Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Papsa Edit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air merupakan suatu hal yang tak asing bagi makhluk hidup. Air merupakan
sumber kebutuhan utama selain makanan yang dapat digunakan untuk bertahan
hidup. Air yang dimaksud adalah air yang sehat yang telah terbebas dari
mikroorganisme berbahaya. Air yang tidak sehat/steril akan membahayakan jika
masuk ke dalam tubuh apabila tidak diproses terlebih dahulu.
Kebutuhan akan air berbanding lurus dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk. Ketersediaan air diantaranya ada pada sungai, danau, dan laut. Dari
berbagai sumbernya tersebut tidaklah terhindari bahwasanya air telah tercampur
oleh berbagai pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah industri maupun
rumah tangga. Oleh karena itu, terus diperlukan terobosan-terobosan baru untuk
mengolah dan memproduksi air sehat dari sumber air yang ada untuk memenuhi
kebutuhan dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Syarat yang ditentukan di Indonesia ini merupakan sebuah standar air minum
yang meliputi biologis, fisis dan kimia. Standar biologis meliputi air yang terbebas
dari kandungan mikroorganisme yang tidak berbahaya, fisis berupa warna maupun
kimia yang mengutamakan tidak adanya zat yang dapat merugikan. Oleh karena itu,
percobaan ini penting dilakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu
sampel air.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Mampu menghitung jumlah koloni dalam air
2. Mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni
3. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan
berbeda

I.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa mampu menghitung jumlah koloni dalam air
2. Mahasiswa mampu menentukan growth rate dan doubling time
pertumbuhan koloni
3. Mahasiswa mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan
desinfektan berbeda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mikroorganisme Air
Air umumnya mengandung zat organic dan anorganik, yang
merupakan tempat yang sangat cocok untuk kehidupan mikroorganisme.
Terutama pada air tanah, karena kandungan mikroorganisme dalam air tanah
bergantung pada kedalaman air. Sedangkan air permukaan banyak mengandung
mikroorganisme dikarenakan air permukaan langsung berkontakan dengan udara.
Mikroorganisme autotrof merupakan mikroorganisme pertama dalam air yang
mengandung zat organik.
Air merupakan medium yang cocok untuk mikroorganisme patogenik
atau yang berbahaya bagi kesehatan dan merugikan. Diperlukan kontrol terhadap
polusi dan pencemaran air untuk mencegah penyebaran jenis mikroorganisme
patogenik tersebut. Contoh mikroorganisme patogenik yang biasanya mencemari
kualitas air diantaranya : Salmonella typhi, Clostridium prefringens, Leptospira,
E.coli, Shigella dysentriae dll. (Sastrawijaya, 2000)
II.2 Persyaratan Standar Kualitas Air
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa
pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan, maka pengendalian pencemaran air menjadi sangat penting.
Pengendalian pencemaran air merupakan salah satu segi pengelolaan
lingkungan hidup.
1.

Pencemaran air selalu berarti turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu
yang

menyebabkan

air

tidak

dapat

berfungsi

lagi

sesuai

denganperuntukannya. Hal ini berarti bahwa perlu ditetapkan baku mutu air
yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya
pencemaran, dan peruntukan air itu sendiri. Dalam pengertian pencemaran
air, baku mutu air akan selalu terkait dengan pengertian pencemaran air.

Baku mutu air di satu pihak merupakan suatu tingkat mutu air yang
dikehendaki bagi suatu peruntukan, dan di lain pihak merupakan arahan dan
pedoman bagi pengendalian pencemaran air.
Dengan ditetapkannya baku mutu air untuk setiap peruntukan dan
memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa beban zat
pencemaran yang dapat ditenggang adanya oleh air penerima sehingga air
dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Beban pencemaran ini
merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah
ditetapkan peruntukannya.
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup

menetapkan

bahwa

perlindungan

lingkungan hidup dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan yang diatur


dengan peraturan perundang-undangan. Baku mutu lingkungan ini dapat
berbeda untuk setiap lingkungan, wilayah atau waktu mengingat perbedaan
tata gunanya.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan industri suatu tempat dapat
berupa gangguan, kerusakan dan bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan masyarakat di sekelilingnya antara lain oleh pencemaran air.
Tercemarnya air akan dapat menimbulkan akibat negatif terhadap derajat
kesehatan anggota masyarakat. Undangundang Nomor 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan menetapkan hak setiap warga negara untuk
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini berarti pula
bahwa lingkungan hidup harus memenuhi syarat kesehatan yang
setinggitingginya. Hal ini berarti pula bahwa lingkungan hidup harus
memenuhi syarat kesehatan. Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan
untukmelaksanakan tujuan yang tercantum dalam perundangundangan
tersebut. Di samping itu, Peraturan Pemerintah ini berkaitan sangat erat pula
dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Pengendalian pencemaran air merupakan kegiatan yang mencakup :

a) inventarisasi kualitas dan kuantitas air pada sumber air


menurut sistem wilayah tata pengairan;
b) penetapan golongan air menurut peruntukannya, baku mutu air
dan baku beban pencemaran untuk golongan air tersebut, serta
baku mutu limbah cair untuk setiap jenis kegiatan;
c) penetapan mutu limbah cair yang boleh dibuang oleh setiap
kegiatan ke dalam air pada sumber, dan pemberian izin
pembuangannya;

d) pemantauan perubahan kualitas air pada sumber air dan


mengevaluasi hasilnya;
pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran
air, termasuk penataan mutu limbah cair serta penegakan hukumnya.
4. Persyaratan Standar Air
a) Persyaratan biologi untuk air
Ditentukan baik oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen maupun
juga yang non patogen. Patogen lebih memperoleh perhatian terhadap
penilaian persyaratan biologis. Sekalipun sebaiknya mikroorganisme
dan patogen secara relatif tidak berbahaya lagi baik kesehatan, namun
karena golongan ini sering dalam jumlah berlebihan dapat
mempengaruhi rasa, bau, estetis, dan lain-lain.
b) Persyaratan fisis untuk air
Ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan, warna, bau, maupun rasa,
dari keempat tersebut hanya bau saja penilaiannya ditentukan secara
subyektif, dengan jalan diencerkan sampai pada larutan yang paling
encer. Umumnya penilaian bau maupun rasa sering dilakukan
bersamaan berbagai suatu indikator, dimana antara keduanya sulit
dipisahkan secara kualitatif. Bagi air minum, persyaratan fisis
ditetapkan antara lain oleh faktor-faktor kekeruhan, warna maupun
bau.
c) Persyaratan kimia untuk air
Karena bahan kimia itu umumnya mudah larut dalam air, maka
tercemarnya air oleh bahan-bahan kimia yang larut, perlu dinilai
kadarnya untuk mengetahui sejauh mana membahayakan eksistensi
organisme.
II.3 Sifat-sifat umum suatu koloni
1. Sifat Umum Koloni
a) Bentuk : ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya
rata, ada yang tepinya tidak rata.
b) Besar-kecilnya koloni : ada koloni yang melebar sampai menutup
permukaan medium.Ada pula koloni yang hanya serupa suatu titik.
c) Kenaikan permukaan : ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul, yaitu menjulang tebal di atas permukaan
medium.
d) Warna : kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuningkuningan, akan tetapi ada juga koloni yang kemerah-merahan, coklat,
jingga, biru, hijau, ungu.

e) Kepekatan : ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti
mentega, ada yang keras dan kering.
2. Sifat Khusus Koloni
a) Dalam medium padat
Sifat koloni pada agar-agar lempengan bentuknya titik bulat, terbentang
tidak teratur seperti akar, kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul
teratur, cembung melengkung, membukit kebawah, yang utuh dan
berombak juga ada.
b) Dalam medium cair
Medium cair diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar gelatin
kepadanya. Dalam medium cair, bakteri akan berbeda-beda. Permukaan
medium dapat memperlihatkan adanya serabut selaput.
(Dwidjoseputro, 2012)
II.4 Faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme
Mikroorganisme tidak dapat beradaptasi di berbagai tempat, mikroorganisme
hanya dapat berkembang pada keadaan tertentu, diantaranya :
1. Temperatur
Temperatur optimum merupakan temperatur terbaik pada pertumbuhan
mikroorganisme. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi
denaturasi protein sedangkan pada temperatur yang sangat rendah
aktivitas enzim akan berhenti. Temperatur optimum pada mikroorganisme
biasanya 26- 27 oC.
2. Medium
Medium yang digunakan harus memiliki zat yang dibutuhkan, yaitu
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dll. Media yang cocok untuk bakteri
adalah yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika larutan hipertonik maka
akan mengalami plasmolisis. Medium yang cocok untuk bakteri salah
satunya adalah mediaAgar Kentang Dektrosa (PDA). PDA merupakan
media tumbuh mikrobiologi yang terbuat dari potato infusion dan dextrosa
dan paling banyak digunakan untuk tumbuh jamur dan bakteri yang mana
menyerang atau membusukkan tanaman hidup.
3. Pengaruh Sinar
Kebanyakan bakteri tidak akan berfotosintesis tapi sinar dengan panjang
gelombang lebih pendek seperti sinar UV dan sinar X sangat berbahaya
dan dapat membunuh bakteri.
4. Pengaruh mekanik
Untuk mematikan bakteri dibutuhkan tekanan 6000 atm dan untuk
menghentikan bakteri dibutuhkan 600 atm.

5. Faktor kimia
Penggunaan desinfektan bakterisida dapat membunuh bakteri. Biasanya
kerusakan akibat proses oksidasi, koagulasi, dispersi dan tegangan muka.
6. pH
Umumnya bakteri tidak suka hidup di pH yang terlalu basa dan mereka
cenderung untuk hidup di pH netral (pH= 7) atau sedikit basa (pH = 7,4)
(Fadhli, 2013)
II.5 Metode Perhitungan Jumlah koloni
Jumlah koloni dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan jumlah
koloni, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah koloni
dalam satu aliran air. Metode perhitungan koloni terdapat 2 metode,
diantaranya:
1. Perhitungan Dengan SPC
Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menemukan kepadatan
bakteri heterotrof dan fakultatif aerobe. Dalam percobaan ini pengukuran secara
empiris karena bakteri dapat membentuk koloni rantai kelompok. Dasar SPC
adalah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10. Setelah
inkubasi, dilihat jumlah koloni tiap periode dapat digunakan coloni encounter
yang dilengkapi dengan register.Perhitungan dan pencatatan koloni pada plate
dilakukan sesegera mungkin setelah periode inisampai selesai. Bila perhitungan
ditunda, plate harus disimpan pada suhu 5-10C dan tidak boleh lebih dari 21
jam.
2. Perhitungan Manual
Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung jumlah
koloni terbanyak dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 2x pengenceran,
setelah waktu inkubasi, jumlah koloni dihitung secara manual(dihitung biasa)
jumlah koloni terbanyak dan tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.
jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2
fp = 102
Dengan rumus tersebut dapat diketahui jumlah koloni dalam petridish.
II.6 Growth Rate dan Doubling Time
1. Growth rate
Bila suatu sel mikroorganisme ditempatkan dalam suatu medium yang
mengandung nutrisi\yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme,
di dalam suatu sistem tertutup (batch system) maka pola pertumbuhannya

mengikuti fase fase tertentu setiap jenis mikroorganisme memiliki kekhasan


tersendiri.
Growth rate adalah perubahan jumlah/massa sel persatuan waktu atau
sering disebut kecepatan pertumbuhan spesifik. Growth ( pertumbuhan )
merupakan hal yang penting dalam fungsi mikroba.
2. Doubling time
Pertumbuhan merupakan penambahan secara teratur semua komponen
sel suatu jasad. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler) pembelahan atau
perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu sedangkan pada jasad
bersel banyak (multiseluler) pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan
jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau
bertambah besar jasadnya. Pertumbuhan dapat meningkatnya jumlah sel atau
massa sel (berat kering sel). Pada bakteri perbanyakan diri terjadi dengan cara
pembalahan biner, yaitu dari satu sel membelah menjadi 2 sel baru. Waktu
yang diperlukan untuk membelah diri dari satu sel menjadi dua sel
sempurna

disebut waktu generasi. Selain waktu generasi dikenal pula

Doubling Time atau waktu penggandaan, yaitu Waktu yang diperlukan oleh
sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah atau massa sel
semula. Doubling Time pada setiap mikroba tidak sama antara berbagai
mikrobia. Hal ini tergantung kecepatan pertumbuhan mikroba itu sendiri.
Kecepatan pertumbuhan adalah perubahan jumlah atau massa sel per unit
waktu.
II.7 Desinfektan
Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya innfeksi atau pencemaran jasad remik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh mikroorganisme lainnya. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan, dan
pakaian. Beberapa contoh desinfektan yaitu :
1. Jeruk Nipis
Jeruk nipis adalah air buahnya sangat masam rasanya, tetapi harum. Jeruk
nipis mengandung minyak atsiri . Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang
mudah sekali menguap pada suhu kamar dan baunya sesuai dengan tanaman
penghasilnya. Minyak atsiri digunakan sebagai campuran pewangi, pencegah
timbulnya jamur dan bakteri, desinfektan, dan antibiotic.
Disamping itu jeruk nipis juga mengandung asam sitrat. Asam sitrat
digunakan sebagai pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet, dan
desinfektan.

Kebanyakan bakteri inaktif dan terbunuh pada pH 2-3, meskipun hanya


sebentar , dan jeruk nipis mampu memberikan keadaan sehingga mencapai pH
tersebut. Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat
dibunuh dengan suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat.
(Pelczar, 2005)

2. Jeruk Lemon
Jeruk lemon memiliki aroma dan rasa yang sedap untuk penambah
rasa pada makanan, selain itu bagi kesehatan kegunaan jeruk lemon meliputi
untuk

menenangkan,

karminatif,

anti-infeksi,

astringent,

detoksifikasi,

antiseptic, desinfektan, memudahkan tidur, dan sifat anti jamur. Lemon juga
memiliki kemampuan untuk mengobati gangguan stress, demam, infeksi, asma,
kelebihan berat badan, insomnia, gangguan kulit, gangguan rambut, masalah
perut dan kelelahan.
3. Jeruk Manis
Jeruk manis ( Citrus sinensis ) Essential Oil memiliki aroma yang
sangat manis dan segar. Sebuah tonik saraf jeruk manis adalah minyak bahagia
dan memudahkan ketegangan fisik dan emosional. Minyak pada jeruk manis
adalah desinfektan alami yang dapat membunuh kuman dengan cara
disemprotkan ke udara ruangan. Sifat antiseptic alami membuat minyak jeruk
manis mencuci mulut menenangkan untuk mengobati gingivitis dan mulut luka.
II. 8 Sampe Air
1. Tempat: Air PDAM Kelurahan Tembalang RW 1,2, dan 3
2. Waktu

: Rabu, 23 September 2015

3. Pengamatan

: Air PDAM merupakan air bersih yang digunakan

untuk kehidupan sehari-hari mulai dari memasak, mencuci maupun


mandi. Untuk itu diperlukannya percobaan ini untuk mengukur dan
memeriksa keadaan air yang ada di RW 1,2, dan 3 tersebut agar dapat
diketahui kualitiasnya.
4. Foto
RW 1

:
Deskripsi : Perumahan, tidak ada
pabrik

RW 2

Deskripsi : Perumahan, tidak ada


pabrik

RW 3

Deskripsi : Perumahan, tidak ada


pabrik

II. 9 Pengolahan Air PDAM


PROSES

PENGOLAHAN

SEMARANG

AI R

PDAM

TIRTA

MOEDAL

KOTA

( PDAM, 2014 )

1.

Pengolahan Lengkap
a.

Intake
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan Bar screen / penyaring
yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak
sampai masuk ruang intake karena bisa mengganggu kinerja pompa.

b.

Koagulasi & Flokulasi


Proses Koagulasi adalah proses pemberian koagulan CMA dengan maksud
mengurangi gaya tolak menolak antar partikel koloid sehingga partikel
koloid tersebut bisa bergabung menjadi flok-flok kecil.

c.

Flokulasi
Flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan
flok-flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi)
sehingga menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses
flokulasi mengalami pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok
kecil menjadi semakin besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok
yang sudah terbentuk.

d.

Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok-

flok yang terbentuk

dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi
dilengkapi tube settler yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengendapan.
e.

Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang
belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi. Proses filtrasi dilakukan
dengan cara melewatkan air melalui media porous yaitu; pasir silica/
kwarsa.

f.

Chlorinasi
Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk
ada, baik di
pelanggan.

membunuh bakteri yang mungkin

reservoir, jaringan pipa distribusi hingga sampai ke

2.

Pengolahan Tidak Lengkap


Pengolahan tidak lengkap diberlakukan pada air baku yang hanya
mempunyai beberapa parameter saja yang harus diturunkan kadarnya,
contoh air baku yang berasal dari mata air dan air tanah dalam. Misal air
baku tersebut mempunyai kadar zat besi (Fe) yang melebihi ambang batas,
maka pengolahan yang perlu dilakukan adalah :
- Aerasi

:adalah suatu proses pengolahan yang bertujuan untuk


mengurangi kadar zat besi yang melampaui batas ambang
yang telah ditetapkan DepKes RI.

- Chlorinasi :adalah pembubuhan zat disinfeltan (misal gas chlor, sodium


Hypochlorit) yang bertujuan untuk membubuh bakteri yang
mungkin ada, baik di reservoir , jaringan pipa distribusi hingga
sampai ke pelanggan.
( PDAM, 2014 )

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Bahan:
1.
2.
3.
4.

Sampel air ( Air PDAM Kelurahan Tembalang RW 1,2, dan 3 )


Aquadest
PDA
Desinfektan ( jeruk nipis, jeruk lemon, jeruk manis )

III.1.2 Alat:
1.
2.
3.
4.

Beaker glass
Petridish
Tabung reaksi
Erlenmeyer

III.2 Gambar Alat

5. Pipet
6. Pengaduk
7. Kompor listrik
8. Koloni Counter

Beaker glass

Petridish

Pipet Tetes

Erlenmeyer

Pengaduk

Tabung Reaksi

Kompor Listrik

III.3 Variabel Percobaan


1. Variabel Tetap
: Volume Sampel, Faktor Pengenceran
2. Variabel Berubah
: Waktu Sterilisasi
3. Respon yang diamati : Radius Bakteri, Jumlah Koloni
III.4 Cara Kerja
Langkah-langkah pendahuluan:
1. Menyiapkan petridish yang sudah disterilisasi.
2. Mengencerkan contoh (2x faktor pengenceran): mengambil 10 ml contoh
kemudian diencerkan 100 ml. Dan dari 100 ml itu diambil 10 ml lalu
diencerkan lagi menjadi 100 ml.
3. Menyiapkan media: mengambil 3,9 gr PDA kemudian masukkan ke dalam
90 ml aquadest kemudian dipanaskan hingga mendidih.
4. Membagi media ke dalam petridish reaksi secara merata.

Langkah-langkah percobaan PA:


1. Uji Koloni

Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi


dengan contoh yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan media
menggunakan pipet tetes yang sudah disterilisasi.

Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya selama


waktu inkubasi yang ditentukan. (biasanya 2 hari)

Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung biasa),


kemudian dicari:
rata-rata jumlah koloni =

(terbanyak + tersedikit)
2

jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp


Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2
fp = 102

2. Uji Desinfektan

Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil pada
tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan contoh desinfektan ke
dalam lubang tersebut menggunakan pipet tetes.

Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu yang ditentukan (biasanya 2


hari).

Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius terjauh,
terdekat, dan rata-rata).

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1978. Dasar-Dasar Bioteknologi .Djambatan : Jakarta


Fadhli. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Mikroorganisme.IPB
Hardjito L. 2006. Aplikasi kitosan sebagai bahan tambahan makanan dan
pengawet. [Prosiding Seminar Nasional]. Bogor : Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Singleton, P. 1992. Introduction to Bacteria for Student of Biology
Biotecnology and Medicine. New york: Academyc Press. Inc.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu
kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan
dimana mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi.
Mikroorganisme dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan, atau
bahkan menyebabkan kita sakit. Kehidupan manusia pada dasarnya tidak
dapat terlepas oleh keberadaan mikroorganisme. Dala kehidupan yang nyata
mikroorganisme selalu berada bersama manusia sebagai flora normal yang
tak pernah lepas dari tubuh manusia. Dalam eksistensinya mikroorganisme
dapat membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.
Mikroorganisme tersebut ada yang bermanfaat dan ada juga yang
merugikan. Mikroorganisme tersebut umumnya berasal dari kingdom monera,
virus, fungi dan protista. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
mikroorganisme-mikroorganisme
menghasilkan suatu produk.

tersebut

dapat

dimanfaatkan

untuk

Banyak usaha yang dilakukan untuk mempertahankan proses industri.


Salah satunya dengan mikroorganisme sebagai katalis untuk mempercepat
proses. Mikroba yang bersifat pathogen perlu disterilisasi supaya tidak
mengganggu proses industri. Sedangkan mikroba yang menguntungkan dapat
dikembangbiakan dengan media tertentu dan dapat dipindahkan dari
koloninya.
PSA adalah pemindahan suatu bakteri secara aseptis ke dalam suatu
media lain. Miokroorganisme dapat dipindahkan dari suatu biakan murni.
Pemindahan ini harus dilakukan secara aseptis, oleh karena itu sterilisasi
sangat penting dilakukan dalam percobaan ini. Pada percobaan ini, akan
dilakukan pemindahan bakteri secara aseptis.
I.2. Tujuan Percobaan
1. Dapat menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke wadah
lain
2. Memahami berbagai macam proses sterilisasi
I.3. Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu
wadah ke wadah lain
2. Mahasiswa mampu memahmi berbagai macam proses sterilisasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme/mikroorganisme/ yaitu makhluk hidup sederhana
yg terbentuk dr satu atau beberapa sel yg hanya dapat dilihat dng mikroskop,
berupa tumbuhan atau hewan yg biasanya hidup secara parasit atau saprofit,
msl bakteri, kapang, ameba( KBBI, 2015). Mikroorganisme atau mikroba
adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya
diperlukan

alat

bantuan.

Mikroorganisme

disebut

juga

organisme

mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun


bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat
mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun
tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut
mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog.

Mikroorganisme

berbeda

dengan

sel

makrooganisme.

Sel

makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan menjadi bagian


dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan sistem organ.
Sementara, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan proses
kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan
bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain. (Eddleman, 2013)
II.2 Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau
substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan
mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat
dimatikan setempat oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide,
etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia; oleh
sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga dapat
disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh
filtrasi (Curtis, 1999).
Macam-macam sterilisasi
1. Sterilisasi dengan Autoclave
Autoclave adalah

alat

untuk mensterilisasi suatu


bertekanan

tinggi

pemanas
benda

(1210C,

15

tertutup

menggunakan
lbs)

selama

yang
uap

digunakan

bersuhu

kurang

lebih

dan
15

menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk


membunuh mikroorganisme,
melainkan meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi inilah
yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk
membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel
ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies
yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat
membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada
suhu 100 C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer
normal. Pada suhu 121 C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5
menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30
detik pada suhu 65 C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam
autoklaf mencapai 121 C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau
banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat,
sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan
bahwa semua objek bersuhu 121 C untuk waktu 10-15 menit.

2. Sterilisasi dengan oven


Oven atau drying oven merupakan alat yang digunakan untuk
sterilisasi atau pembersihan dengan menggunakan udara kering. Alat
sterilisasi ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti
Erlenmeyer, Petridish (cawan petri), tabung reaksi dan gelas lainnya.
Bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas juga dapat disterilkan dalam
oven tetapi dalam temperatur tertentu, pada umumnya temperatur yang
digunakan pada sterilisasi cara kering adalah sekitar 140-170 C selama
paling sedikit 2 jam. Perlu diperhatikan bahwa lamanya sterilisasi
tergantung pada jumlah alat disterilkan dan ketahanan alat terhadap panas.
Cara Penggunaan :
1. Hubungkan drying oven dengan aliran listrik
2. Masukkan peralatan laboratorium yang ingin disterilisasi kemudian
atur dengan rapi dan tutup pintu oven dengan rapat.
3. Hidupkan Drying Oven dengan menekan tombol ON, kemudian lampu
di drying oven akan berkedip.
4. Atur suhu dan waktu yang diinginkan pada drying oven. Jika peralatan
terbuat dari plastic, dan bahan yang mudah berubah volume seperti
pipet ukur dan labu ukur sebaiknya suhu tidak melebihi 100C.

Bila suhu 1700C, atur waktu 1 jam


Bila suhu 1600C, atur waktu 2 jam
Bila suhu 1500C, atur waktu 2,5 jam
Bila suhu 1400C, atur waktu 3 jam
5. Bila waktu yang diatur telah selesai, pengatur waktu secara otomatis
kemali ke nol
6. Setelah selesai biarkan terlebih dahulu peralatan laboratorium
mendingin didalam oven, setelah mendingin keluarkan peralatan
laboratorium dan tata kembali peralatan laboratorium dengan rapi.
7. Jangan lupa mencabut kabel oven dari sumber listrik agar tidak terjadi
hal yang
tidak diinginkan.

3. Sterilisasi secara kimiawi


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
Rongga (space)
Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya
bersifat sangat
Mudah menguap
Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak
dengan
disinfekstan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:
1. Jenis bahan yang digunakan
2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu
Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi

Alkohol
- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi

- Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi membran sel rusak &


enzim tidak aktif

Halogen
- Mengok sidasi protein kuman

Yodium
- Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit
- Efektif terhadap berbagai protozoa

Klorin
- Memiliki warna khas dan bau tajam
- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah

Fenol (as. Karbol)

- Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel


menurunkan tegangan permukaan
- Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan

Peroksida (H2O2)
- Efektif dan nontoksid
- Molekulnya tidak stabil
- Menginaktif enzim mikroba

Gas Etilen Oksida


- Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik.

4. Sterilisasi dengan Sinar Ultraviolet


Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan
interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV Sterilisaisi secara
kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
- Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
- Daya kerja absorbsi as. Nukleat
- Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
- Kelemahan penetrasi lemah
5. Sterilisasi dengan Pendidihan
Suhu tertinggi 100 C, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat
dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan.

II.3 Aspergillus Niger


Secara luas Aspergillus didefinisikan sebagai suatu kelompok nukosis
penyebab dari fotogenosa yang bermacam-macam. Aspergillus niger termasuk
ke dalam kelas Ascomycetes. Di dalam industri Aspergillus niger banyak
dipakai dalam proses produksi asam sitrat. Sedangkan di dalam laboratorium
spesies ini digunakan untuk mempelajari tentang metabolisme pada jamur dan
kegiatan enzimatis. Pada penelitian ini digunakan Aspergillus niger karena
spesies ini termasuk fungi berfilamen penghasil selulase dan crude enzyme
secara komersial serta penanganannya mudah dan murah. Fungi-fungi tersebut
sangat efisien dalam memproduksi selulase.

( Kurniadi,2012 )
Gambar 2.1 Aspergillus Niger
Ciri-ciri umum dari Aspergillus niger antara lain:
a. Warna konidia hitam kelam atau hitam kecoklatan dan berbentuk bulat.
b. Bersifat termofilik, tidak terganggu pertumbuhannya karena adanya
peningkatan suhu.
c. Dapat hidup dalam kelembaban nisbi 80 (Indrawati Gandjar, 2006).
d. Dapat menguraikan benzoat dengan hidroksilasi menggunakan enzim
benzoat-4 hidroksilase menjadi 4-hidroksibenzoat.
e. Memiliki enzim 4-hidroksibenzoat hidroksilase yang dapat
menghidrolisa 4- hidroksibenzoat menjadi 3,4-dihudroksi benzoat.
f. Natrium & formalin dapat menghambat pertumbuhan Aspergilus niger.
g. Dapat hidup dalam spons (spons Hyrtios Proteus) (Osterhage 2001).
h. Dapat merusak bahan pangan yang dikeringkan atau bahan makanan
yang memiliki kadar garam tinggi.
i. Dapat mengakumulasi asam sitrat.

II.4 Jamur Apel


Penicillium expansum merupakan salah satu patogen pasca panen yang
paling penting, dimana merupakan penyebab utama pembusukan pasca panen
saat penyimpanan pada apel. Penyakit yang paling banyak ditemukan akibat
kapang ini terdapat pada apel, yaitu kapang biru. Blue mold rot ini terdapat pada
berbagai macam jenis buah, termasuk apel, pir dan ceri.
Infeksi yang sering terjadi adalah saat apel masih berada pada pohon,
namun tersembunyi untuk waktu yang lama, dan terlihat hanya setelah
penyimpanan dalam waktu yang lama, dengan kisaran suhu perkembangannya
adalah -2C. Pertumbuhan P. expansum dapat berlangsung pada suhu sekitar -3

sampai 35C, dengan suhu optimal sekitar 25C, dan pada aw 0.82. Spora yang
dihasilkan dapat menginfeksi apel pada suhu 0 C dan bergerminasi pada suhu
penyimpanan 0 C.
Penicillium expansum memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan
penicillium lainnya pada apel, memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, dan
menyebabkan lesi yang lebar. P. expansum merupakan produsen patulin utama
dalam apel dan produk apel. Beberapa buah, termasuk apel biasanya disimpan
setelah panen. Selama penyimpanan dingin tersebut, buah mengalami kehilangan
secara ekonomis yang disebabkan oleh beberapa kebusukan akibat kebusukandari
jamur.
Penicillium expansum merupakan penyebab kebusukan pada apel yang
paling umum. Apel yang busuk oleh P. expansum dapat mengkontaminasi sari
buah apel dan produk apel lainnya. P. expansum diketahui dapat memproduksi
mikotoksin

patulin

{4-hidroksi-4Hfuro[3,2-C]-piran-2(6H)-satu}.

Patulin

merupakan mikotoksin yang mempunyai efek karsinogen yang membahayakan


bagi kesehatan manusia.

( PSmicrographs, 2015 )
Gambar 2.2 Penicillium expansum
Penicillium exspansum mudah dibedakan dari spesies Pinicillium yang
lain karena jika buah apel dilukai dan diinokulasi pada suhu 20-220C maka areal
yang dirusak kira-kira dua kali lipat dari yang lain, dapat mencapai diameter 3040 mm dalam waktu 8-10 hari. Kerusakan oleh P.exspansumantara lain
disebabkan oleh terbentuknya badan buah yang dikenal sebagai coremium yang
dapat memecah epidermis kulit buah. Koloni pada medium PDA atau MA akan
menghasilkan miselium bewarna biru kehijauan dan konidi bewarna hijau kotor.
Konidi biadanya berukuran sangat kecil, biasanya berdiameter tidak lebih dari
4,5-5,0m, bulat atau lonjong dan berantai di ujung phialid.

BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Bahan dan Alat yang digunakan
III.1.1 Bahan yang Digunakan :
1. Aspergillus niger
2. Penicillium Expansum ( Jamur Apel )
III.1.2 Alat yang Digunakan :
1. Tabung reaksi
2. Beaker glass
3. Pipet tetes

4. Inokulum
5. Gelas ukur
6. Kompor listrik
7. Cawan petri
8. Mikroskop
III.2 Gambar Alat

Tabung Reaksi

Gelas ukur

Beaker Glass

Kompor listrik

Pipet tetes

Cawan petri

Mikroskop

III.3 Variabel Percobaan


1. Variabel Tetap
: Volume Sampel, Faktor Pengenceran
2. Variabel Berubah
: Waktu Sterilisasi
3. Respon yang diamati : Pertumbuhan Bakteri, Radius, Jumlah Koloni

III.4 Cara Kerja


Langkah-langkah percobaan PSA:
1. Biarkan media dalam tabung reaksi memadat (untuk media miring,
sebelum memadat kedudukan tabung reaksi dibuat miring di bawah 45,
kemudian dibiarkan sampai memadat).
2. Menyiapkan kawat osse, bunsen, dan HCl.
3. Mensterilkan kawat osse: panaskan kawat osse menggunakan bunsen
kemudian memasukkan ke larutan HCl kemudian panaskan kawat osse
lagi.
4. Memindahkan mikroorganisme dari biakan murni (jamur apel) yang
menggunakan kawat osse yang sudah disterilisasi ke tabung media.
5. Simpan di dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi yang ditentukan.

Mengamati kenampakannya setelah waktu inkubasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Autoklaf. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Autoklaf.


Diakses tanggal 20 September 2015
Anonim. 2014. Cara Penggunaan Drying Oven. Diakses dari
http://www.alatlabor.com/article/detail/63/drying-oven-ovenlaboratorium. Diakses tanggal 20 September 2015
Budhianto. 2012. Pengertian sterilisasi dan macam-macamnya. Diakses dari
http://www.budhii.web.id/2012/07/pengertian-sterilisasi-danmacam.html. Diakses tanggal 20 September 2014

Denia, Ariani. 2013. Sterilisasi. Diakses dari


http://deniaariani.blogspot.co.id/2013/10/sterilisasi.html.Diakses
tanggal 20 September 2015
Saadah. 2010. Produksi Enzim Selulase dengan Aspergillus niger. Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/13064/1/BAB_I_-_V.pdf. Diakses pada
tanggal 20 September 2015

Anda mungkin juga menyukai