Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Skenario

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan akibat dari kehilangan gigi (kasus tersebut) terhadap :


a) gigi tetangga
b) tulang alveolus
c) oklusi
d) TMJ
jawab :
a) Akibat yang muncul karena kehilangan gigi pada gigi tetangga, yaitu migrasi dan rotasi
gigi tetangga. Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi
yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan maka akan
mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Kehilangan gigi menyebabkan
terganggunya kebersihan mulut. Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan
kontak dengan gigi tetangganya, demikian pula pada gigi antagonisnya. Adanya ruang
interproksimal ini mengakibatkan terbentuknya celah antar gigi yang mudah disisipi sisa
makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terbentuk
plak; bila tidak diperhatikan maka akan menyebabkan angka kejadian karies meningkat.
b) Akan terjadi penurunan alveolar pada daerah edentulous . Tulang alveolar mengalami
resorpsi yang menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya ukuran tulang alveolus
secara menerus. Perubahan bentuk tulang alveolus tidak hanya terjadi pada permukaan
tulang alveolus dalam arah vertikal saja tetapi juga dalan arah labo-lingual / palatal dari
posisi awal yang menyebabkan tulang alvealus menja di rendah, membulat atau datar.
c) Dalam kasus dikatakan hilangnya gigi posterior mandibula pasien (edentulous) yaitu
gigi 14, 15, 17, 18, 24, 26, 27, 28, 34, 35, 36, 37, 38, 44, 45, 46, 47, 48. Kehilangan gigi
tersebut menyebabkan pasien kesulitan dalam mengunyah dan menghancurkan makanan
karena gigi posterior maksila tidak bisa bertemu dengan gigi posterior mandibula.
Akibat dari tidak bertemunya gigi posterior maksila dengan gigi posterior mandibula,
pasien akan mencoba untuk menggunakan gigi anteriornya untuk mengahancurkaan
makanan. Hal inilah menyebabkan kelainan pada oklusi pasien saat mengunyah yaitu
pseudo kelas III. Secara sederhana, oklusi adalah proses bertemunya gigi-geligi maksila
Selain itu, Akibat dari hilangnya fungsi gigi posterior, pasien akan menghancurkan
makanan dengan gigi anterior. Proses penghancuran makanan akan menjadi lebih lama
dan apabila dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan atrisi.
d) Apabila ada perubahan-perubahan kecil dalam hubungan kontak oklusi yang
menghambat dicapainya oklusi normal dapat memicu timbulnya gangguan sendi
temporomandibular. Kehilangan gigi posterior menyebabkan tekanan yang lebih besar
pada sendi temporomandibula akibat menggigit dengan menggunakan gigi anterior serta
perubahan dimensi vertikal dan posisi distal mandibula. Gerakan fungsional rahang
akan mengalami perubahan pada keadaan kehilangan gigi dan penurunan dimensi
vertikal, hal ini akan mengakibatkan peningkatan tekanan biomekanik pada sendi
temporomandibula. Tekanan berlebih pada sendi temporomandibula dalam jangka
waktu yang lama akan mengakibatkan perubahan adaptif dan degenaratif pada sendi.
Tekanan yang berlebihan pada pergerakan sendi temporomandibula dapat menyebabkan
keausan pada daerah eminensia artikularis
Adanya gangguan pada sendi temporomandibula diidentifrkasi melalui adanya
perubahan pada struktur sendi. Perubahan pada struktur sendi dapat diamati melalui
perubahan sudut inklinasi dari lereng eminensia artikularis. Sehingga membuat klicking
saat pasien membuka mulut.
Sumber :
 Windriyatna, Sugiatno E, Tjahjanti MTH. Pengaruh kehilangan gigi posterior rahang
atas dan rahang bawah terhadap gangguan sendi temporomandibular. J Ked Gi 2015;
Vol 6 (3) : 315-320.
 Siagian KV. Kehilangan Sebagian gigi pada rongga mulut. Jurnal e-clinic 2016; Vol
4(1): 1-6.
 Pridana S, Nasution ID. Bentuk residual ridge dan hubungannya dengan retensi gigi
tiruan penuh. Cakradonya Dent J 2016; Vol 8(1): 1-76.

2. Jelaskan patogenese terjadinya rasa perih pada sudut mulut pada kasus diatas!
Jawab :
Pada kasus pasien mengalami gigi tanggal sehingga menyebabkan overjet dan overbite yang
tidak normal, hal ini menyebabkan penurunan dimensi vertikal yang berakibat pada sudut
mulut yang lebih melipat ke dalam sehingga mengakibatkan saliva yang akan terkumpul di
sudut mulut. Keadaan ini nemungkinkan peningkatan dari kolonisasi candida albicans. Hal
lain yang dapat menyebabkan kelainan ini ialah defesiensi nutrisi akibat sulitnya pasien
untuk mengonsumsi zat-zat bergizi. Perubahan pasokan nutrisi yang menurun, walaupun
hanya sedikit dapat mehyebabkan keutuhan jaringan epitel berkutang. mucocutan junction
merupakan bagian yang memiliki epitel mukosa yang tipis sehingga rentan terjadi infeksi.
Proses terjadinya AC pada awalnya jaringan mucocutan disudut mulut menjadi merah ,
lunak dan berulserasi. Selayutnya fisura- fisura eritematosa menjadi dalam dan melebar
beberapa cm dari sudut nulut ke sekitar bibir dan mengenai mukosa
bibir dan pipi dalam bentuk abrasi Iinear.
Sumber :
 Langlais RP, Miller CS. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim Edisi 1.
Jakarta : Hipokrater, 2003 : 4.

3. Apakah diagnosis kasus sudut mulut tersebut dan bagaimana rencana perawatannya!
Jawab :
Diagnosis pada kasus diatas ialah Angular cheilitis merupakan suatu infeksi yang terlihat
pada satu atau kedua sisi sudut mulut. Gambaran klinis angular cheilitis mempunyai secara
umum ialah bibir kering, rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur
yang diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut., yang paling sering, daerah eritema
dan odema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi,
eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Etiologi
dari AC ialah muktifatorial seperti agen infeksi, faktor mekanis dan defisiensi nutrisi dimana
angular cheilitis dapat terjadi akibat satu faktor ataupun kombinasi beberapa factor.
Perawatan angular cheilitis mencakup identifikasi dan mengoreksi faktor etiologi antara lain
memperbaiki gizi buruk, memperbaiki kehilangan dimensi vertikal, mengoreksi gangguan
sistemik seperti diabetes dan anemia, serta menjaga kebersihan ronggga mulut yang optimal.
Angular cheilitis yang disebabkan oleh kandida albikans dapat dirawat dengan antifungal
topikal sedangkan angular cheilitis yang disebabkan oleh stafilokokus aureus dapat dirawat
dengan antibakterial topikal. Pada kasus angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi
nutrisi, pengobatan dapat berupa pemberian suplemen vitamin B dan zat besi.
Sumber :
 Lewis MAO, Jordan RCK. Penyakit mulut diagnosis dan terapi. Alih Bahasa Dr. drg.
Purwanto, M.Kes. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2019: 95.

4. Jelaskan patogenesis kelainan pada kasus diatas menyebabkan rahang capek dan rahang
berbunyi.
Jawab :
Patogenesis kelainan TMJ dibagi menjadi dua, yakni muscle disorders dan intraarticular
disorders. Pada muscle disorders faktor-faktor yang mendukung terjadinya kelainan TMJ
berupa edentulus gigi posterior, ortodonti, kebiasaan buruk, stres, trauma, oklusi, dan
hormonal menimbulkan hiperaktivitas otot pengunyahan sehingga menyebabkan nyeri
disekitar TMJ. Pada kasus di atas faktor yang mendukung adalah edentulus gigi posterior
dimana diketahui pasien kehilangan gigi 14, 15, 17, 18, 24, 26, 27, 28, 34, 35, 36, 37, 38, 44,
45, 46, 47, 48. Hiperaktivitas otot akan memengaruhi perubahan pada fungsi otot sehingga
mandibula bergerak lebih aktif dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan gerak
mandibula seperti deviasi/ defleksi karena posisi kondilus berubah tempat. Nyeri yang
terjadi akibat ketegangan otot dapat menekan persarafan sensorik pada sendi
temporomandibula yakni nervus aurikulotemporalis cabang pertama posterior Nervus
Trigeminus mandibularis sehingga adanya rasa nyeri dapat tersebar ke daerah yang dilalui
saraf tersebut seperti pada daerah kepala, sendi, dan telinga. Pada kondisi intraarticular
disorders faktor-faktor pendukung terjadinya kelainan TMJ akan menyebabkan terjadinya
peradangan pada sendi sehingga timbul rasa nyeri. Peradangan pada sendi terjadi akibat
perubahan morfologi TMJ sehingga dapat menyebabkan terjadinya pemanjangan ligamen
kolateral diskal sehingga perubahan yang terjadi pada permukaan sendi akan menyebabkan
melompatnya diskus ke anterior saat terjadi pergerakan mandibula serta timbulnya bunyi
berupa krepitasi akibat tergeseknya kondilus selama meluncur sepanjang eminensia
artikularis (bone to bone) akibatnya diskus tertinggal dan semakin menipis. Perubahan yang
terus terjadi pada struktur sendi akan menyebabkan perubahan biomekanik sehingga
terjadilah nyeri, keterbatasan pergerakan mandibula dan bunyi sendi secara bersamaan.
Sumber:
 Ginting R, Napitupulu FMN. Gejala klinis dan faktor penyebab kelainan temporo
mandibular joint pada kelas I oklusi angle. J Ked Gi Unpad 2019; 31(2): 115.

5. Jelaskan patogenesis terjadinya telinga berdengung pada kasus diatas!


Jawab :
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Ginting dkk, berdasarkan hasil anamnesis
terhadap penderita kelainan TMJ, penderita telah menyadari adanya kelainan TMJ berupa
bunyi saat membuka mulut serta nyeri telinga/ telinga berdengung. Hormon estrogen
menyebabkan perempuan lebih mudah merasakan adanya kelainan pada tubuhnya
khususnya kelainan TMJ dan juga perempuan lebih peduli pada setiap perubahan pada
tubuhnya. Stres juga memicu aktivitas sistem nervus simpatis yang dapat mengakibatkan
meningkatnya fungsi otot (hiperaktivitas otot). Adanya hiperaktivitas otot yang merupakan
salah satu respon tubuh dalam menghadapi segala ancaman dan beban yang melebihi
kemampuan biologisnya. Bila hiperaktivitas otot yang berlangsung lama atau terus menerus
maka akan memicu kelelahan otot yang disebabkan akibat berkurangnya Adenosin Trifosfat
(ATP) didalam serabut otot sehingga menimbulkan ketegangan pada otot, dalam hal ini otot
yang terganggu yakni otot kepala dan leher. Akibatnya akan mengganggu inervasi Nervus
Trigeminus menjadi lebih sensitif, sehingga memicu rasa nyeri di sekitar otot-otot TMJ,
yaitu otot pengunyahan, otot tensor tympani (telinga) dan otot digastricus (leher).
Hiperaktivitas otot juga mempunyai hubungan dengan posisi kondilus didalam TMJ, adanya
hiperaktivitas otot menyebabkan posisi kondilus berubah menjadi patologis yaitu
bertranslasi lebih jauh dari posisi stabilnya, sehingga terjadi kelainan TMJ.
Sumber:
 Ginting R, Napitupulu FMN. Gejala klinis dan faktor penyebab kelainan temporo
mandibular joint pada kelas I oklusi angle. J Ked Gi Unpad 2019; 31(2): 111-3.

6. Jelaskan Klasifikasi kehilangan gigi pada kasus diatas!


Jawab :
Klasifikasi kehilangan gigi menurut Kennedy adalah sebagai berikut :
- Kelas I : kehilangan sebagian gigi asli pada daerah posterior terhadap gigi yang ada
dalam rahang secara bilateral (bilateral free-end)
- Kelas II : kehilangan gigi asli pada daerah posterior terhadap gigi yang ada dalam
rahang secara unilateral (unilateral free-end)
- Kelas III : kehilangan sebagian gigi asli secara unilateral, dimana daerah bergigi
tersebut dibatasi oleh gigi-gigi asli yang masih ada (saddle-bonded)
- Kelas IV : kehilangan gigi terjadi pada regio anterior, melewati garis median dan daerah
yang tidak bergigi tersebut dibatasi oleh bagian mesial gigi asli yg masih ada.
- Modifikasi : kehilangan gigi terjadi pada kombinasi antara kelas I,II,III dengan
tambahan jumlah regio yang hilang.

Berdasarkan klasifikasi Kennedy kehilangan gigi pada kasus diatas untuk Rahang Atas di
masukkan ke dalam Kelas III Modifikasi, sedangkan untuk Rahang Bawah adalah Kelas I
karena kehilangan gigi pada Rahang Bawah telah kehilangan seluruh gigi pada daerah
posterior pada kedua regio sehingga ia dimasukkan ke dalam klasifikasi Kelas I berdasakan
klasifikasi Kennedy.

7. Jelaskan rencana perawatan pada kasus kehilangan gigi diatas!


Jawab :
Rencana perawatan pada pasien dapat dilakukan ialah :
 Yang pertama ialah melakukan perawatan terhadap angular cheilitis pada pasein
tersebut sampai sembuh. Agar mempermudah pasien untuk membuka mulut saat
dilakukan pembuatan protesa.
 Setelah itu dapat dilakukan scalling dan pembersihan plak dan kalkulus.
 Pada kasus kehilangan gigi yang disertai dengan gangguan sendi temporomandibular
perlu tindakan aktif terlebih dahulu untuk meredakan dan memperbaiki gejala yang
ada sebelum pembuatan protesa dimulai. Tindakan ini dapat mencakup pembuatan
splin oklusal sebagai salah satu perawatan gangguan sendi temporomandibula yang
tepat dan efektif. Tujuan penggunaan splin oklusal adalah untuk menghilangkan rasa
sakit, menghilangkan gangguan oklusal dan memudahkan pengarahan mandibular
pada posisi relasi sentrik yang stabil. Karena brgitu pentingnya faktor oklusi dalam
pembuatan gigi tiruan. Maka perlu dilakukan evaluasi oklusi menggunakan splin
oklusal dengan memperhatikan hal-hal berikut
¨ Splin harus berkontak rata pada kedua sisi rahang.
¨ Oklusi pada relasi sentrik berimpit atau sama dengan oklusi sentrik.
¨ Kontak oklusi pada relasi sentrik harus mengenai sebanyak mungkin gigi
posterior.
¨ Menghilangkan displacing contact pada gigi anterior.
¨ Menentukan dimensi vertical oklusal yang relative benar dan sesuai untuk
pasien.
Dan terakhir dapat dilakukan pembuatan gigi tiruan Sebagian lepasan (GTSL) untuk
mengembalikan fungsi estetik, fungsi bicara, fungsi pengunyahan, mempertahankan jaringan
mulut

Anda mungkin juga menyukai