Bab 4 OK
Bab 4 OK
Bab 4 OK
4.1. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengetahui dan membedakan batuan sedimen berdasarkan klasifikasinya. 2. Menginterpretasikan diskripsinya. penamaan batuan-batuan sedimen berdasarkan
4.2. Dasar Teori Alam tanpa henti-hentinya menggerus serta menghanyutkan bahanbahan tanah dan batuan dari suatu tempat ke tempat lain, hasil gerusan tersebut kemudian diakumulasikan di suatu tempat menjadi suatu bahan endapan (sedimen) di lembah sungai, danau, lautan, atau angin, di Indonesia pengangkutan oleh air lebih dominan. Pengikisan dan pengendapan bahanbahan tanah pada suatu tempat berlangsung secara terus menerus, jadi pengendapan dapat terjadi di semua tempat. Terjadinya lapisan tebal berasal dari akumulasi endapan, maka seluruh partikel-partikel yang menjadi dasar dari lapisan berubah menjadi padat disebabkan adanya tekanan (beban) yang terlalu berat. Tekanan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga lapisan-lapisan tersebut membentuk sebuah agregat batuan yang padat. Melalui pemadatan dan penyemenan, endapan-endapan tersebut berangsur-angsur mengalami
perubahan menjadi batuan endapan. Batuan endapan sebagian besar ditemukan di permukaan bumi, dimana membentuk lapisan tipis yang tidak dijumpai dalam batuan beku. Sebagian besar batuan endapan terjadi dari pengendapan yang berlapis-lapis, fenomena ini dapat terlihat jelas pada lereng gunung, dinding jurang, ngarai, tebing,
Indira Matahari H1C109044
galian buatan di sepanjang jalan raya atau jalan kereta api. Sebagian besar para peneliti berfikir dan menyadari bahwa banyak lapisan endapan tersusun atas fragmen dari batuan lain, membentang sebagai endapan lepas dan akhirnya terjadi penyemenan sehingga terbentuk jenis batuan baru. Dalam batuan endapan dapat terlihat ada beberapa segi persaman yang terdapat pada batuan beku, misalnya dalam hal unsur pokoknya, mineralnya, tekstur, dan warna. Beberapa perbedaan antara batuan beku dan batuan endapan di antaranya; dari mana endapan tersebut berasal; bagaimana cara pengangkutannya; apa yang menyebabkan terjadinya pengendapan; dan apa yang dapat diceritakan mengenai lingkungan zaman dahhulu di permukaan bumi. Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi. Jadi asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku,metamorf, ataupun batuan sedimen lainnya, yang mengalami pelapukan, tererosi, terbawa pergi kemudian diendapkan ditempat lain. (Munir, 2003) Sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun volumenya hanya sekitar 5% dari volume kerak bumi. Berdasarkan tenaga yang mengangkut dan erosi batuan sedimen dapat digolongkan atas tiga bagian utama, yaitu : 1. Sedimen aquatic, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya adalah : gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta, dan sebagainya. 2. Sedimen aeolis atau aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin (aeolis). Contoh : tanah loss, sand dunes, serir, dan sebagainya. 3. Sedimen glacial, yaitu sedimen yang diendapkan oleh gletser. Contohnya : morena, drumlin, dan sebagainya. Materi hasil erosi itu terdiri dari berbagai jenis partikel, ada yang kasar ada yang halus, ada yang berat ada yang ringan. Oleh karena itu pengendapannya juga bersifat selektif. Dengan demikian akan dijumpai bahwa endapan materi yang halus letaknya jauh dari sumbernya dibandingkan materi yang kasar.
Cara pengangkutan batuan atau bahan-bahan sedimen bermacammacam : 1. 2. 3. Ada yang terdorong (traction) Terbawa secara melompat-lompat (saltation) Terbawa dalam bentuk suspensi, dan ada pula yang larut (solution). Karena kondisi pengendapan dari waktu ke waktu tidak seragam dan tidak kontinyu maka akan dijumpai bahwa batuan sedimen kelihatan berlapislapis, atau dikenal dengan istilah stratifikasi. Kenampakan stratifikasi ini merupakan gambaran umum dari batuan sedimen. Selain itu, batuan sedimen merupakan gudang keterangan yang sangat berguna bagi para geologis dari waktu ke waktu, khususnya para ahli palaeontologi yang mempelajari kehidupan masa silam lewat fosil yang banyak terkandung di dalam batuan endapan. Materi yang diendapkan tadi, karena tekanan lapisan dari atas dan dibantu oleh adanya bahan-bahan yang bersifat melekatkan seperti liat, silikat, kapur, kuarsa, dan sebagainya akan mengalami sementasi dan dipadatkan menjadi batuan sedimen. Klasifikasi batuan endapan berdasarkan cara terjadinya (genesa) dapat dibagi menjadi : 1. Pengendapan secara mekanik Batuan endapan hasil dari pembentukan secara mekanik dapat dibagi berdasarkan ukuran butir. Batuan ini terbentuk oleh batuan yang telah ada terlebih dahulu yang mengalami pelapukan, hancur lalu dibawa oleh air, es, angin atau ombak dan diendapkan di tempat yang lain yang lebih rendah. Setelah itu mengalami proses diagenesis menjadi batuan yang kompak. Pengendapan dapat terjadi dimana-mana, baik di daratan (tepi rawa, danau), pantai dan di bawah permukaan laut. 2. Pengendapan secara kimiawi Pembentukan endapan ini karena proses penguapan pada larutan, sehingga menjadi jenuh dan yang tertinggal kandungan garam. Biasanya endapan ini tersusun dari kristal-kristal garam, misalnya garam dapur, gips,
dan sebagainya. Tidak ditemukan fosil (bekas hewan atau tumbuhan). Karena pada air yang mempunyai konsentrasi tinggi tidak ada kehidupan. Syaratsyarat yang diperlukan untuk pembentukan garam yang tebal yaitu : a. Iklim kering, penguapan tingg`i. b. Pada esturium atau cekungan yang terpisah dari lautan. 3. Pengendapan secara biologis (organik) Batuan endapan yang terbentuk oleh adanya organisme, baik berupa binatang ataupun tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu : Non klastik : Yang terbentuk oleh organisme di tempat itu, jadi belum mengalami perpindahan. Klastik : Terbentuk dari batuan endapan organik yang telah mengalami transportasi. Cirinya adalah berlapis, terdiri dari bahan bahan organik. Ada enam golongan utama batuan sedimen, yaitu : 1. Golongan Detritus Kasar Merupakan golongan batuan sedimen yang diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain, breksi (jika butirannya berbentuk meruncing), konglomerat (jika butirannya berbentuk membulat) dan batu pasir. Lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat dilingkungan sungai, danau ataupun laut. 2. Golongan Detritus Halus Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan dilingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan ini antara lain batu lanau, serpih, batu lempung dan napal. 3. Golongan Karbonat Batuan ini umum sekali terbentuk dari sekumpulan cangkang moluska, alga, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan ini banyak sekali, tergantung material penyusunnya, misalnya batu gamping terumbu tersusun oleh material terumbu.
4.
Golongan Silika Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organik, dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Yang termasuk golongan ini adalah rijang, radiolaria, dan tanah diatom. Batu jenis ini tersebar hanya dalam jumlah sedikit dan terbatas.
5.
Golongan Evaporit Pada umumnya batuan ini terbentuk dilingkungan danau atau laut yang tertutup dan untuk terjadinya, batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki kandungan larutan kimia yang cukup pekat. Yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu gypsum, anhydrit, batu garam dan lain lain.
6.
Golongan Batubara Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur unsur organik, yaitu dari tumbuh tumbuhan dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati, dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak memungkinkan untuk terjadi pelapukan terlebih dahulu. Lingkungan terbentuknya batubara sangat khusus sekali.
4.2.1.
Batuan Sedimen Klastik Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Pembatuan atau lithifikasi adalah proses terubahnya materi pembentuk batuan yang lepas-lepas (unconsolidated rock-rock forming mineral) menjadi batuan sedimen. Litifikasi dapat disebabkan oleh proses: a. Cementation (Sementasi), penyemenanan atau perekatan oleh SiO2 , Fe2 03. atau Ca CO3 b. Compaction (pemadatan), termampatnya butir sediment satu sama lain. c. Desiccations (pengeringan), keluarnya air dari pori-pori karena pemadatan atau penguapan d. Crytallization (pengkristalan), pengkristalan kembali suatu mineral.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari kegiatan pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, yang kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen akan mengalami diagenesa. Proses proses diagenesa itu meliputi : a. Kompaksi Sedimen Proses termampatkannya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dan yang lain menjadi rapat. b. Sementasi Turunnya material material diruang antar butir sedimen, dan secara kimiawi mengikat butir butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelolosan larutan pada ruang antar butir semakin besar. c. Rekristalisasi Proses pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya, sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat. d. Autigenesis Terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik,
sehingga adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Yang umum diketahui adalah karbonat, silika, klorite, illite, dan gypsum. e. Metasomatisme Proses pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan volume asal. Contohnya dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil .
a. Struktur Batuan Sedimen Klastik Struktur batuan sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu dan segera setelah proses pengendapan. Dengan kata lain struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar. Struktur batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : 1). Struktur sedimen primer, terbentuk karena proses sedimentasi sehingga dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contoh : perlapisan gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvoluth, perlapisan bersusun dan lain-lain. 2). Struktur sedimen sekunder, terbentuk setelah sedimentasi dan merefleksikan keadaan lingkungannya, seperti keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Contoh : beban, rekah kerut, jejak binatang dan sebagainya. 3). Struktur organik, struktur yang terbentuk oleh kegiatan
organisme. Diantaranya : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain. Sedangkan struktur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan, yaitu : 1). Adanya perubahan warna mineral 2). Adanya perbedaan ukuran besar butir 3). Adanya perbedaan komposisi mineral 4). Adanya perubahan macam batuan 5). Adanya perubahan struktur sedimen 6). Adanya perubahan kekompakan
Dalam hal ini disajikan struktur struktur yang dianggap penting, yaitu : 1). Perlapisan Perlapisan menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil pengendapan. Macam-macam perlapisan antara lain : a). Masif, apabila tidak menunjukkan struktur dalam atau ketebalan > 120 cm. b). Perlapisan sejajar, dikatakan sejajar apabila bidang perlapisan saling sejajar satu sama lain. c). Laminasi, perlapisan sejajar yang ketebalannya < 1 cm. d). Perlapisan pilihan, bila perlapisan tersusun atas batuan yang berubah teratur dari kasar ke halus (vertikal). e). Perlapisan silang siur, perlapisan yang saling membentuk sudut terhadap bidang batas. 2). Bidang perlapisan Terbentuk dapat diakibatkan oleh pengerusan akibat
pembebanan ataupun oleh penguapan. Macam-macam bidang perlapisan antara lain : a). Gelembur gelombang, terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin. b). Rekah kerut, rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses penguapan. c). Cetak Suling, cetakan akibat pengerusan media terhadap batuan dasar. d). Cetak beban, cetakan akibat pengerusan pada batuan sedimen yang masih plastis. e). Bekas dan jejak organisme, bekas rayap, rangkakan, maupun tempat berhentinya binatang.
3). Struktur Deformasi Terbentuk akibat deformasi non tektonik ( gravity ) dari sedimen pada waktu sedimentasi atau segera tersedimentasi sebelum terkonsolidasi. Macamnya antara lain : a). Konvoluth, terbentuk akibat deformasi sedimen yang
dihasilkan oleh arus turbidit. b). Slump, struktur pemula suatu turbidit. b. Tekstur Batuan Sedimen Klastik Tekstur batuan sedimen klastik adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya. Pembahasan tekstur meliputi : 1). Ukuran Butir (Grain Size) Pada batuan sedimen klastik ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth ( 1922 ). Tabel 4.1. Skala Wenworth Nama Butir Bongkah Berangkal Kerakal Kerikil Pasir sangat kasar Pasir kasar Pasir sedang Pasir halus Pasir sangat halus Lanau Lempung Boulder Couble Pebble Granule Very Coarse Sand Coarse Sand Medium Sand Fine sand Very Find Sand Silt Clay Besar Butir ( mm ) > 256 64 - 256 4 - 64 2-4 1-2 -1 - 1/8 - 1/16 1/8 1/256 1/16 < 1/256
2). Pemilahan Pemilahan adalah nilai keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukuran besar butirnya maka pemilahan batuan sedimen semakin baik. yaitu : a). Pemilahan baik (well sorted) b). Pemilahan sedang (medium sorted) c). Pemilahan buruk (poorly sorted) Dalam pemilahan dipakai tersebut batasan batasan
Gambar 4.1. a) Well sorted b) Medium sorted c) Poorly sorted 3). Derajat Pembundaran (Roundness) Derajat pembundaran adalah nilai membulat atau
meruncingnya butiran, dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Ada lima batasan dalam pemerian derajat pembundaran, yaitu : a). Menyudut (angular), permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam. b). Menyudut tanggung (subangular), permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung yang tajam. c). Membundar tanggung (subrounded), permukaan pada
umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar. d). Membundar (rounded), pada umumnya permukaan bundar dengan ujung-ujung dan tepi-tepi butiran bundar.
e). Membundar baik (wellrounded), semua permukaan konveks dan hampir equidimensional. 4). Porositas Porositas adalah perbandingan volume pori batuan dengan volume total batuan. Pada saat praktikum penentuan porositas terbagi atas tiga macam, yaitu : a). Porositas baik b). Porositas sedang c). Porositas buruk 5). Kemas Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu : a). Kemas terbuka, butiran tidak saling bersinggungan
(mengambang di dalam matrik). b). Kemas tertutup, butiran bersentuhan satu sama lain. c. Komposisi Mineral Batuan Sedimen Klastik Komposisi mineral pada batuan sedimen klastik dapat dibedakan sebagai berikut : 1). Fragmen Bagian butir yang ukuran butirannya paling besar dan dapat berupa pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil atau zat organik lainnya. 2). Matrik Bagian butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak diantara fragmen sebagai massa dasar. Matrik bisa juga berbentuk batuan mineral dan fosil. 3). Semen Bahan pengikat antara semen dengan matrik dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : a). Semen karbonat, contohnya kalsit dan dolomit. b). Semen silika, contohnya kalsedon dan kuarsa. c). Semen oksida, contohnya limonit dan hematit.
Indira Matahari H1C109044
4.2.2. Batuan Sedimen Non Klastik a. Struktur Batuan Sedimen Non Klastik Struktur sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun kegiatan organik. Di bawah ini adalah macam-macam struktur batuan sediment non klastik, yaitu ; 1). Fossilliferous, struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil (sedimen organik). 2). Oolitik, struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat konsentrasi dengan diameter < 2 mm. 3). Pisolitik, sama dengan oolitik tapi ukuran diameternya > 2 mm. 4). Konkresi, sama dengan oolitik tetapi itdak menunjukkan adanya sifat konsentrasi. 5). Bioherm, tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu (fosilnya tidak pecah-pecah). 6). Cone in cone, struktur pada batu gamping kristalin yang menunjukkan pertumbuhan kerucut per kerucut. 7). Biostrom, seperti bioherm tetapi bersifat klastik (fosilnya pecahpecah). 8). Septaria, sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempungan dengan ciri khas adanya rekahan-rekahan yang tidak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut karena proses dehidrasi yang kemudian celah-celah yang terbentuk terisi oleh kristal-kristal karbonat yang kasar. 9). Geode, banyak dijumpai pada batu gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh mineralmineral yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Mineral tersebut berupa kalsit dan kuarsa. 10). Styolit, merupakan hubungan antar butir yang bergerigi.
b. Tekstur Batuan Sedimen Non Klastik Tekstur batuan sedimen non klastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1). Tekstur Kristalin, terdiri dari kristal-kristal yang interlocking (kristalnya saling mengunci satu sama lain). Pemerian dapat menggunakan skala Wenworth dengan modifikasi sebagai berikut : Tabel 4.2. Ukuran Butir Batuan Sedimen Non Klastik Nama Butir Berbutir sedang Berbutir sangat halus Berbutir kasar Berbutir halus Besar Butir ( mm ) 1/16 < 256 2 1/256
2). Tekstur amorf, terdiri dari mineral mineral yang tidak membentuk kristal kristal atau amorf ( non kristal ). c. Komposisi mineral Batuan Sedimen Non Klastik Komposisi mineral batuan sedimen non klastik lebih sederhana , biasanya terdiri dari satu atau dua macam mineral (monomineralic), contohnya : 1). Batu gamping 2). Chert 3). Gipsum : Kalsit dan dolomit : Kalsedon : Mineral gypsum
4.2.3. Batuan Sedimen Karbonat Batuan sedimen karbonat meliputi semua batuan yang terdiri dari garam karbonat bersifat polygenetic sehingga klasifikasinya sangat komplek. Batuan sedimen karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat yang dalam prakteknya secara umum meliputi batu gamping dan dolomit.
Indira Matahari H1C109044
Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain. Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi bebas dari detritus asal darat. Menurut Dunham (1961) batu gamping dibagi menjadi : a. Mud Stone Berbutir lempung (fragmen < 10 %) identik dengan kalsilutit diendapkan pada kondisi ait tenang. b. Wake Stone Berbutir lempung (fragmen < 10 %) identik dengan kalkarenetik dan kalkilutit. c. Pack Stone Berbutir mierit, indentik dengan batu pasir lempungan, diendapkan pada kondisi air berenergi cukup besar. d. Grain Stone Berkomposisi hampir seluruhnya butiran. e. Bound Stone Terdiri dari fragmen-fragmen yang diikat oleh matrik dan mikrit. f. Kristalin Karbonat Terdiri dari kristal-kristal karbonat. Secara umum batu gamping dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : a. Batu Gamping Klastik Batu gamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus batu gamping asal. Contoh : kalsirudit (butiran berukuran rudit / granule), kalkarenit (butiran berukuran arenit / sand) dan kalsilutit (butiran berukuran lutit / clay). b. Batu Gamping Non Klastik Batu gamping yang terbentuk dari proses-proses kimiawi maupun organisme. Umumnya bersifat monomineral. Dapat dibedakan menjadi : hasil biokimia (bioherm dan biostrome), hasil larutan kimia (turvertin,
Indira Matahari H1C109044
tufa) dan hasil replacement seperti batu gamping fosfat, batu gamping dolomit, batu gamping silikat dan lain-lain.
4.3. Metodologi Praktikum 4.3.1. Alat a. Komparator b. Lembar diskripsi batuan sementara c. Alat tulis
4.3.3. Prosedur a. Menentukan warna sampel batuan sedimen baik warna segar maupun warna lapuk. b. Menentukan struktur yang tampak pada sampel batuan sedimen. c. Menentukan tekstur sampel batuan sedimen yang digunakan berdasarkan struktur yang tampak. Apabila termasuk klastik maka tekstur yang ditentukan yaitu ukuran butir, sortasi, kemas, derajat pembundaran dan porositas. Apabila non klastik maka teksturnya antara kristalin atau amorf. d. Menentukan komposisi mineral pada sampel batuan sedimen yang terdiri dari fragmen, matrik dan semen. e. Menentukan jenis batuan sedimen dan penamaannya berdasarkan pendiskripsian yang telah dilakukan di atas.
4.4. Deskripsi dan Genesa Batuan Sedimen Hasil dari pendeskripsian sampel batuan sedimen yang telah dilakukan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
Indira Matahari H1C109044