BAB I Jagung
BAB I Jagung
BAB I Jagung
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan
mempelajari budidaya jagung , subsistem hulu, subsistem on farm, subsistem hilir, dan
kelembagaan yang mendukung perkembangan komoditi jagung di Indonesia serta kebijakan
– kebijakan dan undang – undang Pemerintah yang terkait dengan perkembangan komoditi
jagung .
Manfaatnya adalah sebagai pemenuhan salah satu tugas mata kuliah MANAJEMEN
AGRIBISNIS dan juga sebagai bahan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca dalam
proses pengolahan komoditi jagung .
2
BAB II
PEMBAHASAN
Masih rendahnya produksi jagung ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti
teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan ketrampilan petani jagung
yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat, kurangnya
pemodalan petani jagung untuk menyediakan sarana produksi ditambah lagi kemampuan
pemodalan dan manajemen petani jagung untuk melakukan kegiatan usaha agribisnis jagung
masih sangat terbatas, demikian juga dukungan pemerintah semakin berkurang dengan
dikuranginya subsidi terhadap sarana produksi pertanian. Permasalahan klasik yang
dihadapi petani inilah yang menyebabkan pada umumnya agribisnis jagung dilakukan
berskala kecil. Akibatnya produktivitas jagung rendah di Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani jagung
diantaranya adalah dengan memberikan kesadaran kepada petani tentang cara bercocok
tanam yang tepat dan modern. Petani dalam produksinya harus diarahkan pada orientasi
bisnis atau komersial, bukan hanya memproduksi jagung dalam skala kecil untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Namun upaya tersebut akan memenuhi hambatan karena tingkat
pendidikan petani jagung yang terbatas. Kemudian upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan sistem kemitraan usaha dalam agribisnis jagung. Kita ketahui jika petani memperoleh
sarana produksi pertanian tersebut dengan sistem pembelian atau dengan bantuan dalam
bentuk kemitraan. Oleh sebab itu pengembangan agribisnis jagung membutuhkan dukungan
permodalan dan komitmen yang kuat.
1. Pembibitan
a) Teknik Benih
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang
berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak
3
tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan
hama penyakit.
b) Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami jagung, sebelum benih ditanam harus dicampur
dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media
biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya Rhizobium japonicum). Pada
tanah yang sudah sering ditanam dengan jagung atau kacang-kacangan lain, berarti sudah
mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat
sebagai pengikat unsur N dari udara.
a) Jumlah pupuk yang digunakan dalam masa satu kali panen harus disesuaikan agar
produksi dapat meningkat.
b) Jumlah pestisida yang digunakan dalam masa satu kali panen harus disesuaikan agar
populasi hama dan penyakit dapat ditekan dan dibasmi.
c) Juga dengan pengunaan mesin – mesin (alsintan) dalam hal ini dapat meringankan
pekerjaan dan menghemat waktu serta menambah produksi jagung
1) Penyiapan Benih
Ø Persyaratan Benih
Bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Benih berasal dari varietas
unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan
penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.
Ø Penyiapan Benih
a) Benih jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang
tumbuh sehat.
b) Dari tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh
tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
c) Tongkol dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras dan
sebagian besar daun menguning.
d) Tongkol dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah
dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering.
4
e) Dari tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan pangkal tidak
digunakan sebagai benih.
f) Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30
kg/ha.
2) Penyiapan lahan
3) Penanaman
a. Tumpang sari (Intercropping); Penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda).
b. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan
tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Pada pola ini lahan efisien, tetapi riskan
terhadap hama dan penyakit.
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab.
Pengairan diperlukan pada saat pembentukan malai dan tongkol. Pemberian air pada
pertanaman jagung cukup sampai tingkat kapasitas lapang atau tidak sampai tergenang.
Pertanaman jagung yang terlalu kering dapat diairi melalui saluran pemasukan air. Air yang
diberikan cukup hanya menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi
harinya sisa air dibuang.
5) Pemeliharaan
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki 2 atau 1, tanaman yang
tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan
5
melukai akar tanaman lain. Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama.
b) Penyiangan
c) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara pemberian pupuk. Pada
umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk dibandingkan dengan varietas
lokal. Pertanaman jagung perlu dipupuk dengan pupuk organik 15.000-20.000kg/ha disebar
merata saat pengolahan tanah atau disebar dalam larikan dengan dosis 300 kg/ha. Pupuk
buatan diberikan secara tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada kedua sisi tanaman dengan jarak
7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri
kanan barisan tanaman.
Daun di bawah tongkol dapat diambil pada saat tongkol telah mulai berisi, dan
brangkasannya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Pemanenan daun di bawah
tongkol yang digunakan untuk pakan sekaligus bertujuan untuk mencegah perkembangan
penyakit busuk daun. Oleh karena itu, sebelum panen sebaiknya dilakukan pemangkasan
bagian tanaman di atas tongkol pada saat biji telah mencapai masak fisiologis atau kelobot
mulai mengering atau berwarna coklat. Bagian tanaman yang dipangkas tersebut dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Panen sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah,
kadar air biji + 30%, biji telah mengeras dan telah membentuk lapisan hitam (black layer)
minimal 50% di setiap barisan biji.
Selanjutnya, tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar air biji selama
pengeringan telah mencapai + 20%, jagung dipipil dengan alat pemipil. Biji yang telah dipipil
dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siap dipasarkan. Jika kondisi cuaca tidak
memungkinkan untuk menurunkan kadar air biji karena mendung selama beberapa hari, maka
pengeringan disarankan menggunakan alat mesin pengering agar biji jagung tidak ditumbuhi
jamur. Alat-mesin pengering yang digunakan dapat dari tipe flat bade dengan bahan bakar
minyak tanah atau solar.
a) Pengupasan
6
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan
dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan
tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan
selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai
dipanen, kelobot segera dikupas
b) Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung
dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %. Biasanya penjemuran
memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman
bambu atau dengan cara diikat dan digantung.
Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia,
terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya
sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43
derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan
setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang
diinginkan.
c) Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat
pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir
sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan.
Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa
saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu
dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran
selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk
menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan.
Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan
digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya
membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat
penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara
membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara
ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.
Ø Olahan Jagung
Beberapa olahan jagung yang dapat dikembangkan ditingkat petani adalah sebagai berikut :
7
a) Tortila/Kerupuk Jagung : Salah satu hasil olahan jagung yang cukup digemari adalah
tortilla atau kerupuk jagung. Kecenderungan konsumen yang lebih menyukai produk
makanan ringan yang praktis dan siap santap seperti kerupuk jagung ini nampaknya
memberikan harapan baru bahwa diversifikasi jagung menjadi kerupuk jagung dapat diterima
oleh masyarakat indonesia. Proses pengolahan produk ini cukup sederhana sehingga
berpotensi membuka peluang usaha sebagai industri rumah tangga. Mutu produk olahan
yang baik dapat meningkatkan nilai jual dan memperluas pasar. Pengolahan kerupuk jagung
dilakukan dengan 3 tahap (pembuatan tepung jagung, pembuatan nasi jagung, dan pembuatan
kerupuk jagung).
b) Emping Jagung : Emping jagung adalah biji jagung yang dipress tipis seperti emping.
Di beberapa negara emping jagung ini disebut corn flake. Produk ini dapat di konsumsi
dengan dicampur susu dan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia
belum membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini
semakin berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu makanan dengan
menambahkan bahan tambahan seperti coklat, susu dan selai.
c) Cookies Jagung: Cookies jagung mengguakan bahan dasar dari tepung jagung atau
maizena yang banyak dijual dipasaran. Cookies jagung biasa disebut sebagai kue semprit
karena dibuat dengan cara ditekan atau disemprotkan. Umumnya kue kering semprit dibuat
dengan creaming methode, maksudnya adalah mentega/margarin dikocok bersama gula.
Ø Pemasaran Produk
8
pengembangan agribisnis. Pembiayaan Pembiayaan pengembangan jagung antara lain
bersumber dari: Kredit Usaha Rakyat (KUR), Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat
(LM3), Bantuan Langsung Masyarakat Kredit Insentif Pertanian (BLMKIP), kemitraan dan
lainnya. Dalam menerapkan strategi ini, penyuluh bisa berperan dalam memberikan bantuan
penjelasan cara-cara pengajuan pinjaman kredit.
Menimbang :
Mengingat :
Adanya Peraturan Menteri Kemakmuran No. 3 tahun 1946 jo. Peraturan Menteri
Kemakmuran No. 15 tahun 1947 tentang penimbunan barang, yang berdasarkan Peraturan
Dewan Pertahanan No. 15;
Mengingat
MEMUTUSKAN:
Mencabut "Peraturan Menteri Kemakmuran No. 3 tahun 1946" tentang penimbunan barang,
yang mengenai barang-barang: beras, gabah, padi, menir, jagung, tepung-beras, gaplek,
tapioca, garam, kopi, teh, gula dan minyak tanah;
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman jagung merupakan komoditi ekspor yang cukup mempunyai nilai ekonomis yang
relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman jagung ini adalah salah satu
komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia. Dimana subsistem hulu komoditi
jagung masih diperlukan perkembangan dan penelitian agar pendapatan hasil panen kopi bisa
ditingkat. Demikian pula dengan subsistem on farmnya juga diperlukan metode – metode
baru dalam pemeliharaan jagung. Jika semua prosesnya sudah berjalan sebagai mana
mestinya tinggal kelembagaan dan pemerintah yang memberikan kontribusi penuh kepada
petani agar komoditi jagung hasil perkebunan rakyat agar diberikan dapat berguna untuk
masyarakat khususnya petani jagung.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penulisan ini adalah sebaiknya pemerintah dan
aparat desa lebih memperhatikan masyarakat dan sering memberikan pelatihan untuk
menambah keahlian dan ketrampilan masyarakat sehingga masyarakat memiliki modal dalam
bentuk pengetahuan dan keahlian dalam penanaman jagung agar dapat tumbuh dan
berkembang lebih. Kritik dan saran dapat membantu agar makalah ini dapat berguna
sebagaimana mestinya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013, Inovasi Teknologi Agribisnis Jagung . ( Di akses pada tanggal 12 Oktober
2014 )
Anonim. 2013, Semua Tentang Pertanian. . ( Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014 )
Farisi Salman. 2013, Makalah Laporan Praktikum Tanaman Jagung. . ( Diakses pada tanggal
12 Oktober 2014 )Puji Yunita.
2013, Praktikum Manajemen Agribisnis Jagung. http:// yunita pujimt .blogspot.com/
2012/03/praktikum-manajemen-agribisnis-jagung.html. ( Di akses pada tanggal 12 Oktober
2014 )
11