Analisis Perhitungan Tebal Lapis Tambahan Pada Jalan Pangeran Suryanata - Patung Lembuswana Kota Samarinda
Analisis Perhitungan Tebal Lapis Tambahan Pada Jalan Pangeran Suryanata - Patung Lembuswana Kota Samarinda
Analisis Perhitungan Tebal Lapis Tambahan Pada Jalan Pangeran Suryanata - Patung Lembuswana Kota Samarinda
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda,
Jl. Ir. H. Juanda Kotak Pos 1052
Telp. (0541) 743390,761113 Samarinda, Indonesia; Telp. 081258637343.
Abstract
Technical planning of the program carried out in East Kalimantan province are still using
Component Analysis Method ISO 1732-1989-F with manual calculation. Along with the
development of technology, Technical Directorate of the Directorate General of Highways,
Ministry of Public Works introduced a new method using software such as Flexible Pavement
Design Software (SDPJL) in 2011. The purpose of this study was to compare the additional
overlay on flexible pavement using Component Analysis Method ISO 1732-1989-F and
Flexible Pavement Design Software (SDPJL).
Location of the study was conducted on roads Santan-Bontang in East Kalimantan province.
Primary data used is the Land Capability (CBR value), Road Condition Index (RCI), and the
geometric path which was held on 14 and 15 February 2013. Secondary data traffic Daily
Average (LHR), Deflection (Benkelman beam), climate and temperature data obtained from
the Planning and Monitoring Unit of National Roads (P2JN) East Kalimantan. From these
data, overlay is calculated using Component Analysis Method SNI 1732-1989-F and Flexible
Pavement Design Software (SDPJL).
Overlay of additional analysis calculations using the obtained thick Component Analysis
Method AC-WC 4 cm and AC-BC 2.35 cm, while the overlay of additional calculations using
the method of Flexible Pavement Design Software (SDPJL) obtained thick AC-WC 4 cm and
AC-BC 13 cm. Differences the calculation caused of parameters the data used.
Keywords: overlay, flexible pavement, component analysis method, the method SDPJL
Abstrak
Program perencanaan teknis jalan yang dilakukan di Propinsi Kalimantan Timur masih
menggunakan perhitungan secara manual. Seiring dengan perkembangan teknologi,
Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum telah
memperkenalkan metode baru menggunakan perangkat lunak berupa Software Desain
Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL) pada tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui nilai tebal lapis tambahan (overlay) dengan menggunakan metode Software
Desain Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL) serta mensosialisasikan metode tersebut. Lokasi
penelitian ini dilakukan pada ruas jalan Santan-Bontang propinsi Kalimantan Timur. Data
primer yang digunakan adalah Daya Dukung Tanah (nilai CBR), Road Condition Index (RCI),
dan geometrik jalan yang dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Februari 2013. Data sekunder
berupa data Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR), Lendutan (benkelman beam), data
temperatur dan iklim yang diperoleh dari Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan
Nasional (P2JN) Propinsi Kalimantan Timur. Dari analisis perhitungan tebal lapis tambahan
dengan menggunakan metode Software Desain Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL) diperoleh
tebal AC-WC 4 cm dan AC-BC 13 cm.
Kata kunci: lapis tambahan, perkerasan lentur, metode SDPJL
1. PENDAHULUAN
2. LANDASAN TEORI
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006, jalan adalah
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air.
2.1.2 Jaringan Jalan
Jaringan jalan adalah satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri atas sistem jaringan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarkis.
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang jalan,
sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan menjadi berikut ini:
a. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional.
b. Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan yang disusun
berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
2.1.3 Fungsi Jalan
Berdasarkan fungsinya, jalan dibedakan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan
lokal. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri-ciri
pelayanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara
efisien.
Jalan
kolektor
adalah
jalan
yang
melayani
angkutan
pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan ratarata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal adalah jalan yang melayani
angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 34 tahun 2006).
2.1.4 Umur Rencana Jalan
Dalam perencanaan perkerasan jalan, umur rencana di Indonesia pada umumnya
ditetapkan 10 tahun. Sedangkan untuk pemeliharaan berkala dan peningkatan, umur
rencana ditetapkan 5 tahun. Menurut Silvia Sukirman (1999) umur rencana
perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas
kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural (sampai
diperlukan overlay lapisan perkerasan).
e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/ Bulan & tahun terbit /225
Jenis Kendaraan
Sedan, jeep, station wagon
Pick-up, combi
Truk 2 as (L), micro truk, mobil
hantaran
Bus kecil
Bus besar
Truk 2 as (H)
Truk 3 as
Trailer 4 as, truk gandengan
Truk semi Trailer
Konfigur
asi
2
3
1.1
1.2L
1.2L
5a
5b
6
7a
7b
7c
1.2L
1.2
1.2H
1.2.2
1.2+2.2
1.2.2+2.2
Beban standar merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18.000 pon
(8,16 ton), sehingga semua beban lainnya dapat diekivalensikan ke beban standar.
Menurut Manual Pemeriksaan Jalan Dengan Alat Benkelman Beam Pd. T-05-2005-B
rumus untuk menentukan angka ekivalen beban sumbu sebagai berikut:
4
sumbu
(ton)
beban
..... (1)
8,16
Angka
ekivalen
sumbu
tunggal
sumbu
(ton)
beban
Angka
ekivalen
sumbu
ganda
0,086.
8,16
(2)
2.2
Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari empat lapisan, antara lain
seperti pada Gambar 1.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan teknik survei dan pengamatan langsung di lapangan.
Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan adalah RCI (Road condition Index),
daya dukung tanah dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer), dan kondisi
jalan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh langsung dari Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan
Jalan Nasional (P2JN) Propinsi Kalimantan Timur. Data tersebut meliputi: lalu lintas
harian rata-rata (LHR), lendutan (benkelman beam), temperatur, dan kondisi iklim.
3.3
Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul baik data primer maupun data sekunder kemudian
dianalisis dengan metode Software Desain Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL).
Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:
a. Menu Awal
Langkah pertama adalah membuka perangkat Software Desain Perkerasan Jalan
Lentur (SDPJL).
b. Isian Data
Memasukkan data perencanaan sesuai dengan kebutuhan lapangan sesuai kolom
yang diminta, berupa data umum, data kondisi jalan, data surveyor, data perencana
(designer), dan data proses sorting.
c. Input Desain Data Ruas Jalan dan Data Lalu Lintas
Input desain data ruas jalan meliputi lebar existing, lendutan, desain lendutan, RCI,
CBR, temperatur perkerasan aspal, dan tebal lapis aspal existing. Sedangkan input
data lalu lintas meliputi tahun survei, tahun pembukaan jalan, umur rencana, tingkat
pertumbuhan lalu lintas dan data lalu lintas. Data dimasukan sesuai kolom yang
diminta.
d. Analisis Lalu Lintas (Traffic Analysis)
Analisis lalu lintas adalah analisis tentang distribusi beban kendaraan dan faktor
perusakan akibat beban kendaraan.
e. Analisis Ruas Jalan
Pada tahap ini, data lapangan lebar jalan, lendutan, RCI (Road Condition Index), CBR
(daya dukung tanah) dan data lapangan (hasil survei) dikoreksi dengan kondisi
lapangan.
Km /
Sta
Lebar
Jalan
Existing
Lendutan
0.2 m
Lendutan
6m
RCI
CBR
Temperat
ur
Aspal
Tebal
Aspal
Existing
80,000
3.60
5.90
7.74
32
80,200
3.80
6.30
9.15
32
80,400
3.40
5.30
6.03
32
80,600
2.60
5.80
5.74
32
80,800
3.90
7.00
6.15
32
81,000
4.40
7.20
9.51
32
81,200
3.40
6.50
5.87
32
81,400
5.20
7.70
5.64
32
81,600
2.00
5.80
6.32
32
81,800
2.90
5.70
6.56
32
82,000
2.70
5.80
5.74
32
82,200
1.60
4.30
6.10
32
82,400
2.80
6.10
6.08
32
82,600
3.50
6.10
7.71
32
82,800
1.20
2.50
7.04
32
83,000
1.40
2.00
6.67
32
83,200
2.60
4.60
6.45
32
36.0
13
36.0
13
36.0
13
36.0
13
36.0
13
36.0
13
36.0
13
36.0
13
36.0
13
83,400
1.30
2.20
6.03
32
83,600
1.40
2.70
5.80
32
83,800
1.30
3.50
8.05
32
84,000
2.00
3.70
6.03
32
84,200
1.50
2.70
5.96
32
84,400
1.80
3.70
7.58
32
84,600
2.90
3.70
5.92
32
84,800
0.30
1.00
6.43
32
85,000
0.40
1.30
7.58
32
Jumlah
167
234
57
4
109
66
16
4.2
Analisis dan Pembahasan
Perhitungan tebal lapis tambahan (overlay) dengan menggunakan Metode Software
Desain Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL) adalah sebagai berikut:
1. Menu Awal
Langkah pertama adalah membuka Software Desain Perkerasan Jalan Lentur (SDPJL)
Versi 1.1, sehingga pada layar monitor akan muncul tampilan seperti Gambar 2.
Untuk memulai proses desain, terlebih dahulu data awal lapangan dimasukkan ke
dalam kolom isian data. Keterangan tentang proyek, data di lapangan, data surveyer,
dan data perencanaan diisi sesuai dengan kebutuhan di lapangan seperti Gambar 3.
Kolom isian data ruas jalan diisi sesuai data yang didapat dari lapangan. Data
lapangan meliputi lebar existing, lendutan, RCI, CBR, temperatur, dan tebal lapisan
aspal existing.