Kultur Embrio
Kultur Embrio
Kultur Embrio
Benih terdiri dari embrio dan endosperm. Embrio dapat tumbuh dan berkembang
antara lain karena adanya nutrisi yang disediakan oleh endosperm. Benih yang
endospermnya sedikit atau rusak oleh karena serangga atau mikroorganisme patogen,
menyebabkan embrio tidak dapat tumbuh dan akhirnya mati (Henuhili, 2012).
Kultur embrio sangat bermanfaat khususnya bagi pemulia tanaman yang berusaha
menyilangkan tanaman antar spesies atau genus yang dapat menyebabkan keguguran
embrio akibat ketidakcocokan kromosom. Dengan teknik embryo rescue, embrio yang
belum matang dan belum mati atau jatuh dari pohon induk dapat diselamatkan dengan
menanam embrio tersebut pada media in vitro (kultur jaringan) (Henuhili, 2012).
Hasil percobaan dari Laibach (1925-1928), telah dapat ditumbuhkan embrio biji
tanaman Linum pada kertas filter atau kapas yang mengandung sukrose atau glukosa.
Embrio dapat tumbuh apabila nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhannya.
Embrio yang belum dewasa memerlukan media dengan nutrisi dan zat tambahan yang
lebih lengkap untuk pertumbuhan-nya dibandingkan embrio yang dewasa, yang
berasal dari biji yang masak (Henuhili, 2012).
Sterilisasi pada kultur embrio dimulai dengan sterilisasi biji. Biji yang keras dapat
direndam dalam air terlebih dahulu untuk memudahkan mengambil embrio di
dalamnya. Setelah biji disterilisasi, embrio dapat diambil untk di tanam pada media
kultur. Embrio yang masih sangat muda perlu dikeluarkan dengan hati-hati supaya
tidak terpotong (Henuhili, 2012).
Media yang digunakan untuk kultur embrio akan bervariasi tergantung umur embrio
dan tujuan akhir dari kultur yang dilakukan. Bahkan dalam satu botol media dapat
dibuat mengandung 2 macam media untuk mendukung pertumbuhan embrio melalui
beberapa tahapan secara normal (Yeung et al., 1981 dalam Henuhili, 2012).
Teknik kultur embrio pada kelapa kopyor (Sukendah dkk, 2006) :
1)
Embrio diisolasi berupa silinder endosperm dari buah kelapa kopyor umur 1112 bulan dengan bantuan alat spatula berukuran 2 cm. Silinder endosperm
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang beisi akuades, untuk disterilisasi.
Sterilisasi endosperm dilakukan dengan menggunakan klorok 20% selama 10
menit dan dibilas dengan akuades steril. Di dalam Laminar Air Flow embrio
diekstrak dari silinder endosperm. Sterilisasi embrio menggunakan klorok
10% selama 5 menit yang dilakukan dua kali. Sebelum diinokulasi embrio
dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali.
2)
Embrio yang sudah steril ditanam ke dalam media yang sesuai. Jika embrio
sudah berkecambah, embrio dipindahkan ke media yang baru dan planlet
disubkultur setiap 3 bulan sekali sampai subkultur yang ke 4.
3)
Planlet-planlet hasil kultur embrio yang sudah memilikiakar primer dan akar
lateral yang cukup kemudian diaklimatisasi.