Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pengelolaan Pasien Keracunan

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

FARMAKOLOGI KERACUNAN

Oleh
dr. Siti Kemala Sari, M.Biomed

TOKSIKOLOGI
Mengkaji efek merugikan berbagai
bahan kimia dan fisik terhadap
manusia akibat paparan berbagai
macam obat dan unsur kimia
tersebut.

TOKSISITAS
Adalah kemampuan bahan kimia untuk

menyebabkan kerusakan (injury) pada


tubuh
Kerusakan terjadi tergantung pada jumlah

unsur kimia yang terabsorpsi (besar


paparan dan dosis) dan lama kontak

BAHAYA
Kemungkinan kejadian kerusakan
pada suatu situasi atau tempat
tertentu, kondisi penggunaan dan
kondisi paparan menjadi
pertimbanagn utama

RESIKO
Kekerapan kejadian yang diprediksi
dari suatu efek yang tidak diinginkan
akibat paparan berbagai bahan
kimia atau fisik.

Keracunan akut terjadi karena


mengkonsumsi obat secara overdosis.
Meski paparan serius, keracunan
jarang sekali berakibat fatal bila
korban mendapat perawatan medis
segera dan perawatan suportif yang
baik.

Faktor yang mempengaruhi


bahan kimia menjadi toksik
bagi tubuh :
Waktu tubuh terpapar bahan kimia
Dosis/ konsentrasi bahan kimia
Rute pemaparan bahan kimia
Formulasi dari bahan kimia

Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat


racun
Terjadinya keracunan ditentukan oleh
dosis dan cara pemberian.
Paracelcus (1564) :
Dosis menentukan apakah suatu zat
Kimia adalah racun (dosis sola facit
Venenum).

Bahan kimia masuk ke


tubuh melalui :
1. Kulit : insektisida, pelarut organik
2. Inhalasi
3. Injeksi

FAKTOR YANG MENENTUKAN


TOKSISITAS
LD 50
EFEK SAMPING
KECEPATAN TIMBULNYA EFEK

LD 50
Dosis yang dapat menyebabkan
kematian pada 50% binatang
percobaan dalam spesies yang sama
setelah terpapar suatu zat dalam
waktu tertentu.

ED50
Adalah dosis yang dapat
menimbulkan efek pada 50 %
binatang percobaan.

INDEKS TERAPI = LD 50 / ED 50
MAKIN BESAR MAKIN AMAN
URUTAN TOKSISITAS DITINJAU
DARI RUTE PEMBERIAN:
IV > INHALASI > IP > SC > IM >
INTRA DERMAL > ORAL > TOPIKAL

TOKSIKOKINETIKA
Merujuk pada absorpsi, distribusi,
ekskresi dan metabolisme toksin,
dosis toksin dari bahan teraupetika
dan metabolitnya

TOKSIKODINAMIKA
Merujuk pada berbagai efek
kerusakan unsur tersebut pada
fungsi vital.

Aspek khusus
Toksikokinetika
VOLUME DISTRIBUSI
Volume nyata distribusi suatu substansi
Dihitung dari dosis yang diberikan dan
konsentrasi plasma yang dihasilkan.
Bila daya ikat suatu zat kimia terhadap
jaringan tinggi maka konsentrasi plasma turun
dan volume distribusinya menjadi sangat
besar.

Volume distribusi yang


besar
Menunjukan bahwa obat tsb tidak
mudah mencapai ukuran yang
ditujukan untuk memurnikan darah,
seperti hemodialisa
Vd besar : > 5-10L/kg
Vd kecil : < 1L/kg

OBAT DENGAN VOLUME DISTRUSI BESAR:


antidepresan, phenothiazin, propranolol
dan verapamil
OBAT DENGAN VOLUME DISTRIBUSI
KECIL:
theophilin, salisilat,phenobarbital,
lithium dan phenitoin.

Klirens
Suatu ukuran volume plasma yang
dibersihkan dari obat persatuan unit waktu.
Mekanisme keseluruhan kliren obat:
- ekskresi oleh ginjal
- metabolisme oleh hati
- eleminasi melalui keringat, feses dan
udara ekspirasi

Klirens
Dalam merencanakan strategi
detoksifikasi , penting untuk mengetahui
kontribusi setiap organ terhadap klirens
keseluruhan.
Jika suatu obat dibersihkan 95% oleh
metabolisme hati dan hanya 5% oleh
ekskresi ginjal peningkatan yang luar
biasa konsentrasi toksin di urin hanya
mempunyai efek yang kecil terhadap
keseluruhan eleminasi.

Overdosis dari suatu obat dapat


mengubah proses farmakokinetika umum
Penghancuran tablet dan waktu
pengosongan lambung mungkin berubah
sehingga absorbsi dan efek puncak toksin
dapat tertunda
Obat dapat melukai saluran cerna
sehingga mengubah absorbsi.

Jika kapasitas hati memetabolism


obat sudah melewati kemampuan,
maka akan lebih banyak obat akan
ditranspor ke sirkulasi kapasitas
ikatan protein berlebihan obat
bebas dan efek toksin lebih besar

Pada keadaan overdose, konsentrasi

plasma sangat tinggi, dan metabolisme


normal sudah mencapai titik jenuh,
maka kadar eleminasi akan menjadi
tetap (kinetika orde nol)
Perubahan ini menunjukan kenyataan

perpanjangan waktu paruh serum dan


peningkatan toksisitas.

Efek toksik pada tubuh :


1. Lokal : bahan yang bersifat korosif,
iritatif
2. Sistemik : terjadi setelah bahan
kimia masuk, diabsobsi dan
didistribusikan ke seluruh tubuh.

Konsentrasi bahan berbahaya tidak

selalu paling tinggi dalam target organ


(co: target organ methyl merkury
adalah otak, tapi konsentrasi tertinggi
adalah di hati dan ginjal
DDT target organnya SSP tapi

konsentrasi tertingginya jaringan lemak.

Pengelolaan pertama terhadap


pasien keracunan
Airway clear dibersihkan dari muntahan
atau hambatan apapun, bila perlu ETT
terpasang
Breathing bila pernafasan terganggu korban
boleh diintubasi atau beri ventilasi mekanis
Circulation dinilai terus menerus. IV line
terpasang.
Disability Perubahan status mental
infus dekstrosa konsentrasi. Dewasa 25 gr
(50ml dari cairan dekstrosa 50%) anak-anak
0,5gr/kgBB (2ml/kgBB dari dekstrosa 25%).

1. Menjaga agar fungsi vital tetap ada


2. Menghindari absorbsi racun lebih lanjut
3. Jika penyebab keracunan sudah
diketahui , bila tersedia antidotum ,
antidot harus segera diberikan
4. Mempercepat eleminasi racun
5. Menormalkan kembali fungsi tubuh yang
terganggu.

Pemeriksaan riwayat dan


fisik
Pernyataan lisan tentang jumlah dan
jenis obat yang dikonsumsi.
Evaluasi tanda-tanda vital
Periksa mata, mulut, kulit, abdomen ,
sistem syaraf.

CARA PENANGANAN

PENCUCIAN/LAVAGE
EMESIS
ADSORBENT
KATARTIK
DEMULSEN
DEKONTAMINASI TOPIKAL
MENINGKATKAN ELIMINASI ZAT TOKSIK
ANTIDOTUM

EMESIS
JIKA RACUN MASIH DI SAL.CERNA
SIRUP IPECAC
APOMORFIN
ALTERNATIF LAIN
LARUTAN SABUN
RANGSANGAN MEKANIK
KI: OBAT KONVULSAN
TDK SADAR/REFLEKS MENELAN
PENYAKIT CARDIOVASKULAR
EMPISEMA

ADSORBEN
JIKA RACUN DAPAT DIABSORPSI

KARBON AKTIF
KAOLIN
PEKTIN
ATALPUGIT
KOLESTIRAMIN
ABSORBSI < :TOLBUTAMID, ZAT TDK
LARUT AIR

KATARTIK
JIKA DIDUGA ZAT TOKSIK SUDAH MSK USUS

MgSO4
Mg SITRAT
Na SULFAT
Na FOSFAT
SORBITOL
Sebagai pencahar

Dekontaminasi
Sebaiknya dimulai bersamaan
dengan stabilisasi awal, uji
diagnostik, dan evaluasi hasil
laboratorium.
Melibatkan pengeluaran toksin
dari kulit atau saluran cerna.

Dekontaminasi kulit
Pakaian yang terkontaminasi
ditanggalkan secara keseluruhan
analisa laboratorium
Cuci kulit yang terkontaminasi
dengan sabun dan air

Dekontaminasi saluran
cerna
PENGOSONGAN ISI PERUT DENGAN
EMESIS pada keracunan makanan
(ipecac) dan tidak digunakan pada agen
korosif, KUMBAH LAMBUNG dilakukan
jika pasien sadar dengan saline 0,9%,,
ARANG AKTIF luasnya permukaan
mengabsorpsi banyak racun,DAN
KATARTIKA atau laksatif :
mempercepat eleminasi toksin dari
saluran cerna dan mengurangi absorpsi.

ANTIDOTUM
Adalah zat yang memiliki daya kerja
bertentangan dengan racun dapat
mengubah sifat kimia racun atau
mencegah absorbsi racunn.

Mekanisme kerja antidotum:


1. Membentuk senyawa komplek dengan
racun
Dimerkaprol, EDTA, penisilamin, dikobal
edetat dll
2. Mempercepat detoksifikasi racun : natrium
tiosulfat
3. Berkompetisi dengan racun dalam interaksi
dengan reseptor: oksigen, nalokson
4. Blokade reseptor esensial : atropin

Mekanisme kerja
antidotum :
5. Efek antidot melampaui efek racun :
oksigen, glukagon
6. Mempercepat pengeluaran racun:
7. Absorbsi racun : karbon aktif
8. Menghambat absorbsi racun :
MgSO4

ANTIDOTUM

Receptor ( naloxone pada opioid)


Enzym (Neostigmine pada Atropine)
Displacement ( oxygen pada CO )
Replenishment (Acetylcysteine pada
Paracetamol)
Binding to the poison including
chelation
(Dimercaprol in Arsenic
,Lead ,Mercury).

racun

antidotum

keterangan

Acetaminofen

Asetilsistein

terbaik dalam 8-10


jam pasca overdose
setelah tes fungsi
hati dan kadar
darah
asetaminofen.

Antikolinesterase,
organofosfat,
karbamat

Atropin

Dosis uji 1-2 mg


( anak
0,05mg/kgBB) IV
sampai timbul
gejala atropinisme
(takikardi, pupil
dilatasi, ileus) dapat
diulang 10-15 menit

Antidepresan
trisiklik, quinidine

Bikarbonat, sodium Bolus IV 1-2meq/kg

Penyakat kanal
kalsium, fluoride

kalsium

Mulai 15mg/kgBB IV

Garam besi

Deferoxamine

15mg/kgBB IV urine
dapat menjadi
merah muda

RACUN

ANTIDOTUM

KETERANGAN

Glikosida jantung

Antibodi digoksin
(digibind))

1 vial mengikat digoksin


0,5mg

Methanol,
ethylene glicol

ethanol

Teofilin,caffein,
metaproterenol

esmolol

Infus 25-50 g/kg/menit


IV

Benzodiazepin

Flumazenil

Dewasa 0,2mg IV
diulang seperlumya
sampai maksimum 3mg

Penyakat
adrenoreseptor
beta

Glukagon

Bolus IV 5-10 mg , dapat


menyebabkan muntah

Racun

Antidotum

Keterangan

Obat narkotik,
ketururnan opioid

Naloxon (narcan)

CO

O2

Antikolinergik,
antimuskarinik,
tidak untuk anti
depresan

Phisostigmine
salisilate

Inhibitor
kolinesterase
organofosfat

Pralidoxime

Dewasa 1 gr IV, diulang


tiap3-4 jam seperlunya.
Dosis anak 250mg.

Methanol,
ethylene glycol

Flomepizole

15mg/kg diulang tiap 12


jam. Lebih
menyenangkan dan
mudah digunakan.

1-2mg awali dengan


injeksi IV,IM,SC
Berikan O2 100%
dengan masker aliran
tinggi
Dewasa0,5-1 mg IV
secara perlahan

Metode peningkatan
eleminasi toksin
DIALISIS PERITONEUM
Sederhana tapi tidak cukup efisien
HEMODILISIS
lebih efisien, membantu memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit, juga
membantu penyingkiran metabolik toksik
HEMOPERFUSI
diperlukan antikoagulan sistemik untuk
mencegah pembekuan darah.

Indikasi hemodialisis (HD) dan


hemoperfusi (HP)
Dapat diindikasikan tergantung derajat
intoksikasi atau konsentrasi darah.
Carbamazepin (HP)
- Metformin (HD)
Ethylene glycol (HD)
- Phenobarbital
(HP)
Lithium (HD)
- Salisilat (HD)
Methanol (HD)
- Theopilin (HP/HD)
Meprobamat (HP)
- Valproic acid (HD)
Procainamide (HD/ HP)

TIDAK DIINDIKASIKAN HD/HP


(TIDAK EFEKTIF)
Amfetamin

- opioid

Benzodiazepin

- Propanolol

Kalsium channel bloker

- Quinidin

Clorpromazin/ antipsikotik lain


Antidepresan trisiklik
Metaprolol

- digoksin
-

Diuresis paksa dan manipulasi


pH urin
Mungkin dapat menyebabkan ketidaknormalan
elektrolit tidak dianjurkan.
Eleminasi ginjal pada beberapa kasus dapt
ditingkatkan dengan perubahan pH urine.
Contoh: alkalinisasi urine :sangat bermanfaat
pada keracunan salisilat
pengasaman: bermanfaat pada
keracunan amfetamin dan
peniciclidine.
Mungkin memperburuk komplikasi ginjal.

ASPIRIN TOXICOSIS
EFEK TOKSIK:
- HAMBATAN AGREGASI TROMBOSIT
- METABOLIK ACIDOSIS
- RENAL DISEASE
- GASTRIC ULCERASI

DOSIS TOXIC:
- ANJING : 30 MG /KG/HR
- KUCING : 25 MG/KG/HR
(ANAK : 81 MG
REG : 325- 500 MG)
GEJALA:-AKUT:
DEPRESI, ANOREKSI,
HIPERPIREXIA, VOMIT, ATAKSIA,
COMA, MATI

KRONIK:
GASTRIK ULCER, PERFORASI,
HEPATOTIKSIK, SUPRESI SSTL
TREATMENT
1. 6-12 JAM : EMETIK,GASTRIC
LAVAGE,
ACTIVATED CHARCOAL, SALINE
CATARTIK
2. DIURESIS : DIURETIK KUAT

ANTICOAGULANT
MEKANISME KERJA : -INHIBITOR ENZIM SINTESIS VIT K
- INHIBITOR FACTOR COAGULATIONPRODUKSI VIT K
TOXIC DOSE
* ANJING : 5-300 MG/KG
(1-5 MG/KG/HR 5-15 HR)
* KUCING: 5-30 MG/KG
(1 MG/KG/HR 5 HR)
GJL:- DEPRESI,LEMAH
- HEMATEMESIS,HEMATURIA,HEMORRHAGE
- MATI HEMORRHAGE D/PLEURAL CAVITY
DX:-ANAMNESA
- SCREENING KOAGULASI: BLEEDING TIME,
COAGULATION TIME

TREATMENT
1. INDUKSI EMESIS, GASTRIC LAVAGE, ACTIVED
CHATCOAL, CATHARTIC
2. ANTIDOTUM: VIT K
3. TREAT CLINICAL SIGN
- INTRAPULMONARY HEMORRHAGE:
TRANSFUSI PLASMA, O2, TDK BOLEH
DIBERI FUROSEMIDE INHIBITOR FUNGSI
PLATELET
- HIPOVOLEMIC SHOCK: INFUSE,TRANSFUSI
DARAH, KORTICOSTEROID

ANTI HISTAMIN&DECONGESTAN
PSEUDOEPHEDRIN,(PHENYLPROPANOLAMINE)/PPA,DIPHENHYDRAMINE,
CHLORPHENIRAMINE
GEJALA:- DEPRESI, Ggn RESPIRASI,
- HIPEREXCITABILITY
- TREMOR, SEIZURES, HIPERACTIVITY
- VOMIT, MIDRIASIS, HIPERTERMIA
- DISORIENTASI
- BRADICARDI/TACHICARDI

PROGNOSA: BAIK
TREATMENT:
1. < 1 JAM INTAKEEMESIS
2. ACTIVATED CHARCOAL
3. SUPPORTIVE: INFUSE, O2
4. OBAT SEDATIVE HIPERACVTIVE
(DIAZEPAM,PHENOBARBITAL)
5. PROPANOLOLTACHYCARDI
6. ATROPINE BRADYCARD

OPIOID
Morphine, Codeine, Heroin,
Fentanyl, Butorphanol,
Meperidine,dll.
Mekanisme : stimulasi reseptor
pada CNS sedasi, depresi
pernafasan
Acute Non- cardiogenic
Pulmonary Edema, dapat terjadi
(mekanisme blm diketahui)

Gejala klinis keracunan


opioid
Dosis kecil-sedang : Lethargy, pin-point pupils, BP
& pulse rate, Bowel sounds , muscles are
flaccid.
Dosis besar :coma, respiratory depression, apnea,
sudden death.
Kejang (dextromethorphan, meperidine).
CARDIOTOXICITY ( propxyphene).
Sindrom ketergantungan Opioid : Anxiety,
Piloerection, Abdominal cramps, insomnia.
NEONATAL WithdrawlIrritability, tremor,
convulsion .

Treatment
A) Emergency & supportive
(1). Perbaiki jalan nafas, ventilation,
Oxygen.
(2) Treat Coma, Seizure, Hypotension &
noncardiogenic pulmonary edema
(jika terjadi).
B) Obat spesifik & Antidotum
1) Naloxone 0.2-4 mg IV. Dosis dapat
diulangi tiap 2-3 menit sampai
maksimal 10 mg (sampai
respiratory rate & clear sensorium).

Treatment
2) NALTREXONE dapat per oral, waktu paruh
panjang, single dose, 50-100 mg.
3) NALMEFENE- methylene analog of
Naltrexone, 4x lebih poten dari Naloxone,
duration of action : lama. dosis 0.1-2 mg IV
dapat diulangi sampai 10-20 mg .
Note : jika dicurigai keracunan METHADONE
observasi 8-12 jam stlh pemberian dosis
terakhir NALMEFENE.
4) SODIUM BICARBONATE
Jika QRS interval or hipotensi pada keracunan
PROPXYPHENE

Dekontaminasi
Pre-HOSPITAL ------jika mungkin
berikan Activated charcoal, jangan
merangsang muntah karena dapat
mencetus letargi & coma
HOSPITAL Activated charcoal
Pengosongan lambung tidak dibutuhkan
jika dapat diberikan activated
charcoal.
ENHANCED ELIMINATION tidak
berperan krn vol. distribusi opioids
besar & umumnya pemberian
antidotum sudah efektif.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai