Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MKK

Kepemimpinan dalam Keperawatan

OLEH
Windy Tafrieani
P05120313055

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Mardiani, S.Kep, MM

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
2015

DAFTAR ISI

Halaman Judul..
Kata Pengantar..
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.
2.
3.
4.
5.

Latar Belakang..
Rumusan masalah..
Tujuan Penulisan...
Manfaat Penulisan.
Sistematika Penulisan

Bab 2 Tinjauan Teoritis


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Manajemen hubungan antar manusia


Pengembangan teori kepemimpinan.
Teori kontingensi dan situasional.
Teori kontemporer
Teori motivasi...
Teori Z..
Teori Interaktif.
Teori yang harus dimiliki manajer keperawatan..

Bab 3 Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran..
Daftar Pustaka...

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah MKK yang

berjudul Kepemimpinan dalam keperawatan ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen
pembimbing.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari
beberapa sumber yang berkaitan dengan manajemen dan kepemimpinan dalam keperawatan,
Dalam penyusunan makalah ini, saya menemui beberapa kesulitan dan hambatan, namun
berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari pembaca
saya harapkan demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bengkulu, 28 April 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kepemimpinan

merupakan

lokomotif

organisasi

yang

selalu

menarik

dibicarakan.Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting
keberadaanseorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa
kepemimpinanmerupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi.
Lebih dari itu,kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan
dankedewasaan serta kematian organisasi.Pada tahun 1997, lebih dari 5000 perawat dari
120 negara bertemu dalam kongreske-21 International Council Of Nurses (ICN) di
Vancouver, British Columbia, untukmembahas arah pelayanan kesehatan internasional
dari perawat diseluruh dunia.
Tema utama dari kongres tersebut adalah bagaimana memancing para perawat
untuk melatih kemampuan kepemimpinan mereka sebagai pendamping, dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Tenaga keperawatan merupakan salah satu sumber daya manusia dalam suatu
unit pelayanan keperawatan, dimana kualitas pelayanan keperawatan sangat berkaitan
erat dengan kualitas sumber daya manusianya (Nayak, 2007).
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan
rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan
pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit
dimata masyarakat. Hal ini bekaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanan
keperawatan dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangan
dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi
keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan
tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang luas
sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin
keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer,
ahli, dan bidang riset keperawatan (AzizAlimul, 2004)
B. Rumusan Masalah
1. Manajemen hubungan antar manusia?
2. Pengembangan teori kepemimpinan?
3. Teori yang harus dimiliki manajer keperawatan?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui lebih jelas tentang manajemen dan kepemimpinan dalam
keperawatan
2. Tujuan khusus
Mengetahui tentang manajemen hubungan antar manusia
Mengetahui pengembangan teori kepemimpinan
Mengetahui teori yang harus dimiliki manajer keperawatan
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi pelayanan rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di bidang kesehatan.
2. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur bagi perpustakaan. Menambah
wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan
mengenai kepemimpinan dalam keperawatan.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari,
mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi
lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Pengertian / Istilah Kepemimpinan

Menurut Stogdill :Proses mempengaruhi aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi

dalam usahanya mencapai penetapan tujuan dan pencapaian tujuan


Menurut Gardner:Proses bujukan dan contoh dimana seseorang individu atau tim
kepemimpinan mempengaruhi kelompok untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan

tujuan pemimpin tersebut atau sesuai dengan tujuan bersama


Menurut Merton:Kepemimpinan sebagai suatu transaksi sosial dimana seseorang

mempengaruhi orang lain.


Menurut Mc Gregor:Kepemimpinan merupakan suatu hubungan yang sangat kompleks
yang berubah bersama waktu seperti perubahan yang dilakukan oleh manajemen, serikat

kerja atau kekuatan luar.


Menurut Talbott:Kepemimpinan merupakan bahan vital yang merubah suatu kerumunan
orang menjadi organisasi yang berfungsi dan bermamfaat.

1. Manajemen hubungan antar manusia


Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk
mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien
membutuhkan manajer perawat yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan
tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat profesional serta pekerja keperawatan
non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu
secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa
yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan
emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada
pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil
apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk melindungi
diri dari ancaman yang bersifat semu atau yang benar benar ancaman terhadap tidak
terpenuhinya kebutuhan dalam situasi kerja.
Atasan / pimpinan menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang
efektif dengan membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan, sehingga bawahan
tidak merasa terancam dan ketakutan.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
2. Pengembangan teori kepemimpinan

Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan


kemajuan zaman yang dikategorikan Yukl (2005:12) menjadi lima pendekatan yaitu : (1)
pendekatan ciri, (2) pendekatan perilaku; (3) pendekatan kekuatan pengaruh; (4) pendekaan
situasional; dan (5) pendekatan integrative

Teori Genetik (Genetic Theory).


Penjelasan kepemimpinan yang paling lama adalah teori kepemimpinan genetic dengan
ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni a leader is born, not made. Seorang
dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi.Sifatsifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang tuanya.

Teori Sifat (Trait Theory).


Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan
sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. Trait atau sifat-sifat yang
dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan kemampuan social. Penganut teori
ini yakin dengan memiliki keunggulan karakter di atas, maka seseorang akan memiliki
kualitas kepemimpinan yang baik dan dapat menjadi pemimpin yang efektif. Karakter
yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Judith R. Gordon mencakup kemampuan
yang istimewa dalam (1) Kemampuan Intelektual (2) Kematangan Pribadi (3) Pendidikan
(4) Status Sosial dan Ekonomi (5) Human Relations (6) Motivasi Intrinsik dan (7)
Dorongan untuk maju (achievement drive).

Teori Perilaku (The Behavioral Theory).


Mengacu pada keterbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui teori trait,
para peneliti pada era Perang Dunia ke II sampai era di awal tahun 1950-an mulai
mengembangkan pemikiran untuk meneliti behavior atau perilaku seorang pemimpin
sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Fokus pembahasan teori
kepemimpinan pada periode ini beralih dari siapa yang memiliki kemampuan memimpin
ke bagaimana perilaku seseorang untuk memimpin secara efektif.

Situasional Leadership.
Pengembangan teori situasional merupakan penyempurnaan dan kekurangan teori-teori
sebelumnya dalam meramalkan kepemimpinan yang paling efektif. Dalam situational

leadership pemimpin yang efektif akan melakukan diagnose situasi, memilih gaya
kepemimpinan yang efektif dan menerapkannya secara tepat. Seorang pemimpin yang
efektif dalam teori ini harus bisa memahami dinamika situasi dan menyesuaikan
kemampuannya dengan dinamika situasi yang ada.Empat dimensi situasi yakni
kemampuan manajerial, karakter organisasi, karakter pekerjaan dan karakter pekerja.
Keempatnya

secara

dinamis

akan

memberikan

pengaruh

terhadap

efektivitas

kepemimpinan seorang.

Transformational Leadership.
Pemikiran terakhir mengenai kepemimpinan yang efektif disampaikan oleh sekelompok
ahli yang mencoba menghidupkan kembali teori trait atau sifat-sifat utama yang
dimiliki seseorang agar dia bisa menjadi pemimpin. Robert House menyampaikan teori
kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan
dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas yang
tinggi untuk meningkatkan kadar kharismatiknya (Ivancevich, dkk, 2008:213).
Menurut pencetus teori ini, pemimpin transformational adalah sangat efektif karena

memadukan dua teori yakni teori behavioral dan situational dengan kelebihan masingmasing.Atau, memadukan pola perilaku yang berorientasi pada manusia atau pada produksi
(employee or production-oriented) dengan penelaahan situasi ditambah dengan kekuatan
kharismatik yang dimilikinya.Tipe pemimpin transformational ini sesuai untuk organisasi
yang dinamis, yang mementingkan perubahan dan inovasi serta bersaing ketat dengan
perusahaan-perusahaan lain dalam ruang lingkup internasional.Syarat utama keberhasilannya
adalah adanya seorang pemimpin yang memiliki kharisma. (Ivancevich, 2008:214)
3. Teori kontingensi dan situasional
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pimpinan menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan factor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan
tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
a) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
b) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
c) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
d) Norma yang dianut kelompok
e) Rentang kendali
f) Ancaman dari luar organisasi
g) Tingkat stress
h) Iklim yang terdapat dalam organisasi

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan membaca situasi


yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntunan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntunan situasi
tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan
berikut:
Teori Kontingensi
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana
kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi
tugas

kelompok

(group

task

situation)

dan

tingkat-tingkat

daripada

gaya

kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya.


Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifatsifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi
antara Pemimpindan situasinya. Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif
dikembangkan oleh Fiedler (1967) Menurut model ini, maka the performance of the
group is contingen upon both themotivasional system of the leader and the degree to
which the leader has control andinfluence in a particular situation, the situational
favorableness (Fiedler, 1974:73).
Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh
sistem motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan
mempengaruhi suatu situasi tertentu.
4. Teori kontemporer
Teori ini menekankan terhadap 4 komponen penting dalam suatu pengelolaan, yaitu: (1)
manajer/pemimpin, (2) staf dan atasan, (3) pekaryaan, dan (4) lingkungan. Teori ini
menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang pemimpin harus
mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi.
5. Teori motivasi
A. Pengertian
Motivasi atau motif atau kebutuhan atau desakan atau keinginan atau dorongan
adalah kata yang sering digunakan untuk menyebut kata motivasi. Adapun sebetulnya
asal katamotivasi adalah movere dari bahasa Latin yang sama dengan to move dalam
bahasa Inggris yang berarti menggerakkan atau mendorong.

Menurut George R.Terry,Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang


individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
Tujuan Motivasi:

Untuk mengubah perilaku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan.


Meningkatkan kegairahan kerja pegawai.
Meningkatkan disiplin pegawai.
Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
Meningkatkan moral dan loyalitas pegawai.
Meningkatkan rasa tanggungjawab pegawai pada tugas-tugasnya.
Meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

B. Teori Motivasi
Motivasi kerja terbagi atas dua teori dasar, yaitu sebagai berikut:
1. Content

theoris:

berhubungan

dengan

faktor-faktor

yang

meningkatkan

kelakuan.Jadi,content perspektif mencoba untuk menjawab pertanyaan faktor apa yang


memotivasi orang.
Teori yang mendukung:
a) Teori hierarki Maslow
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling
penting hingga yang tidak terlalu krusial :
Kebutuhan Fisiologis
Contohnya : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan

kebutuhan

biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari
teror, dan lain sebagainya.
Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis, dan lain-lain.
Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan
minatnya.
b) Teori ERG
Terori ERG adalah teori kepuasan dalam motivasi yang mengatakan bahwa individu
mempunyai kebutuhan- kebutuhan berupa ekstensi,keterkaitan dan pertumbuhan
Ada 3 hierarki :
Eksistensi
Kebutuhan yang bisa dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makan, minuman, udara,
upah, dan kondisi kerja.

Keterkaitan
Kebutuhan yang bisa di puaskan oleh hubungan sosial,hubungan antar pribadi.
Pertumbuhan
Kebutuhan yang bisa dipuaskan bila seseorang memberikan kontribusi yang kreatif
dan produktif
c) Teori dua faktor Hersberg
Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dan kelompoknya. Teori ini
sering disebut dengan M H atau teori dua faktor, bagaimana manajer dapat
mengendalikan faktor-faktor yang dapat menghasilkan kepuasan kerja atau
ketidakpuasan kerja. Berdasarkan penelitian telah dikemukakan dua kelompok faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam organisasi, yaitu motivasi. Disebut bahwa
motivasi yang sesungguhnya sebagai faktor sumber kepuasan kerja adalah prestasi,
promosi, penghargaan dan tanggung jawab.
Kelompok faktor kedua adalah iklim baik dibuktikan bukan sebagai sumber
kepuasan kerja justru sebagai sumber ketidakpuasan kerja. Faktor ini adalah kondisi
kerja, hubungan antar pribadi, teknik pengawasan dan gaji. Perbaikan faktor ini akan
mengurangi ketidakpuasan kerja, tetapi tidak akan menimbulkan dorongan kerja.
Faktor iklim baik tidak akan menimbulkan motivasi, tetapi tidak
d) Teori Kebutuhan belajar
Teori yang berkaitan erat dengan konsep belajar.teori ini mengatakan bahwa melalui
kehidupan dalam suatu budaya, seseorang belajar tentang kebutuhannya. 3 kebutuhan
yang dipelajari;
Kebutuhan berprestasi
Misalnya: menyelesaikan pekerjaan yang menantang, memenangkan kompetisi,bisa
menyelesaikan masalah dengan baik.
Kebutuhan menjalin hubungan atau berafiliasi
Misalnya menjalin pertemanan atau persahabatan.
Kebutuhan berkuasa
Misalnya kekuasaan untuk memerintah orang lain,atau kekuasaan untuk menentukan
kebijakan.
2. Process theories: berfokus pada bagaimana (proses) tingkah laku itu ditingkatkan.Proses
motivasi biasanya diawali dengan kebutuhan yang merefleksikan beberapa kekurangan
sebagai individu.
Teori yang mendukung:
a) Teori Kewajaran (Keadilan)
Adalah bahwa karyawan membandingkan usaha mereka dan imbalan yang
diterimannya dengan imbalan yang diterima karyawan lainnya dalam situasi kerja
yang sama. Ada empat ukuran penting dalam teori ini:
Orang yaitu individu yang merasakan diperalakukan adil atau tidak adil.

Perbandingan dengan orang lain yaitu setiap kelompok atau orang yang digunakan
oleh seseorang sebagai pembanding rasio masukan (input) atau perolehan

(outcome).
Masukan (input) yaitu karakteristik individual yang dibawa ke pekerjaan,seperti

keahlian, pengalaman,umur,jenis kelamin


Perolehan (outcome) yaitu segala sesuatu yang diterima seseorang dari pekerjaan
misalnya penghargaan, tunjangan upah dan lain-lain.

b) Teori Pengharapan
Teori ini mencakup konsep-konsep dasar sebagai berikut:
Hasil tingkat pertama yang di peroleh dari perilaku adalah hasil yang berkenaan
dengan

pelaksanaan

pekerjaan

itu

sendiri,

misalnya

produktivitas,mutu

pekerjaan,tingkat kehadiran dan lain lain.


Instrumentalitas adalah kadar keyakinan seseorang bahwa hasil tingkat pertama

akan menghasilkan hasil tingkat kedua.


Valensi adalah kekuatan keinginan seseorang untuk mencapai hasil tertentu, baik

ini menyangkut hasil tingkat pertama maupun tingkat kedua.


Harapan berkaitan dengan keyakinan seseorang mengenai kemungkinan suatu

perilaku tertentu perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil tertentu.


c) Teori Penguatan
Teori
penguatan
menyangkut
ingatan
orang
mengenai

pengalaman

stimulus,respons,dan konsekuensi.
d) Penyusunan Tujuan
Dalam teori ini sifat-sifat dalam penetapan tujuan adalah :
Keterincian tujuan yaitu tingkat ketetapan kuantitatif tujuan tersebut
Kesukaan tujuan yaitu tingkat keahlian atau tingkat prestasi yang ingin di capai.
Intesitas tujuan yang menyangkut proses menentukan bagaimana tujuan dapat

6.

tercapai
Komitmen tujuan yaitu kadar usaha yang dilakukan untuk mencapoai tujuan

Teori Z
Teori ini dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan
dari teori Y dari McGregor (1460) dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis.
Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan
pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada keamanan pekaryaan, promosi yang
lambat, dan pendekatan yang holistik terhadap staf.

7.

Teori Interaktif

Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai
suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secara
dinamis. Asumsi teori ini adalah sebagai berikut :
I.

Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka mempunyai

II.
III.
IV.

motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekaryaan


Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu
Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula
Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang harus

V.
8.

diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi


Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi

Teori yang harus dimiliki manajer keperawatan


Seorang manejer dituntut untuk memiliki kompetensi yang meliputi pengetahuan,

keterampilan dan etika.Pengetahuan yang meliputi bidang teknis dan bidang manejerial.
Seorang manejer harus memahami proses bisnis yang dipimpinnya dan mempunyai
pengetahuan tentang bidang manejerial agar mampu menjalankan industry atau perusahaan
dengan baik. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan non
formal.Selain engetahuan, seorang manajer harus mempunyai keterampilan atau skill baik
dalam

bidang

teknis

maupun

keterampilan

dalam

mengelola

industry

atau

perusahaannya.Selain pengetahuan dan keterampilan, seorang manejer juga ituntut untuk


memiliki etika profesi dalam menjalankan bisnis sesuai kaidah atau hokum dan aturan yang
berlaku.
Setiap jenjang manajemen membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang
berbeda.Manejer puncak lebih membutuhkan kemampuan konseptual dibandingkan
kemampuan teknis. Manejer menengah membutuhkan kemampuan konseptual dan teknis
secara berimbang, sedangkan manejer tingkat bawah lebih membutuhkan keterampilan
teknis. Ketiga manejer tersebut membutuhkan kemampuan hubungan manusiawi yang kurang
lebih sama besarnya. Dengan kemampuan yang baik diharapkan seorang manejer mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga tujuan perusahaan atau industry yang
tercantum dalam visi dan misi dapat tercapai dengan baik. Kompetensi manajer dapat
dikelompokan menjadi:
1. Management skill
Kemampuan manajemen merupakan kemampuan dalam menerapkan fungsi-fungsi
maanjemen (Planning, organizing, actuating, staffing, coordinating, commanding,
budgeting and controlling) dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul.

2. Technical Skill,
kemmpuan teknis merupakan kemampuan dalam menggunakan alat, ermasuk alat bantu
(Tools), menerapkan prosedur operasional standard an pengetahuan teknis yang berkaitan
dengan bidang kerja. Manajer harus memiliki keahlian yang cukup dalam bidang
kerjanya.
3. Human Skill,
kemampuan manusiawi merupakan emampuan untuk bekerjasama dengan orang lain dan
memotivasi orang lain baik sebagai individu maupun kelompok.
4. Conceptual skills,
kemampuan konseptual merupakan kemampuan untuk mengkordinasi dan memadukan
berbagai kepentingan dan kegiatan didalam perusahaan atau industry manajer harus
mempunyai konsep yang jelas, terarah, terukur untuk menjalankan industry tersebut.
Oleh karena itu manajer tidak akan lepas dari pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan berangkat dari masalah atau kescempatan. Pengambilan keputusan pad dasarnya
memilih alternative yang terbaik dari serangkaian alternative yang ada. Ada dua tipe
keputusan yaitu keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram keputusan tidak
terprogram untuk memecahkan masalah yang tidak muncul secara rutin sedangkan keputusan
yang terprogram untuk memecahkan masalah secara rutin.Dalam pengambilan keputusan
situasi yang dihadapi oleh seorang manajer dapat bervariasi dari kondisi yang pasti sampai
kondisi yang tidak pasti.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak


dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu
sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan
dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki
orang lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).

B. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin
diri sendiri. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya
adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/7130888/TUGAS_MANAJEMEN_KEPERAWATAN_TEORITEORI_KEPEMIMPINAN_DAN_GAYA_KEPEMIMPINAN_
Nursalam.2002.Manajemen

Keperawatan;

Aplikasi

pada

praktek

perawatan

profesional.Jakarta: Salemba Medika


Djoko Wiyono ( 1997 ), Manajemen kepemimpinan
Airlangga University Press, Surabaya.

Wiyono, Djoko.1997.Manajemen
Airlangga University Press

kepemimpinan

dan

dan

organisasi kesehatan,

organisasi kesehatan.Surabaya:

Anda mungkin juga menyukai