Laporan PKL (Repaired)
Laporan PKL (Repaired)
Laporan PKL (Repaired)
OLEH
Asih Winarni
NPM P2.31.35.0.12.005
Farchatin Ladiya
NPM P2.31.35.0.12.0
Herawan Afrianto
NPM P2.31.35.0.12.0
Stephanie Saraswati
NPM P2.31.35.0.12.034
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan disusun untuk Melengkapi Kurikulum
Pendidikan di Program Studi Analisa Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta II Tahun Akademik 2013/2014
Disetujui Oleh :
Pembimbing,
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini Diperiksa dan Dikoreksi Oleh :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Kepala Bidang Pengujian Bidang Terapeutik, Narkotika, Obat Tradisional,
Kosmetik dan Produk Komplemen
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
komunikasi
dan
konsultasi
dengan
lingkungan
dalam
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
No.
Pengawas Obat dan Makanan yang terdiri dari Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan dan Balai Pengawas Obat dan Makanan.
Laboratorium Pengujian Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di
Jakarta telah terakreditasi sesuai dengan SNI ISO/IEC 17025: 2008.
Untuk memenuhi persyaratan SNI ISO/IEC 17025: 2008 ini maka
Kelompok Jaminan Mutu Laboratorium Pengujian BBPOM di Jakarta membuat
Program Mutu Laboratorium Pengujian yang tertuang dalam Sasaran Mutu dan
harus dikaji ulang dalam Kaji Ulang Manajemen minimal satu kali dalam setahun.
Program Kerja Laboratorium pengujian ini juga harus diaudit secara :
a. Internal
b. Eksternal
Seksi Pemeriksaan
b.
Seksi Penyidikan
5. Bidang Sertifikasi dan Layanan informasi yang terdiri dari dua seksi yaitu :
a.
Seksi Sertifikasi
b.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1
1. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan yang terdiri dari seksi pemeriksaan dan
seksi penyidikan
2. Pihak ketiga yang terdiri dari : polisi (untuk sampel kasus) dan produsen (untuk
mengurus registrasi di Badan POM atau Kementerian Kesehatan)
3.3
Alur Pengujian
Sampel yang masuk ke bidang pengujian produk terapetik, napza,obat
tradisional, kosmetik, dan produk komplemen serta bidang pengujian pangan dan
bahan berbahaya dan juga bidang pengujian mikrobiologi berasal dari :
1. Sampling terhadap produk yang beredar di pasaran, dilakukan oleh Bidang
Pemeriksaan dan Penyidikan sesuai dengan perencanaan yang telah
diprogramkan.
2. Sampel yang berasal dari pihak ketiga untuk keperluan pendaftaran atau karena
suatu kasus terhadap suatu produk yang beredar di masyarakat.
Sampel yang diserahkan ke bidang pengujian yang bersangkutan oleh
penerima contoh mempunyai identitas sampel berupa :
1.
Nama Sampel
2.
3.
Tempat sampling
4.
Tanggal sampling
5.
Nama Pabrik
6.
Alamat Pabrik
7.
Nomor Registrasi
8.
Nomor Batch
9.
10. Kemasan
11. Tanggal, bulan, tahun kadaluarsa
12. Ketentuan lain
Pada pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, sampel yang masuk
terlebih dahulu dulakukan uji organoleptik sebelum dilakukan pengujian yang
lebih mendalam sesuai dengan parameter parameter yang harus diuji terhadap
suatu sediaan atau produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang telah
ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Alur Pelaporan
Hasil pengujian sampel dilaporkan penguji kepada penyelia untuk dikoreksi
Makanan untuk ditindaklanjuti apabila diperlukan untuk sampel yang berasal dari
DIPA, sedangkan untuk sampel yang berasal dari pihak ketiga hasil pengujian
akan diambil oleh pihak ketiga yang bersangkutan.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1
maupun yang belum terdaftar pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Untuk menjamin mutu, khasiat, dan keamanan dari obat obatan tersebut, sangat
dibutuhkan laboratorium yang handal dalam pengujian dan penilaian mutu obat,
serta diakui pada tingkat nasional maupun internasional.
Obat yang beredar di masyarakat terdiri dari :
1. Obat bebas
2. Obat bebas terbatas
3. Obat wajib apotek
4. Obat keras
5. Psikotropika dan narkotika
Pelaksanaan pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Obat dan Napza
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Jakarta meliputi pengujian terhadap
obat, narkotika, psikotropika, dan alat kesehatan. Pengujian yang dilakukan
selama Praktek Kerja Lapangan meliputi :
1. Penetapan Kadar Tablet Metampiron secara Iodimetri
2. Penetapan Kadar Tablet Metformin HCl secara Spektrofotometri UV
3. Uji Waktu Hancur
4. Uji Disolusi Tablet Propilthiourasil secara Spektrofotometri UV
5. Validasi Penetapan Kadar Tablet Ketoprofen secara Spektrofotometri UV
Metode Pengujian
Analisa Titrimetri
Analisa titrimetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakuakn dengan
akan ditetapkan. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya itu disebut larutan
standar.
Dalam analisa titrimetri, suatu reaksi harus memenuhi kondisi kondisi
sebagai berikut :
1. Reaksi harus berlangsung cepat hingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu
yang tidak teralu lama
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti sehingga didapat kesetaraan
yang pasti dari reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung sempurna.
Metode titrimetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat
kategori sebagai :
a. Titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah.
b. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi. Contoh : titrasi iodometri, yaitu titrasi I2 dengan Na2S2O3
menggunakan indikator kanji.
c. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang meliputi pembentukkan endapan
seperti Ag atau Zn dengan K4Fe(CN)6, NaCl dengan Ag NO3 dengan indikator
pengadsorpsi.
d. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan atas pembentukkan kompleks
yang terlarut dari rekasi komponen zat uji dengan titran. Sebagian besar
meliputi titrasi menggunakan larutan baku EDTA, contohnya ion Ca2+ ditirasi
dengan EDTA menggunakan indikator biru hidroksi naftol.
Pereaksi yang digunakan disebut titran dan larutannya dinamakan titer atau
larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang
ditimbang seksama, atau dengan penetapan yang dikenal dengan pembakuan.
Bila suatu larutan titer dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti
(misalnya mengandung air dengan perbandingan yang berubah-ubah, menyerap
CO2, higroskopik), maka kosentrasi larutan yang didapat belum dapat dinyatakan
dengan pasti. Oleh karena itu untuk menyatakan konsentrasi dengan keakuratan
sampai 4 angka yang berarti, maka larutan tersebut harus dibakukan. Pembakuan
selanjutnya diulang secara berkala selama penyimpanan.
Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer.
Disamping itu pembakuan juga dapat dilakukan dengan cara menggunkan larutan
yang sudah dibakukan (baku sekunder).
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui
dengan cara penimbangan dengan seksama. Contoh: Kalium bikromat, Kalium
biftalat.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui
dengan cara dibakukan terlebih dahulu. Contoh : NaOH, NaS2O3.
Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-Visible adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh sampel. Sinar
UV berada pada panjang gelombang 190-380 nm, sedangkan cahaya tampak
berada pada panjang gelombang 380-780 nm.
Gugus fungsi, seperti OH, -O, -NH2, -Cl, dan OCH3 yang mempunyai
elektron elektron valensi bukan ikatan disebut gugus auksokrom yang tidak
dapat menyerap radiasi UV-Visible. Tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus
kromofor, akan mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih
besar (pergeseran batokromik) dengan intensitas yang lebih kuat. Selain efek
batokromik, terdapat juga efek hipsokromik, yaitu suatu pergeseran pita serapan
ke panjan gelombang yang lebih pendek, yang seringkali terjadi bila muatan
positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke
pelarut polar.
Konsentrasi analit di dalam dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan Hukum
Lambert-Beer. Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus dengan
ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer (yang hanya berlaku untuk
cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer), serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan
suatu Hukum Lambert-Beer sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan sel.
Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri
dimana konsentrasi dapat dihitung. Bsorptivitas (a) merupakan konstanta yang
tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang
mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, strukutr
molekul dan panjang gelombang radiasi. Absorptivitas spesifik juga sering
digunakan untuk mengantikan absorptivitas. Absorptivitas spesifik adalah serapan
yang dihasilkan oleh larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat
diperoleh persamaan :
A = A . b. c, dimana : A=absorptivitas spesifik; b=ketebalan sel; c=konsentrasi
senyawa terlarut (g/100mL larutan).
Spektrum UV-Vis dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan Kuantitatif.
1. Analisa Kualitatif
Kegunaan spektrofotometri UV-Vis dalam analisa kualitatidf sangat
terbatas, karena rentang daerah radiasi yang sangat sempit (190-780 nm) hanya
dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum.
Kegunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan parameter
panjang gelombang puncak absorpsi maksimum, nilai absorptivitas molar atau
nilai ekstingsi, yang khas untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu
pelarut pada pH tertentu.
2. Analisa Kuantitatif
Suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas sinar radiasi
yang diteruskan diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan
intensitas sinar yang diteruskan dengan intesitas sinar yang diserap jikan tidak ada
jenis penyerap lainnya.
Penetapan kadar dilakukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang maksimum, agar dapat memberikan absorban tertinggi untuk setiap
konsentrasi. Bila suatu senyawa mempunyai lebih dari satu puncak, lebih
diutamakan panjang gelombang maskimum yang absorptivitasnya terbesar dan
memberikan kurva kalibrasi linier dalam rentang konsentrasi yang relatif lebar
dan meningkat yang ditentuka dengan persamaan regresi yang merupakan
hubungan antara konsentrasi dan serapan.
Disolusi
Uji Disolusi (In Vitro) yang diterapkan pada sediaan obat padat bertujuan
untuk mengukur dan mengetahui jumlah zat aktif yan terlarut dalam media cair
yang diketahui volumenya pada suatu waktu tertentu, pada suhu konstan tertentu,
menggunakan alat tertentu yang didesain untuk menguji parameter disolusi.
Faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi, yaitu :
1. Faktor teknologi
( metode
granulasi
air
yang
sesuai
berukuran
sedemikian
rupa
sehingga
dapat
1000 mL. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, terdapat pinggiran untuk
mecegah penguapan digunakan tutup yang pas.
Batang logam berada pada posisi sedemikian rupa sehingga sumbunya tidak
lebih dari 2 mm pada titik dari sumbu vertikal wadah, berputar halus dan tanpa
goyangan
berarti.
Suatu
alat
pengatur
kecepatan
digunakan
sehingga
- Persyaratan Disolusi
tablet
6
S2
S3
12
Kriteria
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%
Rata - rata dari 12 unit (S1+S2) adalah Q
dan tidak ada satu unit sediaan yang < Q - 15%
Rata - rata dari 12 unit (S1+S2+S3) adalah Q
Tidak lebih dari 2 unit sediaan < Q- 15%
dan tidak ada satu unit sediaan yang < Q - 25%
timbangan dipilih sebagai toleransi bobot yang digunakan tidak lebih dari 0,1%
dari jumlah yang ditimbang. Umumnya kelas 2 digunakan untuk jumlah lebih
besar dari 20 mg, kelas 3 untuk jumlah lebih dari 50 mg. Kelas 4 untuk jumlah
lebih besar dari 100 mg.
Pada saat menimbang perhatikan kapasitas timbangan kemudian, dilihat
juga minimal penimbangannya. Pengecekan timbangan dilakukan setiap hari
sebelum pertama kali menimbang atau setelah terjadi gangguan pada timbangan
misalnya power atau memindahkan timbangan ke lokasi yang baru.
VALIDASI PROSEDUR <1225>
Prosedur pengujian yang digunakan untuk menilai tingkat mutu bahan
farmasi memerlukan berbagai persyaratan.
VALIDASI
Validasi suatu prosedur analisis adalah proses yang ditetapkan melalui
kajian laboratorium bahwa karakteristik kinerja prosedur tersebut telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Jenis karakterisktik kinerja
analitik yang diuraikan dalam dokumen ini dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik kinerja analitik yang digunakan dalam validasi metode
Akurasi
Presisi
Spesifisitas
Batas Deteksi
Batas Kuantitasi
Linieritas
Rentang
Ketegaran
AKURASI
Akurasi suatu prosedur analisis adalah tingkat kedekatan antara hasil
pengujian dengan prosedur yang sedang divalidasi terhadap nilai yang benar.
Akurasi prosedur analisis harus ditetapkan meliputi rentang nilai benar tersebut.
Penetapan:
Dalam pengujian senyawa obat, akurasi ditetapkan dengan penerapan
prosedur analisis pada analit yang diketahui kemurniannya (baku pembanding)
atau dengan membandingkan hasil analisis dengan prosedur lain yang telah
ditetapkan akurasinya.
Akurasi dihitung sebagai persentase perolehan kembali dari penetapan
sejumlah analit yang ditambahkan dan diketahui jumlahnya ke dalam sampel, atau
sebagai selisih antara hasil rata rata dengan hasil benar yang diterima bersama
dengan tingkat kepercayaannya.
Dokumen
International
Conference
on
Harmonization
(ICH)
BATAS KUANTITASI
Batas Kuantutasi adalah karakteristik dari penetapan kadar kuantitatif
untunk senyawa tingkat rendah dalam matriks sampel, seperti impurity dalam
bagian terbesar substansi obat dan produk hancur pada sediaan akhir.
Penetapan: Sama seperti Batas Deteksi.
Tipe yang dapat diterima adalah 10:1
Kategori II Prosedur analisis untuk penetapan cemaran dalam bahan baku obat
atau senyawa hasil degradasi dalam sediaan obat jadi. Prosedur ini terdiri dari
penetapan kuantitatif dan uji batas.
Kategori III Prosedur analisis untuk penetapan karakteristik kinerja sediaan
(misalnya disolusi, pelepasan obat).
Kategori IV Prosedur analisis untuk identifikasi.
Untuk setiap kategori diperlukan informasi analitik yang berbeda seperti
yang dicantumkan pada tabel 2.
Tabel 2
Unsur data yang dibutuhkan untuk validasi prosedur analisis
Karakterisitik
Kategori II
Uji
Kuantitatif
Batas
kinerja
Kategori I
analitik
Akurasi
Presisi
Spesifisitas
Batas Deteksi
Batas
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Kuantitasi
Linearitas
Rentang
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Kategori
Kategori
III
IV
*
Tidak
Ya
Ya
Ya
*
*
*
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
*
*
*
*
Tidak
Tidak
Tidak
Catatan:
*Mungkin dipersyaratkan tergantung pada sifat khusus dari uji
PENETAPAN KADAR TABLET METAMPIRON SECARA TITRASI
IODIMETRI
TANGGAL PERCOBAAN
12 Maret 2014
Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-metilaminometanasulfonat
C13H16N3NaO4S.H2O
BM 351,37
PUSTAKA
Pusat Pengujian Obat dan Makanan (PPOM) Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2005. Metode Analisa No.078 /OB/00. Jakarta.
PRINSIP
Penetapan kadar metampiron dalam sediaan tablet secara iodimetri.
RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar metampiron dalam sediaan tablet.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Buret 25,0 mL
2. Timbangan analitik
3. Erlenmeyer 100 mL
4. Sendok Tanduk
5. Mortir
6. Beaker glass 50 mL; 100 mL
7. Gelas ukur 10 mL; 25mL
8. Pipet tetes
9. Statif
10. Klem ganda
Bahan:
1. Sampel
2. Metanol
3. HCl 0,02 N
4. Larutan Iodium 0,1 N
PROSEDUR
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Antalgin.
Dimasukkan ke dalam erlemeyer 250 mL.
Ditambahkan 20 mL metanol.
Ditambahkan 10 mL HCl 0,02 N.
Dititrasi dengan Iodium 0,1 N hingga titik akhir titrasi yang ditandai dengan
Keterangan:
Vt = Volume titrasi
mg~ = Bobot kesetaraan antalgin dengan tiap mL Iodium 0,1 N
Nb = Normalitas baku Iodium
Nt = Normalitas teoritis Iodium
BR = Bobot rata rata sampel
BP = Bobot penimbangan sampel
BE = Bobot etiket
PERSYARATAN
a. Penetapan Kadar
Tablet Metampiron mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
b.
DATA PERCOBAAN
a. Data Sampel
Etiket
: Tablet Metampiron 500 mg
Pemerian : Bentuk : Tablet
Warna : Putih
Bau : Aromatik
Rasa : Pahit
b.
c.
0,5775
0,5815
0,5913
0,6026
0,5897
0,5800
0,6033
0,6093
0,5781
10
0,6105
Sampel 1
Sampel 2
d.
Bobot
wadah
0,1568
0,1493
Bobot
Bobot
wadah + wadah +
bahan
sisa
0,3956
0,3875
0,1573
0,1500
PERHITUNGAN
a. Perhitungan BR dan BP
Bobot
bahan
0,2383
0,2375
Volume
Titrasi
(mL)
10,25
10,35
c.
% Kadar
96,29%
96,95%
98,59%
100,47%
98,32%
96,70%
100,59%
101,59%
96,39%
101,79%
= 987, 68%
SD = 2,18
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan penetapan kadar dan keragaman bobot Metampiron
yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut Memenuhi Syarat (MS).
Kelarutan
Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform;
sukar larut dalam etanol
PUSTAKA
British Farmacopoeia. 2009. Volume III. Page: 2758
PRINSIP
Metode: Spektrofotometri ultra violet
Prinsip: Metformin HCl memberikan serapan maksimum pada 232 nm dengan
aquadest sebagai blangko
RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar Metformin HCl secara
spektrofotometri ultra violet
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Spektrofotometer SHIMADZU A11635101021
2. Kuvet
3. Timbangan analitik
4. Ultrasonik
5. Labu ukur 10 ml; 100 mL
6. Spatel
7. Beaker glass 100 mL
8. Pipet volume 1 mL
9. Corong
10. Erlenmeyer 250 mL
11. Pipet tetes
12. Pipet filler
Bahan:
1. Sampel
2. Baku Metformin HCl
3. Aquadest
PROSEDUR ASLI
Weigh and powder 20 tablets. Shake a quantity of the powder containing 0,1 g of
Metformin Hydrochloride with 70 mL of water for 15 minutes, dilute to 100 mL
with water and filter, discarding the first 20 mL. Dilute 10 mL of the filtrate to 100
mL with water and dilute 10 mL of the resulting solution to 100 mL with water.
Measure the absorbance of the resulting solution at the maximum at 232 nm,
Appendix II B. Calculate the content of the C 4H11N5.HCl taking 798 as the value
of A(1%, 1 cm) at the maximum at 232 nm.
PROSEDUR MODIFIKASI
Ditimbang seksama sampel yang telah diserbukkan homogen setara dengan 0,1 g
Metformin HCl, larutkan dengan 70 mL aquadest, ultrasonik selama 15 menit.
Ditepatkan dengan aquadest hingga 100 mL, saring. Dipipet 1,0 mL filtrat ke
dalam labu 100 mL, tepatkan dengan aquadest hingga tanda. Diukur serapan
maksimum pada 232 nm dengan menggunakan aquadest sebagai blangko.
LANGKAH KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibuat larutan baku:
a. Ditimbang seksama 10 mg baku Metformin HCl ke labu 10 mL, dilarutkan
dengan aquadest.
b. Ditambahkan dengan aquadest hingga tanda batas, dihomogenkan.
c. Dipipet 1,0 mL ke labu 100 mL, diencerkan dengan aquadest hingga tanda
3.
4.
RUMUS PERHITUNGAN
Kadar Zat Uji (%)
Keterangan:
Au = Absorbansi larutan uji
Ab = Absorbansi larutan baku
Bb = Bobot penimbangan baku
Bu = Bobot penimbangan sampel
BR = Bobot rata rata sampel
FPu = Faktor pengenceran larutan uji
FPb = Faktor pengenceran larutan baku
BE = Bobot etiket
%KB = Kemurnian baku
PERSYARATAN
a. Penetapan Kadar
Tablet Antalgin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
b.
DATA PERCOBAAN
a. Data Sampel
Keterangan
Etiket
Bentuk
Bau
Warna
Rasa
Sampel 1
500 mg
Tablet
Aromatik
Putih
Pahit
Sampel 2
500 mg
Tablet
Aromatik
Putih
Pahit
b.
Data Baku
Baku Pembanding Farmakope Indonesia
METFORMIN HIDROKLORIDA
No. Kontrol : 210363
KB
: 99,9%
%LOD
: 0,13%
Pusat Pengujian Obat dan Makanan
c.
4
5
6
7
8
9
10
0,5008
0,5443
0,5313
0,5422
0,5345
0,5250
0,5402
Sampel 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
d.
e.
Keterangan
Bobot
wadah
Baku
Sampel 1 a
Sampel 1 b
Sampel 2 a
Sampel 2 b
0,03165
0,03307
0,02916
0,03103
0,03051
Penimbangan (g)
Bobot
Bobot
wadah + wadah
bahan
+ sisa
0,04176
0,14005
0,13626
0,13655
0,13602
0,03172
0,03321
0,02930
0,03122
0,03065
Bobot
bahan
Abs
0,01004
0,10684
0,10696
0,10533
0,10537
0,814
0,780
0,776
0,779
0,790
PERHITUNGAN
Sampel 1
o Perhitungan BR dan BP
Sampel 2
o Perhitungan BR dan BP
o Perhitungan Kadar
% Kadar
97,04%
95,95%
97,76%
89,70%
97,49%
95,16%
97,11%
95,73%
94,03%
96,75%
= 956,72%
SD = 2,39
o Sampel 2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
% Kadar
97,13%
98,89%
98,12%
95,51%
95,75%
97,04%
96,25%
96,30%
94,71%
95,97%
= 965,67%
SD = 1,25
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan penetapan kadar dan keragaman bobot Metformin
HCl yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sampel 1 dan sampel 2 Memenuhi
Syarat (MS).
For hard capsules or soft capsules, unless specified otherwise, repeat the test
of tablets described above on 6 capsules.
LANGKAH KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan beaker berisi 1000 mL aquadest ke dalam alat uji waktu hancur,
3.
4.
tiap keranjang.
Dimasukkan keranjang ke dalam beaker, kemudian dijalankan alat uji waktu
5.
hancur.
Dihitung waktu dari awal alat dijalankan hingga seluruh tablet / kapsul hancur
sempurna menggunakan stopwatch.
PERSYARATAN
All of the powder tablets disintegrate completely within 30 minutes. All of
extractum tablets and sugar-coated tablets disintegrate completely within 1
hour. If 1 tablet fails to disintegrate completely, repeat the test on 6 additional
tablets. All of the tablets should comply with the requirement.
The hard capsules should disintegrate within 30 minutes and the soft capsules
disintegrate within 1 hour. If one of the capsules fails to disintegrate
completely, repeat the operation with another 6 capsules. All the capsules
should comply with the test.
DATA PERCOBAAN
a. Data Sampel
Keterangan
Etiket
Bentuk
Bau
Warna
Rasa
Sampel 1
Hyoscine
butylbromide
10 mg
Tablet
Aromatik
Kuning
Tidak
Dilakukan
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Omeprazole 20 Omeprazole 20
mg
mg
Nifedipine 10
mg
Kapsul
Tidak Berbau
Merah-Jingga
Tidak
Dilakukan
Tablet
Tidak Berbau
Merah Muda
Tidak
Dilakukan
Kapsul
Tidak Berbau
Merah-Kuning
Tidak
Dilakukan
b.
Hasil Pengujian
Keterangan
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Waktu
Hancur
02' 53"
01' 27"
03' 20"
05' 48"
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan uji waktu hancur yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa sampel 1, 2, 3 dan 4 Memenuhi Syarat (MS).
6-Propil-2-tiourasil [51-52-5]
C7H10N2OS
BM 170,23
b.
Kelarutan
Sukar larut dalam air, dalam kloroform dan dalam eter ; agak sukar larut
dalam etanol ; larut dalam amonium hidroksida dan dalam alkali hidroksida.
PUSTAKA
United States Pharmacopoeia 36. Volume 3, page: 4957
PRINSIP
Metode : Disolusi Tipe 1 keranjang dan Spektrofotometri ultraviolet.
Prinsip : Propylthiouracil memberikan serapan maksimum pada 274 nm
dengan aquadest sebagai blangko.
RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk penetapan kadar hasil uji disolusi propylthiouracil
dalam sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet.
ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Alat disolusi Hanson Research Tipe SR 8 Plus
2. Seperangkat alat Spektrofotometer ultraviolet
3. Timbangan analitik
4. Kuvet
5. Spuit
6. Beaker glass 50 mL, 100mL
7. Labu ukur 20 mL, 100 mL
8. Pipet volume 1 mL
9. Pipet filler
Bahan
1. Sampel
2. Baku Propylthiouracil
3. Aquadest
PROSEDUR
Disolution <711>
Medium
: water; 900 mL.
Apparatus 1 : 100 rpm,
Time
: 30 minutes
Procedur
: Determine the amount of C7H10N2OS dissolved from UV
absorbances at the wavelength of maximum absorbance at about
274 nm of filtered portions of the solution under test, suitably
diluted with Dissolution Medium, in comparison with a Standard
disolusi.
Diukur serapan maksimum larutan uji dan larutan baku pada 274 nm
dengan aquadest sebagai blangko.
RUMUS PERHITUNGAN
Keterangan:
Vm = Volume media
Fpu = Faktor pengenceran uji
Au
= Absorbansi uji
Ab
= Absorbansi baku
Cb
= Konsentrasi baku
BE
= Bobot etiket
%KB = Kemurnian baku
PERSYARATAN
Toleransi : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q)
C7H10N2OS dari yang tertera pada etiket.
Tahap
S1
tablet
6
S2
Kriteria
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%
Rata - rata dari 12 unit (S1+S2) adalah Q
dan tidak ada satu unit sediaan yang < Q - 15%
S3
12
DATA PERCOBAAN
a. Data Sampel
Etiket
: Propylthiouracil 100 mg
Pemerian : Bentuk : Tablet
Bau : Khas aromatik
Warna : Putih
Rasa : b.
Data Baku
Baku Pembanding Farmakope Indonesia
PROPILTIOURASIL
No. Kontrol : 210285
KB
: 98,95%
%LOD
: 0,04%
Pusat Pengujian Obat dan Makanan
c.
d.
e.
Bobot (g)
0,02825
0,03836
0,02830
0,01006
Abs
0,489
0,499
0,504
0,512
0,505
0,513
0,533
PERHITUNGAN
Kadar
terdisolusi
(%)
91,38
92,30
93,76
92,48
93,94
97,61
Keadaan
terhadap Q
(%)
Q+ 6 ,38
Q + 7,30
Q + 8,76
Q + 7,48
Q + 8,94
Q + 12,61
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan uji disolusi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
sampel Memenuhi Syarat (MS).
b.
Kelarutan
Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter, praktis tidak larut
dalam air.
PUSTAKA
British Pharmacopoeia 2009.Volume III. Page: 2710
PRINSIP
Ketprofen dalam sediaan tablet ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri
ultraviolet.
RUANG LINGKUP
Metode ini digunakan untuk memvalidasi prosedur penetapan kadar ketoprofen
dalam sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Spektrofotometer UV
2. Kuvet
3. Ultrasonik
4. Timbangan analitik
5. Pipet Volume 1 mL
6. Pipet filler
Rentang
Sampel 70%
Baku 30%
Volume
Konsentrasi (%)
(mg)
(mg)
Akhir (mL)
80
90
100
110
120
12,43
14,21
15,54
17,31
18,65
1,2
1,4
1,5
1,7
1,8
50
50
50
50
50
Keterangan:
Au/Ab
Bu/Bb
Fpu/FPb
%KB
Cu
Cb
= Kemurnian Baku
= Konsentrasi Uji
= Konsentrasi Baku
PERSYARATAN
Akurasi
: Rentang % recovery yang dapat diterima pada kadar zat aktif 1%
dari sediaan = 98% - 102%
Presisi
: RSD 2%
Linieritas : r 0,995
Spesifisitas : Absorban baku + sampel lebih besar dari absorban baku dan
sampel
DATA PERCOBAAN
a. Data Sampel
Nama
: Kaltrofen 50
Produksi
: Kalbe
No Reg
: DKL 9711628215A1
No Batch
: 527193
Komposisi : Ketoprofen 50 mg
Exp.Date
: Juli 2016
b. Data Baku
Baku Pembanding Farmakope Indonesia
KETOPROFENUM
No. Kontrol : 205190
Kadar (%)
: 100,3
LOD(%)
: 0,01
Konsentrasi total
Bobot rata rata
etiket
:
:
PRESISI
Penimbangan setara :
Bobot penimbngan :
0,005
221,98
50
mg/mL
mg
mg
5
22,198
mg
mg
Baku
Pembanding
Nama
Ketoprofenum
Kemurnian
baku
Susut
Pengeringan
Penimbangan
Replikasi
1
2
3
4
5
6
Penimbangan (mg)
wadah
wadah
Zat
+ zat
+ sisa
16,859
11,874
4,985
100,3
0,01
4,985
%
mg
Penimbangan (mg)
wadah
wadah
Zat
+ zat
+ sisa
34,617
12,459
22,158
35,416
13,400
22,016
36,946
14,858
22,088
36,262
14,092
22,170
34,596
12,466
22,130
36,476
14,284
22,192
Kesimpulan :
Presisi memenuhi syarat
Pengenceran
1 (mL)
Pipet
(mL)
Pengenceran
2 (mL)
Absorban
Konsentrasi
(mg/mL)
50
20
0,320
0,004985
Pengenceran
1 (mL)
Pipet
(mL)
Pengenceran
2 (mL)
Absorban
Kadar (%)
50
50
50
50
50
50
1
1
1
1
1
1
20
20
20
20
20
20
0,321
0,323
0,323
0,325
0,324
0,329
Rerata
SD
RSD (%)
Syarat
RSD (%)
100,4826622
101,7608589
101,4291502
101,6797164
101,5500764
102,8291184
101,621930
0,7510263
0,7390396
2
100
120
Penimbangan
sampel (mg)
Pengenceran
1 (mL)
Pipet
(mL)
pengenceran
2 (mL)
BR
etiket
12,271
12,217
12,128
14,780
14,717
15,252
17,974
17,996
17,860
50
50
50
50
50
50
50
50
50
1
1
1
1
1
1
1
1
1
20
20
20
20
20
20
20
20
20
221,98
221,98
221,98
221,98
221,98
221,98
221,98
221,98
221,98
50
50
50
50
50
50
50
50
50
Baku
Akurasi Penimbangan
(%)
baku (mg)
80
100
120
Pengenceran
1 (mL)
Pipet
(mL)
pengenceran
2 (mL)
konsentrasi
(mg/mL)
50
50
50
50
50
50
50
50
50
1
1
1
1
1
1
1
1
1
20
20
20
20
20
20
20
20
20
0,00128
0,00127
0,00131
0,00153
0,00154
0,00153
0,00183
0,00183
0,00185
1,279
1,269
1,305
1,525
1,543
1,527
1,825
1,831
1,847
Akurasi Konsentrasi
Kadar
sampel
(%)
101,6219
101,6219
101,6219
101,6219
101,6219
101,6219
101,6219
101,6219
101,6219
Pipet
Pipet
Volume C sampel
C baku
C total
konsentrasi
(mg/mL)
0,0028
0,0028
0,0028
0,0034
0,0034
0,0035
0,0041
0,0041
0,0041
Absorban
80%
100%
120%
sampel
(mg/mL)
Sampel
(mL)
baku
(mL)
akhir
(mL)
(mg/ml)
(mg/ml)
teoritis
(sp+bk)
0,05618
0,05593
0,05552
0,06766
0,06737
0,06982
0,08228
0,08239
0,08176
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
20
20
20
20
20
20
20
20
20
0,002809
0,002796
0,002776
0,003383
0,003369
0,003491
0,004114
0,004119
0,004088
0,00128
0,00127
0,00131
0,00153
0,00154
0,00153
0,00183
0,00183
0,00185
0,00409
0,00407
0,00408
0,00491
0,00491
0,00502
0,00594
0,00595
0,00594
Akurasi
C total
80%
80%
80%
100%
100%
100%
120%
120%
120%
0,004097
0,004066
0,004081
0,004907
0,004907
0,005016
0,005935
0,005951
0,005935
Kriteria penerimaan
Kesimpulan
Perolehan
kembali
0,00129
0,00127
0,00131
0,00152
0,00154
0,00152
0,00182
0,00183
0,00185
rata2
%recovery
100,72%
100,03%
100,03%
99,93%
99,70%
99,87%
99,78%
100,03%
100,01%
100,01%
: 98-102%
: Akurasi memenuhi syarat
0,263
0,261
0,262
0,315
0,315
0,322
0,381
0,382
0,381
Linieritas
(%)
Penimbang
an sampel
(mg)
Pengenceran
1 (mL)
Pipet
(mL)
Pengenceran
2 (mL)
BR
etiket
Kadar
sampel
(%)
konsentrasi
sampel
(mg/mL)
konsentrasi
teoritis
(mg/mL)
80
12,271
50
20
221,98
50
101,6219
0,0028
0,0028
90
14,255
50
20
221,98
50
101,6219
0,0033
0,0032
100
15,252
50
20
221,98
50
101,6219
0,0035
0,0035
110
17,350
50
20
221,98
50
101,6219
0,0040
0,0039
120
17,996
50
20
221,98
50
101,6219
0,0041
0,0042
Penimbangan
baku (mg)
Pengenceran
1 (mL)
Pipet
(mL)
pengenceran
2 (mL)
konsentrasi
baku
(mg/mL)
Konsentrasi
total (mg/ml)
Area
80
1,279
50
20
0,00128
0,00409
0,264
90
1,484
50
20
0,00148
0,00475
0,299
100
1,525
50
20
0,00153
0,00502
0,322
110
1,752
50
20
0,00175
0,00572
0,366
120
1,825
50
20
0,00183
0,00594
0,382
Baku
Linieritas
(%)
-0,000819
64,1529
0,99655
Penimbangan (mg)
wadah wadah Zat
Pengenceran
1 (mL)
+ zat
+ sisa
16,859 11,874
4,985
50
20
0,320
0,004985
Sampel
Penimbangan (mg)
wadah + zat wadah + sisa
34,617
12,459
Pengenceran
1 (mL)
Zat
22,158
50
Pipet
(mL)
1
pengenceran
Absorban
2 (mL)
20
0,326
Sampel + baku
Spesifisitas
Sampel + baku
Absorban
0,383
Kriteria penerimaan :
- Absorban baku + sampel lebih besar dari absorban baku dan sampel
Kesimpulan: Spesifisitas memenuhi syarat
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan sebagai unit pelaksnaan teknis dari
badan POM yang mempunyai tugas melaksanakan pengujian dan pemeriksaan mutu obat
dan makanan, telah memiliki sistem jaminan mutu yang baik, selain itu di setiap sarana
pemeriksaan secra laboratorium telah dilengkapi dengan peralatan dan sistem
dokumentasi yang jelas.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan telah melaksanakan pembagian kerja
yang cukup baik dimana akan memberikan kemudahan yang cukup jelas dalam
melaksanakan pemeriksaan dan pengujian berbagai sampel dengan tepat pada waktunya.
Penyelesaian pengujian di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan juga ditunjang
dengan alat yang canggih dan metode analisis yang cukup lengkap dan valid.
Telah dilakukan pengujian beberapa sampel di laboratorium Obat dan Napza
diantaranya Penetapan Kadar Tablet Metampiron secara Iodimetri, Penetapan
Kadar Tablet Metformin HCl secara Spektrofotometri UV, Uji Waktu Hancur, Uji
Disolusi Tablet Propilthiourasil secara Spektrofotometri UV, Validasi Penetapan
Kadar Tablet Ketoprofen secara Spektrofotometri UV. Berdasarkan pengujian
pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian sampel
sampel tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan.
5.2
Saran
Dengan segenap kemampuan dan kerendahan hati, selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta
saran yang dapat penyusun sampaikan yang mungkin dapat bermanfaat dan berarti
baik untuk Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta maupun pihak
Akademik adalah :
1. Kepada analis di laboratorium, agar dapat menggunakan alat pelindung diri
seperti kacamata dan masker pada saat mengerjakan bahan bahan berbahaya
dan melakukan pekerjaan sesuai dengan tempatnya, seperti pereaksi pereaksi
yang berbahaya dilakukan di lemari asam.
2. Kedisiplinan, kerajinan dan ketangkasan dari para analis di laboratorium sudah
sangat baik, untuk itu perlu dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan lagi
untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.
3. Penugasan kepada peserta Praktek Kerja Lapangan, sebaiknya diawasi dan dibimbing
lebih intensif agar peserta Praktek Kerja Lapangan dapat melaksanakan tugas dengan
baik dan mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak.
4. Diharapkan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Jakarta tetap menjalin
hubungan baik dengan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II untuk
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di masa mendatang.
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 12,06 N = 25 mL x 0,02 N
V1 = 0,04 mL
Titrasi 1
50,0
7,00
Titrasi II
50,0
7,00
Viod 2 x Niod
= Vthio x Nthio
7,00 mL x Niod = 50,0 mL x 0,01535 N
N1 = 0,1096 mL