Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan-Pendahuluan Apendik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan

Apendisitis
1. Anatomi fisiologi
Fungsi apendikstidak diketahui. Apendiks menghasilkan lendir 1-2
ml/hari. Lendir secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selan mengalir ke
secum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada
patogenisasi apendiksitis. Diperkirakan apendiks mempunyai peranan dalam
mekanisme imunologik. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
( Gut Associated Lympoid Tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ialah Ig A. Immonoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

2. Definisi
Apendiksitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering
terjadi. Apendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis,
dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiksitis disebut
juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di

masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu yang selama ini
dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat, karena yang mrupakan usus
buntu sebenarnya adalah sekum.
Sampai saat ini belum diketaui secara pasti apa fungsi apendiks
sebenarnya. Organ ini sering menimbulkan masalah kesehatan 9monica, 2002)
Apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan
yang paling umum diteukan dan paling sering memberikan keluhan abdomen
yang akut (acu abdomen). Apendiktomy adalah pengangkatan apendiks
terinflamasi dapat dilakukan pada pasen dengan menggunakan pendekatan
endoskopu, namun adanya perlengkapan multiple posisi retroperitoneal dari
apendiks atau robek perlu dilakukan prosedur pembkaan. Apendictomy adalah
pengangkatan secara bedh apendiks vermiformis.
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadrat pada bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untk bedah
abdomen darurat (smelzer,2001). Apendiksitis akut adalah nyeri atau rasa tidak
enak disekitar umbilicus berlangsung antara 1 sampai 2 hari. Dalam beberapa jam
nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah (titik Mc Burney) dengan disertai mual,
anoreksia dan muntah.(Lindseth,2006).
Apendiksitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,
radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan
menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopik apediks kronik adalah
fibrosis menyeruluh dinding apendiks, adanya jaringan perut dan ulkus di mukosa,
dan infiltrasi sel inflamasi kronik (pieter,2005)

3. Etiologi
a. Ulserasi pada mukosa
b. Obstruksi pada calon oleh fecalit (feses yang keras)
c. Pemberian barium

d. Berbagai macam penyakit cacing


e. Tumor
f. Struktur karena fibrosis pada dinding usus
4. Patofisiologi
Apendikitis biasanya disebabkan oleh penyumbangan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus
diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen, tekanan yang meningkat tersebut
akan menghambat aliran limfe yang mengakitkan edema. Diaforesis bakteri dan
ulseras mukosa pada saat inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium.
Skresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah, keadaan ini
disebut dengan apendiksitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene stadium ini disebut dengan
apendiksitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi
apendiksitis perforasi.
Semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disbut
infiltrate apendukularis, peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang
, dinding apendik lebih tipis, keadaan tersebut dtambah dengan daya tahan tubuh
yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer,
2003)

5. Woc

Apendiksitis

Hiperplasi folikel

benda asing

Limposit

erosi mukosa fekalit striktur

tumor

apendiks

Obstruksi
Mukosa terbendung
Apendiks teregang
Tekanan intaluminal
Alirah darah terganggu
Ulseri dan invasi bakteri pada dinding apendiks
Apendiks

Ke peritonium

trombosis pd vena intramural

Peritonitis

pembengkakan pd iskemia

abses

Perforasi

hiperter

cemas

Pembedahan operasi

syok hipovolemik

Luka insisi

Defisit self

Nyeri

Jalan masuk kuman


Resiko

Referensi : http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluanapendisitis.html
6. Manifestasi klinis

1.

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam

ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.


2.
Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan.
3.
Nyeri tekan lepas dijumpai.
4.
Terdapat konstipasi atau diare.
5.
Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6.
Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7.
Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
8.
Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis.
9.
Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
11. Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.
Nama pemeriksaan
Rovsings sign

Tanda dan gejala


Positif jika dilakukan palpasi dengan
tekanan pada kuadran kiri bawah dan
timbul nyeri pada sisi kanan.
Psoas sign atau Obraztsovas Pasien dibaringkan pada sisi kiri,
sign
kemudian dilakukan ekstensi dari
panggul kanan. Positif jika timbul nyeri
pada kanan bawah.
Obturator sign
Pada pasien dilakukan fleksi panggul
dan dilakukan rotasi internal pada
panggul. Positif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau vagina.
Dunphys sign
Pertambahan nyeri pada tertis kanan
bawah dengan batuk
Ten Horn sign
Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi
lembut pada korda spermatic kanan
Kocher (Kosher)s sign
Nyeri pada awalnya pada daerah
epigastrium atau sekitar pusat, kemudian
berpindah ke kuadran kanan bawah.
Sitkovskiy (Rosenstein)s sign
Nyeri yang semakin bertambah pada
perut kuadran kanan bawah saat pasien
dibaringkan pada sisi kiri
Aure-Rozanovas sign
Bertambahnya nyeri dengan jari pada
petit triangle kanan (akan positif
Shchetkin-Bloombergs sign)

Blumberg sign

Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi


pada kuadran kanan bawah kemudian
dilepaskan tiba-tiba

7. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
Ditemukan leukositosis 10.000 s/d 18.000/mm , kadang-kadang dengan
pergeseran ke kiri leukositosis lebih dari 18.000/mm disertai keluhan/gejala
apendiksitis lebih dari empat jam mencurigakan perforasi sehingga diduga bahwa
tingginya leukositosis sebanding dengan hebatnya peradangan.
2) Radiologi
Pemeriksaan radiology akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada
55% kasus apendiksitis stadium awal akan ditemukan gambran foto polos
abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adanya masa jaringan
lunak di perut kanan bawah dan mengandung gelembung-gelembung udara.
Selain itu gambaran radiologist yang ditemukan adanya fekalit, pemeriksaan
barium enama dapat juga dipakai pada kasus-kasus tertentu cara ini sangat
bermanfaat dalam menentukan lokasi sakum pada kasus Bizar. Pemeriksaan
radiology X-ray dan USG menunjukan densitas pada kuadran kanan bawah atau
tingkat aliran udara setempat.
3) Pemeriksaan Penunjang lainnya
a. Pada copy fluorossekum dan ileum terminasi tampak irritable
b. Pemeriksaan colok dubur : menyebabkan nyeri bila di daerah
infeksi, bisa dicapai dengan jari telunjuk.
c. Uji proses dan uji obturator

8. Penatalaksanaan apendiksitis
a. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendiksitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observas ketat perlu dilakukan. Pasien
diminta melakukan tirah baring dan dipuakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila
dicurigai adanya apendiksitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen
dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara
periodik, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mecari kemungkinan
adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan
lokalisasi nyeri di daerah knan bawah dalam 12 jam setla timbulnya keluhan.
2. Antibiotik
Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik,
kecuali apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporasi. Penundaan tindak
beddah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporais.
b. Operasi
1. Apendiktomi
2. Apendiks di buang, jika apendiks megalami perporasi bebas , maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotik
3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi elektif ssudah 6 minggu sampai 3 bulan.
4. Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk megetahui terjadinya


perdarahan di dalam, syok, hiperterimia atau gangguan pernafasan, angkat sonde
lambung bia pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah,
baringkan pasien dal posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak
terjadi gangguan, selama itu pasien dipuaskan, bila tindakan operasi lebih besar,
misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Satu hari psacra operasi pasien dianjurkan untuk duduk di
tempat tidur selama 2x30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk diluar
kamar. Hari ke tujuh jahian dapat diangkat dan pasien di peroleh pulang
(Mansjoer, 2003).
9. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering
pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah
2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada
anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih
tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan
terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah.
Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1.

Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa


lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa
flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi
bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2.

Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri


menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui

praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam
sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan
leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3.

Peritononitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi


berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.

Laporan Kasus
Apendiksitis
1. Kasus

Seorang bernama Tn.G datang ke RSUD Makmur Jaya pada hari sabtu tanggal 1
Desember 2012, dibawa ke IGD RSUD Makmur ja dan mendapat No. Register
112. Dan dirujuk ke Ruang Bougenfil. Tn.G berusia 27 tahun, dengan pendidikan
terahir SLTA. Beralamat di Bendul merisi III. Suku Jawa. Klien mengeluh nyeri di
sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah saat beraktivitas. Nyeri dirasakan terusmenerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
2. Pengkajian Pre-Operasi
A. Anamnesa
Data demografi.
Nama : Tn.G

Suku/bangsa: Jawa

Umur : 27 Tahun

Pendidikan: Sarjana

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan: Swasta

Status perkawinan: Kawin

Alamat : Bendul merisi III

Agama : Islam

Dx medis : Apendiksitis

Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain
rasa mual dan muntah, panas.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai pertama / saat dirumah sampai
MRS / opname.
Riwayat penyakit dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
B. Pemeriksaan Fisik.
1. B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
2. B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
3. B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data
psikologis Klien nampak gelisah.

4. B4 (Bladder) :
5. B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri
abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator
untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise.
Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi
diare
6. B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan/posisi duduk tegak.
C. Analisa Data
N
o
1

Data
-

Etiologi

Insisi bedah
DS:
Klien mengatakan
nyeri pada daerah
operasi
Klien mengatakan
nyeri pada perut kanan
bawah
DO:
Tampak meringis
Nyeri tekan (+)
TTV
S : 37 C
TD : 100/60 mmHg
RR : 20 x/mnt
ND : 86 x/mnt
P : Apendiksitis
Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R : epigastrium
menjalar ke perut kanan
bawah
S : 5 (1-10)
T : ketika saat
beraktivitas
kelemahan
DS :
dirasakan

Problem
Nyeri akut

yang Defisit perawatan


diri kelemahan

yang dirasakan
Badan berkeringat
Badan terasa gatal
Tungkai kanan tidak
dapat diluruskan
Data Objektif :
Kulit kepala kotor
Kuku nampak kotor
Klien nampak kotor

D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d insisi bedah.
2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan yang dirasakan
E. Intervensi keperawatan
N
o
1

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
berhubungan
dengan insisi
bedah

Tujuan/
Kriteria
Evaluasi
setelah
dilakukan askep
selama 1 x 24
jam dirassakan
pasien
melaporkan rasa
nyeri berkurang
atau hilang
dengan Kriteria
hasil : Pasien
tampak rileks
mampu tidur/
istirahat dengan
tepat.

Intervensi

Rasional

O: Kaji
nyeri :
lokasi
karakteristik
, berat (skala
0-10).
Selidiki dan
laporkan
perubahan
nyeri
dengan
tepat.
M:Dorong
melakukan
ambulasi
E: Alihkan
fokus nyeri

1. Monitor
keefektifan
obat
kemajuan/
kemunduran
terapi,
menentukan
tindakan
lanjutan.
2.Meningkatk
an normalisasi
fungsi organ,
mengurangi
ketidaknyama
nan abdomen.
3. Fokus
perhatian

K: Kaji
analgesik
yang klien
pakaiBerika
n analgesik
sesuai
indikasi

2.

Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan kelemahan
yang dirasakan

Tujuan : setelah
dilakukan askep
selama 2 x 24
jam diharapkan
klien dan
keluarga mampu
merawat diri
sendiri dengan
kriteria hasil :

O: observasi
kebersihan
tempat tidur
klien.
M:
Mandikan
pasien setiap
hari sampai
klien
mampu
melaksanak
an sendiri
serta
cuci
rambut dan
potong kuku
klien.
E: Berikan
HE
pada
klien
dan
keluarganya
tentang
pentingnya
kebersihan

kembali,
meningkatkan
relaksasi,
meningkatkan
kemampuan
koping.
4.
Mempermuda
h intervensi
penanganan
nyeri.
5.Mengontrol
nyeri,
mempermudah
pelaksanaan
intervensi lain
misalnya
ambulasi.
1.Klien
merasa
nyaman
dengan tenun
yang
bersih
serta
mencegah
terjadinya
infeksi.
2. Agar badan
menjadi segar,
melancarkan
peredaran
darah
dan
meningkatkan
kesehatan.
3 Agar klien
dan keluarga
dapat
termotivasi
untuk menjaga
personal
hygiene

diri.

4 Agar
keterampilan
Bimbing
dapat
keluarga / diterapkan
istri
klien
memandika
n

3. Pengkajian Post-Operasi
A. Anamnesa
Data demografi.
Nama : Tn.G

Suku/bangsa: Jawa

Umur : 27 Tahun

Pendidikan: Sarjana

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan: Swasta

Status perkawinan: Kawin

Alamat : Bendul merisi III

Agama : Islam

Dx medis : Apendiksitis

B.

RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

1.

Keluhan utama :

nyeri perut kuadran kanan bawah

2.

Alasan masuk RS

sakit dirasakan 3 bulan yang lalu

dan bertambah parah jika klien melakukan aktivitas yang berat karena
sakitnya bertambah dari hari ke hari sehingga klien dan keluarga
memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit dan disarankan untuk
rawat inap.
3.

Riwayat penyakit

Provocative/palliative : klien mengatakan nyeri disebabkan karena luka


operasi (post op. hari kedua)
Quality

: nyerinya timbul bila klien bergerak dan beraktivitas

Region

: daerah perut kuadran kanan bawah

Severity

: nyeri akut dengan skala 6 (sedang)

Timing

: klien mengatakan nyeri tidak menentu waktunya

C.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami


Saat anak-anak, klien hanya sakit biasa flu dan demam biasa dan
biasanya hanya mengatasinya dengan membeli obat di warung terdekat. Klien
pernah dirawat di rumah sakit Haji karena penyakit asma.
2.

Riwayat alergi

: tidak ada

3.

Riwayat imunisasi : klien tidak mengingatnya


D. PEMERIKSAAN FISIK

Hari: Rabu / 29 Maret 2006


1.

Keadaan umum
Klien tampak lemah, tidak bergairah, tampak meringis, nyeri tekan dan

beraktivitas di tempat tidur.

Vital sign
S : 38,5 C
TD : 100/60 mmHg
P : 20 x/mnt
ND : 86 x/mnt

2.

Head to toe

Kulit/integument
Kulit sawo matang, tekstur kenyal, tidak terdapat edema, turgor baik

suhu 38,5 C.

Kepala dan rambut


Kulit kepala klien cukup bersih tidak ada peradangan rambut warna

hitam sebahu dan ikal.

Kuku
Bantalan kuku berwarna merah mudah, kuku tangan dan kaki cukup

bersih dan pendek

Mata/penglihatan
Mata bulat, refleks cahaya normal, kedua pupil isokhor, akomodasi

bagus, konjungtiva tidak ademis, fungsi penglihatan bagus tidak ada peradangan.

Hidung/penciuman
Septum hidung berada di tengah, simetris kanan dan kiri, tidak ada

peradangan serta polip.

Mulut dan gigi


Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, fungsi pengecapan bagus, tidak ada

peradangan, karies tidak ada

Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi. Vena jugularis

dan tidak ada rasa kaku

Dada
Pernafasan tenang, gerakan toraks ke atas dan keluar simetris saat

inspirasi, frekuensi pernafasan 20 x/menit, ictus kordis tidak tampak, bunyi


jantung I dan II murni, denyut apeks teraba pada ICS 5, tidak ada nyeri dan tidak
ada bunyi jantung tambahan

Abdomen
Tampak luka insisi operasi, perut tidak kembung, tidak ada massa, tidak

ada pembesaran hepar, bising usus (+). Klien mengatakan nyeri bila ditekan pada
daerah perut kanan bawah.

Genitalia
Tidak ada peradangan dan perdarahan

Ekstremitas atas dan bawah


Tidak ada kekakuan, edema dan atropi pada ekstremitas atas dan bawah,

pada ekstremitas atas sinistra terpasang infus RL 20 tetes/menit.


E. ANALISA DATA
No

Data

Etiologi

1.

DS:
- Klien mengatakan
nyeri pada daerah
operasi
- Klien mengatakan
nyeri pada perut kanan
bawah
DO:
- Tampak meringis
- Nyeri tekan (+)
- TTV
S : 38,5 C
TD : 100/60 mmHg

Tindakan pembedahan

Problem
Nyeri akut

RR : 20 x/mnt
ND : 86 x/mnt
P : klien mengatakan
nyeri
karena

disebabkan
luka

operasi

(post op. hari kedua)


Q:nyerinya timbul bila
klien

bergerak

dan

beraktivitas
R:daerah perut kuadran
kanan bawah
S:nyeri akut dengan
skala 6 (1-10)
T:klien

mengatakan

nyeri tidak menentu


2.

waktunya
DS:
DO:
- Tampak ada luka
insisi di perut kuadran
kanan bawah

Tindakan pembedahan

F. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d tindakan bedah.
2. Risiko tinggi infeksi b.d tindakan bedah
F.

Risiko tinggi
infeksi

Anda mungkin juga menyukai