Isi
Isi
Isi
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ikan kerapu merupakan ikan ekonomis penting yang berpeluang
baik dan populer dipasarkan domestik dan luar negeri. Jenis-jenis ikan
kerapu tersebut diantaranya adalah
untuk pasaran domestik dan internasional, maka benih yang selama ini
berasal dari alam akan sulit dipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke
usaha pembenihan buatan (Tarwiyah, 2001).
Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di
Indonesia,
namun dalam
dapat
Budidaya
dibenihkan,
Balai
Jenderal
Laut
Lampung
sebagai
Perikanan, telah
unit
melakukan
melalui pembenihan
buatan
permintaan
yang
menangkap dengan
tinggi
kemudian
masyarakat
banyak
Tujuan
1
habitat
pembaca
mampu
memahami
cara
pemeliharaan
memahami
bagaimana
managemen
mengetahui
hama dan
penyakit serta
cara pengendaliannya
6. Agar
pemanenan
7. Agar pembaca mampu memahami cara penanganan pasca panen
1.3
Manfaat
benar
Memahami bagaimana managemen kualitas air yang tepat
Mengetahui hama dan penyakit serta cara pengendaliannya
Mengetahui bagaimana proses dalam pemanenan
Memahami cara penanganan pasca panen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu
jenis ikan kerapu yang umumnya dikenal dengan istilah "groupers" dan
merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang
baik dipasar domestic maupun pasar internasional dan selain itu nilai
jualnya
cukup
tinggi.
Ikan
Kerapu
mempunyai
sifat-sifat
yang
: Chordata
Sub filum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtyes
Sub class
: Actinopterigi
Ordo
: Percomorphi
Sub ordo
: Percoidea
Family
: Serranidae
Genus
: Epinephelus
Gambar.1 Ikan
Kerapu Macan
Species
: Epinephelus fuscoguttatus
2.2 Morfologi
Identifikasi kerapu macan pertama kali dilakukan oleh Weber dan
Beaufort (1931), keduanya mendeskripsikan morfologi ikan Kerapu
Macan dengan bentuk badan memanjang gepeng (compressed) atau
agak membulat, mulut lebar serong keatas dengan bibir bawah
menonjol keatas. Rahang bawah dan atas dilengkapi dengan gigi-gigi
geratan berderet dua baris, lancip dan kuat serta ujung luar bagian
depan adalah gigi-gigi yang terbesar. Sirip ekor umumnya membulat
(rounded), sirip punggung memanjang dimana bagian jari-jarinya yang
keras berjumlah kurang lebih sama dengan jari-jari lunaknya. Jari-jari
sirip yang keras berjumlah 6 8 buah, sedangkan sirip dubur berjumlah
3 buah, dan jari-jari sirip ekor berjumlah 15 17. Warna dasar adalah
sawo matang, perut bagian bawah agak keputihan dan pada badannya
terdapat titik berwarna merah kecoklatan serta tampak pula 4 6 baris
warna gelap yang melintang hingga ke ekornya. Badan ditutupi oleh
sisik kecil, mengkilat dan memiliki ciri-ciri loreng. Panjang untuk ikan
dewasa 11-55 cm (Jacqueline, 2011)
Menurut Windra (2011), menjelaskan bahwa ikan kerapu macan
bentuk tubuhnya memanjang dan gepeng (compressed), tetapi kadangkadang ada juga yang agak bulat. Mulutnya lebar serong ke atas dan
bibir bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas dilengkapi
4
gigi-gigi geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip dan kuat.
Sementara itu, ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigigigi yang besar. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang
mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan.
2.3 Biologi
Ikan kerapu macan (E. sexfasciatus) merupakan salah satu jenis ikan
laut yang hidup di perairan dalam maupun payau yang bersalinitas 20-35
ppt (Chou dan Lee, 1998). Kepala dan badan berwarna coklat kemerahan.
Badan dengan enam strip tegak lebar coklat tua. Sirip-sirip kecoklatan.
Sirip dada kemerahan (Aris, 2011).
Ikan demersal ini merupakan salah satu sumber daya ikan yang
bernilai ekonomis dan penting karena memiliki daging yang tebal, lezat,
dan berprotein tinggi, juga dapat dibudidayakan sebagai ikan hias.
Musim pemijahan ikan kerapu di perairan tropis dapat terjadi pada
setiap tahun atau sepanjang tahun. Musim pemijahan kerapu di
Indonesia berlangsung dari bulan Januari sampai November. Ikan kerapu
memiliki habitat di dasar perairan laut tropis dan subtropis. Pada
umumnya kerapu bersifat soliter, tetapi saat akan memijah ikan
bergerombol. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan ikan kerapu
dari muda hingga dewasa bersifat
demersal (Putri, 2009).
BAB III
TEKNIS BUDIDAYA IKAN
3.1 Pesyaratan Lokasi Budidaya
Menurut Febryanto (2010), menjelaskan bahwa ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan agar dapat berjalan
dengan baik. Dalam hal tata letak, persyaratan umum yang harus
dipenuhi dalam pemilihan lokasi budidaya adalah sebagai berikut :
1. Terlindung dari angin dan gelombang besar
Angin dan gelombang besar dapat merusak konstruksi sarana
budidaya (rakit) dan dapat menggangu aktifitas budidayaseperti
pemberian pakan. Tinggi gelombang yang disarankan untuk budidaya
kerapu tidak lebih dari 0,5 meter.
2. Kedalaman perairan
Kedalaman perairan ideal untuk budidaya ikan kerpau macan
yang menggunakan karamba jaring apung adalah 5-15 meter.
Perairan
yang
terlalu
dangkal
(kurang
dari
lima
meter)
5. Sarana transportasi
Tersedianya sarana transportasi yang baik dan mudah diakses adalah
suatu keuntungan tersendiri pada lokasi budidaya ikan kerapu macan
karena memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan pakan dan
hasil panen.
a. Kolam/Wadah
a.1 Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam ini dimaksudkan sebagai tempat induk ikan yang siap
atau selesai dipijahkan. Untuk menjaga agar induk tidak memijah
liar (mijah maling), induk jantan dan betina harus ditempatkan di
kolam tersendiri. Sistem pengairan kolam pemijahan tersebut
diusahakan secara paralel. Artinya, setiap kolam memiliki pintu
pemasukan air sendiri dan mendapatkan air baru terus menerus.
Bila lahan dan air kurang memungkinkan, pengaliran air boleh
dilakukan secara seri. Syaratnya, kolam tetap harus dua buah dan
induk betina harus ditempatkan di kolam sebelah atas agar tidak
terangsang bau sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
Kolam pemeliharaan yang induknya terpisah khusus diberlakukan
bagi ikan-ikan yang memerlukan manipulasi lingkungan dalam
pemijahannya
lama
untuk
telah
dilakukan
pengeringan
dasar
kolam,
tapi
dapat
meningkatkan
produksi
benih.Kolam
lubang-lubang
di
sepanjang
kolam
untuk
tetap
unggul
tahap
pertama.
Benih-benih
yang
10
penetasan
pemeliharaan
larva
telur
yang
perlu
dijaga
sekaligus
merupakan
kualitas
airnya
bak
dengan
penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103 104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang
ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur
yang
ditinggalkan.
Pembersihan
dasar
bak
dengan
cara
berupa
bahan
kimia,
misalnya:
alkohol,
khlorin/kaporit, formalin
f. DO-meter : Alat pengukur kandungan oksigen terlarut di dalam
air
g. pH-meter : Alat pengukur potensi hidrogen/derajat keasaman
h. Inlet : Saluran pemasukan air
12
mesh
buah,timbangan,
size
bak
inchi)
ukuran
pengobatan
dan
3x3x3
m3sebanyak
perlengkapannya,
12
gunting,
18,87%
dan
35,17%
tetapi
jika
dilihat
dari
13
dan
akhirnya
dewasa
sampai
larva
berumur
50
hari
(Anonimous, 2010).
induk
mempengaruhi
indek
kemtangan
gonad,
14
mengetahui
tingkat
kematangannya,
garis
tengah
dianggap
kurang
aman,
demikian
juga
secara
diperoleh
diamati
untuk
mengetahui
tingkat
c. Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Salah satu kendala pada saat pemeliharaan larva adalah
kultur phytoplankton (Nannochloropsis sp.) yang tidak stabil yang
disebabkan antara lain cuaca yang tidak mendukung dan kualitas
bibit Nannochloropsis sp. yang kurang baik, sehingga kultur ratifer
sebagai pakan larva juga tergangggu, karena itu perlu alternative
pakan untuk kultur ratifer salah satunya adalah dengan ikan rucah
(Suko, et al. 2010)
Pakan
dari
jenis
ikan
rucah
ini
tetap
harus
dijaga
Tanah
sawah
yang
baru
pertama
kali
digunakan
untuk
banyak hama (ikan liar) atau ular, maka sebaiknya digunakan kapur
16
tohor.
berbentuk
bulat,
700-800
mikron,
melayang
di
berkembang
selnya
dengan
sempurna
mempunyai
relatif
sedikit
tetapi
pengaruhnya
sangat
besar
sebagai
sumber
energi
dapat
dimaksimalkan
untuk
air
dapat
memperoleh
tambahan
zat
asam,
atau
Dayat
dan
Abdul
(2013),
Sistem
dan
intensitas
dapur
limbah
ekstensif
sebenar
cukup
lumayan,
karena
21
dilakukan
pemupukan
dan
pemberian
pakan
berproduksi
penggantian
2-3
air
kali
per
tahun.
Selain
juga
itu,
dapat
daya
ikan
secara
semi-intensif
di
kolam
dapat
22
kolam
ikan
di
sesering
mungkin
sesuai
dengan
tingkat
gangguan.
Gangguan
itu
berupa
serangan
Kualitas air yang baik adalah air yang cocok untuk kegiatan
budidaya dimanajenis komoditas budidaya bisa hidup dan tumbuh
dengan normal.Ketersediaan air yang baik penting di dalam budidaya
perikanan, air yangbagus memiliki karakteristik lingkungan spesifik
untuk mikroorganisma yang dibudidayakan. Kualitas air tidak terbatas
pada karakteristik air, tapi lebih dinamisyakni merupakan hasil dari
proses faktor-faktor lingkungan dan proses biologi.Oleh karena itu untuk
menghasilkan kualitas air yang baik maka perlu dakegiatan monitoring
yang rutin. Kebutuhan kualitas air tiap spesies berbeda-beda bahkan
dalam setiap tahap perubahan dalam satu siklus hidup dalamsatu
spesies. Sehingga kondisi air media harus diuji terlebih dahulu
sebelummembuat keputusan dam mengambil tindakan selanjutnya.
Oleh karena itusetiap pembudidaya harus memahami hal-hal penting
yang perlu mendapatperhatian ketika akan dan sedang melakukan
budidaya. Faktor-faktor penting kualitas air yang perlu mendapat
perhatian diantaranya adalah suhu air, salinitas, oksigen terlarut, pH,
alkalinitas,ammonia, nitrit, nitrat, asam sulfida, karbondioksida, dan
besi. Faktor-faktortersebut dalam suatu tempat terus mengalami
perubahan dinamis karenaadanya faktor di luar dan di dalam sistem
yang kemudian salingmempengaruhi antar faktor tersebut. Perubahan
lingkungan secara kimia danfisika yang terjadi secara alamiah dan
akibat ulah manusia yang terjadi dilingkungan perairan (Nana, 2011).
Menurut Nur (2011), Kualitas air adalah faktor yang tidak kalah
penting dalam usaha budidaya. Dalam hal ini sumber air yang baik
harus memenuhi kriteria kualitas air yang meliputi sifat sifat fisika dan
kimia seperti suhu, salinitas, pH, kandungan oksigen terlarut dan
24
sangat
berpengaruh
terhadap
kehidupan
dan
Hal
ini
disebabakan
pengaruh
menyebabkan
langsung
suhu
juga
mentoleransi
perubahan
tersebut.
Ikan
kerapu
macan
air.
Keadaan
air
yang
sangat
basa
juga
adapt
f. Melakukan
preventif
treatment
melalui
pemberian
pakan
kimia
pengendali
parasit
dapat
dilakukan
seperti
air
bersalinitas
ppt
selama
beberapa
jam
dan
dan
lingkungannya.
memanfaatkan
sifat
Salah
antagonisme
satunya
adalah
antarbakteri
dengan
atau
antar
sampai
habis.
Benih-benih
tersebut
di
grading
merupakan
proses
akhir
dalam
suatu
usaha
kerapu
sensitif
terhadap
penanganan,
pada
fase
menurunkan
harga.
Oleh
karenanya
langkah-langkah
persiapan
Pada
Pemanenan
hari
pemanenan
dilakukan
dengan
pemberian
menggunakan
pakan
serok
dihentikan.
kemudian
Penanganan
pasca
panen
yang
utama
adalah
masalah
22-24C,
selain
itu
air
media
tersebut
di
aerasi
32
Setelah itu ikan dimasukkan ke dalam palka kapal yang sudah diisi
lumpur es (ice chilled) dengan suhu media 0C, hal ini bertujuan
agar ikan mati dalam waktu singkat sehingga mutu daging tetap
prima
Box
yang
digunakan
untuk
packing
dilapisi
plastic
bagian
Susunan ikan dalam box dari bawah ke atas adalah es-ikan esikanes dst dengan posisi perut ada di bagian atas agar daging
ikan yang ada dilapisan bawah tidak rusak.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
karena
pertumbuhannya
cepat
dan
dapat
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2013.
Budidaya
Ikan
Kerapu
Macan.
(http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/b
udidaya-ikan-kerapu-macan.html).
Diakses
tanggal
5
Desember pukul 09.00 WIB
___________. 2013. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus) .
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan Dan
Pemasyarakatan
Ilmu
Pengetahuan
Dan
Teknologi.
(http://www.ristek.go.id). Diakses tanggal 3 Desember 2013
pukul 19.00 WIB
___________.
2013.
Cara
Budidaya
Ekstensif.
(http://kesehatanternak.blogspot.com/2013/04/carabudidaya-ekstensif.html). Diakses tanggal 4 Desember 15.30
WIB
Ariani, Hatmanti, Ruyitno Nuchsin, Dan Julinasari Dewi. 2009. Screening
Bakteri Penghambat Untuk Bakteri Penyebab Penyakit Pada
Budidaya Ikan Kerapu Dari Perairan Banten Dan Lampung.
Makara, Sains, Vol. 13, No. 1, April 2009: 81-86
Caberoy, T. 1998. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dictary
Nutrint dalam Watanabe, T. 179-233.
Dayat Bastiawan dan Abdul Wahid 2013. Teknik Pembenihan Nila Gift
Secara Massal Dan Pembesaran Di Tambak. Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar
35
Deska.
Farabi,
2013. (http://opuen.blogspot.com/).
Desember 2013 pukul 22.09 WIB
Di
akses
tanggal
Ikbal.
2012.
Pembenihan
Ikan
Kerapu.
(http://ikbalfarabi007.blogspot.com/2012/06/pembenihanikan-kerapu-macan.html). Diakses tanggal 4 Desember pukul
12.00 WIB
2012.
Laporan
Hasil
Pembahasan
Ikan
Kerapu.
(http://kesetiaanindra.blogspot.com/2012/03/laporan-hasilpembahaasan-ikan-kerapu.html.) Diakses pada tanggal 3
desember 2013 pukul 10.00 WIB.
Ismi, Suko. Ketut Maha Setiawati Apri Imam Supii. 2010. Program
Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti Dan Perekayasa
Dewan Riset Nasional. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya
Laut Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peri Kanan
Budidaya Badan Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Dan
Perikanan Kementerian Kelautan Dan Perikanan
Hamka.
2009.
Teknis/Manajer Pengendali Mutu (MPM) Bidang Perbenihan Perikanan
Budidaya di BBAP Takalar .Departemen Kelautan Dan Perikanan Direktor
at Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Takal
ar
Herman, Agus. 2009. Budidaya Ikan Kerapu dengan Keramba Jaring
Apung (Pola Pembiayaan Konvensional.
Ivanda Lailatul Putri, Dwi. Agus dan Sukandar. 2013. Tingkah Laku
Pemijahan, Pembenihan, Pembesaran Ikan Kerapu Tikus
(Cromileptes Altivelis) Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA, VOL. I NO. 1
36
Di
2011. Pembenihan Ikan Kerapu Macan. (http://uzanfishloves.blogspot.com/2011/08/pembenihan-ikan-kerapumacan.html). Diakses tanggal 06 des 2013 pukul 08.52 WIB
2012.
Proposal
Kerja
Lapang
Ikan
Kerapu
Macan.
(http://luattah85.blogspot.com/2011/03/proposal-praktekkerja-lapang-kerapu.html). Diakses pada tanggal 5 desember
2013 pukul 13.50 WIB.
Rizal.
2013.
Pendederan
Benih
Lele.
(rizalmemberi.blogspot.com/2013/07/pendederan-benihlele.html). Diakses tanggal 6 Desember 2013 pukul 07.49 WIB
37
Safii.
2013.
Pembesaran
dan
pendederan
Ikan
Gurami.
(http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/04/pembesarandan-pemanenan-ikan-gurami.html). Diakses
tanggal 7
Desembe 2013 pukul 08.00 WIB
Sandoro,
Imam.
2011.
Pembenihan
Ikan
Kerapu
Macan.
(http://yunias19ocean.blogspot.com/2011/01/pembenihanikan-kerapu-macan.html). Diakses tanggal 6 Desember 2013
pukul 08.54 WIB
S.S, Budidaya. Udi Putra. 2011. Manajemen Kualitas Air Dalam Kegiatan
Budidaya
Perikanan.
(http://www.slideshare.net/putranana/manjemen-kualitas-air).
Diakses Tanggal 4 Desember 2013 pukul 10.10 WIB.
Sutrisna, Aris . 2011. Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus Forsskal, 1775) Di Perairan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu.
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan .Institut
Pertanian Bogor : Bogor, Jawa Barat.
Tarjombah. 2013. (tarjombah.blogspot.com/). Diakses tanggal 6
Desember 2013 pukul 07.15 WIB
Tarwiyah. 2001. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
Fuscoguttatus). Jakarta.
Utama, Febryanto Wardhana. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya
Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu. Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor: Dki Jakarta.
Windra Jumadi . 2011. Penentuan Kesesuaian Lahan Keramba Jaring
Apung Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscogutattus)
Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Pulau Panggang
Kepulauan Seribu. Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor
: Bogor, Jawa Barat.
Yudha, Indra Gumay. 2011. Studi Pembesaran Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscoguttatus)Di Perairan Pulau Puhawang,
Lampung Selatan.
38
39