Cerpen 10 Lembar
Cerpen 10 Lembar
Cerpen 10 Lembar
Mungkin aku memang tak sempurna. Sedari kecil tak ada yang mau
menerima kekuranaganku. Tak terkecuali orangtuaku sendiri. Bahkan nama
indah yang kupunya bukan pemberian mereka. Namaku Angelica Melodi.
Nama indah pemberian mendiang kakekku.
Dua bulan lalu langit seperti runtuh menimpaku. Hidupku bagai telah
berakhir. Satu-satunya orang yang menerimaku dengan penuh senyum pergi
meninggalkanku. Bukan untuk sesaat. Bukan untuk sekejap. Ia telah pergi
jauh menghadap Tuan hidup.
Hidupku kembali terombang-ambing. Ingin hidup tak ada alasan lagi. Tapi
mimpi mendiang kakekku yang beliau titipkan padaku belum juga kuraih.
Berkali-kali kupikirkan semuanya, berkali-kali juga aku menyerah. Pasrah.
Kulangkahkan
kakiku
mantap
menuju
panggung
impianku
bersama
30 menit berlalu..
Mobil mama pun terlihat. Aku kesal karena mama menjemputku terlambat.
Mama, mama kok lama sih jemput aku? Mama ngapain aja? Tanyaku
dengan nada kesal
Maaf sayang, tadi ada meeting dadakan. Jadi mama terlambat deh nyusul
kamu. Maaf ya sayang? jawab mama dengan nada bersalah
Iya deh, gak papa.. Jawabku singkat
Mobil mama pun melaju dengan kencang dan meninggalkan tempat dimana
aku menunggu mobil mama. Sesampainya di rumah, aku pun langsung
mengganti bajuku, mandi, lalu tidur. Malam harinya, aku bermimpi mamaku
tewas saat hendak pergi ke kantornya. Tiba-tiba aku terbangun. Untung saja
ketika aku bangun, hari sudah menjelang pagi. Aku bergegas pergi ke kamar
mandi. Aku masih terbayang dengan mimpi buruk itu. Tetapi, aku ingat akan
nasihat dari mama, MIMPI HANYALAH KHAYALAN SEMATA SAJA, sehingga
aku merasa lega.
Hari ini pun berjalan seperti biasa. Akan tetapi, mama terlambat
menjemputku lagi. Aku menunggu hingga 1 jam, tetapi mama tidak kunjung
datang. Tiba-tiba HP ku berbunyi. Ternyata kakakku yang menelponku. Kakak
memberi tahuku kalau mama kecelakaan saat pergi ke kantor. Aku tak kuasa
mendengarnya. Aku pun pergi ke rumah sakit yang sudah diberi tahu oleh
kakakku.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat mama terbaring lemas dengan
infus yang menancap di tangannya. Aku menunggu mama untuk terbangun.
Lama sekali.. Hingga keesokan harinya ketika aku dan kakak masih tertidur
pulas, tiba-tiba mama mengelus kepalaku. Aku pun terbangun lalu aku
membangunkan kakakku. Aku tahu kalau mama ingin menyampaikan
sesuatu. Aku pun mendekatkan telingaku ke mulut mama. Aku mendengar
mama mengucapkan sesuatu. Satu kalimat penuh nasihat dan harapan.
Kudengar mama mengucapkan, Alya, Alya sama kak Dita gak boleh
bertengkar lagi ya. Rukun ketika mama pergi. tiba-tiba mama sesak nafas,
lalu menghembuskan nafas terakhirnya. Aku dan kakak bersedih. Dan katakata terakhir yang diucapkan mama bagi kami berdua seperti nasihat
terakhir dari mama.
Cerpen Karangan: Arsanti Iftitah Sari
Facebook: http://www.facebook.com/arsanti.is
Sebuah Asa
Aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana dan tak mempunyai
banyak materi, sedari kecil orang tuaku selalu mengajarkan kepadaku apa
arti bersyukur, dan dari situlah aku selalu berusaha menghargai apa yang
telah aku miliki dan aku selalu mencoba selalu mengucap syukur meskipun
terkadang aku sulit untuk mengatakannya.
Sekitar umur 8 tahun aku yang seharusnya menjadi anak bungsu akhirnya
mempunyai adik karena ibuku kebobolan untungnya saja ibuku melahirkan
normal meskipun ketika ibuku melahirnkan usianya sudah paruh baya dan
memang menurut pandangan dokter sudah sangat rawan melahirkan di usia
yang menjelang senja, adikku lahir dan mulai mengirup udara bumi pada
tanggal 10 november 1995, adikku sangat cantik, bayi perempuan kulitnya
putih kemerahan dan matanya yang masih terkatup belum sanggup tuk
melihat dunia, semenjak ia keluar dari rahim ibukku ia hanya menangis
sambil menendang-nendang kaki mungilnya dan ketika adikku mulai di
bersihkan dan di chek ternyata adikku lahir tidak sempurna
astaghfirullah kaki adikku cacat.. telapak kakinya tidak seperti kaki normal
orang kebanyakan, ada rasa sedih yang menyelimuti hatiku, kakak-kakakku,
Adikku yang manis masih belajar menuntut ilmu di sebuah sekolah yang
sangat jauh dari rumah dan aku selalu tak pernah berhenti berharap agar dia
bisa menjadi anak yang berguna..
Teruslah semangat adinda .. Nyimah akan jagain kamu sampai kamu bias