jagung Pada
Olah Tanah Konservasi Jangka Panjang. J. Tanah Trop. 1: 1-7. Diakses
pada tanggal 17 April 2020.
Supandji, S. 2017. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays
L) Pada Dosis Pupuk Sp-36. Jurnal Ilmu Pertanian, Agribisnis dan
Teknologi. Universitas Kadiri. Diakses pada tanggal 18 April 2020.
19
Ishak, S.,Y., dkk. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Ayam terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dulomo Utara Kota
Gorontalo. Gorontalo. Diakses pada tanggal 18 April 2020.
Putra, R., 2018. Teknik Budidaya Jagung. BPTP Balitbangtan Kepri. Kepulauan
Riau. Diakses pada tanggal 18 April 2020.
20
LAMPIRAN
Penanaman Benih
Pemberian Lubang Tanam Pemberian Lubang Tanam
21
Penyulaman Tanaman Pengambilan Bibit untuk Peletakan Bibit Baru
Rusak Penyulaman
22