Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Isi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ikan kerapu merupakan ikan ekonomis penting yang berpeluang

baik dan populer dipasarkan domestik dan luar negeri. Jenis-jenis ikan
kerapu tersebut diantaranya adalah

kerapu lumpur, kerapu macan,

kerapu malabar, kerapu sunu, kerapu totol. Diantara jenis-jenis kerapu


tersebut yang sudah umum dan banyak dibudidayakan antara lain
kerapu

macan. Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu

untuk pasaran domestik dan internasional, maka benih yang selama ini
berasal dari alam akan sulit dipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke
usaha pembenihan buatan (Tarwiyah, 2001).
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di
Indonesia,

namun dalam

proses pengembangannya masih menemui

kendala, karena keterbatasan benih. Selama ini para petani nelayan


masih mengandalkan benih alam yang sifatnya musiman. Namun sejak
tahun 1993 ikan kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttatus) sudah

dapat

Budidaya

dibenihkan,

Balai

Pelaksana Teknis Direktorat


upaya

Jenderal

untuk menghasilkan benih

Laut

Lampung

sebagai

Perikanan, telah

unit

melakukan

melalui pembenihan

buatan

manipulasi lingkungan dan penggunaan hormon (Deska, 2013).


Ikan Kerapu
ekonomis penting

macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah ikan


yang

banyak ditangkap di wilayah perairan

Kepulauan Seribu diantaranya di Kelurahan Pulau Panggang. Harga jual


yang relatif mahal, membuat ikan ini banyak ditangkap oleh nelayan.
Akibat

permintaan

yang

menangkap dengan

tinggi

kemudian

masyarakat

menggunakan potassium dan bom, namun

akibatnya terumbu karang yang menjadi


(Sutrisna, et al., 2011).
1.2

banyak

Tujuan
1

habitat

ikan ikut rusak

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :


1. Agar pembaca mampu mengetahui bagaimana teknis budidaya
ikan
2. Agar pembaca mampu mengetahui cara pembibitan ikan
3. Agar

pembaca

mampu

memahami

cara

pemeliharaan

pembesaran dengan baik dan benar


4. Agar pembaca mampu

memahami

bagaimana

managemen

kualitas air yang tepat


5. Agar pembaca mampu

mengetahui

hama dan

penyakit serta

cara pengendaliannya
6. Agar

pembaca mampu mengetahui bagaimana proses dalam

pemanenan
7. Agar pembaca mampu memahami cara penanganan pasca panen
1.3

Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :


1. Mengetahui bagaimana teknis budidaya ikan
2. Mengetahui cara pembibitan ikan
3. Memahami cara pemeliharaan pembesaran dengan baik dan
4.
5.
6.
7.

benar
Memahami bagaimana managemen kualitas air yang tepat
Mengetahui hama dan penyakit serta cara pengendaliannya
Mengetahui bagaimana proses dalam pemanenan
Memahami cara penanganan pasca panen

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu
jenis ikan kerapu yang umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan
merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang
baik dipasar domestic maupun pasar internasional dan selain itu nilai
jualnya

cukup

tinggi.

Ikan

Kerapu

mempunyai

sifat-sifat

yang

menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat


dan dapat diproduksi massal untuk melayani permintaan pasar ikan
kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasar ikan kerapu hidup
karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku
kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk
memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya (Putri,
2009).

Menurut Aris (2011), klasifikasi Ikan Kerapu Macan adalah sebagai


berikut :
Phylum

: Chordata

Sub filum

: Vertebrata

Kelas

: Osteichtyes

Sub class

: Actinopterigi

Ordo

: Percomorphi

Sub ordo

: Percoidea

Family

: Serranidae

Genus

: Epinephelus

Gambar.1 Ikan

Kerapu Macan
Species

: Epinephelus fuscoguttatus

2.2 Morfologi
Identifikasi kerapu macan pertama kali dilakukan oleh Weber dan
Beaufort (1931), keduanya mendeskripsikan morfologi ikan Kerapu
Macan dengan bentuk badan memanjang gepeng (compressed) atau
agak membulat, mulut lebar serong keatas dengan bibir bawah
menonjol keatas. Rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi-gigi
geratan berderet dua baris, lancip dan kuat serta ujung luar bagian
depan adalah gigi-gigi yang terbesar. Sirip ekor umumnya membulat
(rounded), sirip punggung memanjang dimana bagian jari-jarinya yang
keras berjumlah kurang lebih sama dengan jari-jari lunaknya. Jari-jari
sirip yang keras berjumlah 6 8 buah, sedangkan sirip dubur berjumlah
3 buah, dan jari-jari sirip ekor berjumlah 15 17. Warna dasar adalah
sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya
terdapat titik berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4 6 baris
warna gelap yang melintang hingga ke ekornya. Badan ditutupi oleh
sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng. Panjang untuk ikan
dewasa 11-55 cm (Jacqueline, 2011)
Menurut Windra (2011), menjelaskan bahwa ikan kerapu macan
bentuk tubuhnya memanjang dan gepeng (compressed), tetapi kadangkadang ada juga yang agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan
bibir bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi
4

gigi-gigi geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip dan kuat.
Sementara itu, ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigigigi yang besar. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang
mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan.

2.3 Biologi
Ikan kerapu macan (E. sexfasciatus) merupakan salah satu jenis ikan
laut yang hidup di perairan dalam maupun payau yang bersalinitas 20-35
ppt (Chou dan Lee, 1998). Kepala dan badan berwarna coklat kemerahan.
Badan dengan enam strip tegak lebar coklat tua. Sirip-sirip kecoklatan.
Sirip dada kemerahan (Aris, 2011).

Ikan demersal ini merupakan salah satu sumber daya ikan yang
bernilai ekonomis dan penting karena memiliki daging yang tebal, lezat,
dan berprotein tinggi, juga dapat dibudidayakan sebagai ikan hias.
Musim pemijahan ikan kerapu di perairan tropis dapat terjadi pada
setiap tahun atau sepanjang tahun. Musim pemijahan kerapu di
Indonesia berlangsung dari bulan Januari sampai November. Ikan kerapu
memiliki habitat di dasar perairan laut tropis dan subtropis. Pada
umumnya kerapu bersifat soliter, tetapi saat akan memijah ikan
bergerombol. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu
dari muda hingga dewasa bersifat
demersal (Putri, 2009).

BAB III
TEKNIS BUDIDAYA IKAN
3.1 Pesyaratan Lokasi Budidaya
Menurut Febryanto (2010), menjelaskan bahwa ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan agar dapat berjalan
dengan baik. Dalam hal tata letak, persyaratan umum yang harus
dipenuhi dalam pemilihan lokasi budidaya adalah sebagai berikut :
1. Terlindung dari angin dan gelombang besar
Angin dan gelombang besar dapat merusak konstruksi sarana
budidaya (rakit) dan dapat menggangu aktifitas budidayaseperti
pemberian pakan. Tinggi gelombang yang disarankan untuk budidaya
kerapu tidak lebih dari 0,5 meter.
2. Kedalaman perairan
Kedalaman perairan ideal untuk budidaya ikan kerpau macan
yang menggunakan karamba jaring apung adalah 5-15 meter.
Perairan

yang

terlalu

dangkal

(kurang

dari

lima

meter)

dapatmempengaruhi kualitas air karena banyak sisa pakan yang


membusuk. Pada perairan yang kedalamannya lebih dari 15 meter
dibutuhkan tali yang panjang untuk mengikat jangkar sehingga
dibutuhkan tambahan biaya.
3. Jauh dari limbah pencemaran

Lokasi yang jauh dari buangan limbah seperti limbah indusri,


pertanian, rumah tangga, dan tambak sangat dianjurkan untuk
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA. Limbah rumah
tangga biasanya dapat menyebabkan tingginya bakter perairan.
Limbah industri dapat membuat konsentrasi logam berat di perairan
tinggi. Sementara limbah tambak dapat meningkatkan kesuburan
perairan sehingga organisme penempel seperti teritip dan kerangkerangan tumbuh subur dan dapat menyebabkan jaring menjadi
tertutup.
4. Dekat sumber pakan
Sumber pakan yang dekat dengan lokasi karamba sangat penting
karena pakan merupakan kunci keberhasilan budidaya ikan kerapu
macan. Daerah penangkapa ikan dengan menggunakan lift net
merupakan lokasi terbaik karena pakan berupa ikan segar dapt
diperoleh dengan mudah dan murah.

5. Sarana transportasi
Tersedianya sarana transportasi yang baik dan mudah diakses adalah
suatu keuntungan tersendiri pada lokasi budidaya ikan kerapu macan
karena memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan pakan dan
hasil panen.

Menurut Fahrur (2013), syarat pemilihan lokasi adalah sebagai berikut


:
a. Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang kuat.
b. Kedalaman air minimal 15 m,
c. Lokasi harus terhindar dari pengaruh pencemaran, mudah
diperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi
tersebut memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :
Salinitas 20-35 ppt, suhu 27-32

Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm.


3.2 Persiapan Sarana dan Prasarana
7

C, DO > 5 ppm, PH 7,5-9,0,

a. Kolam/Wadah
a.1 Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam ini dimaksudkan sebagai tempat induk ikan yang siap
atau selesai dipijahkan. Untuk menjaga agar induk tidak memijah
liar (mijah maling), induk jantan dan betina harus ditempatkan di
kolam tersendiri. Sistem pengairan kolam pemijahan tersebut
diusahakan secara paralel. Artinya, setiap kolam memiliki pintu
pemasukan air sendiri dan mendapatkan air baru terus menerus.
Bila lahan dan air kurang memungkinkan, pengaliran air boleh
dilakukan secara seri. Syaratnya, kolam tetap harus dua buah dan
induk betina harus ditempatkan di kolam sebelah atas agar tidak
terangsang bau sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
Kolam pemeliharaan yang induknya terpisah khusus diberlakukan
bagi ikan-ikan yang memerlukan manipulasi lingkungan dalam
pemijahannya

dan membutuhkan waktu relatif

lama

untuk

mematangkan telurnya dai pemijahan pertama ke pemijahan


berikutnya. Contoh ikannya adalah ikan mas, tawes, tambakan,
sepat siam, dll (Kurnia, 2013).
Namun, bagi ikan yang tidak membutuhkan manipulasi
lingkungan dan membutuhkan waktu pendek untuk matang telur,
kolam pemeliharaan induk boleh dijadikan satu dengan kolam
pemijahan, seperti terjadi pada kolam ikan lele dan gurame (Zilly,
2010).

Gambar 2 Kolam Pemeliharaan Induk


a.2 Kolam Pemijahan
8

Kolam pemijahan berfungsi mempertemukan induk jantan


dan induk betina yang telah siap (matang telur). Kolam tersebut
sebelumnya

telah

dilakukan

pengeringan

dasar

kolam,

pemberantasan hama, dan perbaikan pematang. Pada beberapa


ikan menghendaki kolam pemijahan yang sirkulasi airnya lancar,
seperti ikan mas dan tawes karena sifat dari alamnya atau
kebiasaan berkembang biaknya. Berbeda dengan ikan yang
mempunyai alat pernafasan tambahan seperti nila, lele, gurame,
sepat, siam, dan tambakan, pemasukan air yang baru tidak terlalu
dibutuhkan,

tapi

dapat

meningkatkan

produksi

benih.Kolam

pemijahan untuk masing-masing ikan berbeda-beda, tergantung


kebiasaan berkembang-biaknya. Misalnya, ikan lele menghendaki
kolam pemijahan yang dilengkapi sarang-sarang peneluran di
sepanjang sisinya. Sementara ikan nila membutuhkan kolam
dengan dasar lunak atau berpasir karena mempunyai kebiasaan
membuat sarang peneluran di dasar kolam pemijahan. Ikan
gurame menghendaki ijuk atau rumput-rumputan di dalam kolam
dengan

lubang-lubang

di

sepanjang

kolam

untuk

tetap

membangun sarang peneluran sebelum melakukan pemijahan.


Ikan mas membutuhkan alat menempel telur karena mempunyai
kebiasaan memijah di bawah rerumputan dan sifat telurnya yang
adhesif (melekat). Biasanya, alat tersebut disediakan kakaban dari
ijuk yang dijepit (Putri, 2013).
Sementara ikan tawes harus disediakan kolam yang sedikit
berpasir karena mempunyai sifat menghamburkan telur-telurnya
di dasar kolam. Sifat telur ikan tawes domersal atau melayang di
dekat dasar kolam. Untuk ikan sepat siam dan tambakan harus
disediakan penutup dari jerami di permukaan kolam pemijahannya
sebab ikan ini mempunyai kebiasaan membangun sarang busa
sebelum memijah sehingga jerami dapat melindungi telur-telurnya
dari panas matahari dan air hujan. Oleh karena itu, kolam
pemijahan ikan mas tentu saja tidak dapat dipergunakan untuk
9

pemijahan ikan lele. Demikian juga untuk kolam pemijahan ikan


gurame, tidak dapat digunakan untuk pemijahan ikan mas. Kolam
pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai tempat
perkawinan induk-induk ikan budi daya. Ukuran kolam pemijahan
ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk
ikan yang akan dipijahkan dalam setiap kali pemijahan. Bentuk
kolam pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar
kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas
sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai
patokan untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam
pemijahan 3 1,5 m dengan kedalaman air 0,751,00 m. Kolam
pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik
yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air
yang mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus
tidak bocor dan bersih dari kotoran atau rumput- rumput liar
(Tarjombah, 2012)

Gambar 3 Kolam Pemijahan


a.3 Kolam Pendederan
Kolam pendederan dimaksudkan untuk pemeliharaan dan
pembesaran benih hingga berukuran cukup untuk dipelihara di
kolam pembesaran. Ukuran ikan yang dibesarkan biasanya masih
sangat kecil. Pendederan ini sering kali dipakai untuk menyeleksi
benih-benih

unggul

tahap

pertama.

Benih-benih

yang

pertumbuhannya kelihatan menonjol disisihkan untuk dipelihara di

10

kolam pembesaran tersendiri sebelum akhirnya dirawat untuk


dijadikan induk unggul. Kolam pendederan ini biasanya luasnya
berkisar antara 250 600 m2 dan dibedakan menjadi kolam
pendederan I, II dan seterusnya (Rizal, 2013).
Pendederan dilakukan pada suhu 30 32 0C, keasaman (pH)
6,5 7,5 ketinggian air media 20 50 cm dalam wadah
pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2. Ukuran benih tebar 3 5
cm dengan bobot 2,5 gram. Padat tebar larva 50 ekor per m2.
Waktu pemeliharaan 30 hari, dengan ukuran panen 5 8 cm dan
bobot 5 gr. Kedalaman perairan kolam untuk pendederan nila di
kolam tanah adalah 50 70 cm. Pakan benih berupa pakan buatan
dengan kadar protein berkisar 30% . Persiapan kolam pendederan
dilakukan dengan jalan mengeringkan kolam, pengapuran dan
pemupukan dengan pupuk kandang ataupun pupuk buatan. Pupuk
kandang diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis 1 kg/m2.
Pupuk yang digunakan harus mengandung unsur fosfor dan
nitrogen maka dianjurkan untuk menggunakan pupuk DSP (Double
Superphosphat) atau TSP (Triple Superphospat) dan urea. Untuk
kolam seluas 200 m2 dosis pupuk yang diperlukan 2 kg DSP atau
TSP dan 2 kg urea. Pupuk diberikan setelah kolam terisi air (Safii,
2012)

Gambar 4 Kolam Pendederan


a.4 Kolam Pembesaran
Pada pembesaran di karamba jaring apung, ikan yang
ditebar berukuran mulai 10 cm (D70) dengan masa pemeliharaan
11

15 bulan Pemberian pakan dilakukan 1 kali sehari berupa ikan


selar kuning dengan total konsumsi mencapai 2,5 kw serta
pemberian vitamin C yang dilakukan seminggu sekali. Ikan kerapu
makan dengan menyergap pakannya sebelum sampai ke dasar
jaring. Suhu di karamba berkisar 29-31 C dengan salinitas 33 ppt.
Jenis penyakit yang potensial mengganggu disebabkan oleh
parasit. (Ivanda, et al., 2013)
Bak

penetasan

pemeliharaan

larva

telur

yang

perlu

dijaga

sekaligus

merupakan

kualitas

airnya

bak

dengan

penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103 104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang
ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur
yang

ditinggalkan.

Pembersihan

dasar

bak

dengan

cara

penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk


membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur.
Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva
berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 - 10%. Penggantian air
dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka
volume air yang perlu diganti juga semakin banyak (Tarwiyah,
2001).
b. Peralatan
Menurut Sumantadinata (2003), kebutuhan alat dan bahan adalah :
a. Ember
b. Selang air
c. Sikat
d. Kaporit
e. Desinfektan : Bahan yang digunakan untuk mensuci hamakan
sesuatu/wadah;

berupa

bahan

kimia,

misalnya:

alkohol,

khlorin/kaporit, formalin
f. DO-meter : Alat pengukur kandungan oksigen terlarut di dalam
air
g. pH-meter : Alat pengukur potensi hidrogen/derajat keasaman
h. Inlet : Saluran pemasukan air
12

i. Outlet : Saluran pembuangan air


j. Reservoar : Tandon
k. Salinitas : Kadar garam; jumlah garam (dalam gram) yang
terdapat dalam satu kilogram air laut; satuan: permil, ppt, 0/00
l. Salinometer : Alat pengukur salinitas
m. Termometer : Alat pengukur suhu
n. Wadah : Tempat yang digunakan untuk menampung media (air)
pemeliharaan ikan atau organisme perairan lainnya.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 unit rakit
KJA yangberukuran 8x8 m2 dan masing-masing terdiri dari 4 petak
tempat meletakkan jaring, jaring I (waring bagan berdiameter 2x2 mm2)
ukuran 1x1x1 m3sebanyak 12 buah, jaringII (jaring trawl dengan mesh
size inchi ) ukuran 2x2x2 m3sebanyak 12 buah, jaring III(jaring trawl
dengan

mesh

buah,timbangan,

size
bak

inchi)

ukuran

pengobatan

dan

3x3x3

m3sebanyak

perlengkapannya,

12

gunting,

gilingan daging, wadahpakan, sertacool boxtempat penyimpan pakan


rucah.Bahan-bahan yang digunakan adalah benih ikan kerapu macan
berukuran seragamdengan bobot sekitar 2.6-2.9 gram sebanyak 1000
ekor, pakan yang berupa pelet dan ikanrucah, multivitamin, minyak
cumi, es untuk menyimpan pakan rucah, formalin 38% danmetilen blue
(Gumay, 2013).
c. Persiapan Media Pemeliharaan
Larva kerapu macan dapat dipelihara dengan menggunakan
pakan rotifer yang dikultur dari ikan rueah meskipun dari hasil penelitian
ini sintasan rata-rata lebih keeil bila dibandingkan dengan larva yang
diberi makan rotifer yang dikultur dengan Nannoch/oropsis sp., yaitu
masing-masing

18,87%

dan

35,17%

tetapi

jika

dilihat

dari

pertumbuhannya yang diukur dari panjang total adalah sama yaitu


masing-masing 2,56 em dan 2,51 em, hasil pertumbuhan panjang
selama 45 hari. Sedangkan larva yang dipelihara dengan menggunakan
pakan rotifer yang dikultur dengan ikan rueah mempunyai abnormalitas
lebih tinggi yaitu masing-masing 10,47% dan 5,08% (Ismi, et al., 2010).

13

Pemeliharaan larva kerapu macan dilakukan dalam bak/tangki


fiberglass berbentuk persegi panjang (rectangular) dan bulat (circular)
dengan volume 0,5; 1,0; 3,0 dan 10 m 3. Bak-bak diisi air laut bersih dan
diberi aerasi secukupnya. Larva yang dipelihara bisa langsung dari telur
yang sudah diseleksi atau telur diinkubasi terlebih dahulu dan setelah
menetas baru dipindahkan ke bak/ tangki pemeliharaan. Larva kerapu
yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning
telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah
menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari
luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera
diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan
kepadatan 1 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton
chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 - 10 sel/ml. Pemberian pakan
ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara
bertahap hingga mencapai kepadatan 5 - 10 ekor/ml plytoplankton 10 2.10 sel/ml media.
Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru
menetas dengan kepadatan 0,25 - 0,75 ekor/ml media. Pemberian
pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25)
dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 - 5 ekor/ml media.
Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan
Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan
yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah
dewasa

dan

akhirnya

dewasa

sampai

larva

berumur

50

hari

(Anonimous, 2010).

3.3 Pembibitan Ikan


a. Pemilihan Bibit dan Induk
Berat

induk

mempengaruhi

indek

kemtangan

gonad,

dimana semakin berat induk akan memiliki indek kematangan

14

gonad semkin besar sehingga kandungan telur atau sperma


semakin banyak (Mustamin dalam Fauzan, 2011).
Menurut Sandoro (2011), Kematangan kelamin induk jantan
ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian perut ikan
(stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu
dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya.
Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara
kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang
kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati
untuk

mengetahui

tingkat

kematangannya,

garis

tengah

(diameter) telor diatas 450 mikron.


b. Sistem Pembenihan Pemijahan
Sejak tahun 1990-1992, pemijahan ikan kerapu macan (E.
fuscoguttatus) masih mengandalkan dari hasil pemijahan alami
dan pada tahun 1993 disamping alami juga dicoba melalui
rangsangan (Induced spawning) menggunakan hormon HCG dan
HCG plus Puberogen. Penyuntikan hormon dapat dilakukan melalui
daging (intramuskular), selaput diriding perut (intraperitonial),
rongga dada (chest cavity) dan melalui tempurung kepala
(intracranial). Suntikan secara intracranial daya reaksinya cepat
tetapi

dianggap

kurang

aman,

demikian

juga

secara

intraperitonial. Cara yang paling umum digunakan orang adalah


intramuskular dan chest cavity (Mayunar, 1993).
Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui dengan
cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma
yang keluar warna putih susu dan jumlahnya banyak diamati
untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk
betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang
plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur
yang

diperoleh

diamati

untuk

mengetahui

tingkat

kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron


(Tarwiyah, 2001).
15

c. Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Salah satu kendala pada saat pemeliharaan larva adalah
kultur phytoplankton (Nannochloropsis sp.) yang tidak stabil yang
disebabkan antara lain cuaca yang tidak mendukung dan kualitas
bibit Nannochloropsis sp. yang kurang baik, sehingga kultur ratifer
sebagai pakan larva juga tergangggu, karena itu perlu alternative
pakan untuk kultur ratifer salah satunya adalah dengan ikan rucah
(Suko, et al. 2010)
Pakan

dari

jenis

ikan

rucah

ini

tetap

harus

dijaga

kualitasnya, setidaknya kondisinya tetap dipertahankan dalam


keadaan segar, misalnya disimpan dalam freezer. Pakan yang
tidak segar atau terlalu lama disimpan, akan menyebabkan
turunnya kualitas nutrisi (asam lemak esensial yang sangat
dibutuhkan oleh ikan kerapu), yang hilang karena proses oksidasi
(Herman, 2009).
3.4 Pemeliharaan Pembesaran
a. Pemupukan
Kolam sawah biasanya lebih dangkal dibandingkan kolam ikan
biasa, sehingga cahaya matahari bisa menembus sampai dasar kolam.
Hal ini menunjang pertumbuhan makanan alami di seluruh lapisan air
kolam.

Tanah

sawah

yang

baru

pertama

kali

digunakan

untuk

pemeliharaan ikan juga mengandung banyak jerami batang padi.


Batang padi yang telah dijemur kering lalu terendam air lagi itu menjadi
habitat yang baik untuk pertumbuhan moina dan daphnia, sejenis
kutu air kecil yang sangat disukai oleh benih ikan. Makanan alami yang
berlimpah dalam kolam sawah membuat ikan dapat tumbuh dengan
cepat. Hal yang perlu diperhatikan, kolam sawah biasanya cenderung
agak asam karena pH tanah sawah umumnya < 6. Oleh karena itu pada
saat persiapan perlu dilakukan pemberian kapur. Dosis kapur berkisar
antara 50 100 kg/1.000 m2.
pertanian atau kapur tohor.

Kapur yang digunakan bisa kapur

Jika dalam kolam dikhawatirkan terdapat

banyak hama (ikan liar) atau ular, maka sebaiknya digunakan kapur
16

tohor.

Saat menggunakan kapur tohor harus hati-hati karena terasa

panas di tangan (Anonimous. 2013).


Air awal yang mengandung banyak plankton didapatkan dari
kolam khusus untuk pembuatan air plankton, caranya selain membuat
galian untuk kolam terpal kita juga membuat satu kolam tanah khusus
untuk membuat air yang mengandung banyak plankton dengan cara
pemupukan. Adapun langkah-langkahnya: buat galian kolam dari tanah
seluas yang diperlukan, isi kolam tersebut dengan kompos sapid an
biarkan selama 3 hari. Selanjutnya isi kolam tersebut dengan air bersih
(jangan air PDAM) dan biarkan kurang lebih selama seminggu hingga air
berubah menjadi kehijauan.

Cara kedua, membuat air plankton

langsung di kolam ikan kerapu. Caranya setelah terpal dipasang isi


dengan kompos sapi (feces sapi), biarkan selama 3 hari, selanjutnya isi
air bersih. Biarkan kolam terpal selama seminggu baru dimasukkan bibit
kerapu (Anonimous, 2013).
b. Pemberian Pakan
b.1 Pakan Alami
Telur ikan kerapu
ciri-ciri

berbentuk

hasil pemijahan yang baik mempunyai

bulat,

700-800

mikron,

melayang

di

permukaan air dan transparan. Sedangkan telur yang jelek atau


tidak

berkembang

selnya

dengan

sempurna

mempunyai

kenampakan keruh dan setelah beberapa saat ditampung akan


mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung
dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg
collector). Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari antara jam
06.00 07.00. Telur hasil panenan ditampung dalam akuarium dan
dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah telur dengan metoda
volumetri. Setelah 18 25 jam dari saat pembuahan, pada s uhu
27 28o C telur ikan kerapu akan menetas (Anonimous, 2009).
Pakan yang biasanya diberikan dalam pembesaran ikan
kerapu adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti
ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein
tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan biasanya
17

berkisar antara 7-8, artinya untuk mendapatkan daging ikan 1 kg


diperlukan 7-8 kg ikan rucah.

Pakan yang diberikan sebaiknya

dalam keadaan segar dengan dosis 5-10 % dari bobot biomas


setiap harinya (Anonimous, 2009).
b.2 Pakan Buatan
Ikan kerapu macan(Epinephelus fuscoguttatus)merupakan
hewan karnifora yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan
udang-udangan,sedangkan larva merupakan memangsa larva
moluska. Ikan kerapu macan bersifat karnifora dan cenderung
menangkap/memangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air.
Ikan kerapu macan juga bersifat kanibal.Biasanya mulai terjadi
saat larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saatitu larva
cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi
(Nybakken,1998).
Permasalahan yang dihadapi sekarang ini adalah pakan
buatan untuk kerapu macan yang ada saat ini masih bergantung
dengan tepung ikan. Tepung ikan yang memiliki kualitas baik dan
murah saat ini semakin sulit untuk diperoleh untuk menekan biaya
pakan (Haryati et al., 2011).

b.3 Pakan Tambahan (Vitamin dll)


Selain pakan alami dan buatan, induk ikan setiap minggu
juga diberi multivitamin dan mineral. Multivitamin dan mineral
sangat penting yang mana bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral yang tidak terdapat dalam pakan. Walaupun
jumlahnya

relatif

sedikit

tetapi

pengaruhnya

sangat

besar

terhadap metabolisme tubuh serta kualitas telur yang dihasilkan.


Defisiensi nutrisi terutama asam amino, vitamin, dan mineral
dapat menyebabkan perkembangan telur terhambat dan akhirnya
terjadi kegagalan ovulasi dan pemijahan. Dengan pemberian
vitamin dan mineral diharapkan dapat meningkatkan kualitas telur
serta hormon gonadal. Vitamin E (Nature E dengan dosis 100
18

IU/kg induk per minggu) dapat memacu perkembangan gonad


induk dan memperlancar kerja fungsi-fungsi sel kelamin dengan
bertumbuhnya fungsi hormon gonadotropin serta menggiatkan
jaringan indung telur (ovarium), vitamin C (50 mg/kg induk setiap
2 minggu sekali) berperan menjaga kondisi kesehatan induk
terhadap lingkungan yang kurang baik sedangkan vitamin B
kompleks (50 mg/kg induk setiap 2 minggu sekali) bertujuan
untuk menambah nafsu makan induk (Hamka, 2009)
Meskipun sudah diberikan pakan buatan dalam jumlah yang
cukup banyak, sifat kanibalisme larva kerapu macan semakin
bertambah dengan bertambahnya umur, jadi sejak D46 larva
kerapu macan diberikan tambahan pakan pada pagi hari berupa
ikan rucah yang dipotong sesuai bukaan mulut benih untuk
memberikan rasa kenyang (Ikbal, 2012).
Menurut Sawargi (2013), beberapa sumber nutrisi yang
dapat digunakan untuk pembuatan pakan tambahan ikan adalah
sebagai berikut :
1. Protein
Limbah rumah potong dan ikan rucah, cacing tanah, keong
sawah, dan ampas tahu
2. Lemak
Minyak ikan dan minyak sawit merupakan sumber lemak
yang biasa terdapat pada pakan ikan. Beberapa bahan baku yang
dapat digunakan sebagai sumber lemak adalah minyak jagung,
minyak ikan, minyak kelapa,minyak cumi-cumi
3. Sumber Karbohidrat
Penggunaan karbohidrat untuk menggantikan protein dan
lemak

sebagai

sumber

energi

dapat

dimaksimalkan

untuk

mengurangi biaya pembuatan pakan, karena sumber energi


19

karbogidrat lebih ekonomis dan mudah dicerna dan dimanfaatkan


oleh ikan
4.Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral juga ditambahkan kedalam formulasi
pakan yang bertujuan untuk menjaga mutu pakan dari kerusakan
oleh jamur selama penyimpanan dan menjaga stabilitas air pada
pakan. Zat-zat tersebut antara lain : perekat sintetik, antioksidan
dan inhibator jamur.
c. Pemeliharaan Kolam/Tambak
Menurut Gayatri (2013), pemeliharaan kolam/tambak meliputi
tahapan sebagai berikut :
a. Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian bawah,
karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi apabila air tambak
tertutup air hujan yang tawar, pembuangannya melalui lapisan atas,
sedangkan pemasukannya melalui bagian bawah.
b. Pengadukan secara mekanis (belum biasa dilakukan). Dengan
pengadukan,

air

dapat

memperoleh

tambahan

zat

asam,

atau

tercampurnya air asin dan air tawar. Pengadukan dapat menggunakan


mesin pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.
c. Penambahan bahan kimia (belum biasa dilakukan). Kekurangan zat
asam, dapat ditambah dengan Kalium Permanganat (PK/KMnO4).
Takaran 5-10 ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum mampu
membunuh udang. Kapur bakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga untuk
mengatasi O2.
d. Penambahan volume air. Bila suhu air tinggi, penambahan jumlah
volume air dapat dikurangi. Perlu diberi pelindung.
e. Menghentikan pemupukan dan pemberian pakan. Pemupukan dan
pemberian pakan dihentikan apabila udang nampak menderita dan
tambak dalam kondisi buruk.
f. Singkirkan ikan dan ganggang yang mati dengan menggunakan alat
penyerok.
20

g. Penambahan pemberian pakan. Udang diberi tambahan pakan


apabila menunjukkan gejala kekurangan makan, sampai pertumbuhan
makanan alami normal kembali.
Menurut

Dayat

dan

Abdul

(2013),

Sistem

dan

intensitas

pemeliharaan ikan nila tergantung pada tempat pemeliharaan dan input


yang tersedia.Target produksi harus disesuaikan dengan permintaan
pasar. Biasanya konsumen menghendaki jumlah dan ukuran ikan yang
berbeda-beda. Intensitas usaha dibagi dalam tiga tingkat, yaitu
1. Sistem ekstenslf (teknologi sederhana)
o Sistem ekstensif merupakan sistem pemeliharaan ikan yang
belum berkembang. Input produksinya sangat sederhana.
Biasanya dilakukan di kolam air tawar. Dapat pula dilakukan
di sawah. Pengairan tergantung kepada musim hujan. Kolam
yang digunakan biasanya kolam pekarangan yang sempit.
Hasil ikannya hanya untuk konsumsi keluarga sendiri.
Sistem pemeliharaannya secara polikultur. Sistem ini telah
dipopulerkan di wilayah desa miskin.
o Pemupukan tidak diterapkan secara khusus. Ikan diberi
pakan berupa bahan makanan yang terbuang, seperti sisasisa

dapur

limbah

pertanian (dedak, bungkil kelapa dll.).


o Perkiraan pemanenan tidak tentu. Ikan yang sudah agak
besar dapat dipanen sewaktu-waktu. Hasil pemeliharaan
sistem

ekstensif

sebenar

cukup

lumayan,

karena

pemanenannya bertahap. Untuk kolam herukuran 2 x 1 x 1


m ditebarkan benih ikan nila sebanyak 20 ruang berukuran
30 ekor. Setelah 2 bulan diambil 10 ekor, dipelihara 3 bulan
kemudian beranak, demikian seterus. Total produksi sistem
ini dapat mencapai 1.000 kg/ha/tahun 2 bln. Penggantian air

21

kolam menggunakan air sumur. Penggantian dilakukan


seminggu sekali.
2. Sistem semi-Intensif (teknologi madya)
o Pemeliharaan semi-intensif dapat dilakukan di kolam, di
tambak, di sawah, dan di jaring apung. Pemeliharaan ini
biasanya digunakan untuk pendederan. Dalam sistem ini
sudah

dilakukan

pemupukan

dan

pemberian

pakan

tambahan yang teratur.


o Prasarana berupa saluran irigasi cukup baik sehingga kolam
dapat

berproduksi

penggantian

2-3
air

kali

per

tahun.

Selain

juga

itu,
dapat

dilakukan secara rutin. Pemeliharaan ikan di sawah hanya


membutuhkan waktu 2-2,5 bulan karena bersamaan dengan
tanaman padi atau sebagai penyelang. OIeh karena itu, hasil
ikan dan sawah ukurannya tak lebih dari 50 gr. Itu pun kalau
benih yang dipelihara sudah berupa benih gelondongan
besar.
o Budi

daya

ikan

secara

semi-intensif

di

kolam

dapat

dilakukan secara monokultur maupun secara polikultur. Pada


monokultur sebaiknya dipakai sistem tunggal kelamin. Hal
mi karena nila jantan lebih cepat tumbuh dan ikan nila
betina.
o Sistem semi-intensif juga dapat dilakukan secara terpadu
(intergrated), artinya kolam ikan dikelola bersama dengan
usaha tani lain maupun dengan industri rumah tangga. Misal
usaha ternak kambing, itik dan sebagainya. Kandang dibuat
di atas kolam agar kotoran ternak menjadi pupuk untuk
kolam.

22

o Usaha tani kangkung, genjer dan sayuran lainnya juga dapat


dipelihara bersama ikan nila. Limbah sayuran menjadi
pupuk dan pakan tambahan bagi ikan. Sedangkan lumpur
yang kotor dan kolam ikan dapat menjadi pupuk bagi kebun
sayuran.
o Usaha huler/penggilingan padi mempunyai hasil sampingan
berupa dedak dan katul. Oleh karena itu, sebaiknya
dibangun

kolam

ikan

di

dekat penggilingan tersebut.


o Hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan sistem integrated
dapat menghasilkan ikan sampai 5 ton atau lebih per 1
ha/tahun.
3. Sistem intensif (teknologi maju)
o Sistem pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan
ikan paling modern. Produksi ikan tinggi sampai sangat
tinggi disesuaikan dengankebutuhan pasar.
o Pemeliharaan dapat dilakukan di kolam atau tambak air
payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat
dilakukan

sesering

mungkin

sesuai

dengan

tingkat

kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari


sebanyak 20% atau bahkan lebih.
o Pada usaha intensif, benih ikan nita yang dipelihara harus
tunggal dain jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus
bermutu.
o Ransum hariannya 3% dan berat biomassa ikan per hari.
makanan sebaiknya berupa pelet yang berkadar protein 2526%, lemak 6-8%. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan
oleh teknisinya sendiri dapat diamati nafsu makan ikan-ikan
23

itu. Pakan yang diberikan knya habis dalam waktu 5 menit.


Jika pakan tidak habis dalam waktu 5 menit berarti ikan
mendapat

gangguan.

Gangguan

itu

berupa

serangan

penyakit, perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering


diberi pakan.
3.5 Managemen Kualitas Air

Kualitas air yang baik adalah air yang cocok untuk kegiatan
budidaya dimanajenis komoditas budidaya bisa hidup dan tumbuh
dengan normal.Ketersediaan air yang baik penting di dalam budidaya
perikanan, air yangbagus memiliki karakteristik lingkungan spesifik
untuk mikroorganisma yang dibudidayakan. Kualitas air tidak terbatas
pada karakteristik air, tapi lebih dinamisyakni merupakan hasil dari
proses faktor-faktor lingkungan dan proses biologi.Oleh karena itu untuk
menghasilkan kualitas air yang baik maka perlu dakegiatan monitoring
yang rutin. Kebutuhan kualitas air tiap spesies berbeda-beda bahkan
dalam setiap tahap perubahan dalam satu siklus hidup dalamsatu
spesies. Sehingga kondisi air media harus diuji terlebih dahulu
sebelummembuat keputusan dam mengambil tindakan selanjutnya.
Oleh karena itusetiap pembudidaya harus memahami hal-hal penting
yang perlu mendapatperhatian ketika akan dan sedang melakukan
budidaya. Faktor-faktor penting kualitas air yang perlu mendapat
perhatian diantaranya adalah suhu air, salinitas, oksigen terlarut, pH,
alkalinitas,ammonia, nitrit, nitrat, asam sulfida, karbondioksida, dan
besi. Faktor-faktortersebut dalam suatu tempat terus mengalami
perubahan dinamis karenaadanya faktor di luar dan di dalam sistem
yang kemudian salingmempengaruhi antar faktor tersebut. Perubahan
lingkungan secara kimia danfisika yang terjadi secara alamiah dan
akibat ulah manusia yang terjadi dilingkungan perairan (Nana, 2011).
Menurut Nur (2011), Kualitas air adalah faktor yang tidak kalah
penting dalam usaha budidaya. Dalam hal ini sumber air yang baik
harus memenuhi kriteria kualitas air yang meliputi sifat sifat fisika dan
kimia seperti suhu, salinitas, pH, kandungan oksigen terlarut dan
24

kandungan amoniak.Kualitas air yang dapat ditoleransi oleh ikan kerapu


macan :
a. Suhu
Suhu

sangat

berpengaruh

terhadap

kehidupan

dan

pertumbuhan ikan dan udang. Secara umum laju pertumbuhan


meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai batas tertentu yang
dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan dapat
kematian.

Hal

ini

disebabakan

pengaruh

menyebabkan

langsung

suhu

juga

pengaruh kelarutan gas - gas didalam air termasuk oksigen. Semakin


tinggi suhu, semakin kecil larutan oksigen dalam air, padahal
kebutuhan oksigen bagi ikan dan udang semakin besar karena tingkat
metabolisme semakin tinggi. Kisaran optimal suhu yang baik bagi
kehidupan ikan kerapu macan adalah 25 32
b. Salinitas
Salinitas (kadar garam) merupakan konsentrasi garam dalam
air laut. Salinitas ini berpengaruh terhadap tekanan osmotik sel
tubuh. Dengan demikian, bila seekor ikan dipindahkan dari habitat
aslinya, misalnya dari salinitas tinggi ke salinitas rendah, berarti ikan
tersebut menghadapi ancaman kematian, kecuali jika ikan tersebut
mampu

mentoleransi

perubahan

tersebut.

Ikan

kerapu

macan

umumnya menyukai salinitas 30 35 ppt


c. pH
Derajat keasaman (pH) air dapat mempengaruhi pertumbuhan
ikan. Derajat

keasaman air yang rendah atau sangat asam dapat

menyebabkan kematian ikan dengan gejala geraknya tidak teratur,


tutup insang tidak bergerak aktif, dan berenang sangat cepat
dipermukaan

air.

Keadaan

air

yang

sangat

basa

juga

adapt

menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Kisaran pH air yang


cocok untuk budidaya ikan kerapu macan adalah 6,7 8,2. Selain itu
perairan yang asam juga berpengaruh terhadap nafsu makan ikan
(selera makan ikan berkurang).
3.6 Hama dan Penyakit
25

a. Hama dan Pengendaliannya

Menurut Novriadi (2012), hama adalah organisme


pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan
mempengaruhi produktivitas ikan, baik secara langsung maupun
secara bertahap. Hama bersifat sebagai organisme yang
memangsa (predator) ,perusak dan kompetitor (penyaing).
Hama yang dapat mengganggu produksi ikan kerapu
terutama yaitu burung-burung pemangsa ikan. Untuk mencegah
hama ini, dapat dilakukan dengan cara menutup permukaan
keramba dengan paranet, sehingga burung tidak dapat langsung
masuk pada keramba. Hama lain yang mengganggu adalah ikan
buntal atau ikan besar, pencegahannya harus dilakukan
pengontrolan secara rutin atau setiap hari. Jenis hama yang
potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA
adalah ikan buntal, burung, dan penyu (Roseno (2011) dalam
Indra (2012)).
b. Penyakit dan Pengendaliannya

Penyakit adalah suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau


fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal menjadi
tidak normal karena berbagai penyebab, baik internal ataupun
eksternal (Novriadi, 2012).
Menurut Almafis (2012), jenis-jenis penyakit yang biasanya
menyerang ikan kerapu macan terdiri dari parasit (Benedenea,
Monogenea dll), Bakteri (Vibrio Sp, Streptocooccus iniae, Nocardia
Sp), dan virus (Iridovirus)serta penyakit yang belum terdeteksi
(unknown disease). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
yaitu :
a. Menjaga kebersihan lingkungan KJA, wadah serta peralatan
kerja
b. Melakukan perendaman air tawar secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditetapkan
c. Halus dalam memperlakukan ikan agar ikan tidak stress
d. Secepatnya mengangkat ikan yang mati/sakit dari dalam jaring
e. Melakukan perawatan secara berkala seperti tertulis di point 4
26

f. Melakukan

preventif

treatment

melalui

pemberian

pakan

seperti tertulis di point 3


Menurut Putra (2012), kasus penyakit yang paling banyak
pada ikan bersirip (finfish) dijumpai pada budidaya ikan kerapu
yaitu :
1.

Penyakit infeksi pada ikan yang menyebabkan tumbuhnya sel

jaringan. Kelompok dari sel tersebut membentuk tumor pada kulit


dan sirip. Penyakit ini disebabkan olen virus Lymphocystis.
penyakit yang diakibatkan virus belum dapat ditanggulangi secara
pasti. Namun demikian pencegahan dapat dilakukan dengan jalan
vaksinasi dengan obat antibiotik.
2. Jenis penyakit bakterial yang ditemukan pada ikan kerapu,
diantaranya adalah penyakit borok pangkal strip ekor dan
penyakit mulut merah. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri
ditemukan beberapa jenis bakteri yang diduga berkaitan erat
dengan kasus penyakit bakterial, yaitu Vibrio alginolyticus, V
algosus, V anguillarum dan V fuscus. Pengendalian penyakit dapat
dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti
Chloramfenikol, eritromisina dan oksitetrasiklin. Sifat lain yang
tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan
mekanisme infeksi bakteri
3. Penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sering ditemukan
pada ikan kerapu macan adalah terlihat bercak putih. Perlakuan
bahan

kimia

pengendali

parasit

dapat

dilakukan

seperti

perendaman dalam larutan formalin 25 ppm, perendaman ikan


dalam

air

bersalinitas

ppt

selama

beberapa

jam

dan

memindahkan ikan yang sudah diperlakukan ke dalam wadah barn


bebas parasit.
Permasalahan yang sering dialami petani budidaya ikan
kerapu ini ialah penyakit. penyakit yang disebabkan oleh bakteri
yang sering menyerang ikan kerapu adalah Vibrio sp., Aeromonas
sp., Pseudomonas sp., Streptococcus sp., Pasteurella sp. Dan
Mycobacterium sp. cara yang sering dilakukan untuk membasmi
bakteri patogen ialah dengan menggunakan antibiotik, namun
27

penggunaan antibiotik ternyata dapat menimbulkan efek samping


yaitu dapat menjadikan bakteri patogen menjadi resisten . Oleh
karena itu perlu dilakukan pencarian metode lain yang aman bagi
biota

dan

lingkungannya.

memanfaatkan

sifat

Salah

antagonisme

satunya

adalah

antarbakteri

dengan

atau

antar

komunitas bakteri (Hatmanti, et al., 2009).


3.7 Pemanenan
a. Pemanenan Benih

Pemanenan benih dilakukan dengan cara mengambil terlebih


dahulu benih yang berada dipermukaan dengan menggunakan baskom
beserta airnya. Untuk mengambil benih yang tersisa, hapa dipasang
pada bak disurutkan dengan cara membuka pipa outlet secara
perlahan-lahan

sampai

habis.

Benih-benih

tersebut

di

grading

berdasarkan ukuran dan disimpan pada bak terpisah (Indra, 2012).


Pemanenan

merupakan

proses

akhir

dalam

suatu

usaha

pembenihan. Umumnya pemanenan dilakukan setelah benih berumur


D33 benih dapat dipanen sebanyak 3 kali, yaitu pada D33, D39, D41.
Sifat kanibalisme sudah tampak dimana benih yang ukurannya lebih
besar akan memangsa yang lebih kecil, tetapi seringkali ditemukan
benih yang memangsa benih yang seukuran. Untuk pencegahan
larva/benih kerapu macan diberi makan yang cukup, dan dilakukan
grading

yang bertujuan untuk menyeragamkan ukuran agar tidak

terjadi persaingan makanan dan mengurangi kanibalisme (Ikbal, 2012).


b. Cara Perhitungan Benih

Ketika terjadi pemijahan, telur yang telah dibuahi akan terapung


dan dikumpulkan melalui tangki overflow yang ditampung dengan jaring
halus(Plankton net) dengan kerapatan 400 m . Telur kerapu yangsudah
dibuahi tidak lengket dan terapung, diameternya bekisar antara0,80,9
mm (Ketut, et al.,2013).
Telur

kerapu

sensitif

terhadap

penanganan,

pada

fase

perkembangan awal,telur boleh dipindahkan dari jaring pengumpul saat


kantung optik pada embriotelah berkembang , yaitu pada tahap
28

pertumbuhan mata . Penanganan/pemindahan telur sebelum fase


iniakan menyebabkan kematian dan tingkat abnormalitas larva tinggi
(Caberoy dan Quinitio, 1998).
c. Pembersihan Kolam/Tambak

Keramba perlu dirawat agar dapat meningkatkan produksi dan


penurunan biaya. Mata jaring yang kecil akan mempercepat jaring
menjadi kotor dan tertempel oleh organisme pengganggu seperti Algae
(lumut), tritip dan kotoran pastik yang menempel, hal tersebut dapat
menghambat pertukaran air. Untuk mengatasinya jaring harus diganti
kemudian dicuci dan dikeringkan untuk mengganti jaring pada waktu
yang akan datang. Biasanya pergantian jaring diakukan setiap 1 bulan
sekali. Apabila belum sampai pada waktu tersebut jaring sudah kotor
biasanya yang terkena plastik atau sampah yang menempel pada
bagian jaring dilakukan pembersihan jaring (Zukifli dalam Indra,
2011).
Keadaan keramba harus dikontrol setiap hari dan jaring harus
bersih dengan cara mengangkat jaring secara periodik dan menjemur di
bawah sinar matahari kemudian dilakukan pembersihkan jaring dari
tritip yang menempel dengan cara menghancurkan tritip menggunakan
palu yang terbuat dari kayu setelah itu jaring dilipat dan disimpan untuk
pergantian jaring selanjutnya. Pembersihan kurungan jaring dapat
dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan tekanan
tinggi. Biasanya untuk jaring berukuran mata jaring kecil (1 inci)
membutuhkan waktu ganti jaring 2 minggu, sedangkan untuk jaring
yang mempunyai mata jaring besar (2 inci) membutuhkan waktu ganti
3-4 minggu (Sunyoto dalam Indra 1994).
d. Pemanenan Hasil Pembesaran

Menurut Nasir, et al., (2012), sebagai ikan ekspor, ukuran yang


dibutuhkan adalah 5001.000 gram/ekor dan dipasarkan dalam
bentuk hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan masa
pemeliharaan 47 bulan, hal ini tergantung ukuran bibit. Pada saat
pemanenan kesehatan ikan harus tetap dijaga, ikan yang luka akan
29

menurunkan

harga.

Oleh

karenanya

langkah-langkah

persiapan

pemanenan harus diperhitungkan dengan teliti. Langkah persiapan


pemanenan meliputi persiapan sarana dan alat panen seperti
serokan, bak air laut, aerasi, tabung oksigen, kantong plastik,
timbangan dan kapal/perahu. Semua sarana harus dalam keadaan
bersih.

Pada

Pemanenan

hari

pemanenan

dilakukan

dengan

pemberian
menggunakan

pakan
serok

dihentikan.
kemudian

ditimbang di atas rakit dan seterusnya langsung dipindahkan ke


kapal/perahu. Bila pemasaran atau pemindahan ke kapal dengan
menggunakan jalan darat transportasi dapat dilakukan dengan cara
terbuka atau tertutup.
1. Transportasi terbuka dilakukan dengan menggunakan wadah
kedap panas yang
dipasang pada sebuah kenderaan roda empat. Wadah ini diisi air
laut yang bersih dan dipasang sistem aerasi (pompa udara) bila
pengangkutan dengan jumlah padat
pemberian aerasi menggunakan gas oksigen murni, suhu air
pengangkutan berkisar
1722 oC.
2. Transportasi tertutup dapat dilakukan dengan menggunakan
kantong plastik seperti pada pengangkutan benih. Untuk jarak
yang tidak terlalu jauh dapat digunakan kantong plastik volume
50100 liter. Suhu media dalam kantong 1722 oC, untuk
mengatur suhu air dapat diberi es baik langsung dalam kantong
maupun di luar kantong dalam bentuk kepingan es yang telah
dibungkus. Untuk ukuran kantong 60 liter dan diisi media air 20
liter, diisi gas oksigen 30 liter dapat mengangkat ikan seberat 4
5 kg selama 45 jam.
Perkiraan ikan kerapu macan mencapai ukuran betina dewasa
(420 mm) di Pulau Panggang dimulai pada umur 1 tahun 1 bulan.
Sementara Pulau Tigak dimulai pada umur 2 tahun 3 bulan. Ukuran
jantan dewasa (698 mm) di Pulau Panggang dimulai pada umur 2 tahun
9 bulan, dan di Pulau Tigak pada umur 6 tahun 2 bulan. Ukuran ini
30

didasarkan pada pernyataan Johannes et al. 1999 bahwa berdasar dari


penelitian Pulau Palau, diketahui spesies betina dewasa berkisar pada
ukuran 420 mm, dan jantan dewasa berkisar pada ukuran 698 mm.
Ukuran ideal pasar untuk ikan ini adalah 300 1300 gram. Jadi, pada
ukuran kisaran tersebut ikan kerapu macan di alam menjadi target
utama. Ukuran mata pancing dan mulut bubu disesuaikan dengan
ukuran pasar tersebut. Ikan dengan bobot kurang dari 300 gram tidak
akan diterima pasar dan biasanya dipelihara di keramba, untuk
dibesarkan lagi. Ukuran ikan kerapu macan 300 1300 gram di sekitar
perairan Pulau Panggang berkisar pada ukuran 260 480 mm, dan
diduga pada umur ikan tersebut 6 bulan sampai 1 tahun 4 bulan
(Sutrisna, 2011).

3.8 Penanganan Pasca Panen

Penanganan

pasca

panen

yang

utama

adalah

masalah

pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk


menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan
dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan
tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat
atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam.
Wadah angkutnya berupa drum plastik atau
fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak sampai 2/3 bagian
wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama
perjalanan yaitu 19-210C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi.
Kepadatan ikan sekitar 50kg/wadah. Cara pengangkutan yang umum
digunakan adalah dengan pengangkutan tertutup dan umumnya untuk
pengangkutan dengan pesawat udara. Untuk itu,1 kemasan untuk 1
ekor ikan dengan berat rata-rata 500 gam (Tim Peneliti Lembaga
Penelitian Udana, 2006).
Menurut Alfamis (2012), penangan pasca panen ada dua yaitu
panen hidup dan panen segar. Langkah-langkah untuk panen hidup
adalah :
31

Ikan dipuasakan selama minimal 124 jam sebelum dipanen


dengan tujuan agar perut ikan kosong dari pakan dan tidak terjadi
kolaps pada saat pemanenan dan pengangkutan yang dapat
menyebabkan kematian ikan

Mengangkat jaring hingga kedalaman jaring menjadi setengah


dari kedalaman awal minimal 3 jam sebelum ikan dipanen, hal ini
bertujuan agar ikan tidak kolaps/kembung dan mati pada saat
dipanen karena adanya perbedaan tekanan

Ikan dipanen menggunakan serok yang terbuat dari jaring dengan


permukaan halus tanpa simpul (knotless) atau menggunakan
keranjang plastic berlubang agar sisik dan kulit ikan tidak terluka
akibat adanya gesekan

Ikan dimasukkan ke dalam larutan anesthesia 25 ppm untuk


dibius sehingga penghitungan, penimbangan dan pemindahan
ikan ke dalam palka kapal angkut bisa dilakukan tanpa melukai
dan membuat stress ikan

Setelah ikan dihitung dan ditimbang ikan dimasukkan ke dalam


palka yang sudah diisi air dan es sehingga suhu air ada dalam
kisaran

22-24C,

selain

itu

air

media

tersebut

di

aerasi

menggunakan oksigen murni sehingga oksigen terlarut (DO) dapat


dipertahankan minimal 15 ppm

System pengangkutan adalah system tertutup, dimana palka


kapal hanya mempunyai satu saluran masuk dan keluar dan kapal
angkut yang digunakan adalah kapal fiber.

Langkah-langkah untuk penangan panen segar adalah :

ikan dipuasakan selama minimal 124 jam sebelum dipanen


dengan tujuan agar perut ikan kosong dari pakan dan tidak terjadi

32

kolaps pada saat pemanenan dan pengangkutan yang dapat


menyebabkan kematian ikan

Mengangkat jaring hingga kedalaman jaring menjadi setengah


dari kedalaman awal agar pemanenan ikan lebih mudah

Ikan dipanen menggunakan serok yang terbuat dari jaring dengan


permukaan halus tanpa simpul (knotless) atau menggunakan
keranjang plastic berlubang agar sisik dan kulit ikan tidak terluka
akibat adanya gesekan

Setelah itu ikan dimasukkan ke dalam palka kapal yang sudah diisi
lumpur es (ice chilled) dengan suhu media 0C, hal ini bertujuan
agar ikan mati dalam waktu singkat sehingga mutu daging tetap
prima

Setelah panen selesai ikan dibiarkan dalam lumpur es selama 4-5


jam sampai suhu center body ikan ada dalam kisaran (-)2 sampai
0C

Jika suhu center body sudah mencapai kisaran tersebut ikan di


bongkar dan di packing ke dalam box Styrofoam atau fiber

Box

yang

digunakan

untuk

packing

dilapisi

plastic

bagian

dalamnya dengan tujuan agar suhu ruangan (box) tetap stabil


sehingga suhu center body ikan tidak naik melebihi +2C

Susunan ikan dalam box dari bawah ke atas adalah es-ikan esikanes dst dengan posisi perut ada di bagian atas agar daging
ikan yang ada dilapisan bawah tidak rusak.

Setelah selesai pengepakan (packing) box ditutup rapat dan


distrapping

Ikan siap dikirim ke konsumen

33

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah :


1. Ikan Kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk
dibudidayakan

karena

pertumbuhannya

cepat

dan

dapat

diproduksi secara massal.


2. Ikan kerapu macan (Epinephelus sexfasciatus) merupakan salah
satu jenis ikan laut yang hidup di perairan dalam maupun payau.
3. Ikan kerapu macan memiliki bentuk morfologi yang unik dan
4.

menarik dengan corak dan warna dasar sawo matang.


Kerapu merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

dan masih tergolong langka.


5. Ikan kerapu bersifat hermaprodit protogoni, yaitu perubahan
kelamin dari betina dan menjelang dewasa akan berubah menjadi
jantan, ketika ikan kerapu masih muda (juvenile), gonadnya
mempunyai daerah ovarium dan daerah testis.
6. Kerapu macan dapat memijah secara alami dan buatan.
7. Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari dan kemudian dibawa
ke aquarium penetasan. Telur akan menetas selama 20-24 jam
8. Pakan yang diberikan berupa pakan alami, pakan buatan dan
pakan tambahan.
4.2 Saran
1. Budidaya ikan kerapu macan perlu ditingkatkan karena dapat
menjadi peluang usaha yang bagus.

34

2. Pengontrolan lingkungan dan pengelolaan kualitas air serta


penanganan terhadap hama dan penyakit perlu ditingkatkan agar
dapat menghasilkan kualitas induk dan larva yang bagus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2013.
Budidaya
Ikan
Kerapu
Macan.
(http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/b
udidaya-ikan-kerapu-macan.html).
Diakses
tanggal
5
Desember pukul 09.00 WIB
___________. 2013. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus

Fuscoguttatus) .
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan Dan
Pemasyarakatan
Ilmu
Pengetahuan
Dan
Teknologi.
(http://www.ristek.go.id). Diakses tanggal 3 Desember 2013
pukul 19.00 WIB
___________.
2013.
Cara
Budidaya
Ekstensif.
(http://kesehatanternak.blogspot.com/2013/04/carabudidaya-ekstensif.html). Diakses tanggal 4 Desember 15.30
WIB
Ariani, Hatmanti, Ruyitno Nuchsin, Dan Julinasari Dewi. 2009. Screening
Bakteri Penghambat Untuk Bakteri Penyebab Penyakit Pada
Budidaya Ikan Kerapu Dari Perairan Banten Dan Lampung.
Makara, Sains, Vol. 13, No. 1, April 2009: 81-86
Caberoy, T. 1998. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dictary
Nutrint dalam Watanabe, T. 179-233.
Dayat Bastiawan dan Abdul Wahid 2013. Teknik Pembenihan Nila Gift
Secara Massal Dan Pembesaran Di Tambak. Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar
35

Deska.
Farabi,

2013. (http://opuen.blogspot.com/).
Desember 2013 pukul 22.09 WIB

Di

akses

tanggal

Ikbal.
2012.
Pembenihan
Ikan
Kerapu.
(http://ikbalfarabi007.blogspot.com/2012/06/pembenihanikan-kerapu-macan.html). Diakses tanggal 4 Desember pukul
12.00 WIB

Gani, Putri Ratna Mariskha.2009. Aspek Reproduksi Ikan Kerapu Macan


(Epinephelus sexfasciatus) di Perairan Glondonggede Tuban.
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Haryanti, E . Saade dan A. Pranata. 2011. Pengaruh Tingkat Substitusi
Tepung Ikan dengan Tepung Manggot terhadap Retensi dan
Efisiensi Pemnafaatan Nutrisi. Universitas Hasanuddin :
Makassar. Hlm 1-14
Indra.

2012.
Laporan
Hasil
Pembahasan
Ikan
Kerapu.
(http://kesetiaanindra.blogspot.com/2012/03/laporan-hasilpembahaasan-ikan-kerapu.html.) Diakses pada tanggal 3
desember 2013 pukul 10.00 WIB.

Ismi, Suko. Ketut Maha Setiawati Apri Imam Supii. 2010. Program
Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti Dan Perekayasa
Dewan Riset Nasional. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya
Laut Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peri Kanan
Budidaya Badan Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Dan
Perikanan Kementerian Kelautan Dan Perikanan
Hamka.
2009.
Teknis/Manajer Pengendali Mutu (MPM) Bidang Perbenihan Perikanan
Budidaya di BBAP Takalar .Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktor
at Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Takal
ar
Herman, Agus. 2009. Budidaya Ikan Kerapu dengan Keramba Jaring
Apung (Pola Pembiayaan Konvensional.
Ivanda Lailatul Putri, Dwi. Agus dan Sukandar. 2013. Tingkah Laku
Pemijahan, Pembenihan, Pembesaran Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes Altivelis) Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA, VOL. I NO. 1

36

Jacqueline M.F Sahetapy.2011.Toksisitas Logam Berat Timbal (Pb) Dan


Pengaruhnya
Pada
Konsumsi
Oksigen
Dan
Respon
Hematologi Juvenil Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus). Sekolah Pascasarjana.Institut Pertanian
Bogor: Bogor, Jawa Barat
Ketut. M.F. 2011. Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pakan dalam
Budidaya Perikanan Prosiding Aplikasi teknologi Pakan dan
Perananannya
bagi
Perkembangan
Usaha
Perikanan
Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal 11-21
Kurnia. 2013. Pemeliharaan Induk Ikan Nila.
(http://drkurnia.wordpress.com/2012/07/31/pemeliharaaninduk-ikan-nila/). Diakses pada tanggal 6 Desember 2013
pukul 07.00 WIB
Mayunar.

1993 . Perkembangan Pembenihan Kerapu Macan


Indonesia. vol XVIII, Nomor 3 : 95-108 ISSN 0216-1877.

Di

M, Zulkifli AK. Nasir U, T.Iskandar, Mukhlisuddin, A. Azis, Yulham,


Bahrum, Cut Nina H, Amir Y, Baharuddin dan Zuardi E. 2011.
Rakitan Teknologi Budidaya Kerapu Dalam Keramba Jaring
Apung (Kja).
Mustamin.

2011. Pembenihan Ikan Kerapu Macan. (http://uzanfishloves.blogspot.com/2011/08/pembenihan-ikan-kerapumacan.html). Diakses tanggal 06 des 2013 pukul 08.52 WIB

Naibaken, J.Bond. 2012. Teknik Pembesaran dan Budidaya Kerapu


Macan.
Novriadi.
2012.
Pengendalian
Hama
dan
Penyakit
Ikan.
(http://www.slideshare.net/Romitisam/romi-novriadipengendalian-hama-dan-penyakit-ikan). Di aksees pada
tanggal 5 desember 2013 pukul 20.30 WIB.
Putra.

2012.
Proposal
Kerja
Lapang
Ikan
Kerapu
Macan.
(http://luattah85.blogspot.com/2011/03/proposal-praktekkerja-lapang-kerapu.html). Diakses pada tanggal 5 desember
2013 pukul 13.50 WIB.

Rizal.

2013.
Pendederan
Benih
Lele.
(rizalmemberi.blogspot.com/2013/07/pendederan-benihlele.html). Diakses tanggal 6 Desember 2013 pukul 07.49 WIB

37

Safii.

2013.
Pembesaran
dan
pendederan
Ikan
Gurami.
(http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/04/pembesarandan-pemanenan-ikan-gurami.html). Diakses
tanggal 7
Desembe 2013 pukul 08.00 WIB

Sandoro,

Imam.
2011.
Pembenihan
Ikan
Kerapu
Macan.
(http://yunias19ocean.blogspot.com/2011/01/pembenihanikan-kerapu-macan.html). Diakses tanggal 6 Desember 2013
pukul 08.54 WIB

S.S, Budidaya. Udi Putra. 2011. Manajemen Kualitas Air Dalam Kegiatan
Budidaya
Perikanan.
(http://www.slideshare.net/putranana/manjemen-kualitas-air).
Diakses Tanggal 4 Desember 2013 pukul 10.10 WIB.
Sutrisna, Aris . 2011. Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus Forsskal, 1775) Di Perairan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu.
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan .Institut
Pertanian Bogor : Bogor, Jawa Barat.
Tarjombah. 2013. (tarjombah.blogspot.com/). Diakses tanggal 6
Desember 2013 pukul 07.15 WIB
Tarwiyah. 2001. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus). Jakarta.
Utama, Febryanto Wardhana. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya
Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor: Dki Jakarta.
Windra Jumadi . 2011. Penentuan Kesesuaian Lahan Keramba Jaring
Apung Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscogutattus)
Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu. Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor
: Bogor, Jawa Barat.
Yudha, Indra Gumay. 2011. Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscoguttatus)Di Perairan Pulau Puhawang,
Lampung Selatan.

38

Zilly. 2010. Pemeliharaan Induk.


(http://budidayaikan74.wordpress.com/2010/10/05/pemelihar
aan-induk-2/). Diakses pada tanggal 6 Desember pukul 07.05
WIB

39

Anda mungkin juga menyukai