Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Trauma From Occlusion

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Trauma From Occlusion (TFO)

Trauma From Occlusion (TFO)


Oleh: Irmi Fitria
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang menjadi salah satu penyebab kehilangan gigi geligi. Hal ini sangat erat
hubungannya karena jaringan periodonsium menyangga gigi dan kemampuan jaringan periodonsium ketika menerima
rangsang yang datang dari luar. Trauma karena oklusi merupakan salah satu rangsangan yang datang menimpa
jaringan periodonsium yang berupa rangsang fisik dan mampu merusak jaringan periodonsium. Etiologinya
bermacam-macam sehingga beban yang dihasilkan dari trauma karena oklusi dapat merusak jaringan periodonsium
yang tidak mampu menahan beban dari trauma karena oklusi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah trauma from occlusion yang meliputi:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Mekanisme
5. Gambaran klinis
6. Gambaran radiografis
7. Dampak
8. Cara pemeriksaan
9. Perbedaan trauma karena oklusi dan trauma oklusi
10. Diagnosis dan prognosis
11. Rencana perawatan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trauma From Occlusion (TFO)
2.1.1 Definisi
Trauma From Occlusion ( TFO ) adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi
kapasitas adaptasi jaringan periodonsium. Trauma oklusi juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian dari
system mastikasi yang dihasilkan oleh kontak oklusal.1

2.1.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab yang dapat meningkatkan tekanan pada jaringan periodonsium yaitu:
 Ketidakseimbangan oklusi
o Hambatan oklusal pada waktu oklusi sentris ( kontak ke premature dan gerak artikulasi (blocking) )
o Gigi hilang tidak diganti
o Perbandingan mahkota akar tidak seimbang
o Kontak edge to edge
o Alat prostetik dan restorasi yang buruk
 Kebiasaan buruk
o Bruxism
o Cleancing
o Menggunakan tusuk gigi
Etiologi lainnya :
1. Perubahan pada tekanan oklusal
 Besarnya tekanan oklusi meningkat sehingga pelebaran ruang periodontal, peningkatan jumlah dan lebar serat
ligament periodontal, dan peningkat densitas tulang alveolar.
 Perubahan arah tekanan oklusi dapat mengakibatkan reorientasi tekanan dalam periodonsium sehingga serat
ligament periodontal utama diatur sedemikian rupa untuk mengkomodasi tekanan oklusi sepanjang sumbu utama gigi.
 Durasi tekanan oklusi tekanan konstan pada tulang lebih berefek negatif dibandingkan tekanan intermiten.
 Frekuensi tekanan oklusi semakin banyak frekuensi tekanan intermiten, semakin besar injuri terhadap jaringan
periodonsium.

2. Berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium uantuk menerima tekanan oklusi.


Stress oklusal yang melebihi batas adaptasi jaringan dapat menimbulkan trauma oklusi, karena :
 Aktifitas abnormal / parafungsi
o Menggeletuk, mengerot dan menggigit benda asing
 Perawatan gigi
o Geligi tiruan sebagian lepasan kurang baik dan orthodontic
 Ketidakharmonisan oklusal
o Kontak gigi yang mengganggu kelancaran gerak menutup disepanjang setiap arah ke posisi intercuspal.1

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan efek :
1. Trauma Akut (Acute TFO)
Dihasilkan dari occlusal impact yang tiba-tiba, seperti saat menggigit benda keras. Restorasi atau alat-alat prostetik
juga dapat mengubah arah gaya oklusal sehingga dapat menimbulkan trauma akut.
Trauma akut menyebabkan nyeri pada gigi, sensitivitas terhadap perkusi, dan peningkatan mobilitas gigi. Bila tekanan
oklusalnya dikurangi, luka akan sembuh dan gejala di atas akan berkurang. Bila tidak, luka periodontal akan
bertambah parah dan menjadi nekrosis, yang diikuti oleh pembentukan abses periodontal, atau menjadi kronis dan
tanpa gejala. Trauma akut juga dapat menyebabkan pecahnya sementum.
2. Trauma Kronis (Chronic TFO)
Biasanya disebabkan oleh perubahan pada oklusi karena ausnya gigi, drifting, dan ekstrusi, ditambah dengan
parafungsi. Gaya oklusal tidak terlalu besar, tetapi terus-menerus menekan dan mengiritasi jaringan periodontal.
Berdasarkan etiologi :
1. TFO Primer
Adalah gaya oklusal berlebihan pada jaringan periodontal yang sehat (tidak ada migrasi apikal dari epitel jungsional
atau kehilangan jaringan ikat gingiva). Salah satu contohnya adalah TFO karena penempatan restorasi atau insersi
fixed bridge atau partial denture. Perubahan yang tampak adalah penebalan ligament periodontal, mobilitas gigi,
bahkan nyeri. Perubahan ini reversible bila trauma dihilangkan.
2. TFO Sekunder
Adalah gaya oklusal abnormal pada jaringan periodontal tidak sehat yang telah lemah karena adanya periodontitis.
TFO sekunder terjadi pada gigi yang jaringan periodontalnya telah mengalami migrasi apikal epitel jungsional dan
kehilangan perlekatan. Gigi dengan jaringan periodontal yang tidak sehat dan terinflamasi, ditambah gaya oklusal
yang berlebihan akan mengalami kehilangan tulang dan pembentukan poket yang cepat.1,2

2.1.4 Mekanisme
Stage I: Injury
Besar lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan arah gaya yang menyebabkan
kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan akan menstimulasi resopsi pada tulang alveolar disertai terjadinya
pelebaran ruang ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan pemanjangan serat-serat
ligamen periodontal serta aposisi tulang alveolar. Pada area dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh
darah akan berkurang dan ukurannya mengecil. Sedangkan pada area yang keteganganya meningkat, pembuluh
darahnya akan membesar.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan periodonsium, dimulai dengan tekanan
dari serat-serat yang menimbulkan area hyalinisasi. Kerusakan fibroblast dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian
terjadi yang mengarah kepada area nekrosis pada ligamen periodontal. Perubahan pembuluh darah terjadi: selama 30
menit, hambatan dan stase (penghentian) pembuluh darah terjadi: selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat
bersama eritrosit yang mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu antara satu hingga tujuh hari,
terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan melepaskan isinya kejaringan sekitarnya.pada keadaan ini terjadi
peningkatan resopsi tulang alveolar permukaan gigi.
Stage II: Repair
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang normal dan trauma oklusi menstimulasi
peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan yang rusak dihilangakan, sel-sel dan serat-serat jaringan ikat, tulang dan
sementum dibentuk dalam usaha untuk mengantikan jaringan periodonsium yang rusak.
Stage III: Adaptasi
Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan oklusi, jaringan periodonsium merubah
bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari
proses ini adalah penebalan pada ligamen periodontal yang mempunyai bentuk funnel pada puncak dan angular pada
tulang tanpa formasi poket dan terjadi kelonggaran pada gigi yang bersangkutan.1

2.1.5 Gambaran Klinis


Gambaran klinis dari TFO:
1. Sakit atau rasa ketidaknyamanan.
2. Sensitif pada tekanan.
3. Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula.
4. Resesi pada gingival.
5. Celah pada gingival yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc Call’s Festoon.
6. Poket periodontal/ kehilangan perlekatan epitel gingival.
7. Kegoyangan gigi.
8. Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal.1

2.1.6 Gambaran Radiografis


Interpretasi Radiografik Kelainan Periodontal
Yang harus dibaca pada radiograf jaringan periodontal
1. Keadaan tulang yang ada
• Kuantitas (tinggi/lebar) dan kualitas (pola/densitas)
• Gambaran keseluruhan
 Luas kerusakan (local/menyeluruh)
 Pola kerusakan (horizontal &/vertical)
 Densitas (rarefraksi/condensed)
 Pola trabekulasi (normal/berubah)

2. Alveolar crest (merupaka bagian penting)


• Kortikal → lamina dura
• Tinggi ; 0,5-1,5mm d bawah CEJ 2 gigi bertetangga
• Bentuk; tergantung posisi gigi
• Outline; halus, rata, kesinambungan, kepadatan, lebar

3. Ruang periodontal
• Ada/tidak, lebarnya

4. Keterlibatan furkasi (akar ganda)


5. Perbandingan mahkota-akar keterlibatan furkasi (akar ganda)1,3

2.1.7 Dampak dari TFO


 Terjadi injuri pada jaringan-jaringan pendukung periodontal.
 Tidak cukupnya stimulasi menyebabkan menebalnya ligamen periodontal, atrofi serabutan, osteoporosis tulang
alveolar dan reduksi tulang yang tinggi.
 Hipofungsi dapat dihasilkan dari hubungan open-bite dan tidak adanya fungsi antagonis

2.1.8 Cara Pemeriksaan TFO


Pemeriksaan oklusi untuk melihat ada atau tidaknya Trauma From Occlusion bisa dilakukan dengan:
1. Maximum Intercuspation or Intercuspal position
Pasien diperintahkan untuk menutup mulut dengan posisi intercuspal maksimum tanpa mencari gigitan yang nyaman
(posisi menelan ludah). Cara yang paling efisien untuk melihat kontak oklusal adalah dengan meletakkan matriks
Mylar antara gigi dan menyuruh pasien untuk menutup mulut dan kemudian matriks dipindahkan. Dari matriks terlihat
seberapa banyak gigi yang berkontak. Ada atau tidaknya kontak dapat terlihat untuk gigi molar, premolar, kaninus,dan
insisivus.

2. Excursive movement
Kualitas kontak gigi selama pergerakan mandibula dapat dilihat dengan menyuruh pasien menggerakkan rahang
bawah ke depan, kanan dan kiri.

3. Initial contact in centric relation closure arc


Jika ada gigi yang berkontak sebelum ada gigi yang lain berkontak sempurna (kurang dari 50%) maka terjadi bloking.

4. Tooth mobility
Kegoyangan gigi dapat diperkirakan dengan tekanan gigi. Setelah gigi berkontak, maka pasien dapat menghentakkan
gigi dan dokter dapat melihat kegoyangan gigi pasien.

5. Attrition
Yaitu penggunaan gigi karena sering berkontak. Atrisi yang berlebihan terlihat sebagai kebiasaan parafungsi yang
dapat meningkatkan trauma oklusi dan menyebabkan jaringan periodonsium dimana otot penguyahan mayor
mengganggu dan mengguncang gigi dalam alveolus.

6. Penggunaan kertas artikulasi


Berguna untuk mengindentifikasi kontak oklusal yang dapat merusak mandibula, kegoyangan gigi atau menyebabkan
trauma pada gigi dan periodonsiumnya. Dalam kasus spesifik, metode ini digunakan untuk melihat hubungan oklusi,
lokalisasi sisi pengunyahan gigi, oklusal adjustment dan melihat peningkatan perubahan oklusi.5

2.1.9 Perbedaan TFO dan TO


Trauma karena oklusi adalah gaya oklusal yang berlebihan terhadap penyesuaian kapasitas jaringan yang
menghasilkan injuri pada jaringan. Trauma oklusi adalah oklusi yang dapat menyebabkan trauma, contohnya
premature kontak.
Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium, maka akan terjadi kerusakan jaringan
periodonsium. Kerusakan ini disebabkan karena trauma oklusi. Trauma from occlusion adalah kerusakan jaringan
periodonsium akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan, sedangkan oklusi yang menyebabkan
kerusakan disebut traumatic oklusi.
Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan bukan pada tekanan okusalnya. Daya oklusi yang berlebihan
dapat mengganggu fungsi otot pengunyahan dan menyebabkan nyeri yang berupa sentakan, cedera Temporo
Mandibular Joint (TMJ) atau menghasilkan penggunaan gigi yang berlebihan.1

2.1.10 Diagnosis dan Prognosis


Diagnosis: Gigi 31 mengalami Trauma From Occlusion (TFO) karena adanya blocking.
Prognosis: baik, karena masih ada dukungan tulang, OH baik, gigi goyang ⁰2, kooperatif pasien dan tidak disertai
penyakit sistemik.1

2.1.11 Rencana Perawatan6


I. Terapi Inisial
•DHE + fisioterapi oral
•RA/RB=scaling dan root planning
•Oklusal adjustment
Evaluasi untuk melihat keberhasilan perawatan.
IV. Terapi Pemeliharaan setelah perawatan berhasil.
II. Terapi Bedah tidk dilakukan (-).
III. Rekonstruksi tidak dilakukan (-).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma From Occlusion (TFO) merupakan akibat dari adanya trauma oklusi misalya adanya premature kontak.
Trauma karena oklusi mengarah pada kerusakan jaringan periodonsium bukan kepada tekanan oklusalnya.
TFO yang tidak dirawat akan berbahaya karena dapat mengganggu oklusi dan bisa menyebabkan cedera pada jaringan
periodonsium.

Hubungan Trauma from Occlusion Dengan Penyakit Periodontal

Pendahuluan
Oklusi dan hubungannya dengan penyakit periodontal telah dan masih menjadi bahan kontroversi. Selama bertahun-
tahun, sejumlah penelitian pada manusia dan binatang percobaan berusaha menyelidiki hubungan tersebut. tujuan
Clinical Update ini adalah untuk meringkas penelitian terdahulua, mendeskripsikan tanda dan gejala trauma oklusi,
dan membahas pertimbangan-pertimbangan perawatan.

Definisi
Sebelum membahas trauma oklusi, pemaparan definisi yang umum digunakan dapat membantu memahami subyek ini.

Trauma oklusal: Suatu perlukaan pada apparatus perlekatan akibat tekanan oklusal yang berlebihan. Trauma oklusal
adalah perlukaan jaringan, bukan tekanan oklusal. Trauma oklusal dapat dibagi menjadi 3 kategori umum:
1)Trauma oklusal primer: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan yang diaplikasikan pada gigi-geligi yang
memiliki dukungan normal. Contohnya, restorasi yang tinggi, bruksisme, pergeseran atau ekstrusi ke ruang
edentulous, dan pergerakan ortodontik.
2)Trauma oklusal sekunder: Perlukaan akibat tekanan oklusal normal yang diaplikasikan pada gigi-geligi tanpa
dukungan yang adekuat.
3)Trauma oklusal kombinasi: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan pada periodonsium yang berpenyakit.
Dalam kasus ini, terjadi inflamasi gingiva, pembentukan poket, dan tekanan oklusal berlebihan yang umumnya
disebabkan oleh tekanan parafungsional.

Oklusi traumatogenik: Oklusi yang dapat menghasilkan tekanan penyebab perlukaan pada apparatus perlekatan.

Traumatisme oklusal: Proses keseluruhan dimana oklusi traumatogenik mengakibatkan perlukaan apparatus
perlekatan periodontal.

Latar Belakang
Kurang lebih 100 tahun lalu, diduga bahwa oklusi berperan signifikan dalam penyakit periodontal dan pembentukan
celah vertikal. Glickman memperkenalkan Theory of Codestruction untuk menjelaskan hubungan antara oklusi
dengan penyakit periodontal. Beliau mendeskripsikan dua regio dalam periodonsium: zona iritasi [gingiva marginal
dan interdental dan serat transeptal] dan zona kodestruksi [ligamentum periodontal, tulang alveolar, sementum, serat
transeptal dan crest alveolar]. Beliau menduga bahwa inflamasi gingiva yang diinduksi oleh plak terjadi di zona iritasi.
Tekanan oklusi atau oklusi traumatogenik menyerang zona kodestruksi namun tidak menyebabkan inflamasi gingiva.
Namun, trauma oklusal yang dikombinasikan dengan inflamasi yang diinduksi oleh plak menimbulkan tekanan
kodestruktif akibat perubahan jalur normal inflamasi dan pembentukan defek tulang angular serta poket infrabony.

Berbeda dengan teori kodestruksi, Warhaug menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa trauma oklusal menyebabkan
atau berperan sebagai suatu kofaktor dalam pembentukan defek angular. Beliau menduga bahwa poket infrabony
disebabkan oleh peningkatan “plaque front” atau perkembangan plak subgingiva di apikal, dan pembentukan defek
tulang horisontal ataupun angular tergantung pada lebar tulang interproksimal. Gigi-geligi yang memiliki tulang
interproksimal sempit mengalami defek horisontal sedangkan gigi-geligi yang memiliki tulang interproksimal lebar
cenderung mengalami defek angular atau vertikal.

Sejumlah penelitian pada binatang percobaan menggunakan Squirrel Monkey dan Beagle Dog mengevaluasi efek
tekanan jiggling/goncangan yang berlebihan dalam kondisi periodontitis eksperimental. Kedua kelompok ini
memberikan hasil yang berbeda dan mungkin disebabkan oleh perbedaan desain penelitian dan model binatang yang
digunakan.

Kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:


1)Trauma oklusal tidak memicu inflamasi gingiva
2)Jika tidak terjadi inflamasi, oklusi traumatogenik akan meningkatkan mobilitas, pelebaran PDL, penurunan tinggi
tulang crestal dan volume tulang, namun tidak terjadi kehilangan perlekatan.
3)Jika terjadi inflamasi gingiva, tekanan jiggling yang berlebihan tidak akan mempercepat kehilangan perlekatan pada
squirrel monkey namun peningkatan tekanan oklusal akan mempercepat kehilangan perlekatan pada Beagle dog.
4)Perawatan inflamasi gingiva dalam kondisi mobilitas kontinyu atau trauma jiggling akan mengurangi mobilitas dan
meningkatkan densitas tulang, namun tidak akan mengubah tinggi perlekatan atau tulang alveolar.

Tanda dan Gejala


Saat mengevaluasi pasien yang dicurigai mengalami trauma oklusal, terdapat sejumlah gejala klinis dan radiografik.
Indikator trauma oklusi tersebut adalah sebagai berikut:

Klinis
1.mobilitas [progresif]
2.nyeri saat mengunyah atau perkusi
3.fremitus
4.prematuritas/diskrepansi oklusal
5.keausan yang disertai dengan beberapa indikator klinis lainnya
6.migrasi gigi
7.gigi retak atau fraktur
8.sensitivitas termal

Radiografik
1.pelebaran ruang PDL
2.kehilangan tulang [furkasi, vertikal, sirkumferensial]
3.resorpsi tulang

Tujuan terapeutik dan pertimbangan perawatan


Tujuan terapi periodontal dalam perawatan traumatisme oklusal harus dilakukan untuk memelihara kenyamanan dan
fungsi periodonsium. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa pilihan perawatan, sebagai
berikut:
a.penyesuaian oklusal [occlusal adjustment]
b.penatalaksanaan kebiasaan parafungsional
c.stabilisasi gigi-geligi yang goyang secara temporer, provisional, atau jangka panjang menggunakan alat lepasan
ataupun cekat
d.pergerakan gigi ortodontik
e.rekonstruksi oklusal
f.pencabutan gigi tertentu

Penyesuaian oklusal atau grinding selektif didefinisikan sebagai reshaping permukaan oklusi gigi-geligi melalui
grinding untuk menciptakan relasi kontak yang harmonis antara gigi-geligi rahang atas dan bawah. Karena terdapat
kontroversi dalam hal trauma oklusi dan perannya dalam perkembangan penyakit periodontal, hal tersebut juga
berlaku dalam subyek penyesuaian oklusal. Workshop in Periodontics tahun 1989 membuat daftar indikasi dan
kontraindikasi penyesuaian oklusal sebagai berikut:

Indikasi penyesuaian oklusal


1)Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan:
- Peningkatan mobilitas atau fremitus agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal
- Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi oklusal
2)Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan restoratif, ortodontik, bedah
ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3)Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4)Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5)Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan

Kontraindikasi penyesuaian oklusal


1)Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan yang cermat
2)Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3)Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4)Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5)Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon jika hanya dilakukan
penyesuaian oklusal saja.

Sejumlah penelitian melaporkan bahwa terjadinya diskrepansi oklusal tidak berhubungan dengan peningkatan
kerusakan yang disebabkan oleh penyakit periodontal. Burgett menemukan bahwa pasien yang menjalani perawatan
penyesuaian oklusal sebagai salah satu bagian dari perawatan periodontal, secara statistik, memperoleh peningkatan
tinggi perlekatan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani perawatan penyesuaian oklusal.
Meskipun hasil tersebut dinyatakan signifikan secara statistik, perbedaan klinis tersebut tidak memiliki signifikansi
klinis. World Workshop in Periodontics pada tahun 1996 menemukan beberapa penelitian tentang peran oklusi dalam
penyakit periodontal. Mereka tidak menemukan penelitian prospektif terkontrol tentang peran oklusi dalam penyakit
periodontal yang tidak dirawat dan pertimbangan etika membatasi dilakukannya penelitian semacam itu. Baru-baru
ini, dua penelitian pada manusia menemukan bahwa gigi-geligi yang mengalami diskrepansi oklusal memiliki
kedalaman probing yang lebih dalam, mobilitas yang lebih besar dan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan
gigi-geligi tanpa diskrepansi oklusal. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa perawatan diskrepansi oklusal
berhasil mengurangi perkembangan penyakit periodontal, secara signifikan, dan merupakan salah satu faktor penting
dalam keseluruhan perawatan penyakit periodontal.

Telah diketahui bahwa penyesuaian oklusal yang hanya ditujukan untuk menentukan pola konseptual yang ideal,
dikontraindikasikan. Perawatan tersebut sebaiknya hanya dilakukan jika ditujukan untuk mempermudah perawatan
atau menghambat tekanan destruktif aktif. Jika direncanakan untuk melakukan terapi oklusal sebagai bagian dari
perawatan periodontal, biasanya ditunda sampai terapi awal yang ditujukan untuk meminimalisir inflamasi
periodonsium telah selesai. Langkah ini didasarkan pada fakta bahwa inflamasi saja dapat berperan signifikan dalam
mobilitas gigi.
Berikut ini adalah indikasi dan kontraindikasi splinting seperti yang dibuat dalam World Workshop in Periodontics
tahun 1989:
Indikasi splinting
1.Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap penyesuaian oklusal
dan perawatan periodontal.
2.Menstabilkan gigi-geligi yang memiliki mobilitas tinggi dan tidak memberikan respon terhadap penyesuaian oklusal
dan perawatan, serta terjadi gangguan fungsi normal dan kenyamanan pasien
3.Mempermudah perawatan gigi-geligi pasien yang sangat mobile melalui splinting sebelum instrumentasi periodontal
dan prosedur penyesuaian oklusal
4.Mencegah tipping atau pergeseran gigi-geligi dan ekstrusi gigi-geligi yang tidak memiliki antagonis
5.menstabilkan gigi-geligi setelah pergerakan ortodontik, jika perlu
6.Menciptakan stabilitas oklusal yang adekuat jika akan dilakukan penggantian gigi-geligi
7.Splint gigi-geligi sehingga akar dapat dicabut dan mahkota tertahan di tempatnya
8.Menstabilkan gigi-geligi setelah trauma akut

Kontraindikasi splinting
1)jika perawatan inflamasi penyakit periodontal belum dilakukan
2)jika penyesuaian oklusal untuk mengurangi trauma dan/atau gangguan belum pernah dilakukan
3)jika tujuan splinting hanya untuk mengurangi mobilitas gigi setelah splint dilepas

Beberapa penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan resorpsi tulang dan kehilangan perlekatan pada gigi-geligi
yang mobile dan fremitus. Mobilitas gigi dapat disebabkan oleh trauma oklusi, resorpsi tulang alveolar dan kehilangan
perlekatan periodontal, serta inflamasi periodontal. Pada kenyataannya, splinting gigi-geligi dalam kondisi hiperoklusi
akan membahayakan gigi-geligi lainnya yang di-splint. Sejumlah penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan
antara gigi-geligi yang di-splint selama atau setelah terapi awal [skeling dan root planing], atau bedah resektif tulang
dibandingkan dengan gigi-geligi yang tidak di-splint. Meskipun data yang ada sangat terbatas, mobilitas gigi pada
gigi-geligi yang sangat mobile perlu dilakukan saat mempertimbangkan prosedur regeneratif.

Ringkasan
Meskipun peran oklusi dalam perkembangan penyakit periodontal telah dibahas dan diselidiki selama lebih dari 100
tahun, serta telah dan masih menjadi salah satu subyek kontroversi. Telah dipahami bahwa trauma oklusi tidak
memicu atau mempercepat kehilangan perlekatan akibat penyakit periodontal inflamasi. Namun, masih dipertanyakan
apakah ada hubungan antara trauma oklusi dengan peningkatan mobilitas gigi progresif menyebabkan kehilangan
perlekatan pada pasien yang mengalami penyakit periodontal inflamasi. Oleh karena itu, perawatan pasien periodontal
yang mengalami gangguan oklusal merupakan tujuan pertama terapi harus ditujukan untuk meredakan inflamasi yang
diinduksi oleh plak. Jika hal ini telah dilakukan, kemudian dapat dilakukan perawatan untuk menyesuaikan oklusi. Hal
ini akan mengurangi mobilitas, mengurangi lebar ruang ligamentum periodontal, dan meningkatkan volume tulang.
Terakhir, untuk kasus terapi degeratif, perlu dipertimbangkan untuk menstabilkan gigi-geligi yang mobile, sebelum
pembedahan dilakukan.

http://dhinierha.blogspot.com/2009/05/hubungan-trauma-from-occlusion-dengan.html

Hubungan Trauma from Occlusion (TFO) dengan Penyakit Periodontal

Oklusi dan hubungannya dengan penyakit periodontal telah dan masih menjadi bahan kontroversi. Selama bertahun-
tahun, sejumlah penelitian pada manusia dan binatang percobaan berusaha menyelidiki hubungan tersebut. tujuan
Clinical Update ini adalah untuk meringkas penelitian terdahulua, mendeskripsikan tanda dan gejala trauma oklusi,
dan membahas pertimbangan-pertimbangan perawatan.

Definisi

Sebelum membahas trauma oklusi, pemaparan definisi yang umum digunakan dapat membantu memahami subyek ini.

Trauma oklusal: Suatu perlukaan pada apparatus perlekatan akibat tekanan oklusal yang berlebihan. Trauma oklusal
adalah perlukaan jaringan, bukan tekanan oklusal. Trauma oklusal dapat dibagi menjadi 3 kategori umum:

1. Trauma oklusal primer: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan yang diaplikasikan pada gigi-geligi yang
memiliki dukungan normal. Contohnya, restorasi yang tinggi, bruksisme, pergeseran atau ekstrusi ke ruang
edentulous, dan pergerakan ortodontik.
2. Trauma oklusal sekunder: Perlukaan akibat tekanan oklusal normal yang diaplikasikan pada gigi-geligi tanpa
dukungan yang adekuat.
3. Trauma oklusal kombinasi: Perlukaan akibat tekanan oklusal berlebihan pada periodonsium yang
berpenyakit. Dalam kasus ini, terjadi inflamasi gingiva, pembentukan poket, dan tekanan oklusal berlebihan
yang umumnya disebabkan oleh tekanan parafungsional.

Oklusi traumatogenik: Oklusi yang dapat menghasilkan tekanan penyebab perlukaan pada apparatus perlekatan.

Traumatisme oklusal: Proses keseluruhan dimana oklusi traumatogenik mengakibatkan perlukaan apparatus


perlekatan periodontal.

Gambar. Clinical feature of traumatic occlusion (1-2) Show the upper first molar tooth has supraerupted because its
opposing antagonist, the lower first molar tooth, has been extracted. Xray (3) Mesial drift of the lower second molar
occurred after the extraction of the lower first molar. Xray (4) Both supraeruption of the upper first molar and mesial
drifting of the lower second molar can be seen in this one xray after extraction of the lower first molar.

Sejumlah penelitian pada binatang percobaan menggunakan Squirrel Monkey dan Beagle Dog mengevaluasi efek
tekanan jiggling/goncangan yang berlebihan dalam kondisi periodontitis eksperimental. Kedua kelompok ini
memberikan hasil yang berbeda dan mungkin disebabkan oleh perbedaan desain penelitian dan model binatang yang
digunakan.

Kesimpulan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Trauma oklusal tidak memicu inflamasi gingiva


2. Jika tidak terjadi inflamasi, oklusi traumatogenik akan meningkatkan mobilitas, pelebaran PDL, penurunan
tinggi tulang crestal dan volume tulang, namun tidak terjadi kehilangan perlekatan.
3. Jika terjadi inflamasi gingiva, tekanan jiggling yang berlebihan tidak akan mempercepat kehilangan
perlekatan pada squirrel monkey namun peningkatan tekanan oklusal akan mempercepat kehilangan
perlekatan pada Beagle dog.
4. Perawatan inflamasi gingiva dalam kondisi mobilitas kontinyu atau trauma jiggling akan mengurangi
mobilitas dan meningkatkan densitas tulang, namun tidak akan mengubah tinggi perlekatan atau tulang
alveolar.

Tanda dan Gejala

Saat mengevaluasi pasien yang dicurigai mengalami trauma oklusal, terdapat sejumlah gejala klinis dan radiografik.
Indikator trauma oklusi tersebut adalah sebagai berikut:

Klinis

1. Mobilitas [progresif]
2. Nyeri saat mengunyah atau perkusi
3. Fremitus
4. Prematuritas/diskrepansi oklusal
5. Keausan yang disertai dengan beberapa indikator klinis lainnya
6. Migrasi gigi
7. Gigi retak atau fraktur
8. Sensitivitas termal

Radiografik

1. Pelebaran ruang PDL


2. Kehilangan tulang [furkasi, vertikal, sirkumferensial]
3. Resorpsi tulang

Tujuan terapeutik dan pertimbangan perawatan

Tujuan terapi periodontal dalam perawatan traumatisme oklusal harus dilakukan untuk memelihara kenyamanan dan
fungsi periodonsium. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa pilihan perawatan, sebagai
berikut:

 Penyesuaian oklusal [occlusal adjustment]


 Penatalaksanaan kebiasaan parafungsional
 Stabilisasi gigi-geligi yang goyang secara temporer, provisional, atau jangka panjang menggunakan alat
lepasan ataupun cekat
 Pergerakan gigi ortodontik
 Rekonstruksi oklusal
 Pencabutan gigi tertentu

Penyesuaian oklusal atau grinding selektif didefinisikan sebagai reshaping permukaan oklusi gigi-geligi melalui
grinding untuk menciptakan relasi kontak yang harmonis antara gigi-geligi rahang atas dan bawah. Karena terdapat
kontroversi dalam hal trauma oklusi dan perannya dalam perkembangan penyakit periodontal, hal tersebut juga
berlaku dalam subyek penyesuaian oklusal. Workshop in Periodontics tahun 1989 membuat daftar indikasi dan
kontraindikasi penyesuaian oklusal sebagai berikut:

Indikasi penyesuaian oklusal

1. Untuk mengurangi tekanan traumatik gigi-geligi yang menimbulkan: (a) Peningkatan mobilitas atau fremitus
agar terjadi perbaikan apparatus perlekatan periodontal; (b) Ketidaknyamanan selama kontak atau fungsi
oklusal
2. Untuk memperoleh hubungan fungsional dan efisiensi pengunyahan melalui perawatan restoratif,
ortodontik, bedah ortognatik, ataupun trauma rahang jika diindikasikan.
3. Sebagai terapi tambahan untuk mengurangi kerusakan akibat kebiasaan parafungsional
4. Reshape gigi-geligi yang berperan dalam perlukaan jaringan lunak ini
5. Untuk menyesuaikan relasi marginal ridge dan cusp yang menyebabkan impaksi makanan

Kontraindikasi penyesuaian oklusal

1. Penyesuaian oklusal tanpa pemeriksaan, dokumentasi, dan penyuluhan pasien pra-perawatan yang cermat
2. Penyesuaian profilaktik tanpa tanda dan gejala trauma oklusal
3. Sebagai perawatan primer inflamasi penyakit periodontal yang diinduksi oleh mikroba
4. Jika status emosional pasien tidak memberikan hasil yang memuaskan
5. Kasus ekstrusi parah, mobilitas atau malposisi gigi-geligi yang tidak akan memberikan respon jika hanya
dilakukan penyesuaian oklusal saja.

Anda mungkin juga menyukai