Lapkas Cholelithiasis
Lapkas Cholelithiasis
Lapkas Cholelithiasis
CHOLELITHIASIS
DISUSUN OLEH :
FANNY MUSLIM
110100017
SARAH CHAIRANI
110100169
GERHARD TAMPUBOLON
110100088
SWAPNA CHANDRASEGARAN
110100380
110100426
110100362
MUKHAMAD FARIED
110100351
110100189
DEVINA MONICA
110100113
110100153
ii
Halaman Judul..........................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
Bab 1 Tinjauan Pustaka..........................................................................................................
1.1 Anatomi Prostat..................................................................................................................
1.2. Definisi...............................................................................................................................
1.3. Epidemiologi......................................................................................................................
1.4. Etiologi ..............................................................................................................................
1.5. Faktor Risiko......................................................................................................................
1.6. Patofisiologi.......................................................................................................................
1.7. Manifestasi Klinis..............................................................................................................
1.8. Diagnosis............................................................................................................................
1.9. Penatalaksanaan...............................................................................................................
Bab 2 Status Pasien...............................................................................................................
Bab 3 Kesimpulan................................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kolelitiasis adalah salah satu dari penyakit gastrointestinal yang paling sering di
jumpai di praktek klinik. Penelitian dengan ultrasonografi menunjukkan bahwa
60-80% pasien batu empedu adalah asimtomatik. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pasienpasien yang asimtomatik akan kambuh dan memperlihatkan
gejala-gejala pada sebanyak 1-2% per tahun follow up. Manifestasi klinik dari
batu empedu dapat berupa nyeri episodik (kolik bilier), inflamasi akut di
kandung empedu (kolesistitis akut) atau saluran empedu (kolangitis akut),
komplikasikomplikasi akibat migrasi batu empedu ke dalam koledokus seperti
pankreatitis, obstruksi saluran empedu yang dapat mengganggu fungsi hati
yakni ikterus obstruktif sampai sirosis bilier. Tidak semua batu empedu
memerlukan tindakan untuk mengeluarkannya. Ada beberapa faktor yang
menentukan bagaimana penatalaksanaannya antara lain lokasi batu tersebut,
ukurannya dan manifestasi kliniknya. Kemajuan-kemajuan yang pesat di bidang
iptek kedokteran pada dua dekade ini terutama kemajuan di bidang pencitraan
(imaging), endoskopi diagnostik dan endoskopi terapetik membawa perubahan
yang sangat mendasar dalam penatalaksanaan batu empedu.
Pada masa-masa yang lalu kira-kira sebelum tahun delapan puluhan, sarana
diagnostik imejing untuk batu empedu hanya dari foto polos abdomen,
iv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Kolelitiasis atau dikenal sebagai penyakit batu empedu merupakan penyakit
yang di dalamnya terdapat batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu atau pada kedua-duanya.
2.2. ANATOMI
Kandung empedu (vesika felea), yang merupakan organ berbentuk seperti buah
pir, berongga dan menyerupai kantong dengan panjang 7,5 hingga 10 cm,
terletak dalam suatu cekungan yang dangkal pada permukaan inferior hati oleh
jaringan ikat yang longgar. Dinding kandung empedu terutama tersusun dari
otot polos. Kandung empedu dihubungkan dengan duktus koledokus lewat
duktus sistikus. Kandung empedu memiliki bagian berupa fundus, korpus, dan
kolum. Fundus berbentuk bulat, berujung buntu pada kandung empedu sedikit
memanjang di atas tepi hati.
Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum adalah bagian
sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan duktus sistika.
vi
Empedu yang disekresikan dari hati akan disimpan sementara waktu dalam
kandung empedu. Saluran empedu terkecil yang disebut kanalikulus terletak
diantara lobulus hati. Kanalikulus menerima hasil sekresi dari hepatosit dan
membawanya ke saluran empedu yang lebih besar yang akhirnya akan
membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan duktus sistikus
dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus koledokus (common
bile duct) yang akan mengosongkan isinya ke dalam intestinum. Aliran empedu
ke dalam intestinum dikendalikan oleh sfingter oddi yang terletak pada tempat
sambungan (junction) dimana duktus koledokus memasuki duodenum.
2.3. EPIDEMIOLOGI
Penyakit batu empedu (cholelithiasis) sudah merupakan masalah kesehatan
yang penting di negara barat sedangkan di Indonesia baru mendapatkan
perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih terbatas.
Dalam Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES
III), prevalensi cholelithiasis di Amerika Serikat pada usia pasien 30-69 tahun
adalah 7,9% pria dan 16,6% wanita, dengan peningkatan yang progresif setelah
20 tahun. Sedangkan Asia merupakan benua dengan angka kejadian
cholelithiasis rendah, yaitu antara 3% hingga 15% , dan sangat rendah pada
benua Afrika, yaitu kurang dari 5%.
Insidensi cholelithiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang
dewasa dan usia lanjut. Sebagian besar cholelithiasis tidak bertanda dan
bergejala. Sedangkan di Indonesia angka kejadian cholelithiasis tidak jauh
berbeda dengan angka kejadian di negara lain di Asia Tenggara, dan sejak tahun
1980 cholelithiasis identik dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Di negara barat 10-15% pasien dengan batu vesica fellea juga disertai batu
saluran empedu. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk
primer di dalam saluran empedu intra atau ekstra hepatik tanpa melibatkan
vii
vesica fellea. Batu saluran empedu primer banyak ditemukan pada pasien di
wilayah Asia dibandingkan dengan pasien di negara barat
Tindakan kolekistektomi termasuk salah satu tindakan bedah digestif yang
paling sering dilakukan. Sekitar 5,5 juta penderita batu empedu ada di Inggris
dan 50.000 kolesistektomi dilakukan setiap tahunnya. Kasus batu empedu
sering ditemukan di Amerika, yaitu pada 10 sampai 20% penduduk dewasa.
Setiap
tahun
beberapa
ratus
ribu
penderita
ini
menjalani
2.4. Etiologi
Penyebab dan faktor resiko terjadinya batu empedu masih belum diketahui
secara pasti. Diduga penyebab batu kandung empedu adalah idiopatik, penyakit
hemolitik, dan penyakit spesifik non-hemolitik.Pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal, pembentukan batu empedu terjadi karena adanya
peningkatan saturasi kolesterol bilier. Kegemukan merupakan faktor yang
signifikan untuk terjadinya batu kandung empedu. Pada keadaan ini hepar
memproduksi kolesterol yang berlebih, kemudian dialirkan ke kandung empedu
sehingga konsentrasinya dalam kandung empedu menjadi sangat jenuh.
Keadaan ini merupakan faktor predisposisi terbentuknya batu. Orang dengan
usia lebih dari 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan
viii
dengan orang yang usia lebih muda. Hal ini terjadi akibat bertambahnya sekresi
kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam empedu. Selain itu adanya
proses aging, yaitu suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika latin (20-40%)
dan rendah di negara Asia (3-4%). Di Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20
juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan
angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada lakilaki di atas umur empat puluhan. Berdasarkan jenis batu yang terbentuk, faktor
yang mempengaruhi terbentuknya batu berbeda-beda. Kondisi-kondisi yang
menjadi faktor predisposisi terbentuknya batu pigmen adalah penyakit
hemolitik yang kronik, pemberian nutrisi parenteral total, kolestasis kronik dan
sirosis dan pemberian obat (cefriaxone). Sedangkan faktor predisposisi
terbentuknya batu pigmen coklat adalah adanya infestasi parasit seperti
Ascharis lumbricoides.
Untuk batu kolesterol, faktor resiko terjadinya batu kolesterol adalah
kegemukan, reseksi ileum, penyakit Chorns ileal dan fibrosis kistik. Jadi dari
beberapa sumber di atas penyebab dan faktor resiko terjadinya batu pada
kandung empedu (kolelitiasis) adalah penyakit hemolitik dan penyakit spesifik
nonhemolitik, anak yang mendapat nutrisi parenteral total dalam waktu yang
lama, wanita dengan usia lebih dari 40 tahun dan menggunakan kontrasepsi
hormonal, kegemukan, dan makanan berlemak.
ix
jenis gejala: gejala yang disebabkan oleh penyakit kandung empedu itu sendiri
dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada jalan perlintasan empedu oleh batu
empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrium,
seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan
atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi bila individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng. Gejala yang
mungkin timbul pada pasien kolelitiasis adalah nyeri dan kolik bilier, ikterus,
perubahan warna urin dan feses dan defisiensi vitamin. Pada pasien yang
mengalami nyeri dan kolik bilier disebabkan karena adanya obstruksi pada
duktus sistikus yang tersumbat oleh batu empedu sehingga terjadi distensi dan
menimbulkan infeksi. Kolik bilier tersebut disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadran kanan atas, pasien akan mengalami mual dan muntah dalam beberapa
jam sesudah mengkonsumsi makanan dalam posi besar. Gejala kedua yang
dijumpai pada pasien kolelitiasis ialah ikterus yang biasanya terjadi pada
obstruksi duktus koledokus. Salah satu gejala khas dari obstruksi pengaliran
getah empedu ke dalam duodenum yaitu penyerapan empedu oleh darah yang
membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning sehingga terasa gatalgatal di kulit. Gejala selanjutnya terlihat dari warna urin yang berwarna sangat
gelap dan feses yang tampak kelabu dan pekat. Kemudian gejala terakhir
terjadinya defisiensi vitamin atau terganggunya proses penyerapan vitamin A,
D, E dan K karena obstruksi aliran empedu, contohnya defisiensi vitamin K
dapat menghambat proses pembekuan darah yang normal.
Mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran
terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri
di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri
lainnya adalah kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan
kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan
perlahan-lahan tetapi pada beberapa kasus timbul tiba-tiba. Lebih kurang
seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan
antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada
waktu menarik nafas dalam.
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dengan punctum
maksimum di daerah letak aantomi kandung empedu. Tanda Murphy positif
apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena
kandung empedu yang meradang tersentuh ujjung jari tangan pemeriksa dan
pasien berhenti menarik nafas.
3) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Kolelitiasis yang asimptomatik umumnya tidak menunjukkan kelainan
laboratorik. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis.
b) Pencitraan
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifitas dan sensitivitas yang tinggi
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatic maupun ekstrahepatik. Dengan ultrasonografi juga dapat dilihat
didnding kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau edema karena
peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada ductus koledokus distal
kadang sulit dideteksi karena terhalang udara di dalam usus. Dengan
ultrasonografi, punctum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang
gangrene lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.
Foto polos perut biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi
dapat dilihat pada foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu
yang membesar atau hydrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa
xi
jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus
besar, di fleksura hepatica.
CT-Scan tidak lebih unggul daripada ultrasonografi untuk mendiagnosis
kolelitiasis. Cara ini berguna untuk membantu diagnosis keganasan pada
kandung empedu yang mengandung batu, dengan ketepatan sekitar 70-90%.
Foto Rontgen dengan kolangiopankreatikografi endosjopi retrograd (ERCP) di
papila Vater atau melalui kolangigrafi transhepatik perkutan (PTC) berguna
untuk pemeriksaan batu di ductus koleduktus.
Manifestasi Klinis
Batu empedu tidak menyebabkan keluhan penderita selama batu tidak
masuk ke dalam duktus sistikus atau duktus koledokus. Bilamana batu itu
masuk ke dalam ujung duktus sistikus barulah dapat menyebabkan keluhan
penderita. Apabila batu itu kecil, ada kemungkinan batu dengan mudah dapat
melewati duktus koledokus dan masuk ke duodenum. Batu empedu mungkin
tidak menimbulkan gejala selama berpuluh tahun. Gejalanya mencolok: nyeri
saluran empedu cenderung hebat, baik menetap maupun seperti kolik bilier
(nyeri kolik yang berat pada perut atas bagian kanan) jika ductus sistikus
tersumbat oleh batu, sehingga timbul rasa sakit perut yang berat dan menjalar ke
punggung atau bahu. Mual dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan
kolik biliaris. Sekali serangan kolik biliaris dimulai, serangan ini cenderung
makin meningkat frekuensi dan intensitasnya. Gejala yang lain seperti demam,
nyeri seluruh permukaan perut, perut terasa melilit, perut terasa kembung, dan
lain-lain.
xii
a. Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat,
20 % wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu empedu. Semakin meningkat
usia, prevalensi batu empedu semakin tinggi. Hal ini disebabkan:
b. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade
ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita batu empedu dan prevalensinya
meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada wanita.
c. Berat badan (BMI).
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan.
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani
berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari
lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas
normal, cairan empedu dapat mengendap dan lama
xiii
kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang
cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Aktifitas fisik.
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
2.7. Patofisiologi
Mayoritas batu empedu (80-90%) yang terbentuk di dalam kantong
empedu terdiri dari kolesterol (70%) di matriks pigmen empedu, kalsium dan
glikoprotein Selain kolesterol murni dan campuran batu, pigmen batu jugak
ditemukan. Batu pigmen coklat terkait dengan infeksi pada saluran empedu dan
lebih sering di Asia. Batu pigmen hitam terdiri dari kalsium bilirubinate dan
xiv
ditemukan pada anemia hemolitik atau haematopoiesis yang tidak efektif dan
pada pasien dengan cystic fibrosis.7
Untuk pembentukan kolesterol batu kandung empedu, ada tiga
mekanisme yang penting yaitu: 7
a) Supersaturasi kolestrol
b) Hipomotilitas kandung empedu
c) Pembentukan inti kolesterol
Supersaturasi kolesterol
Secara normal, komposisi empedu terdiri atas 70 % garam
empedu, 22% fosfolipid (terutama lesitin), 4% kolesterol, 3% protein,
dan 0,3% bilirubin.18 Terbentuknya batu empedu tergantung dari
keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin
tinggi kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu,
akan membuat kondisi di dalam kandung empedu jenuh akan kolesterol
(supersaturasi kolesterol). Kolesterol disintesis dihati dan diekskresikan
dalam bentuk garam empedu. Dengan meningkatnya sintesis dan sekresi
kolesterol, resiko terbentuknya empedu
juga meningkat. Penurunan berat badan yang terlalu cepat (karena hati
mensintesis kolesterol lebih banyak), maka esterogen dan kontrasepsi
(menurunkan sintesis garam empedu) menyebabkan supersaturasi
kolesterol.
xv
2.8. Penatalaksanaan
Terapi batu empedu bergantung pada tahapan penyakit, yaitu lithogenic
state, batu empedu asimtomatik, dan batu empedu simtomatik. Terapi
medikamentosa digunakan secara tunggal atau kombinasi, diantaranya adalah
terapi garam empedu oral (ursodeoxycholic acid), disolusi kontak, dan
extracorporeal shockwave lithotripsy.8
xvi
diantaranya
adalah
sirosis,
hipertensi
portal,
kandidat
2.9. Komplikasi
Berbagai
komplikasi
yang
dapat
diakibatkan
oleh
kolelitiasis,
diantaranya adalah Ileus batu empedu. Ileus batu empedu merupakan obstruksi
intestinal mekanik yang diakibatkan impaksi batu empedu yang bermigrasi dari
kandung empediu ke intestinal. Hal ini terjadi pada 1-3% dari semua penyebab
obstruksi intestinal. Insidennya meningkat hingga 25% pada pasien dengan usia
lebih dari 65 tahun. Wanita lebih sering mengalami hal ini daripada laki-laki
dengan rasio 4:1. Angka mortalitas ileus batu empedu berkisar 12-18%. Faktorfaktor yang mengkontribusi tingginya angka tersebut adalah meningkatnya
umur, penyakit penyerta, gejala yang lambat muncul, dan keterlambatan
intervensi.9
2.10. Prognosis
xvii
xviii
BAB 2
STATUS PASIEN
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Rosmawati Ginting
Usia
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Alamat
Tanggal Masuk
: 07 Maret 2016
ANAMNESIS
Keluhan utama
Telaah
tersusuk-tusuk
dan
menjalar
hingga
: tidak jelas
RPO
: tidak jelas
xix
III.
STATUS PRESENS
Sensorium
: Compos Mentis
Keadaan Umum
: Baik
IV.
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 65 x/i
Pernafasan
: 20 x/i
Suhu
: 36,6C
PEMERIKSAAN FISIS
Kepala
Mata
: simetris fusiformis
Palpasi
Perkusi
: simetris, soepel
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas :
V.
Superior
Inferior
PEMERIKSAAN PENUNJANG
xx
SATUAN
HASIL
RUJUKAN
gr%
105/mm3
103/mm3
%
103/mm
Fl
Pg
g%
%
fL
%
fL
11.7
4.86
10.250
35
309
78
26.4
33.7
12.2
9.9
0.300
10.9
13.2-17.3
4.20 4.87
4.5 11.0
43 49
150 450
85 95
28 32
33 35
11.6 14.8
7.0 10.2
0.100-0.500
10.0-18.0
%
%
%
%
%
103/l
103/l
103/l
103/l
103/l
66.30
25.90
6.50
1.10
0.20
6.80
2.66
0.67
0.11
0.02
37 80
20 40
28
16
01
2.7 6.5
1.5 3.7
0.2-0.4
0 0,10
0 0,1
Detik
Detik
18.6
14.00
1.32
Detik
Detik
31.8
32.9
Detik
Detik
14.0
18.0
xxi
Albumin
g/ dL
3.5
SGOT/AST
U/L
16
SGPT/ALT
U/L
19
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu)
mg/ dL
GINJAL
BUN
mg/dL
Ureum
mg/dL
Kreatinin
mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium (Na)
mEq/L
Kalium (K)
mEq/L
Klorida (Cl)
mEq/L
3.5-5.0
P: <40
W:
<32
P: <41
W:
<33
151
<200
19
41
0.68
10-20
21 43
0.6 - 1.1
141
3.2
105
135 155
3.6 - 5.5
96 106
adnexa N
VI.
DIAGNOSIS SEMENTARA
Cholelithiasis
VII.
PENATALAKSANAAN
xxii
Diet MB
BAB 3
KESIMPULAN
Pasien, RG, perempuan berusia 50 tahun, datang ke IGD karena nyeri
pada perut kanan atas. Pasien didiagnosa dengan Cholelithiasis.
DAFTAR PUSTAKA
http://