Hewan Intersisi
Hewan Intersisi
Hewan Intersisi
Keterangan :
E = Evennes atau kemerataan
N1 = Nomor dari kemelimpahan spesies
No = Nomro total dari spesies
(Ludwig & Reynold, 1988).
Sedangkan untuk mengetahui kesamaan komunitas antara empat stasiun yang
berbeda, maka dapat dilakukan perhitungan dengan “indeks similaritas” (Odum,
1993) yaitu :
Is = 2c/A + B
Keterangan :
A = Jumlah nilai penting pada komunitas A
B = jumlah nilai penting pada komunitas B
C = jumlah nilai penting terkecil spesies yang terdapat pada komunitas A dan
komunitas B.
Tabel 4 : Tabel Kerapatan, Kerapatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif dan Nilai
Penting hewan Makro Intertisi
No Spesies ∑ K Kr F Fr Np H
1 Nerita chameleon 14 0,93 11,23 0,26 8,64 19,87 0,11
2 Trachycardium sp 14 0,93 11,23 0,13 4,32 15,55 0,11
3 Botista violacea 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
4 Meretrix meretrix 4 0,27 3,26 0,13 4,32 7,58 0,05
5 Tarricula 4 0,27 3,26 0,20 6,46 9,72 0,05
6 Nassarius albescen 14 0,93 11,23 0,40 13,29 24,52 0,11
7 Porifera 1 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
8 Nanina sp 3 0,20 2,42 0,20 6,46 8,88 0,04
9 Architectonica sp 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
10 Tellina timorensis 7 0,47 5,68 0,13 4,33 10,01 0,07
11 Porifera 2 2 0,13 1,57 0,13 4,33 5,90 0,03
12 Oliva oliva 1 0,06 0,71 0,07 2,33 3,05 0,01
13 Strombus vittatus 10 0,67 8,09 0,20 6,46 14,55 0,09
14 Mitra avennaceae 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
15 Kepiting 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
16 Turitella sp 13 0,87 10,51 0,20 6,46 16,97 0,10
17 Gymbriela sp 23 1,53 18,48 0,20 6,46 24,94 0,34
18 Murex sp 7 0,47 5,68 0,20 6,46 12,14 0,07
19 Marginella sp 2 0,13 1,57 0,07 2,33 3,84 0,03
20 Latyrus polygomus 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
21 Natica tegrina 1 0,06 0,72 0,07 2,33 3,05 0,01
Jumlah 124 8,28 99,98 3,01 100,02 200 1,28
1. ANALISA DATA
Dari hasil pengamatan dan perhitungan pada keanekaragaman flora dan
fauna sisipan di pantai teluk Tamiyang terhadap mikrofauna sisipan di daerah
psamolitoral, pada zona I yaitu dengan kerapatan 0,1 meter didapatkan 7 spesies
yaitu Centroxpyxis aculeata, Anthanthes, Asterionella, Dinobryon, Gomphos
phaeria, Chlorogonium sp, dan Rhizoglonium. Sedangkan frekuensi tertinggi
terdapat pada Chlorogonium sp dengan nilai 1, kerapatannya 4,4, nilai penting
77,24 sedangkan frekuensi terendah pada Asterionella dan Gomphos phaeria,
kerapatan pada Asterionella dengan nilai 0,2, nilai penting 8,05 dari sini didapatkan
bahwa Chlorogonium sp merupakan mikroflora yang mendominasi zona I.
Pada zona II, yaitu dengan kerapatan 0,5 meter didapatkan 9 spesies yaitu
Centroxpyxis aculeata, Anthanthes, Asterionella, Dinobryon, Gomphos phaeria,
Chlorogonium sp, Rhizoglonium, Tolypothrix dan Aphanizomenon. Sedangkan
frekuensi tertinggi terdapat pada Aphanizomenon dengan nilai frekuensi sebesar
0,8, kerapatannya terdapat pada Rhizoglodium yaitu 3,2. Nilai penting 45,40,
frekuensi terendah terdapat pada Gomphos phaeria dengan nilai 0,1, kerapatan pada
Dinobryon 0,4, nilai penting pada Ghompos phaeria dengan nilai 12,05, dan data di
atas didapatkan bahwa Rhizoglobium merupakan mikroflora yang mendominasi
pada zona II.
Pada zona III yaitu dengan kedalaman 1 meter, didapatkan 8 spesies yaitu
Centropyxis aculeata, Asterionella, Dinobryon, Comphos phaeria, Chlorogonium
sp, Rhizoglonium, Tolypothrix, dan Aphanizomenon, frekuensi tertinggi terdapat
pada Aphanizomenon dengan nilai 0,8, kerapatan tertinggi pada terdapat pada
Rhizoglonium dengan nilai 2,6. Nilai penting 40,16, sedangkan frekuensi terendah
terdapat pada Asterionella dan Tolypathrix dengan nilai 0,2, kerapatan 0,2, Nilai
Penting 8,38. Dari data didapat bahwa Rhizoglonium merupakan mikroflora yang
mendominasi pada zona III.
Dari data perhitungan keseluruhan dalam satuan liter diketahui bahwa
jumlah keseluruhan dari 9 spesies yang ditemukan dari air sampel adalah 151.000.
Spesies ini meliputi hewan dan tumbuhan bersel satu. Mikrofauna dan mikroflora di
lingkungan laut sangat besar peranannya dalam rantai makanan terutama di
lingkungan perairan laut. Adanya hewan mikrofauna dan tumbuhan mikroflora ini
dapat dijadikan indikator perairan karena di perairan ini banyak mengandung
nutrien dan bahan organik.
Kemelimpahan mikroflora dan mikrofauna ini juga sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti ketersediaan nutrien, gerak ombak, pH air, intensitas
cahaya dan suhu. Jadi dari data di atas dapat diketahui bahwa kemelimpahan hewan
mikrofauna dan tumbuhan mikroflora ini sangat tinggi dan hampir terdapat di setiap
titik sampel.
2. KESIMPULAN
3. Dari pengamatan didapatkan jumlah keseluruhan 9 spesies yang ada yaitu
151.000. Adanya hewan ini dapat dijadikan sebagai indikator perairan, karena
di perairan banyak mengandung nutrien dan bahan organik.
4. Mikrofauna dan mikroflora sisipan di daerah psamolitoral memiliki
kekayaan jenis yang besar yaitu 9 spesies, kerapatan dan frekuensi tertinggi
ditempati oleh Chlorogonium sp yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah
jenis yang paling adaptif terhadap lingkungan.
5. Mikrofauna yang paling sedikit ditemukan di pantai Teluk Tamiyang
adalah Asterionella dan Tolypothrix.
V. DAFTAR PUSTAKA
Hardjosuwarno, S. 1994. Metode Ekologi Tumbuhan. Universitas gadjah Mada
Fakultas Biologi : Yogyakarta.
Kershaw, K.A. 1973. Quantitative and Dynamic Plant Ecology. Edward Arnmold
Limited : London.