Skripsi Rekam Medik
Skripsi Rekam Medik
Skripsi Rekam Medik
Oleh
ZULHENRY
Nim : 06.01.3.031
2
0
0
8
Oleh
ZULHENRY
Nim : 06.01.3.031
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.
Pembimbing II
(Muhardi, M. Kom)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
ZULHENRY
06.01.3.031
Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada tanggal 14 September 2008 dan
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Ketua Penguji
Penguji II
PERNYATAAN
Dengan ini Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya/pendapat yang pernah
ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka
Zulhenry
RIWAYAT HIDUP
Nama : Zulhenry Amd PK
Jenis Kelamin : Laki laki
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Batu (KEPRI) / 11 Februari 1983
Agama : Islam
Tlp/Hp : (0761) 9034254 / 0819669420
Alamat : Perum. Gading Marpoyan Blok B2 No. 2 Pekanbaru.
Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri 015 Sawang Propinsi Kepulauan Riau Tahun 1989 1995.
2. MTsN Tanjung Batu Kundur Kepulauan Riau Tahun 1995 1998
3. SMK Pembangunan Bukittinggi Sumatera Barat Tahun 1998 - 2001
4. APIKES Dharma Landbouw Padang Sumatera Barat Tahun 2001 - 2004
5. STIKES Hang Tuah Pekanbaru Tahun 2006 2008.
Riwayat Pekarjaan
1. Staf rekam medis di RSAB Eria Bunda Tahun 2005
2. Staf rekam medis di RS Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2006 Sekarang
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah - Nya, sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis Di Rumah
Sakit Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2008 . Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan S1 Kesehatan Masyarakat di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak dr. H. Zainal Abidin, MPH, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.
2. Bapak Nopriadi, SKM, M. Kes, selaku ketua Prodi IKM Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru.
3. Bapak dr. Himawan Prasetyo, MMR, selaku Direktur Rumah Sakit Lancang
Kuning Pekanbaru, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru.
4. Bapak dr. Hoppy Dewanto, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, memberikan arahan
dan masukan dari awal sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Muhardi M.Kom Selaku Pembimbing II
6. Ibu Dra Afrida Wahid M.Kes Selaku Penguji I
7. Bapak Drs Djamaris Djamal M.Kes Selaku Penuji II
8. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, dan keluarga yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan doa kepada penulis.
9. Teman teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dan
memberikan motivasi kepada penulis.
Akhirnya penulis mempersembahkan skripsi ini dan penulis mohon maaf jika dalam
penulisan proposal skripsi ini terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
penyusunan proposal skripsi ini nantinya.
Pekanbaru, 14 September 2008
Penulis
(Zulhenry)
DAFTAR ISI
HAL
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
INTISARI .................................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka .......................................................................... 8
1. Pengertian Rumah Sakit ...................................................... 8
2. Fungsi Rumah Sakit ............................................................ 8
3. Pengertian Rekam Medis .................................................... 9
4. Tujuan Rekam Medis .......................................................... 10
5. Kegunaan Rekam Medis ..................................................... 11
6. Proses Penyelenggaraan Rekam Medis ............................... 11
a. Sistem Rekam Medis ....................................................... 11
b. Prosedur Rekam Medis ................................................... 14
DAFTAR TABEL
Hal
TABEL 1. Jumlah Tenaga Rekam Medis Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru
Berdasarkan Pendidikan Tahun 2008 . 5
TABEL 2. Karakteristik Kelompok Informan Utama .................................... 48
TABEL 3 Karakteristik Kelompok Informan Penunjang .............................. 49
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara Gambaran Sistem Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit
Lancang Kuning Pekanbaru Tahun 2008
Lampiran 2. Matrik Wawancara Mendalam Informan Utama
Lampiran 3. Matrik Wawancara Mendalam Informan Penunjang
Lampiran 4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru
Lampiran 5. Surat Pengantar Izin Penelitian di Rumah Sakit Lancang Kuning
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian di Rumah Sakit Lancang Kuning
Lampiran 7. Lembar Konsultasi Skripsi.
menuju
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan
Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh. Di Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982. SKN tersebut telah berperan besar sebagai
acuan dalam penyusunan Garisgaris Besar Haluan Negara (GBHN) bidang kesehatan,
penyusunan Undangundang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, dan juga
sebagai acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Memasuki millenium ketiga, indonesia menghadapi berbagai
perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal yang
perlu dipertimbangankan dalam melaksanakan pembangunan nasional termasuk
pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan
padat modal. Agar Rumah Sakit dapat melaksanakan fungsi dengan baik, maka dirumah
sakit harus memiliki sumber daya manusia, sarana dan prasarana peralatan yang
memadai serta dikelola secara profesional (Depkes RI, 2001).
Pengelolaan sumberdaya informasi secara efektif bagi organisasi asuhan kesehatan
sama pentingnya dengan menjaga informasi yang up to date. Informasi adalah
sumberdaya kritis yang perlu dipelihara dengan hatihati sebagaimana sumberdaya
manusia, sumberdaya keuangan dan perlengkapan utama. Daya organisasi untuk
memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan cost effective sebagian besar tergantung
pada kemampuannya menyediakan informasi yang akurat dan dapat dicapai. Konsep
information resource management (IRM) menganggap bahwa informasi adalah
sumberdaya yang berharga yang harus dikelola apa pun bentuknya atau dimana pun
tempat penyimpanannya. Informasi klinis menyokong diagnosis dan terapi, aktifitas
perbaikan kinerja yang mengukur dan memperbaiki mutu asuhan serta untuk riset medis
dan perbaikan kesehatan umum masyarakat. Informasi klinis yang akurat juga
merupakan dasar bagi sistem penggantian biaya. (Merida L, 2002)
Catatan medis merupakan dokumen hukum permanen yang harus berisi informasi
yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan dan
mencatat hasilnya. Tetapi karena dokumentasi di dalam catatan medis dilakukan oleh
berbagai penyedia layanan asuhan kesehatan seperti dokter, perawat, terapis dan
sebagainya dan karena dilakukan sebagai aktifitas kedua setelah memberi asuhan
pasien, dokumentasi tidak selalu selengkap dan setepat yang dibutuhkan atau
diinginkan. Seorang dokter yang sibuk bisa secara tidak sengaja menulis catatan
kemajuan pada catatan medis yang salah, seorang perawat yang dipanggil untuk
membantu pasien lalu lupa untuk mencatat obat yang diberikan. Analisa yang teratur
terhadap catatan medis harus dilakukan untuk mengelola isinya supaya memenuhi
tujuannya sebagai alat komunikasi informasi asuhan pasien, sebagai bukti perjalanan
penyakit dan pengobatannya untuk berbagai review hukum, reimbursement dan evaluasi
sejawat dan untuk mengisi data klinis bagi aktifitas administratif, riset dan pendidikan.
(Huffman, 1998).
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1996 kepada semua
petugas kesehatan wajib untuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam
medis. Kemudian pada tahun 1992 dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.034/BIRHUP/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
menyelenggarakan medical record (Direktorat Jendral Pelayanan Medik,1997).
Dari studi pendahuluan di Rumah Sakit Lancang Kuning dalam pengelolaan dan
pengolahan data rekam medis masih menggunakan secara manual dalam pembuatan
laporanlaporan internal seperti laporan kunjungan pasien rawat inap, rawat jalan,
poliklinik dan kunjungan kamar operasi yang semuanya masih dikerjakan secara
manual. Sedangkan laporan external seperti RL1, RL2, RL2a dll masih dikerjakan
secara manual sehingga petugas agak lambat dalam mengerjakannya. Di unit rekam
medis Rumah Sakit Lancang Kuning dalam menerapkan sistem rekam medis masih
belum semuanya berjalan sesuai dengan standar Depkes RI dalam bukunya yang
berjudul Petunjuk Teknis Rekam Medis tahun yang mana semuanya harus dilaksanakan
demi tercapainya sistem rekam medis yang baik dan benar juga untuk menuju akreditasi
rumah sakit yang mana rekam medis termasuk pelayanan dasar dalam akreditasi.
Pada Rumah Sakit Lancang Kuning, teknologi modern atau komputer yang
dimilikinya saat ini sudah sistem online dengan unit lain seperti Apotik, Keuangan dan
kasir. Penggunaan komputer atau SIM RS yang ada sekarang pada unit rekam medis
masih hanya sebatas pendaftaran dan penginputan data pasien rawat inap sehingga
pemanfaatannya dinilai belum optimal. Dan dari survey awal kepada petugas rekam
medis mengatakan job description mereka tidak jelas yang mana menjadi tanggung
jawab dan kejelasan job sebagai unit rekam medis. Dan pada unit rekam medis di
Rumah Sakit Lancang Kuning juga belum adanya ketetapan petugas khusus untuk
melakukan pengolahan data, pendaftaran, dan petugas di ruang penyimpanan status agar
mereka terfokus dengan pekerjaan masingmasing.
Di unit rekam medis rumah sakit Lancang Kuning petugas masih bekerja
merangkap sebagai operator dan admitting office atau pendaftaran rawat inap sehingga
pekerjaan pokok sebagai rekam medis sering terbengkalai. Sedangkan dalam
pengolahan data dan statistik rumah sakit masih dikerjakan secara manual meskipun
sudah mempunyai SIMRS karena SIMRS yang ada di rekam medis hanya sebatas
penginputan data pasien saja, sehinga semua ini mengakibatkan terlambatnya petugas
dalam menyajikan statistik kegiatan pelayanan rumah sakit dan fungsi unit rekam medis
yang diharapkan tidak bisa terlaksana sebagaimana mestinya.
C. Tujuan
No
1
2
Pendidikan Terakhir
D III Rekam Medis
SLTA
Jumlah
Jum
2 Or
3 Or
5 Or
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sistem pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit
Lancang Kuning tahun 2008
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya Sumber Daya Manusia pada unit rekam medis di Rumah Sakit
Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.
b. Diketahuinya sarana dan prasarana pada unit rekam medis di Rumah Sakit
Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.
c. Diketahuinya hubungan kerjasama petugas rekam medis dengan unit lain di
ruangan Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008.
d. Diketahuinya Standar Operasional Prosedur (SOP) pada unit rekam medis di
Rumah Sakit Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.
e. Diketahuinya alur rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru
tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menjadi wadah belajar bagi penulis khususnya melakukan penelitian dibidang
rekam medis.
2. Bagi Akademis
Bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam hal pengembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan serta ketrampilan bagi mahasiswa.
Keterangan
Topik Penelitian
Desain
Variabel
Subjek
Tempat
Hen
Gambarab
SistemTinjauan
ProsesPenyim
Pengelolaan
RekamPersiapan
AkreditasiRekam
Medis di Rumah SakitRekam Medis di RSUDRumah
Lancang Kuning
Bengkalis
GrandBersali
Hospital
Pekanb
Deskriftif Kualitatif
Deskriftif Kualitatif
Deskri
SDM,
Saranan
&SDM, Sarana fisik,Lokasi
Prasarana, SOP
Perlengkapan
danJumlah
Peralatan,
metodePenyim
standar
operasionalrekam
(SOP),
Keuangan,berkas
Informasi
Wadir Yanmed, direkturDirektur
RSUDPetuga
RS, KA Rekam MedisBengkalis, PenanggungKA
dan Staf, Perawat.
jawab rekam medisdirektu
RSUD Bengkalis
Bunda
Rumah Sakit LancangRSUD Bengkalis GrandRSAB
Kuning Pekanbaru
Hospital
Pekanb
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah institusi,
sebuah organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan
penjelasan lain.
Rumah Sakit juga merupakan suatu tempat bekerja tenaga kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan. Untuk itu
rumah sakit dapat dipandang bertanggung gugat atas kesalahan dan atau kelalaian
tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya (Aditama, 2002).
Sementara menurut SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992
menyatakan bahwa rumah sakit umum adalah merupakan rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik.
2. Fungsi Rumah Sakit
Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam bukunya Doctors in hostpitals yang
dikutip oleh Aditama (2002) fungsi rumah sakit adalah :
a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.
b. Harus ada memiliki pelayanan rawat jalan.
c. Rumah Sakit juga bertugas untuk melakukan pendidikan pelatihan.
d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.
e. Bertanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan
kesehatan bagi populasi di sekitarnya,
Ukuran kartu indeks pasien yang dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm, sedangkan
untuk rumah sakit yang sangat banyak pasien rawat jalannya dianjurkan menggunakan
ukuran 4,25 x 7,5 cm.
Kegunaan Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP) adalah kunci untuk menemukan
berkas rekam medis seorang pasien.
b. Prosedur Rekam Medis
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan
dirawat adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan rumah sakit. Dapat dikatakan
bahwa disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di
rumah sakit. Maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara
penerimaan inilah seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari
pelayanan rumah sakit.
Pasien rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap.
Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah sakit dapat dibedakan
menjadi :
1. Pasien yang dapat menunggu
a) Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
b) Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
2. Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat)
Sedangkan menurut jenis kedatangan pasien dapat dibedakan menjadi :
1. Pasien baru adalah pasien yang pertama kali datang ke rumah sakit untuk keperluan
berobat.
2. Pasien lama adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan berobat.
c. Proses Pengolahan Rekam Medis
1. Perakitan (Assembling) Rekam Medis
a). Perakitan rekam medis pasien rawat jalan
1) Pembatas Poliklinik
2) Lembar dokumen pengantar
3) Lembaran poliklinik
4) Hasil pemeriksaan penunjang
5) Salinan resep
b). Perakitan rekam medis pasien rawat inap
1) Ringkasan (diisi oleh petugas RM)
2) Pembatas masuk
3) Ringkasan Masuk dan keluar
4) Surat dokumen pengantar
5) Instruksi dokter
6) Lembar konsultasi
7) Catatan perawat
8) Catatan perkembangan
9) Grafik suhu, nadi dan pernafasan
10) Hasil pemeriksaan laboratorium
11) Hasil pemeriksaan radiodiagnostik
12) Salinan resep
13) Resume / Laporan kematian
2. Koding (Coding)
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau
angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan
tindakan serta diagnosis yang ada didalam rekam medis harus diberi kode dan
selanjutnya di indeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk
menunjang fungsi perencanaan, manajemen dan riset bidang kesehatan.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan
untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cedera, gejala dan faktor yang
mempengaruhi kesehatan.
Ketepatan dan kecepatan koding dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada
pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu :
a) Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
b) Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
c) Tenaga kesehatan lainnya
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung
jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya harus
diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan lengkap dan jelas seusai dengan
arahan yang ada pada buku ICD 10.
Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis di unit rawat jalan dan
rawat inap atas kerjasama tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang ada dimasingmasing unit kerja tersebut. Hal ini seperti dijelaskan pasal 3 dan 4 Permenkes RI
No.794a/Menkes/Per/XII/1989 tentang rekam medis. Untuk meningkatkan informasi
dalam rekam medis, petugas rekam medis harus membuat koding sesuai dengan
klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit berbagai tindakan lain juga harus
dikoding sesuai dengan klasifikasi masingmasing.
a) Koding penyakit (ICD 10)
b) Pembedahan / Tindakan (ICDPIM)
c) Koding Obatobatan
d) Laboratorium
e) Radiologi
f) Dokter (pemberi pelayanan)
g) Alaalat
h) dan lainlain
3. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat
kedalam indeksindeks. Didalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien.
Jenis indeks yang dibuat :
a) Indeks pasien
b) Indeks penyakit (diagnosis dan Operasi)
c) Indeks obatanobatan
d) Indeks dokter
e) Indeks kematian
1). Indeks pasien
Pengertian indeks pasien adalah satu kartu katalog yang berisi nama semua
pasien yang pernah berobat di rumah sakit.
Informasi yang ada didalam kartu ini adalah :
Halaman depan
a) Nama lengkap
b) Kelamin
c) Umur
d) Alamat
e) Tempat dan Tanggal Lahir
f) Pekerjaan.
Halaman belakang :
a) Tanggal masuk
b) Tanggal keluar
c) Dokter
d) Nomor rekam medis.
Kegunaan kartu indeks penderita adalah kunci untuk menemukan berkas rekam
medis seorang pasien.
2). Indeks penyakit (diagnosis) dan operasi
Pengertian indeks penyakit dan operasi adalah salah satu katalog yang berisi
kode penyakit dan kode operasi yang berobat di rumah sakit.
Informasi yang ada didalam kartu ini adalah :
a) Nomor kode
b) Judul, Bulan, Tahun
c) Nomor penderita
d) Jenis kelamin
e) Umur
Untuk indeks operasi ditambah : Dokter bedah, dokter anaestesi, hari pre op dan
post op, pasien meninggal / keluar (sembuh atau cacat).
Untuk indeks penyakit ditambah diagnosa lain, dokter lain, hari perawatan,
meninggal / keluar sembuh.
d. Analisa
1. Analisa kualitatif dan kuantitatif
Agar diperoleh kulitas rekam medis yang optimal perlu dilakukan audit dan
analisis rekam medis dengan cara meneliti rekam medis yang dihasilkan oleh staf medis
dan para medis serta hasilhasil pemeriksaan dari unit-unit penunjang sehingga
kebenaran penempatan diagnosa dan kelengkapan rekam medis dapat dipertanggung
jawabkan. Selain rumah sakit staf medis dapat terhindar dari gugatan mal praktek.
` Proses analisa rekam medis ditujukan kepada dua hal :
a) Analisa kualitatif adalah analisa yang ditujukan kepada jumlah lembaran
lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi
kelengkapan lembaran medis, paramedis dan penunjang medis. Petugas akan
menganalisa setiap berkas rekam medis yang diterima apakah lembaran rekam
medis yang seharusnya ada pada berkas seorang pasien sudah ada atau belum.
b) Analisa kuantitatif adalah analisa yang ditujukan kepada mutu dan setiap
berkas rekam medis. Petugas akan meganalisa kualitas rekam medis pasien
sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Analisa kuantitatif meliputi
penelitian terhadap pengisian lembaran rekam medis baik oleh staf medis,
para medis dan penunjang medis lainnya. Ketidaklengkapan dalam pengisian
rekam rekam medis akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis, mutu
rekam medis mencerminkan baik tidaknya mutu pelayanan disuatu rumah
sakit. Pembuatan resume bagi setiap pasien yang dirawat merupakan cerminan
mutu rekam medis serta layanan yang diberikan oleh rumah sakit tertentu.
Kebaikannya :
a) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan
rekam medis.
b) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk perlatan dan ruangan.
c) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah
distandarisasikan.
d) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan.
e) Mudah menerapkan sistem unit record.
Kekurangannya :
a) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan
unit rawat inap.
b) Tempat penerimaan pasien harus bertugas 24 jam.
2. Desentralisasi
Dengan cara didesentralisasikan terjadi pemisahan antara rekam medis
poliklinik dengan rekam medis penderita dirawat. Rekam medis disimpan disatu tempat
penyimpanan, sedangkan rekam medis pasien dirawat disimpan di bagian pencatatan
medis.
Kebaikannya :
a) Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat.
b) Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.
Kekurangannya :
a) Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.
b) Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.
3. Sistem penyimpanan
Penyimpanan menurut nomor yang sering dipraktekkan yaitu :
1) Sistem nomor langsung (Straight Numerical)
2) Sistem angka akhir (Terminal Digit)
3) Sistem angka tengah (Middle Digit)
a) Penyimpanan dengan nomor langsung adalah penyimpanan rekam medis
dalam rak penyimpanan secara berurut sesuai dengan ururtan nomor.
Misalnya 465023, 465024, 465025 dst.
b) Penyimpanan dengan sistem angka akhir lazim disebut terminal digit
filling system. Disini digunakan nomornomor dengan 6 angka yang
dikelompokkan menjadi 3 kelompok masingmasing terdiri dari 2
angka. Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling
kanan, angka kedua adalah kelompok angka yang terletak ditengah dan
angka ketiga adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri.
c) Istilah yang dipakai adalah penyimpanan dengan sistem angka tengah
(middle digit filling system). Disini penyimpanan rekam medis disusun
dengan pasangan angkaangka sama halnya dengan sistem angka akhir,
namun angka pertama, kedua dan ketiga berbeda letaknya dengan sistem
angka akhir. Dalam hal ini angka pertama terletak ditengahtengah
menjadi angka pertama, angka yang terletak paling kiri menjadi kedua
dan angka paling kanan menjadi angka ketiga.
c. Pengertian Informasi
Informasi adalah merupakan hasil dari pengolahan suatu data untuk suatu tujuan
tertentu guna membantu pembuatan suatu jenis keputusan (Curtis,1995-Aris Wijaksono)
d. Fungsi Informasi
Sebelum mengetahui apa fungsi informasi, terlebih dahulu kita harus
mengetahui fungsi dari sistem informasi. Fungsi dari sistem informasi adalah
menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai informasi
(Moekijat,1991)
Informasi yang disampaikan kepada pemakai merupakan hasil data yang
dimasukkan kedalam pengelolaan yang dihasilkan suatu model keputusan. Akan tetapi
dalam kebanyakan pengambilan keputusan yang komplek, informasi hanya apat
menambah kemungkinan kepastian atau mengurangi bermacam-macam keputusan.
Jadi fungsi informasi adalah memberikan suatu dasar kemungkinan untuk
menanggapi seleksi kepada pengambilan keputusan. Fungsi informasi tidak
mengarahkan pengambilan keputusan mengenai apa yang harus dilakukan, tetapi
mengurangi keanekaragaman dan ketidakpastian untuk mengambil suatu keputusan
yang baik (Moekijat,1991)
9. Penggunaan Komputer dalam SIM
Komputer dapat membaca data dalam waktu yang relatif singkat, menyimpan jutaan
sifat atau angka kemudian dapat diperoleh lagi dalam waktu seketika. Melaksanakan
bermacam-macam perhitungan yang sulit, memudahkan dalam menulis surat, membuat
gambar, kurva, grafik dan sebagainya.
Menurut Wijono (1997) prosedur kerja disusun untuk memberikan petunjuk yang
jelas pada langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikan kegiatan.
Untuk memperoleh kejelasan maka prosedur kerja/protap perlu :
1. Tertulis dan disusun berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang ada.
2. Khusus prosedur kerja yang berkaitan dengan perijinan dan pelayanan kepada
masyarakat harus diinformasikan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
3. Skematik dengan menggunakan simbol-simbol tertentu.
4. Sederhana dan mudah dimengerti oleh semua pihak pengguna.
5. Menjamin kelancaran, ketepatan dan kecepatan. Jika perlu dilakukan pelimpahan
wewenang satu pintu atau pelayanan satu atap.
6. Dapat mencegah terjadinya biaya tinggi dan penyimpanan atau penyalahgunaan.
B. Landasan Teori
a. Alur Pasien Rawat Jalan
C. Kerangka Teori
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yang tujuan untuk mendeskrifsikan tentang sistem pengelolan
rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning pekanbaru tahun 2008.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis Rumah Sakit Lancang Kuning
Pekanbaru. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan agustus tahun 2008.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Direktur Rumah Sakit Lancang Kuning 1 orang,
Koordinator rekam medis 1 orang, petugas rekam medis 4 orang, Perawat UGD 2
orang, perawat rawat inap 2 orang yang berjumlah 10 orang di Rumah Sakit Lancang
Kuning Pekanbaru.
D. Variabel Penelitian
No dan Defenisi Operasional
Variabel
Defenisi
Alat Ukur
Operasional
1
Sumber
DayaManusia
atauPedoman
E. Instrumen Penelitian
Manusia
petugas
yangwawancara
Adapun intsrumen dalam penelitian yang digunakan adalah
wawancara
bekerjapedoman
di ruang
dengan
mendalam kepada informan utama dan penunjang di Rumah
Sakit
Lancang
Kuning
rekam
medispertanyaan
Pekanbaru.
Rumah
Sakit
Lancang Kuning
Pekanbaru
2
Sarana
danTempat
atauPedoman
Prasarana
peralatan
yangwawancara
membantu
dengan
petugas
dalampertanyaan dan
mengerjakan
tabel observasi
suatu
pekerjaannya di
unit rekam Medis
Rumah
Sakit
Lancang Kuning
Pekanbaru.
3.
Standar
Suatu aturan atauObservasi
Operasional
ketetapan yangDokumen
Prosedur
dibuat
untuk
menyamakan
atau
menyetarakan
suatu pekerjaan
agar
sesuai
dengan standar
teori
yang
terdapat di unit
rekam
medis
Rumah
Sakit
Lancang Kuning
Pekanbaru
4.
Kerjasama
Hubungan kerjaPedoman
antara unit rekamwawancara
medis
dengandengan
unit
lain
dipertanyaan dan
F. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh langsung dari responden
melalui wawancara mendalam yang telah dipersiapkan sebelumnya, serta dari observasi
langsung dilapangan tentang gambaran sistem pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit
Lancang Kuning pekanbaru.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada di Rumah Sakit Lancang
Kuning. Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan beberapa
tahapan, yaitu :
1. Tahap orientasi; merupakan pengenalan lokasi, objek penelitian, situasi dan
kondisi lingkungan penelitian serta mempelajari peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan rencana penelitian.
2. Tahap eksplorasi secara terfokus; dengan cara melakukan wawancara mendalam
terhadap informan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.
3. Tahap observasi; pengamatan terhadap obyek penelitian dan upaya pengecekan
hasil atau temuan penelitian.
4. Tahap pengusulan alternatif pemecahan masalah, hasil temuan penelitian dan
tindakan koreksi.
Setelah data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya, selanjutnya secara manual
data dikelompokkan menurut jenis penelitian, dengan alat bantu berupa komputer data
tersebut diolah dan diproses sehingga jadi informasi yang bermanfaat bagi yang
membutuhkan.
H. No
Jadwal PenelitianKegiatan
1
Pembuata
n Proposal
2
Seminar
Proposal
3
Perbaikan
proposal
4
Pengumpu
lan Data
5
Pengolaha
n dan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru.
a. Sejarah Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru.
Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru merupakan rumah sakit swasta dengan
tipe C. Rumah Sakit Lancang Kuning ini merupakan pengembangan usaha dari Paviliun
Lancang Kuning yang berlokasi dijalan Ronggowarsito Ujung No.05 A Gobah Pekanbaru, ibukota propinsi Riau dan mulai beroperasi mulai tanggal 29 April 2005.
Rumah Sakit Lancang Kuning merupakan Rumah Sakit tipe C. Bangunan Rumah Sakit
ini mempunyai luas lantai 4500 m2 diatas lahan seluas 7500 m2. Gedung dari Rumah
Sakit Lancang Kuning terdiri dari 3 (tiga) lantai lengkap dengan berbagai ruang yang
diperlukan seperti: PoliKlinik, UGD, Ruang Rawat Inap, Rontgen, Laboratorium,
Ruang Bedah, ICU, Farmasi, Administrasi dan Gizi. Kapasitas Rawat Inap untuk
berkapasitas mempunyai 105 tempat tidur. Cakupan pelayanan adalah masyarakat di
Pekanbaru dan wilayah sekitarnya.
Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru berada dibawah naungan kepemilikan PT.
MANTERA MEDIKA LESTARI, dimana mayoritas saham dimiliki oleh YAYASAN
PAVILIUN LANCANG KUNING (YAYASAN SUBRANTAS SISWANTO) dan
sebagian lainnya dimiliki oleh perorangan para pensiun mantan pejabat serta para
dokter. Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru merupakan pengembangan usaha dari
Paviliun Lancang Kuning yang didorong pengalaman bertahun tahun sejak didirikan
pada tahun 1983 yang selalu berusaha memberikan pelayanan yang cukup memuaskan
bagi masyarakat Riau. Memiliki lingkungan yang asri, tenang dan jauh dari kebisingan
kota.
c. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Lancang
Kuning Pekanbaru untuk saat ini adalah:
a. Pelayanan Unit Gawat Darurat / UGD 24 Jam
b. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik
1) Poliklinik Dokter Umum
2) Poliklinik Dokter Spesialis:
Spesialis Anak, Spesialis Kandungan, Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis
Bedah Urologi, Spesialis Bedah dan Spesialis THT.
3) Pelayanan Rawat Inap
Dengan 105 tempat tidur terdiri dari: Ruang VIP Utama, Ruang VIP Madya,
Ruang VIP Standart, Ruang Perawatan Kelas I, Kelas II, Kelas III, Ruang
Isolasi Perawatan Bayi, Ruang Persalinan / Kebidanan dan Ruang ICU.
4) Kamar Bedah / Operasi
2 kamar operasi mayor dan 1 kamar operasi minor.
5)
6)
7)
8)
No
1.
2.
Umur
(Tahun)
38
50
3.
25
4.
25
5.
41
6.
30
Jenis
Pendidikan Lama
Jabatan
Kelamin
Kerja
Laki-laki S2 MARS 3 Tahun Direktur RS
Perempuan SMEA
20 Tahun Koordinator
Rekam
Medis
Laki-laki DIII Rekam 2,5 Tahun Pelaksana
Medis
Rekam
Medis
Laki-laki DIII Rekam 2,5 Tahun Pelaksana
Medis
Rekam
Medis
Perempuan
SMA
15
Pelaksana
Rekam
Medis
Perempuan
SMA
1 Tahun
Pelaksana
Rekam
Medis
(D2) : Belum, sebab tenaga rekam medis bekerja 3 shift dengan jumlah SDM 5
orang dan merangkap sebagai operator.
(D3) : Belum, karena petugas rekam medis merangkap sebagai operator telpon
sedangkan dinas per shift 1 orang kecuali shift pagi 2 orang. Sedangkan kegiatan
rekam medis banyak yang harus dikerjakan.
(D4) : untuk rekam medis saya rasa tenaga yang dibutuhkan sudah cukup, tapi
beban kerja yang diberikan diluar kerja rekam medis seperti operator
menyebabkan tenaga yang dibutuhkan berkurang sehingga kerja direkam medis
lebih terfokus untuk pelayanan operator dan pendaftaran rawat inap, sehingga
kegiatan pada rekam medis terbengkalai karena alasan diatas tadi.
(D5) : Belum, karena rekam medis masih merangkap operator.
(D6) : Untuk jumlah tenaga rekam medis sudah memadai sebenarnya, tapi karena
ada penambahan tanggung jawab diluar job disc rekam medis sehingga membuat
terbengkalai pelaksanaan tugas-tugas rekam medis yang bias dilaksanakan tepat
waktu dan terperinci. Kesimpulannya tenaga memadai, tapi pelaksanaan sistem
rekam medis terbengkalai karena penambahan job disc rekam medis.
2. Sarana dan Prasarana rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :
(D1) : Mengenai sarana dan prasarana di rekam medis kami sekarang lagi
mengusahakan untuk penambahan rak penyimpanan berkas sesuai dengan
kebutuhan. Untuk komputer saya rasa sudah memadai jumlahnya 2 unit karena
untuk pasien poliklinik kita belum banyak jadi saya rasa sudah memadai.
(D2) : Belum memadai, karena kondisi rumah sakit lancang kuning yang masih
baru seharusnya mempunyai rak penyimpanan yang lebih efektif.
(D3) : Belum, karena rak penyimpanan berkas pasien tidak efektif untuk
penyimpanan sehingga berkas tidak teratur dan kerusakan fisik berkas sering
rusak. Dan ruang penyimpanan berkas banyak mengandung debu-debu yang
nantinya akan mengakibatkan penyakit bagi petugas yang bekerja diruangan
tersebut, sehingga perlu adanya pemisahan ruangan kerja/pengolahan data.
(D4) : Belum, adapun komputer yang ada direkam medis sebenarnya sudah
memadai untuk penyelenggaraan sistem rekam medis, tapi dalam pelaksanaan
komptuter yang ada digunakan hanya untuk keperluan keuangan dan farmasi
sedangkan untuk rekam medis cuma untuk menginputkan data pasien saja. Dengan
diberikan komputer rekam medis harusnya sudah bisa melaksanakan rekam medis
sistem komputerisasi seperti coding, dan berbagai pelaporan yang dibutuhkan oleh
rumah sakit dan dinas kesehatan, dan juga ruangan yang tidak sesuai dengan
kapasitas yang semestinya, kenyataanya ruangan koordinator, pengolahan data,
filling, input data pasien baru/lama terdapat dalam satu ruangan yang bias
dikatakan sangat kecil.
(D5) : Belum, karena ruangan terlalu sempit sehingga kegiatan pengolahan data
dan filling masih berada dalam satu ruangan.
(D6) : Komputer ada tapi tidak ada program rekam medis kerja jadi tidak
sistematis karena 2 kali kerja. Kesimpulan belum menunjang.
3. Hubungan Kerjasama petugas rekam medis dengan perawat terhadap sistem
pengelolaan rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :
(D1) : Selama ini saya melihat gak ada masalah yang berarti.
(D2) : Bagus, selama ini tidak ada kendala dalam kegiatan rekam medis.
Sedangkan dengan unit lain memang kadang-kadang ada kendala tapi tidak terlalu
mengganggu lah.
(D3) : Baik dan tidak ada kendala yang mengganggu.
(D4) : Untuk kerjasama udah terjalin dengan baik dengan unit lain dan tidak ada
kendala yang menganggu sekali. Tapi kalau untuk individual kita tidak tahu ada
kendala atau tidak.
(D5) : Tidak, semuanya berjalan baik kok.
(D6) : Secara garis besar tidak ada kendala.
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) rekam medis terhadap sistem rekam medis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :
(D1) : Untuk SOP rekam medis saya memang belum tahu ada atau tidak dan saya
tidak terlibat dalam pembuatannya, dan SOP rekam medis memang belum disahkan
karena saya tidak tahu ada atau enggaknya.
(D2) : ya, namun petugas belum dapat bekerja sesuai dengan SOP, sebab tenaga
yang sangat minim (SDM nya sangat kurang). tapi ada bagian yang diluar cakupan
rekam medis seperti sebagai operator.
(D3) : Sudah, tapi menurut saya belum disahkan oleh pihak manajemen atau
direktur rumah sakit dan selama ini tidak ada dari pihak manajemen atau direktur
untuk melihat dan mengesahkan SOP rekam medis. Sedangkan job utama rekam
medis sering terbengkalai.
(D4) : Sudah, ya
(D5) : Sudah, ya
(D6) : Tidak tahu.
5. Alur Rekam Medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
utama seperti yang diungkapkan sebagai berikut :
(D1) : Untuk alur rekam medis saya rasa udah baik yakarena tidak ada masalah
selama ini.
(D2) : Alur rekam medis disini kurang jelas dan sering berubah-ubah, apalagi
tentang alur pasien perusahaan sangat susah dan terlalu banyak.
(D3) : Alur rekam medis yang kurang jelas dan berbelit-belit apalagi kalau pasien
perusahan yang mau dirawat.
(D4) : Seperti sarana dan prasaran, tempat/lokasi kerja, alur kerja yang tidak jelas
(D5) : Alur kerja rekam medis yang tidak jelas dan berbelit-belit
(D6) : Sistem program computer untuk rekam medis tidak tersedia jadi pelaksanaan
pekerjaan dlaksanakan sistem manual hingga keakuratan data kurang, tingka
kesulitan tinggi untuk dikerjakan.
b. Informan Penunjang
1. Sumber Daya Manusia rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
penunjang.
a). Bagaimana menurut sdr/I dengan jumlah tenaga rekam medis yang ada, apakah
sudah memadai untuk pelaksanaan sistem rekam medis?
(P1) : Tidak, karena jumlah mereka sedikit dan dalam satu shif hanya bekerja
satu orang itupun merangkap operator.
(P2) : Belum memadai, dikarenakan sistem kerja rekam medis tidak terfokus
pada kerja rekam medis itu sendiri, melainkan masih merangkap dengan
operator.
(P3) : Sudah, tapi mereka masih kelabakan dalam bekerja karena masih
merangkap sebagai operator.
(P4) : Belum, karena keterbatasan dari rumah sakit dalam penerimaan tenaga
rekam medis yang baru.
b) Apakah menurut sdr/i tenaga rekam medis mempunyai kemampuan dan
pengetahuan dalam pelaksanaan sistem rekam medis?
(P1) : Ya, rata-rata tenaga rekam medis mempunyai pengalaman memang
dibidangnya.
(P2) : Sudah tetapi belum bisa dioptimalkan mungkin dikarenakan tidak
fokusnya/tidak jelasnya beban kerja yang diberikan oleh rumah sakit.
(P3) : Ya, karena beberapa orang mempunyai basic rekam medis nya.
(P4) : Masih belum meratanya kemampuan dan pengetahuan dalam
pelaksanaan rekam medis disuatu rumah sakit.
2. Sarana dan Prasarana rekam medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
penunjang.
a). Bagaimana menurut sdr/i tentang sarana dan prasarana diruang rekam medis?
(P1) : Sudah cukup memadai.
(P2) : Sarana dan prasarana sangat kurang, kalo bisa tempat dan sarana
disediakan yang lebih memadai.
(P3) : Baik
(P4) : Belum memadai untuk ruangan rekam medis di rumah sakit swasta.
b). Apakah menurut sdr/i ruangan pengolahan data dan penyimpanan berkas perlu
dilakukan pemisahan?
(P1) : Tdak, cukup satu ruangan saja kalau tempatnya dipisahkan sangat
menyulitkan anggota untuk bolak-balik mencari data dan berkas.
(P2) : Perlu, dikarenakan tempat penyimpanan file biar tidak menganggu
sistem kerja rekam medis, karena suasana ruangan berpengaruh terhadap
kerja karyawan itu sendiri.
(P3) : Ya, agar arsip/berkas tidak tercampur satu sama lain dan agar petugas
terhindar dari debu.
(P4) : perlu karena memudahkan untuk mencari data di suatu rumah sakit.
3. Hubungan Kerjasama petugas rekam medis dengan perawat terhadap sistem
pengelolaan rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
penunjang penunjang.
a). Bagaimana menurut sdr/i tentang kerjasama antar petugas rekam medis selama
ini.
(P1) : Baik dan tidak ada masalah yang menganggu.
(P2) : Cukup baik, karena karyawan yangsatu dengan yang lainnya saling
melengkapi.
(P3) : Baik
(P4) : Belum terjalinnya kerjasama yang baik.
b). Bagaimana menurut sdr/i kerjasama petugas rekam medis dengan unit lain
(P1) : Baik, selama ini tidak ada hal yang menganggu.
(P2) : Baik
(P3) : Baik
(P4) : Baik
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) rekam medis terhadap sistem rekam medis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
penunjang.
a). Menurut sdr/i kegiatan rekam medis selama ini masih dalam cakupan sistem
rekam medis?
(P1) : Tidak, karena rekam medis di rumah sakit lancang kuning merangkap
sebagai operator
(P2) : Tidak, karena sudah melampaui kegiatan yang harus dilaksanan di
rekam medis mislanya merangkap operator dan sering membantu kegiatan
lainnya
(P3) : Tidak ada
(P4) : Sebagian sudah sebagian belum ini terlihat dalam tidak ada
pembagian kerja direkam medis.
5. Alur Rekam Medis terhadap sistem pengelolaan rekam medis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh informasi dari informan
penunjang.
a) Menurut sdr/i hal-hal apa saja yang menghambat petugas rekam medis dalam
bekerja.
(P1) : Jumlah tenaga yang sedikit, mempunyai dua ruangan yang jauh,
merangkap operator, sistem kerja tidak efisien karena harus dua kali kerja
untuk menginputkan data dikomputer.
(P2) : Alur kerja yang masih belum jelas dan semraut, tempat/sarana dan
prasarana, tugas yang dibebankan harus merangkap operator.
(P3) : Tidak ada
(P4) : Sarana dan prasarana belum memadai, jumlah tenaga belum merata
dan alur kerja rekam medis yang belum jelas.
B. PEMBAHASAN
1. Keterbatasan Penelitian
a. Keterbatasan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian kualitatif, kemungkinan
dapat terjadi subyektivitas jawaban informan atau subyektivitas peneliti dalam
menginterpretasikan makna yang tersirat dari informasi, dan untuk mengatasi hal
tersebut dilakukan triangulasi sumber dengan mengambil informasi Direktur, kepala
rekam medis dan staf rekam medis sebagai informan utama, serta perawat UGD dan
perawat rawat inap sebagai informan penunjang.
Pada hakikatnya informasi yang didapat hanya berupa satu temuan dan bukan
mengejar suatu bukti, sehingga kualitas dari informasi yang didapat tergantung dari
seberapa jauh informan memiliki pemahaman dan keterlibatan serta tingkat kejujuran
dari informan dan objek penelitian.
b. Keterbatasan Waktu Pengumpulan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam.
Hal ini mengingat setiap informan memiliki kesibukan yang berbeda. Wawancara
mendalam dilakukan terhadap 10 informan, hal ini sudah cukup untuk mewakili dan
terbatasnya waktu untuk penelitian.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Sumber Daya Manusia di Unit Rekam Medis
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar informan utama dan informan
penunjang mengatakan bahwa jumlah tenaga rekam medis memang kurang mengingat
beban kerja yang mereka lakukan merangkap sebagai operator, admitting office atau
pendaftaran pasien rawat inap dan sebagai pengolahan data dan statistik rumah sakit,
sedangkan jumlah mereka hanya 5 orang yang mana dinas per shift nya 1 orang dan ini
tidak memungkinkan untuk petugas dalam menjalankan kegiatannya. Dari beberapa
hasil wawancara dengan informan utama mengatakan bahwa tugas pokok mereka
sebagai tenaga rekam medis seperti untuk pengolahan data dan statisitk rumah sakit
sering tertinggal, ini dikarenakan mereka lebih terfokus ke pelayanan pasien dan
custumer service (operator telepon).
SIMRS merupakan suatu sistem informasi yang cakupannya luas (terutama untuk
rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena
itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang
sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang
ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan berikutnya harus tetap
terjaga.(Sanjoyo, 2008)
Sedangkan menurut Mudick (1997) sebuah sistem informasi terdiri dari lima
komponen dasar, yaitu :
1. Memasukkan data kedalam sistemnya
2. Mengolah data tersebut (menyusun kembali data input dan arsip penyimpanan
serta catatan-catatan)
3. Menyediakan dan memelihara arsip-arsip penyimpanan
4. Mengembangkan prosedur-prosedur yang akan menentukan data mana yang
diperlukan dan kapan serta memberikan instruksi yang akan diperlukan dan
kapan serta dimana data tersebut dan untuk apa data itu dipergunakan serta
memberikan instruki yang harus diikuti oleh pengolahannya.
5. Menyiapkan laporan outputnya.
Kemudian beberapa informan utama mengatakan ruangan rekam medis yang kecil
karena ruangan penyimpanan berkas dan pengolahan data masih berada dalam satu
ruangan, ini akan membahayakan bagi petugas pengolahan data karena ruangan
penyimpanan berkas banyak mengandung debu sehingga lama kelamaan akan
mengakibatkan suatu penyakit. Kemudian rak untuk penyimpanan berkas masih kurang
sehingga masih banyak berkas pasien yang diletakkan di atas lantai ini akan
mengakibatkan petugas sulit dalam retrieval berkas dan akan merusak fisik berkas jika
terlalu lama dibiarkan.
Ruang tempat penyimpanan arsip hendaklah selalu dalam keadaan bersih dan
kering agar arsip dapat aman dari berbagai jenis kerusakan. Dasar pikiran dari
pencegahan adalah menciptakan lingkungan dimana musuh-musuh arsip seperti kutu
buku, rayap, serangga, jamur, cahaya matahari dan lain-lain tidak leluasa merusak fisik
arsip. Pencegahan dapat dilakukan dengan pengaturan temperatur kelembaban udara,
polusi, penyimpanan yang benar, pengaturan cahaya matahari, pengaturan penerangan
buatan (lampu), pemeliharaan ruangan dan fumigasi. (Amsyah : 2005)
c. Hubungan kerjasama tim dan petugas antar unit
Dari hasil wawancara kepada informan utama dan penunjang mengatakan bahwa
hubungan kerjasama tim dan antar unit lain tidak ada kendala atau baik-baik saja
meskipun kadang-kadang ada kendala yang tidak terlalu menganggu. Ini berarti petugas
rekam medis dalam menjalankan pekerjaan nya dilakukan dengan seksama dan saling
menajaga hubungan sesama dan antar unit. Karena jika terjadi masalah akan
mengakibatkan pelayanan kesehatan akan terhambat karena unit-unit yang berada di
suatu rumah sakit akan saling keterkaitan.
Selain SOP rekam medis juga membuat job description masing-masing petugas
rekam medis meskipun tidak semuanya dijalani karena petugas tadi terfokus ke
palayanan dan custumer service (operator).
e. Alur Rekam Medis
Dari hasil penelitian terhadap alur rekam medis masih dinilai kurang efektif,
misalnya dalam alur berkas rekam medis pasien pulang masih berbelit-belit karena
berkas pasien harus ke apotik untuk di inputkan obat kemudian berkas pasien
diserahkan ke kasir untuk dihitung setelah selesai berkas pasien di serahkan ke bagian
keuangan untuk di cross cek kembali. sehingga berkas kembali ke rekam medis
membutuhkan waktu yang lama, sementara petugas rekam medis harus melakukan atau
membuatkan sensus harian pasien berdasarkan berkas rekam medis tadi untuk membuat
laporan atau kegiatan pelayanan rumah sakit tepat pada waktunya. Kemudian alur
peminjaman berkas rekam medis dan pengembaliannya tidak sesuai dengan SOP yang
telah dibuat, dikarenakan petugas yang bekerja per shif 1 orang dan kesibukan di bagian
pendaftaran. Seharusnya ada 1 orang petugas dalam ruang penyimpanan dan retrieval
berkas agar jika suatu saat terjadi kehilangan status bisa di lacak dengan menggunakan
buku peminjaman atau bon keluar berkas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran sistem
pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru tahun 2008,
maka penulis menyimpulkan bahwa SDM rekam medis, sarana dan prasarana rekam
medis, hubungan kerjasama, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan alur prosedur
rekam medis dapat mempengaruhi sistem pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit
Lancang Kuning Pekanbaru. Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jumlah Sumber Daya Manusia rekam medis yang berjumlah 5 orang di nilai
belum cukup dan efektif dalam pengelolaan rekam medis supaya tercapainya
tertib administrasi rumah sakit, dikarenakan petugas yang bertugas per shift 1
orang kecuali shift pagi berjumlah 2 orang. Karena job yang dibebankan kepada
petugas selain job rekam medis juga merangkap sebagai operator telepon dan
pelayanan admitting atau pendaftaran pasien baik rawat inap maupun poliklinik,
sehingga job utama sering terbengkalai.
2. Sarana dan Prasarana di ruang rekam medis masih minim sehingga petugas tidak
maksimal dalam bekerja, karena jumlah komputer yang masih kurang yang
hanya ada 2 buah sedangkan minimal 3 buah yaitu untuk pendaftaran pasien
rawat inap karena loket pendaftarannnya berada jauh dari ruang rekam medis,
untuk pendaftaran pasien poliklinik harus ada 1 unit komputer jadi petugas tidak
perlu mendaftarkan secara manual dan satu unit komputer untuk pengolahan
data dan pembuatan statistik rumah sakit yang berada di ruang pengolahan.
Kemudian SIMRS ruangan rekam medis belum optimal dalam pemanfaatannya,
serta rak penyimpanan rekam medis perlu dibuat sesuai dengan kebutuhan.
3. Dalam hal kerjasama tim dan antar unit lain tidak ada masalah atau kendala yang
dapat menghambat pelayanan kesehatan sehinga petugas dapat bekerja denga
baik dan benar.
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) di ruang rekam medis sudah ada dan di buat
oleh petugas rekam medis, tetapi belum disahkan oleh pihak manajemen karena
tidak pernah ditanyakan. Kemudian selain SOP rekam medis juga membuat job
desctiption masing-masing petugas sebagai pedoman dalam bekerja tetapi
karena ada nya penambahan tanggung jawab kepada petugas rekam medis yaitu
merangkap sebagai operator jadi petugas tidak terpaku pada SOP dan Job
Description yang ada.
5. Alur rekam medis dalam hal ini untuk alur berkas rekam medis masih berbelit
sehingga petugas rekam medis dalam pembuatan sensus harian untuk statistik
rumah sakit tidak tepat pada waktnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka didapatkan saran
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. (2002) Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Akmal, S (2007). Tinjauan Proses Persiapan Akreditasi Rekam Medis di RSUD
Bengkalis Grand Hospital, Pekanbaru
Amsyah, Z. (2005). Manajemen Kearsipan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
APKIES IRIS (2000), Rekam Medis
(http://www.apkies.com/Iris.html, diakses Juli 2008)
Boy S.Sabarguna. (2004) Pemasaran Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium RSI: 1-21.
DepKes RI. (1997) Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Depkes RI, (2004) Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat
Provinsi, Kab/Kota serta Rumah Sakit, Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan
Medik.
Edna K Hufman terjemahan Erkadius. (1998) Health Information Management II.
Padang.
Hadisantoso, Dr. (2003), Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dibidang
Kesehatan Khususnya untuk Perekam Medis (Manajemen Informasi Kesehatan)
dalam menyonsong era globalisasi, Dalam makalah Seminar Nasional Kongres
Rakernas I-III (hlm.285-298), Jakarta: PORMIKI
Henny Maria Ulfa, (2007), Penyimpanan Berkas Rekam Medis Pasien di Rumah Sakit
Anak dan Bersalin Eria Bunda Pekanbaru, Pekanbaru
Moekijat, (1991 ), Pengantar Sistem Informasi Manajemen, Bandung
Moleong, L.J, (2004). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda Karya
No
Variabel
1
MAT
RIK
WAW
ANC
ARA
MEN
Jawaban Informan
D1
D2
D3
Pendidikan
S2
SMEA
DIII
SDM
Memang SDM padaBelum, sebab tenagaBelum, karena
untu
rekam
medis
masih
rekam
medis
bekerja
petugas
rekam
saya
DALAM DENGAN INFORMAN UTAMA
minim sekali apalagi3
shift
denganmedis merangkap yang
dengan
adanya
jumlah
SDM
5sebagai
sudah
Untuk jumlah tenaga rekam medis sudah memadai sebenarnya, tapi
karena operator
penambahan
orang
dantelpon sedangkan beban
ada penambahan tanggung
jawab diluar job disc
rekam medis sehingga
tanggungjawab
merangkap
sebagai
dinas per shift 1
diberi
membuat terbengkalai pelaksanaan tugas-tugas rekam medis yang biasa
pekerjaan
seperti
operator
orang
kecuali
shift
kerja
dilaksanakan tepat waktu dan terperinci. Kesimpulannya tenaga memadai,
untukmedis operator,
pagijob
2 orang.
sepert
tapi pelaksanaan sistem rekam
terbengkalai karena penambahan
mungkin
ini
Sedangkan kegiatan meny
dikarenakan
rekam medis banyak tenag
peruhasaan masih
yang harus
dibutu
terfokus
pada
dikerjakan.
berku
penambahan SDM
kerja
di unit lain seperti
lebih
perawat.
pelay
dan
rawat
kegia
medis
karen
tadi.
2
Sarana
danMengenai sarana
Belum memadai,
Belum
Prasarana
dan prasarana di
karena kondisi
penyi
rekam medis kami rumah sakit
pasien
sekarang lagi
Lancang Kuning
untuk
mengushakan untuk yang masih baru
sehing
penambahan rak
seharusnya
tidak
penyimpanan berkas mempunyai
kerus
sesuai dengan
penyimpanan file berka
kebutuhan. Untuk yang lebih efektif
komputer saya rasa
sudah memadai
jumlahnya 2 unit
Belum, karena ruangan terlalu sempit sehingga kegiatan pengolahan data dan filling
masih berada dalam satu ruangan
1.
Sarana & Prasarana
3.
4.
5.
Alur Rekam Medis
Jumlah tenaga yang sedikit, mempunyai dua ruangan yang jauh, merangkap operator,
sistem kerja tidak efisien karena harus dua kali kerja untuk menginputkan data
dikomputer
Alur kerja yang masih belum jelas dan semraut, tempat/sarana dan prasarana, tugas
yang dibebankan harus merangkap operator.
Tidak ada
Sarana dan prasarana belum memadai, jumlah tenaga belum merata dan alur kerja
rekam medis yang belum jelas
LAMPIRAN