Laporan Autopipet Dan PH Meter
Laporan Autopipet Dan PH Meter
Laporan Autopipet Dan PH Meter
Hari/tanggal
: Senin/17Februari2014
Waktu
: 08.00-11.00 WIB
PJP
Asisten
: Syahrul Mustofa
Mustika Weni
Puji Rahmadani
Kelompok 17
Yahya Ramadhani
G84120050
Hafiz Nalviando
G84120019
G84120082
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Pemindahan larutan dari suatu wadah ke wadah yang lainnya dalam melakukan suatu praktikum
dapat dilakukan dengan cara menuang ataupun dengan menggunakan pipet. Penggunaan pipet
biasanya dilakukan pada volume yang kecil namun lebih akurat. Umumnya, terdapat dua jenis
pipet yang utama, yaitu pipet gelas dan mikropipet. Pipet gelas atau pipet volume adalah salah
satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang
ramping pada penunjuk volume dan hanya ada satu ukuran volume. Mikropipet atau autopipet
merupakan alat untuk memindahkan cairan yg bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari
1000 l (Graham 2009). Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang
dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1l sampai 20 l, atau
mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 l.
Pengukuran pH banyak digunakan di laboratorium dan di industri makanan maupun minuman
pengolahan air. Pengukuran nilai pH bertujuan untuk mengetahui karakter larutan uji. Umumnya,
pengukuran kadar pH suatu bahan di tentukan dengan menggunakan kertas lakmus dan pH
meter. Kertas lakmus dapat digunakan dalam menetukan sifat asam atau basa suatu bahan uji,
namun ketepatannya masih kurang dibandingkan dengan pH meter yang dapat mengetahui nilai
pH yang lebih akurat dan tepat. Instrumen pH meter merupakan sebuah alat elektronik yang
digunakan untuk mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu
larutan. Pengukuran suatu pH didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan
yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan
yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. (Haqiqi 2008). Selain untuk
mengenalkan dan mengetahui prinsip kerja autopipet dan pH meter, tujuan praktikum ini adalah
menghitung pH larutan dengan menggunakan pH meter, mengetahui prinsip dasar asam-basa
larutan buffer, membuat larutan stock dan melakukan pengenceran larutan, serta menggunakan
autopipet.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Departemen Bikimia IPB. Waktu praktikum yaitu hari
Senin, tanggal 17 Februari 2014 pukul 08.00 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sudip, neraca analitik, gelas piala, batang
pengaduk, labu ukur, stirrer, magnet pengaduk, buret, statif, pH meter, dan autopipet. Bahanbahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain Na2HPO4, NaH2PO4, dan air suling.
Prosedur Percobaan
Pembuatan buffer 1. Larutan fosfat (Na2HPO4, 2H2O 0,2 M dan sitrat 0,1 M sebanyak 50 ml
disiapkan. Kemudian dilakukan standardisasi terhadap pH meter. Selanjutnya, 17,5 ml lautan
fosfat dimasukkan ke dalam 32,5 ml lautan sitrat dan diukur pH-nya. Apabila pH lurang dari 3,8
ditambahkan larutan fosfat dengan pipet tetes, apabila pH lebih dari 3,8 ditambahkan sedikit
asam sitrat denan pipet tetes.
Pembuatan buffer 2. Sebanyak 3,54 gram Na2HPO4 dilarutkan ke dalam 50 ml aquades
sehingga mempunyai konsentrasi 0.25 M. Magnet dimasukkan ke dalam baker glass berisi
larutan tersebut, dan ditempatkan pada stirrer otomatis. Perlakuan yang sama untuk NaH2PO4
sebanyak 3.025 gram dalam 50 ml sehingga menjadi 0.25 M. Titrasi dilakukan setelah kedua
larutan diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter. NaH2PO4 dituangkan sedikit demi sedikit
untuk mencapai pH 7.5.
Penggunaan autopipet. Tombol pengatur volume pada pipet diputar untuk menentukan berapa
volume dari larutan yang akan diambil. Pasangkan tip pada ujung pipet dengan menyesuaikan
dengan ukuran pipet yang akan digunakan dan usahakan untuk tidak memegang tip secara
langsung. Masukkan pipet ke dalam wadah yang berisi cairan dengan jarak sekitar 5mm dari
permukaan cairan secara tegak lurus setelah tombol atau pengungkit pipet ditekan hingga
mencapai perhentian pertama. Kemudian lepaskan pengungkit secara perlahan untuk
mengangkat cairan, dan pindahkan ke wadah lainnya dengan cara menekan kembali tombol
pengungkit pada perhentian pertama secara perlahan, serta menekan hingga perhentian kedua
untuk mengilangkan sisa cairan yang menempel pada tip. Lepaskan tip yang sudah dipakai
dengan cara mengarahkan ujung pipet ke wadah limbah tip dan menekan tombol eject yang
terdapat pada pipet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keasaman (pH) larutan dapat diukur kadarnya dengan menggunakan alat pH meter, dimana pH
adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH
antara 0 hingga 14. Instrumen pH meter adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk
mengukur pH (kadar keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan. Penggunaan
alat tersebut dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan yang akan di uji, dan sangat
dipengaruhi oleh keadaan dan fungsi elektroda (Maitamu 2012). Elektroda suatu pH meter
terlebih dahulu dibersihkan dengan cara membilasnya dengan air dan dilap dengan menggunakan
kertas tissue sebelum dimasukkan ke dalam suatu larutan. pH meter harus dikalibrasi sebelum
dan setelah setiap pengukuran. Untuk penggunaan normal kalibrasi harus dilakukan pada awal
pemakaian.
Tabel 1 Pengukuran pH buffer 1
Meja
5
6
7
pH terukur
3.51
3.53
3.73
pH universal
4
4
4
Meja
5
6
7
pH terukur
8.23
7.93
7.77
pH universal
9
8
7
Prinsip kerja autopipet yaitu memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang
dari 1000 l. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur
takaran volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1 l sampai 20 l atau
mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 l. Autopipet merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk
mengambil atau memindahkan suatu cairan dengan volume mikro (Graham 2009).
Pengertian dari pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman
atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH
zat semi-padat). Pada prinsipnya, pengukuran suatu pH didasarkan pada potensial elektro kimia
yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah
diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini
dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang
ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia
dari ion hydrogen atau diistilahkan dengan potential of hydrogen. Elektroda dapat mudah rusak
sehingga perlu penggunaan yang benar dan hati-hati. Jika pH meter sedang tidak digunakan
maka elektroda harus dalam keadaan terendam dalam larutan berpH 4 (McQuarrie & John 1997).
Kini pH meter yang terdiri atas mikro prosesor yang diperlukan untuk koreksi temperatur dan
kalibrasi. Meskipun demikian, pH meter modern masih mempunyai kekurangan, yaitu perubahan
yang lambat, yang merupakan masalah penting dalam menentukan skala yang valid (Haqiqi
2008). Penggunaan alat maupun instrumen dalam melakukan pengukuran sebaiknya dilakukan
kalibrasi alat terlebih dahulu, salah satunya adalah pH meter. Menurut Tahir (2008), kalibrasi alat
harus diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran pada pH meter. Kalibrasi adalah memastikan
kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilainilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai
konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar
Nasional atau Internasional. Larutan yang biasa digunakan untuk kalibrasi pH meter adalah
larutan buffer.
Kalibrasi terhadap pHmeter dilakukan dengan larutan buffer standar dengan ph 4.01,7, dan 10.01
dan dengan metode satu titik, dua titik, atau multi titik. Metode satu titik, dilakukan dengan
menggunakan buffer standar sekitar pH yang akan diukur, ph 4,01 untuk sistem asam, buffer
standar 7,00 untuk sistem netral, dan buffer standar 10,01 untuk system basa. Metode dua titik
dilakukan jika bahan bersifat asam digunakan dua buffer standar berupa pH 4,01 dan 7,00. Jika
bahan bersifat basa, digunakan dua buffer standar berupa pH 7,00 dan 10,00. Selain kalibrasi
terhadap pH meter, juga terdapat kalibrasi temperatur berupa PT100 maupun thermocouple dapat
menggunakan metode perbandingan maupun simulasi (Sulaiman 2011).
Perlakuan pada Percobaan pengukuran buffer 1, yaitu dengan menambahkan 17,5 ml lautan
fosfat ke dalam 32,5 ml lautan sitrat yang telah diukur pH-nya, maka akan menghasilkan suatu
larutan buffer. Apabila pH kurang dari 3,8 ditambahkan larutan fosfat dengan pipet tetes, apabila
pH lebih dari 3,8 ditambahkan sedikit asam sitrat dengan pipet tetes. Penambahan asam atau basa
dalam suatu buffer akan menaikkan atau menurunkan sedikit nilai pH-nya. Hasil dari percobaan
meja lima dapat diketahui bahwa pengukuran dengan pH meter menunjukkan hasil 3,51 dan
dengan pH universal menunjukkan nilai 4. Selanjutnya pada pembuatan buffer 2, dilakukan
dengan metode titrasi antara Na2HPO4 yang dititrasi dengan menggunakan aquades hingga pHnya mendekati atau sama dengan angka 7,5. Hasil yang didapatkan meja lima menujukkan nilai
pH sebesar 8,23 dengan menggunakan pH meter, dan pH bernilai 9 dengan menggunakan pH
universal. Kurangnya volume aquades yang diberikan pada titrasi Na2HPO4 mengakibatkan
konsentrasinya masih tinggi sehingga menyebabkan nilai pH-nya masih tinggi dan belum
mencapai pH 7,5.
Pengukuran dengan menggunakan pH meter dan pH universal menunjukkan hasil yang berbeda,
dikarenakan pH meter memiliki daya ukur yang lebih akurat dan tepat dibandingkan dengan
menggunakan pH universal. Hasil dari pH universal yang berupa kisaran pH dalam bentuk warna
sesaat setelah dicelupkan ke dalam suatu larutan, warna yang terbentuk tersebut akan dicocokkan
dengan nilai pH yang yang terdapat pada warna universal. Sedangkan pH meter lebih akurat dan
presisi karena setelah elektroda dicelupkan pada larutan, nilai pH akan ditransmisikan secara
digital di layar dengan dua atau empat angka desimal. Alat tersebut memiliki ketelitian yang baik
karena memiliki sensitivitas 0.01 pH (Matiin 2012).
Salah satu aplikasi dalam penggunaan pH meter yakni mengukur kadar keasaman atau kebasaan
suatu air tanah yang dikembangkan saat ini. Selain itu, alat-alat instrumentasi yang digunakan
pada pabrik pembuatan kertas atau pulp adalah dengan menggunakan PH meter yang berfungsi
untuk mendeteksi keasaman dan kebasaan pada buburan kertas agar dapat menghasilkan kertas
atau pulp yang kualitas baik. Instrumen pH meter merupakan suatu peralatan yang terdiri dari
sensor sebagai pendeteksi keasaman dan kebasaan, di mana data yang diperoleh dari
pendeteksian oleh sensor tersebut akan ditampilkan ke transmiter, selanjutnya transmiter
mengirim data tersebut ke ruang DCS (Distribution Control System), sehingga data tersebut
dapat dibaca oleh operator pada ruang control (Hartas 2008).
SIMPULAN
Melalui kegiatan praktikum ini, dapat diketahui beberapa teknik dalam menghitung pH larutan
dengan menggunakan pH meter, mengetahui prinsip dasar asam-basa larutan buffer, membuat
larutan stock dan melakukan pengenceran larutan, serta menggunakan autopipet. Autopipet
maupun pH meter sangatlah menunjang dalam penggunaan instrumentasi alat laboratorium
dalam melakukan suatu kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Graham, Ian. 2009. Genetics. USA: Saddleback Educational Publ.
Hartas H. 2008. Pendeteksian Keasaman dan Kebasaan pada Pembuburan Kertas dengan
Menggunakan pH Meter pada Proses Bleaching (Pemutihan). Medan : Universitas Sumatera
Utara Press
Haqiqi, S. H. 2008. pH Meter Elektroda. Universitas Brawijaya. Malang.
Maitimu CV, Legowo AM, Al-Baari AN. 2012. Parameter keasaman susu pasteurisai dengan
penambahan ekstrak daun aileru (Wrightia caligria). Jurnl Aplikasi Teknologi Pangan Vol 1 (1):
7-11
Matiin N, Hatta AM, Sekartedjo. 2012. Pengaruh variasi bending sensor p|H berbasis serat optik
menggunakan lapisan silica sol gel terhadap sensitivitas. Jurnal Teknik Pomits Vol 1 (1) : 1-6
McQuarrie, D.A. & John D.S. 1997. Physical Chemistry: A Molecular Approach. USA:
University Science Books.
Sulaiman C. 2011. Kalibrasi temperatur pada PT100 dan thermocouple.
Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol. 2 (2) : 99-104
Tahir I. 2008. Arti penting kalibrasi pada proses pengukuran analitik: aplikasi pada penggunaan
pH meter dan spektrofotometer uv-vis. Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, FMIPA,
Universitas Gadjah Mada Sekip utara, Yogyakarta 55281
Terima kasih, semoga bisa bermanfaat ya.. :)
Yahya Ramadhani (G84120050)