Tugas Uji Tetrazolium
Tugas Uji Tetrazolium
Tugas Uji Tetrazolium
Syarif Hidayat
A2401201206
FAKULTAS PERTANIAN
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menguji viabilitas benih merupakan salah satu upaya untuk mengukur
kemampuan tumbuh benih dalam kondisi optimum dan tidak (Vigor). Metode
pengujian yang dapat dilakukan ada berbagai cara dengan keunggulan
masingmasing, misalnya uji dengan mengecambahkan benih langsung yang hanya
perlu biaya sedikit namun dengan waktu lama, dan uji tetrazolium dengan waktu
yang singkat namun biaya yang mahal (Subantoro 2013).
Kategori benih viabel dengan tetrazolium dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori bergantung pada jenis benihnya sendiri. Kelompok
pengkategorian benih terbagi atas normal kuat, yakni benih dengan poros embrio
dan kotiledon yang hampir seluruhnya berwarna merah, normal, abnormal, dan
benih mati dengan kriteria pewarnaan yang semakin rendah perbandingan
merahnya pada bagian inti benih semakin turun kategorinya (Fatmawati et al.
2018).
Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas.
Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia
yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat
viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa
perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga
waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang
diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah.
Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator 2.3.5 Trifenil
tetrazolium klorida yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang
hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup
dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga
terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak
terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap.Adanya pola-pola warna merah pada
bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih
yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk
mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya
berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bila dilakukan, dengan cara
membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan ketat untuk katagori benih
vigor diantar benih viabel.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah :
penyiapan benih yang akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih
untuk aktivasi enzim dan pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih
untuk pewarnaan ( penusukan, pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran
embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu dan lama perendaman, penilaian
benih viabel dan benih non viabel.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan melakukan pendugaan viabilitas contoh benih
secara cepat dan melakukan perkiraan viabilitas benih dengan menggunakan
metode uji tetrazolium.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Uji Tetrazolium
Uji Tetrazolium (TZ) adalah uji viabilitas benih secara cepat yang
didasarkan atas proses dehidrogenase yang mengkatalis respirasi mitokondria.
Melalui proses hidrogenasi dari 2, 3, 5 triphenyl tetrazolium chloride yang
diimbibisikan pada benih kemudian bereaksi dengan enzim dehydrogenase dalam
jaringan benih sehingga terbentuk endapan formazan berwarna merah sebagai
indikator bahwa jaringan tersebut masih hidup. Pola pewarnaan dan intensitas
warna struktur internal benih menentukan dalam evaluasi kriteria sebagai benih
yang vigor memiliki potensi berkembang menjadi kecambah yang normal (ISTA
2016).
Pengujian Uji Tetrazolium
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam uji tetrazolium adalah
evaluasi pola topografi pewarnaan untuk menentukan benih viable dan non-viable.
Benih viable menunjukkan pewarnaan pada seluruh jaringan benih yang diperlukan
untuk perkembangan kecambah normal. Sedangkan benih non-viable, menujukkan
defisiensi dan keabnormalan dari sifat alami yang dapat menghambat
perkembangannya menjadi kecambah normal (Septyan et al. 2019).
Kelebihan dan Kekurangan Uji Tetrazolium
Kelebihan uji TZ di antaranya ialah tidak terpengaruh oleh faktor lingungan,
dapat mendeteksi kemunduran benih, alat yang dibutuhkan sederhana, waktu yang
dibutuhkan cepat, tidak dipengaruhi faktor domansi, dan fokus evaluasi pada
struktur benih. Kekurangannya ialah membutuhkan keterampilan dan pengetahuan
khusus dan tingkat subjektivitas pada evaluasi pewarnaan. Sehingga beberapa
kajian memberikan hasil bahwa uji TZ mampu menilai vigor benih dan berpotensi
untuk dijadikan metode pengujian vigor secara cepat pada beberapa spesies, yaitu
kapas, kacang tanah, jagung, kedelai, dan tomat (Nurul Afifah et al. 2020).
METODE
.
Gambar 1.2. Benih/biji dan struktur bibit jagung
Keterangan:
A. Penampang luar kariopsis
a. Pericap
b. Embrio
c. Endosperma
B. Penampang membujur dari luar
a. Skutelum
b. Koleoptil
c. Plumula
C. Bibit
a. Akar seminar
b. Radikula
c. Koleoriza
Hasil dan Pembahasan
Hasil
(A) (B)
(C) (D)
(E) (F)
(G) (H)
2. Hasil pengamatan benih kedelai
Gambar 2.3. Benih kedelai
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 2.4. Benih kedelai
(E) (F)
(G) (H)
Tabel 1. Jagung dan kedelai
Benih
Benih %
Kecambah Kecambah segar Benih
Lot Ulangan Benih non- Benih %DB BSTT
viable normal Abnormal tidak mati
viable viable tumbuh
1 80 20 80 78 20 0 2 98 2
2 77 23 77 77 18 2 3 95 2
A 3 75 25 75 82 15 0 3 97 0
4 83 17 83 83 15 2 0 98 2
1 84 16 84 80 18 1 1 98 1
2 83 17 83 78 20 2 0 98 2
B 3 85 15 85 81 15 3 1 96 3
4 88 12 88 82 15 2 1 97 2
1 80 20 80 80 18 1 1 98 1
2 82 18 82 78 20 2 0 98 2
B 3 85 15 85 80 15 3 2 95 3
4 84 16 84 80 16 2 2 96 2
Pembahasan