Papsa Edit
Papsa Edit
Papsa Edit
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Air merupakan suatu hal yang tak asing bagi makhluk hidup. Air merupakan
sumber kebutuhan utama selain makanan yang dapat digunakan untuk bertahan
hidup. Air yang dimaksud adalah air yang sehat yang telah terbebas dari
mikroorganisme berbahaya. Air yang tidak sehat/steril akan membahayakan jika
masuk ke dalam tubuh apabila tidak diproses terlebih dahulu.
Kebutuhan akan air berbanding lurus dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk. Ketersediaan air diantaranya ada pada sungai, danau, dan laut. Dari
berbagai sumbernya tersebut tidaklah terhindari bahwasanya air telah tercampur
oleh berbagai pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah industri maupun
rumah tangga. Oleh karena itu, terus diperlukan terobosan-terobosan baru untuk
mengolah dan memproduksi air sehat dari sumber air yang ada untuk memenuhi
kebutuhan dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Syarat yang ditentukan di Indonesia ini merupakan sebuah standar air minum
yang meliputi biologis, fisis dan kimia. Standar biologis meliputi air yang terbebas
dari kandungan mikroorganisme yang tidak berbahaya, fisis berupa warna maupun
kimia yang mengutamakan tidak adanya zat yang dapat merugikan. Oleh karena itu,
percobaan ini penting dilakukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu
sampel air.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Mampu menghitung jumlah koloni dalam air
2. Mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni
3. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan desinfektan
berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mikroorganisme Air
Air umumnya mengandung zat organic dan anorganik, yang
merupakan tempat yang sangat cocok untuk kehidupan mikroorganisme.
Terutama pada air tanah, karena kandungan mikroorganisme dalam air tanah
bergantung pada kedalaman air. Sedangkan air permukaan banyak mengandung
mikroorganisme dikarenakan air permukaan langsung berkontakan dengan udara.
Mikroorganisme autotrof merupakan mikroorganisme pertama dalam air yang
mengandung zat organik.
Air merupakan medium yang cocok untuk mikroorganisme patogenik
atau yang berbahaya bagi kesehatan dan merugikan. Diperlukan kontrol terhadap
polusi dan pencemaran air untuk mencegah penyebaran jenis mikroorganisme
patogenik tersebut. Contoh mikroorganisme patogenik yang biasanya mencemari
kualitas air diantaranya : Salmonella typhi, Clostridium prefringens, Leptospira,
E.coli, Shigella dysentriae dll. (Sastrawijaya, 2000)
II.2 Persyaratan Standar Kualitas Air
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN AIR.
Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa
pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan, maka pengendalian pencemaran air menjadi sangat penting.
Pengendalian pencemaran air merupakan salah satu segi pengelolaan
lingkungan hidup.
1.
Pencemaran air selalu berarti turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu
yang
menyebabkan
air
tidak
dapat
berfungsi
lagi
sesuai
denganperuntukannya. Hal ini berarti bahwa perlu ditetapkan baku mutu air
yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya
pencemaran, dan peruntukan air itu sendiri. Dalam pengertian pencemaran
air, baku mutu air akan selalu terkait dengan pengertian pencemaran air.
Baku mutu air di satu pihak merupakan suatu tingkat mutu air yang
dikehendaki bagi suatu peruntukan, dan di lain pihak merupakan arahan dan
pedoman bagi pengendalian pencemaran air.
Dengan ditetapkannya baku mutu air untuk setiap peruntukan dan
memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa beban zat
pencemaran yang dapat ditenggang adanya oleh air penerima sehingga air
dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Beban pencemaran ini
merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah
ditetapkan peruntukannya.
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
menetapkan
bahwa
perlindungan
e) Kepekatan : ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak seperti
mentega, ada yang keras dan kering.
2. Sifat Khusus Koloni
a) Dalam medium padat
Sifat koloni pada agar-agar lempengan bentuknya titik bulat, terbentang
tidak teratur seperti akar, kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul
teratur, cembung melengkung, membukit kebawah, yang utuh dan
berombak juga ada.
b) Dalam medium cair
Medium cair diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar gelatin
kepadanya. Dalam medium cair, bakteri akan berbeda-beda. Permukaan
medium dapat memperlihatkan adanya serabut selaput.
(Dwidjoseputro, 2012)
II.4 Faktor yang Mempengaruhi Mikroorganisme
Mikroorganisme tidak dapat beradaptasi di berbagai tempat, mikroorganisme
hanya dapat berkembang pada keadaan tertentu, diantaranya :
1. Temperatur
Temperatur optimum merupakan temperatur terbaik pada pertumbuhan
mikroorganisme. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi
denaturasi protein sedangkan pada temperatur yang sangat rendah
aktivitas enzim akan berhenti. Temperatur optimum pada mikroorganisme
biasanya 26- 27 oC.
2. Medium
Medium yang digunakan harus memiliki zat yang dibutuhkan, yaitu
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dll. Media yang cocok untuk bakteri
adalah yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika larutan hipertonik maka
akan mengalami plasmolisis. Medium yang cocok untuk bakteri salah
satunya adalah mediaAgar Kentang Dektrosa (PDA). PDA merupakan
media tumbuh mikrobiologi yang terbuat dari potato infusion dan dextrosa
dan paling banyak digunakan untuk tumbuh jamur dan bakteri yang mana
menyerang atau membusukkan tanaman hidup.
3. Pengaruh Sinar
Kebanyakan bakteri tidak akan berfotosintesis tapi sinar dengan panjang
gelombang lebih pendek seperti sinar UV dan sinar X sangat berbahaya
dan dapat membunuh bakteri.
4. Pengaruh mekanik
Untuk mematikan bakteri dibutuhkan tekanan 6000 atm dan untuk
menghentikan bakteri dibutuhkan 600 atm.
5. Faktor kimia
Penggunaan desinfektan bakterisida dapat membunuh bakteri. Biasanya
kerusakan akibat proses oksidasi, koagulasi, dispersi dan tegangan muka.
6. pH
Umumnya bakteri tidak suka hidup di pH yang terlalu basa dan mereka
cenderung untuk hidup di pH netral (pH= 7) atau sedikit basa (pH = 7,4)
(Fadhli, 2013)
II.5 Metode Perhitungan Jumlah koloni
Jumlah koloni dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan jumlah
koloni, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah koloni
dalam satu aliran air. Metode perhitungan koloni terdapat 2 metode,
diantaranya:
1. Perhitungan Dengan SPC
Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menemukan kepadatan
bakteri heterotrof dan fakultatif aerobe. Dalam percobaan ini pengukuran secara
empiris karena bakteri dapat membentuk koloni rantai kelompok. Dasar SPC
adalah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10. Setelah
inkubasi, dilihat jumlah koloni tiap periode dapat digunakan coloni encounter
yang dilengkapi dengan register.Perhitungan dan pencatatan koloni pada plate
dilakukan sesegera mungkin setelah periode inisampai selesai. Bila perhitungan
ditunda, plate harus disimpan pada suhu 5-10C dan tidak boleh lebih dari 21
jam.
2. Perhitungan Manual
Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung jumlah
koloni terbanyak dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 2x pengenceran,
setelah waktu inkubasi, jumlah koloni dihitung secara manual(dihitung biasa)
jumlah koloni terbanyak dan tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.
jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2
fp = 102
Dengan rumus tersebut dapat diketahui jumlah koloni dalam petridish.
II.6 Growth Rate dan Doubling Time
1. Growth rate
Bila suatu sel mikroorganisme ditempatkan dalam suatu medium yang
mengandung nutrisi\yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme,
di dalam suatu sistem tertutup (batch system) maka pola pertumbuhannya
Doubling Time atau waktu penggandaan, yaitu Waktu yang diperlukan oleh
sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah atau massa sel
semula. Doubling Time pada setiap mikroba tidak sama antara berbagai
mikrobia. Hal ini tergantung kecepatan pertumbuhan mikroba itu sendiri.
Kecepatan pertumbuhan adalah perubahan jumlah atau massa sel per unit
waktu.
II.7 Desinfektan
Desinfektan dapat diartikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya innfeksi atau pencemaran jasad remik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh mikroorganisme lainnya. Bahan desinfektan dapat
digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan, dan
pakaian. Beberapa contoh desinfektan yaitu :
1. Jeruk Nipis
Jeruk nipis adalah air buahnya sangat masam rasanya, tetapi harum. Jeruk
nipis mengandung minyak atsiri . Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang
mudah sekali menguap pada suhu kamar dan baunya sesuai dengan tanaman
penghasilnya. Minyak atsiri digunakan sebagai campuran pewangi, pencegah
timbulnya jamur dan bakteri, desinfektan, dan antibiotic.
Disamping itu jeruk nipis juga mengandung asam sitrat. Asam sitrat
digunakan sebagai pencegah timbulnya jamur dan bakteri, sebagai pengawet, dan
desinfektan.
2. Jeruk Lemon
Jeruk lemon memiliki aroma dan rasa yang sedap untuk penambah
rasa pada makanan, selain itu bagi kesehatan kegunaan jeruk lemon meliputi
untuk
menenangkan,
karminatif,
anti-infeksi,
astringent,
detoksifikasi,
antiseptic, desinfektan, memudahkan tidur, dan sifat anti jamur. Lemon juga
memiliki kemampuan untuk mengobati gangguan stress, demam, infeksi, asma,
kelebihan berat badan, insomnia, gangguan kulit, gangguan rambut, masalah
perut dan kelelahan.
3. Jeruk Manis
Jeruk manis ( Citrus sinensis ) Essential Oil memiliki aroma yang
sangat manis dan segar. Sebuah tonik saraf jeruk manis adalah minyak bahagia
dan memudahkan ketegangan fisik dan emosional. Minyak pada jeruk manis
adalah desinfektan alami yang dapat membunuh kuman dengan cara
disemprotkan ke udara ruangan. Sifat antiseptic alami membuat minyak jeruk
manis mencuci mulut menenangkan untuk mengobati gingivitis dan mulut luka.
II. 8 Sampe Air
1. Tempat: Air PDAM Kelurahan Tembalang RW 1,2, dan 3
2. Waktu
3. Pengamatan
:
Deskripsi : Perumahan, tidak ada
pabrik
RW 2
RW 3
PENGOLAHAN
SEMARANG
AI R
PDAM
TIRTA
MOEDAL
KOTA
( PDAM, 2014 )
1.
Pengolahan Lengkap
a.
Intake
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan Bar screen / penyaring
yang bertujuan untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak
sampai masuk ruang intake karena bisa mengganggu kinerja pompa.
b.
c.
Flokulasi
Flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan
flok-flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi)
sehingga menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses
flokulasi mengalami pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-flok
kecil menjadi semakin besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok
yang sudah terbentuk.
d.
Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok-
dari flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi
dilengkapi tube settler yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengendapan.
e.
Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang
belum dapat terendapkan pada bak sedimentasi. Proses filtrasi dilakukan
dengan cara melewatkan air melalui media porous yaitu; pasir silica/
kwarsa.
f.
Chlorinasi
Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium
Hypochlorit) yang bertujuan untuk
ada, baik di
pelanggan.
2.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1.2 Alat:
1.
2.
3.
4.
Beaker glass
Petridish
Tabung reaksi
Erlenmeyer
5. Pipet
6. Pengaduk
7. Kompor listrik
8. Koloni Counter
Beaker glass
Petridish
Pipet Tetes
Erlenmeyer
Pengaduk
Tabung Reaksi
Kompor Listrik
(terbanyak + tersedikit)
2
2. Uji Desinfektan
Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil pada
tengah-tengah media tersebut. Kemudian teteskan contoh desinfektan ke
dalam lubang tersebut menggunakan pipet tetes.
Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius terjauh,
terdekat, dan rata-rata).
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
tersebut
dapat
dimanfaatkan
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mikroorganisme
Mikroorganisme/mikroorganisme/ yaitu makhluk hidup sederhana
yg terbentuk dr satu atau beberapa sel yg hanya dapat dilihat dng mikroskop,
berupa tumbuhan atau hewan yg biasanya hidup secara parasit atau saprofit,
msl bakteri, kapang, ameba( KBBI, 2015). Mikroorganisme atau mikroba
adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya
diperlukan
alat
bantuan.
Mikroorganisme
disebut
juga
organisme
Mikroorganisme
berbeda
dengan
sel
makrooganisme.
Sel
alat
tinggi
pemanas
benda
(1210C,
15
tertutup
menggunakan
lbs)
selama
yang
uap
digunakan
bersuhu
kurang
lebih
dan
15
Alkohol
- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
Halogen
- Mengok sidasi protein kuman
Yodium
- Konsentrasi yg tepat tdk mengganggu kulit
- Efektif terhadap berbagai protozoa
Klorin
- Memiliki warna khas dan bau tajam
- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
Peroksida (H2O2)
- Efektif dan nontoksid
- Molekulnya tidak stabil
- Menginaktif enzim mikroba
( Kurniadi,2012 )
Gambar 2.1 Aspergillus Niger
Ciri-ciri umum dari Aspergillus niger antara lain:
a. Warna konidia hitam kelam atau hitam kecoklatan dan berbentuk bulat.
b. Bersifat termofilik, tidak terganggu pertumbuhannya karena adanya
peningkatan suhu.
c. Dapat hidup dalam kelembaban nisbi 80 (Indrawati Gandjar, 2006).
d. Dapat menguraikan benzoat dengan hidroksilasi menggunakan enzim
benzoat-4 hidroksilase menjadi 4-hidroksibenzoat.
e. Memiliki enzim 4-hidroksibenzoat hidroksilase yang dapat
menghidrolisa 4- hidroksibenzoat menjadi 3,4-dihudroksi benzoat.
f. Natrium & formalin dapat menghambat pertumbuhan Aspergilus niger.
g. Dapat hidup dalam spons (spons Hyrtios Proteus) (Osterhage 2001).
h. Dapat merusak bahan pangan yang dikeringkan atau bahan makanan
yang memiliki kadar garam tinggi.
i. Dapat mengakumulasi asam sitrat.
sampai 35C, dengan suhu optimal sekitar 25C, dan pada aw 0.82. Spora yang
dihasilkan dapat menginfeksi apel pada suhu 0 C dan bergerminasi pada suhu
penyimpanan 0 C.
Penicillium expansum memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan
penicillium lainnya pada apel, memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, dan
menyebabkan lesi yang lebar. P. expansum merupakan produsen patulin utama
dalam apel dan produk apel. Beberapa buah, termasuk apel biasanya disimpan
setelah panen. Selama penyimpanan dingin tersebut, buah mengalami kehilangan
secara ekonomis yang disebabkan oleh beberapa kebusukan akibat kebusukandari
jamur.
Penicillium expansum merupakan penyebab kebusukan pada apel yang
paling umum. Apel yang busuk oleh P. expansum dapat mengkontaminasi sari
buah apel dan produk apel lainnya. P. expansum diketahui dapat memproduksi
mikotoksin
patulin
{4-hidroksi-4Hfuro[3,2-C]-piran-2(6H)-satu}.
Patulin
( PSmicrographs, 2015 )
Gambar 2.2 Penicillium expansum
Penicillium exspansum mudah dibedakan dari spesies Pinicillium yang
lain karena jika buah apel dilukai dan diinokulasi pada suhu 20-220C maka areal
yang dirusak kira-kira dua kali lipat dari yang lain, dapat mencapai diameter 3040 mm dalam waktu 8-10 hari. Kerusakan oleh P.exspansumantara lain
disebabkan oleh terbentuknya badan buah yang dikenal sebagai coremium yang
dapat memecah epidermis kulit buah. Koloni pada medium PDA atau MA akan
menghasilkan miselium bewarna biru kehijauan dan konidi bewarna hijau kotor.
Konidi biadanya berukuran sangat kecil, biasanya berdiameter tidak lebih dari
4,5-5,0m, bulat atau lonjong dan berantai di ujung phialid.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Bahan dan Alat yang digunakan
III.1.1 Bahan yang Digunakan :
1. Aspergillus niger
2. Penicillium Expansum ( Jamur Apel )
III.1.2 Alat yang Digunakan :
1. Tabung reaksi
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
4. Inokulum
5. Gelas ukur
6. Kompor listrik
7. Cawan petri
8. Mikroskop
III.2 Gambar Alat
Tabung Reaksi
Gelas ukur
Beaker Glass
Kompor listrik
Pipet tetes
Cawan petri
Mikroskop
DAFTAR PUSTAKA