Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas Uji Tetrazolium

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH (AGH250)

Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium

Syarif Hidayat

A2401201206

Kelas Paralel Praktikum: Paralel 5

Dosen Pembimbing: Ahmad Zamzami S.P., M.Si.

Asisten : Hamiddah Intan Kusumastuti, S.P.

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menguji viabilitas benih merupakan salah satu upaya untuk mengukur
kemampuan tumbuh benih dalam kondisi optimum dan tidak (Vigor). Metode
pengujian yang dapat dilakukan ada berbagai cara dengan keunggulan
masingmasing, misalnya uji dengan mengecambahkan benih langsung yang hanya
perlu biaya sedikit namun dengan waktu lama, dan uji tetrazolium dengan waktu
yang singkat namun biaya yang mahal (Subantoro 2013).
Kategori benih viabel dengan tetrazolium dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori bergantung pada jenis benihnya sendiri. Kelompok
pengkategorian benih terbagi atas normal kuat, yakni benih dengan poros embrio
dan kotiledon yang hampir seluruhnya berwarna merah, normal, abnormal, dan
benih mati dengan kriteria pewarnaan yang semakin rendah perbandingan
merahnya pada bagian inti benih semakin turun kategorinya (Fatmawati et al.
2018).
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas.
Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia
yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat
viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa
perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga
waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang
diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah.
Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator 2.3.5 Trifenil
tetrazolium klorida yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang
hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup
dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga
terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak
terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap.Adanya pola-pola warna merah pada
bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih
yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk
mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya
berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bila dilakukan, dengan cara
membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan ketat untuk katagori benih
vigor diantar benih viabel.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah :
penyiapan benih yang akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih
untuk aktivasi enzim dan pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih
untuk pewarnaan ( penusukan, pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran
embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu dan lama perendaman, penilaian
benih viabel dan benih non viabel.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan melakukan pendugaan viabilitas contoh benih
secara cepat dan melakukan perkiraan viabilitas benih dengan menggunakan
metode uji tetrazolium.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Uji Tetrazolium
Uji Tetrazolium (TZ) adalah uji viabilitas benih secara cepat yang
didasarkan atas proses dehidrogenase yang mengkatalis respirasi mitokondria.
Melalui proses hidrogenasi dari 2, 3, 5 triphenyl tetrazolium chloride yang
diimbibisikan pada benih kemudian bereaksi dengan enzim dehydrogenase dalam
jaringan benih sehingga terbentuk endapan formazan berwarna merah sebagai
indikator bahwa jaringan tersebut masih hidup. Pola pewarnaan dan intensitas
warna struktur internal benih menentukan dalam evaluasi kriteria sebagai benih
yang vigor memiliki potensi berkembang menjadi kecambah yang normal (ISTA
2016).
Pengujian Uji Tetrazolium
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji tetrazolium adalah
evaluasi pola topografi pewarnaan untuk menentukan benih viable dan non-viable.
Benih viable menunjukkan pewarnaan pada seluruh jaringan benih yang diperlukan
untuk perkembangan kecambah normal. Sedangkan benih non-viable, menujukkan
defisiensi dan keabnormalan dari sifat alami yang dapat menghambat
perkembangannya menjadi kecambah normal (Septyan et al. 2019).
Kelebihan dan Kekurangan Uji Tetrazolium
Kelebihan uji TZ di antaranya ialah tidak terpengaruh oleh faktor lingungan,
dapat mendeteksi kemunduran benih, alat yang dibutuhkan sederhana, waktu yang
dibutuhkan cepat, tidak dipengaruhi faktor domansi, dan fokus evaluasi pada
struktur benih. Kekurangannya ialah membutuhkan keterampilan dan pengetahuan
khusus dan tingkat subjektivitas pada evaluasi pewarnaan. Sehingga beberapa
kajian memberikan hasil bahwa uji TZ mampu menilai vigor benih dan berpotensi
untuk dijadikan metode pengujian vigor secara cepat pada beberapa spesies, yaitu
kapas, kacang tanah, jagung, kedelai, dan tomat (Nurul Afifah et al. 2020).
METODE

Bahan dan Metode

1. Benih jagung dan kedelai masing-masing 8 butir dan 16 butir


dilembabkan selama 1 malam.
2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium
ke dalam benih. Rendam benih tersebut dengan larutan tetrazolium
secukupnya sampai benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat
proses pewarnaan bisa dipakai suhu 400C selama 1 jam.
3. Evaluasi/Pengamatan setelah proses pewarnaan biji harus segera
diamati :
- Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan the, cuci
benih dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan
tetrazolium).
- Rendam dalam air bersih.
- Amati benih satu per satu dengan kaca pembesar, klasifikasikan
sesuai dengan gambar 1 – 10. Gambar dan hitung persentase benih
viabel.
- Apabila perlu gunakan mikroskop stereo

Gambar 1.1. Pola pewarnaan tetrazolium untuk benih/biji jagung


yang hidup dan yang mati.
a. No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable) Seluruh embrio berwarna
merah cemerlang.
b. No. 2-4 Biji dapat tumbuh (Germinable) Bagian ujung dari
skutelum tidak berwarna.
c. No. 5-6 Biji dapat tumbuh (Germinable) Bagian ujung dari
skutelum tidak berwarna dan bagian yang tidak kritis dari
radikula (calon akar) juga tidak berwarna.
d. No. 7-8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian di
mana tempat akar seminal berasal (pada struktur biji) tidak ada
pewarnaan.
e. No. 9 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Plumula tidak
terjadi pewarnaan (kadar jaringannya mati).
f. No. 10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian
tengah dari skutelum dan bagian dari tempat pertumbuhan akar
seminal tidak berwarna.
g. No. 11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Plumula dan
radikula tidak berwarna.
h. No. 12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian
bawah skutelum dan radikula sampai ke bagian tempat tumbuh
akar seminal tidak berwarna.
i. No. 13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Skutelum
seluruhnya tidak berwarna.
j. No. 14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-germinable) Skutelum dan
radikula tidak berwarna.
k. No. 15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Pewarnaan
embrio merah muda yang sangat redup.
l. No. 16 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Seluruh
embrio tidak berwarna

.
Gambar 1.2. Benih/biji dan struktur bibit jagung
Keterangan:
A. Penampang luar kariopsis
a. Pericap
b. Embrio
c. Endosperma
B. Penampang membujur dari luar
a. Skutelum
b. Koleoptil
c. Plumula
C. Bibit
a. Akar seminar
b. Radikula
c. Koleoriza
Hasil dan Pembahasan

Hasil

1. Hasil pengamatan benih jagung


Gambar 2.1. Benih jagung

(A) (B)

(C) (D)

(E) (F)

(G) (H)
2. Hasil pengamatan benih kedelai
Gambar 2.3. Benih kedelai

(A) (B)

(C) (D)
Gambar 2.4. Benih kedelai

(E) (F)

(G) (H)
Tabel 1. Jagung dan kedelai

Lot Ulangan Benih Benih Penjelasan singkat


viable non-
viable

Jagung A ✓ Seluruh embrio berwarna merah cemerlang

B ✓ Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna

C ✓ Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna,


dan bagian dari radikula juga tidak berwarna.

D ✓ Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna.

E ✓ Benih tidak dapat tumbuh karena bagian


bawah skutelum dan radikula sampai ke
bagian tempat tumbuh akar seminal tidak
tumbuh.

F ✓ Benih tidak dapat tumbuh karena pada


bagian ujung skutelum tidak berwarna

G ✓ Benih dapat tumbuh dengan baik karena


seluruh bagian embrio berwarna merah

H ✓ Benih tidak dapat tumbuh karena plumula


tidak berwarna merah

Kedelai A ✓ Bagian embrio berwarna merah, tetapi


hampir separuh bagian proksimal sampel
berwarna putih

B ✓ Bagian embrio berwarna merah, tetapi


bagian kotiledon hampir seluruhnya tidak
berwarna merah

C ✓ Bagian embrio berwarna merah, sedangkan


bagian proksimal hanya sedikit yang terkena
merah

D ✓ Seluruh bagian pada benih berwarna merah,


sedangkan bagian vital embrio plumula
berwarna putih pekat
E ✓ Bagian pada skutelum pinggir bawah dan
atas berwarna merah dan radikula mati

F ✓ Benih berwarna merah pekat, kecuali bagian


kotiledon samping kiri

G ✓ Benih berwarna merah dengan beberapa


bagian kotiledon berwarna putih.

H ✓ Benih berwarna merah dengan beberapa


bagian proksimal dan distal berwarna putih,
dan bagian plumula berwarna putih.

Tabel 2.1. Data sekunder uji TZ jagung

Benih
Benih %
Kecambah Kecambah segar Benih
Lot Ulangan Benih non- Benih %DB BSTT
viable normal Abnormal tidak mati
viable viable tumbuh
1 80 20 80 78 20 0 2 98 2
2 77 23 77 77 18 2 3 95 2
A 3 75 25 75 82 15 0 3 97 0
4 83 17 83 83 15 2 0 98 2

1 84 16 84 80 18 1 1 98 1
2 83 17 83 78 20 2 0 98 2
B 3 85 15 85 81 15 3 1 96 3
4 88 12 88 82 15 2 1 97 2

Tabel 2.2. Data sekunder uji TZ kedelai


Benih
Benih %
Kecambah Kecambah segar Benih
Lot Ulangan Benih non- Benih %DB BSTT
viable normal Abnormal tidak mati
viable viable tumbuh
1 78 22 78 78 20 0 2 98 0
2 84 16 84 77 18 2 3 95 2
A 3 80 20 80 78 17 2 3 95 2
4 83 17 83 76 21 2 1 97 2

1 80 20 80 80 18 1 1 98 1
2 82 18 82 78 20 2 0 98 2
B 3 85 15 85 80 15 3 2 95 3
4 84 16 84 80 16 2 2 96 2
Pembahasan

Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu benih diberi perlakuan


pendahuluan. Benih jagung dan kedelai diberi perlakuan pendahuluan dengan
merendam dalam air selama semalam, kemudian dibelah embrionya membujur
hingga ¾ endosperma sebelum ditetesi tetrazolium pada benih jagung. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan pada benih jagung (monokotil) dan kedelai
(dikotil), pengkategorian benih ke dalam viabel atau non viabel dilihat dari warna
bagian benih setelah diberi tetrazolium. Benih jagung dan kedelai yang dikatakan
viabel atau sehat adalah ketika kotiledon dan embrionya berwarna merah, dengan
sedikit perbedaan yakni endosperm yang juga berwarna merah pada benih jagung
(Subantoro 2013).

Pengujian benih jagung dilakukan menggunakan 8 sampel yang sudah


diberikan di dalam pendahuluan. Pengamatan sampel A menunjukkan seluruh
embrio berwarna merah cemerlang, sehingga benih sampel B tersebut di
kategorikan sebagai benih viable. Pengamatan sampel B menunjukkan bagian
ujung skutelum tidak berwarna, sehingga benih sampel B dikategorikan sebagai
benih viable. Pengamatan sampel C menunjukkan bahwa Bagian ujung dari
skutelum tidak berwarna, dan bagian dari radikula juga tidak berwarna, sehingga
benih pada sampel C dikategorikan sebagai benih viable. Pengamatan sampel D
menunjukkan bahwa bagian ujung dari skutelum tidak berwarna, sehingga dapat
dikategorikan sebagai benih viable. Dari pengamatan A, B, C, dan D dapat
dikatakan bahwa benih tersebut sehat karena kotiledon dan embrionya berwarna
merah.

Berbeda dengan jagung yang memiliki endosperm bila skutelumnya telah


mati, benih kedelai hanya memiliki kotiledon yang berperan sebagai suplai
makanan utama benih. Pengamatan benih sampel A menunjukkan bahwa bagian
embrio berwarna merah, tetapi hampir separuh bagian proksimal sampel berwarna
putih, sehingga benih tersebut termasuk ke dalam benih non-viable. Pengamatan
benih sampel B menunjukkan bahwa bagian embrio berwarna merah, tetapi bagian
kotiledon hampir seluruhnya tidak berwarna merah, sehingga benih tersebut
termasuk ke dalam benih non-viable. Pengamatan benih sampel C menunjukkan
bahwa bagian embrio berwarna merah, sedangkan bagian proksimal hanya sedikit
yang terkena merah, sehingga benih tersebut termasuk ke dalam benih non-viable.
Pengamatan benih sampel D menunjukkan bahwa seluruh bagian pada benih
berwarna merah, sedangkan bagian vital embrio plumula berwarna putih pekat,
sehingga benih tersebut dikatakan benih non-viable. (Menurut Heru 2010) benih
kedelai non-viable banyak disebabkan oleh rusaknya struktur sel dari sistem
memberan biji, adapun faktor fisiologisnya salah satunya faktor cuaca pada saat
kedelai di lapang. Sehingga dari pengamatan A, B, C dan D dapat dikatakan bahwa
benih tersebut tidak bagus atau rusak.
KESIMPULAN

Uji tetrazolium terhadap viabilitas benih adalah uji terhadap kegiatan


jaringan benih yang didalamnya terdapat enzim dehidrogenase. Pada benih jagung
dapat dikatakan benih tersebut sehat karena kotiledon dan embrionya berwarna
merah, sedangkan pada benih kedelai itu tidak bagus atau rusak karena adanya
kerusakan pada struktur sel dari sistem membran biji.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul A, Eny W, Endah RP. 2020. Pengembangan uji tetrazolium sebagai metode
analisis vigor benih botani bawang merah. Jurnal Hort Indonesia. 11(2):
120-130.
[ISTA] International Seed Testing Association. 2016. International Rules of Seed
Testing. International Seed Testing Association, Zurich.
Septyan AP, Bambang P, Amalia TS. 2019. Perbandingan uji tetrazolium dan
radicle emergence dalam menduga viabilitas benih kopi arabika (Coffea
arabica L.). Jurnal Littri. 25(1): 1-10.
Subantoro R, Prabowo R. 2013. Pengkajian viabilitas benih dengan tetrazolium test
pada jagung dan kedelai. Jurnal ilmu ilmu pertanian. 9(2):1-8.
Heru K. 2010. Konservasi dan karakter plasma nutfah kedelai. Hayati Edisi Khusus.
4A: 65-69.

Anda mungkin juga menyukai