Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Fitoremediasi Anova

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 87

Digital Repository Universitas Jember

ANALISIS PENGARUH VARIASI DENSITAS ECENG


GONDOK (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm)
PADA FITOREMEDIASI LIMBAH
CAIR KOPI

SKRIPSI

Oleh
Ardhi Putra Manasika
NIM 101710201036

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Digital Repository Universitas Jember

ANALISIS PENGARUH VARIASI DENSITAS ECENG


GONDOK (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm)
PADA FITOREMEDIASI LIMBAH
CAIR KOPI

SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Pertanian (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian

Oleh
Ardhi Putra Manasika
NIM 101710201036

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
i

Digital Repository Universitas Jember

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang dan sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan

kepada

junjungan

besar

Nabi

Muhammad

SAW.

Saya

persembahkan skripsi ini untuk :


1. Ibunda Laili Qomariah dan Ayahanda Drs. Nidjar tercinta, motivator yang tak
pernah lelah memberikanku semangat, pengorbanan dan kasih sayang hingga
sampai saat ini ;
2. Keluarga dan teman-temanku yang telah memberiku inspirasi positif ;
3. Almamater Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

ii

Digital Repository Universitas Jember

MOTTO

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal soleh, mendirikan


sholat dan menunaikan zakat, mereka mendapatkan pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
(QS. Al-Baqarah : 277)*)

Kebaikan itu adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang meragukan
jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan itu.
(HR. Muslim)
Kenalilah siapa musuhmu, kenalilah siapa dirimu, maka kau akan masuk ke
dalam 100 medan pertempuran tanpa resiko kekalahan.
(Sun Tzu)

*) Departemen Agama Republik Indonesia. 1998. Al Quran Dan Terjemahannya.


Semarang : PT. Kumudasmoro Grafindo.
iii

Digital Repository Universitas Jember

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ardhi Putra Manasika
NIM

: 101710201036

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Analisis


Pengaruh Variasi Densitas Eceng Gondok (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm)
Pada Fitoremediasi Limbah Cair Kopi adalah benar-benar hasil karya sendiri,
kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan
pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas
keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung
tinggi.
Adapun data yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini dan hak publikasi
sepenuhnya adalah milik laboratorium Teknik Pengendalian dan Konservasi
Lingkungan (TPKL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 10 Maret 2015


Yang menyatakan,

Ardhi Putra Manasika


NIM. 101710201036

iv

Digital Repository Universitas Jember

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH VARIASI DENSITAS ECENG


GONDOK (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm) PADA
FITOREMEDIASI LIMBAH
CAIR KOPI

Oleh
Ardhi Putra Manasika
NIM 101710201036

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama

: Dr. Elida Novita, S.TP., M.T.

Dosen Pembimbing Anggota

: Dr. Sri Wahyuningsih S.P., M.T.

Digital Repository Universitas Jember

PENGESAHAN
Skripsi berjudul Analisis Pengaruh Variasi Densitas Eceng Gondok (Eichornia
Crassipes (Mart.) Solm) Pada Fitoremediasi Limbah Cair Kopi telah di uji dan
disahkan pada :
hari, tanggal

: Selasa, 10 Maret 2015

tempat

: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

Tim Penguji :

Ketua,

Anggota,

Ir. Hamid Ahmad

Dr. Hidayat Teguh Wiyono, M.Pd.

NIP. 195502271984031002

NIP. 195805281988021002

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember,

Dr. Yuli Witono, S.TP., M.P.


NIP. 196912121998021001
vi

Digital Repository Universitas Jember

RINGKASAN
Analisis Pengaruh Variasi Densitas Eceng Gondok (Eichornia Crassipes
(Mart.) Solm) Pada Fitoremediasi Limbah Cair Kopi; Ardhi Putra Manasika;
2015; 68 halaman; Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember.
Kopi adalah komoditas pertanian yang berpotensi untuk dibudidayakan di
Indonesia. Untuk mendapatkan kualitas biji terbaik, maka perlu digunakan
teknologi pasca panen pada pengolahan kopi. Salah satu teknologi pasca panen
yang digunakan adalah pengolahan kopi semi basah. Namun dalam prosesnya,
pengolahan kopi semi basah akan menghasilkan limbah cair yang akan berdampak
buruk apabila dibuang ke lingkungan sekitar Oleh karena itu diperlukan sebuah
pengolahan limbah secara alami untuk mengurangi konsentrasi bahan organik
yang ada di dalam limbah cair. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah
fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui karakteristik limbah cair kopi, karakteristik tanaman
eceng gondok dan nilai efisiensi terbaik pada fitoremediasi menggunakan tanaman
eceng gondok.
Perlakuan pada penelitian ini diulang sebanyak 2 kali, masing-masing
selama 14 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yang berbeda yang didasarkan
pada jumlah densitas dari tanaman eceng gondok. Akuarium A menggunakan
densitas sebesar 20 gram/liter eceng gondok, akuarium B menggunakan densitas
sebesar 30 gram/liter eceng gondok, akuarium C menggunakan densitas sebesar
40 gram/liter eceng gondok dan akuarium D tanpa menggunakan eceng gondok.
Pada semua akuarium dipasang aerator untuk memberikan suplai oksigen pada
akuarium tersebut. Parameter yang diamati meliputi suhu limbah, volume limbah,
turbiditas, total padatan terlarut, total padatan tersuspensi, COD, BOD, phosphor,
nitrogen dan pH.
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata nilai
efisiensi terbaik dari semua perlakuan. Perlakuan yang memiliki rata-rata nilai
efisiensi paling baik dalam fitoremediasi ini adalah akuarium C dengan densitas
vii

Digital Repository Universitas Jember

sebesar 40 gram/liter dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 69,07%. Kemudian


akuarium B dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 68,27% dan akuarium C
dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 63,79%. Untuk rata-rata nilai efisiensi
paling rendah pada fitoremediasi ini dimiliki oleh akuarium D dengan rata-rata
nilai efisiensi sebesar 50,26%. Pada penelitian ini tanaman eceng gondok tidak
mampu bertahan lebih dari 14 hari dalam fitoremediasi. Bagian tanaman yang
terlebih dahulu mengalami kematian adalah daun, tangkai dan terakhir bagian
akar.

viii

Digital Repository Universitas Jember

SUMMARY
Analysis of Density Variation Effect Of Water Hyacinth (Eichornia crassipes
(Mart.) Solm) Phytoremediation On Coffe Waste Water; Ardhi Putra
Manasika; 2015; 67 pages; Agricultural Engineering Department, Faculty of
Agriculture Technology, Jember University.
Coffee is agricultural commodities that have the potential to be cultivated
in Indonesia. To get the best seed quality, it is necessary to use post-harvest
technology in coffee processing. One of the post-harvest technology used are
semi-wet coffee processing. But in the process, semi-wet coffee technology will
produce wastewater that would be bad if discharged into the environment is
therefore required a natural sewage treatment to reduce the concentration of
organic material in the wastewater. One method that can be used is
phytoremediation using water hyacinth plants. The purpose of this study was to
determine the characteristics of the coffee liquid waste, water hyacinth plant
characteristics and the best efficiency value on phytoremediation using water
hyacinth plants.
The treatment in this study was repeated 2 times, each for 14 days by
using 4 different treatment based on the number density of water hyacinth plants.
Aquarium A use density of 20 grams / liter of water hyacinth, aquarium B using a
density of 30 grams / liter of water hyacinth, aquarium C using a density of 40
grams / liter of water hyacinth and aquarium D without used water hyacinth. In all
mounted aquarium aerator to provide oxygen supply to the aquarium. The
parameters observed temperature waste, waste volume, turbidity, total dissolved
solids, total suspended solids, COD, BOD, phosphorus, nitrogen and pH.
From the research that has been conducted showed the average value of
the best efficiency of all treatments. The treatment that has an average value of the
best efficiency in phytoremediation is an aquarium C with a density of 40 grams /
liter with average value of an efficiency of 69.07%. Then aquarium B with
average value of an efficiency of 68.27% and aquarium C with average value of
an efficiency of 63.79%. For the average value of the lowest efficiency in

ix

Digital Repository Universitas Jember

phytoremediation is owned by the aquarium D with average value of an efficiency


of 50.26%. In this study, the water hyacinth plants can not survive more than 14
days in phytoremediation. Parts of plants which first experienced the death of
leaves, stems and roots of the last section.

Digital Repository Universitas Jember

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah tertulis yang
berjudul Analisis Pengaruh Variasi Densitas Eceng Gondok (Eichornia Crassipes
(Mart.) Solm) Pada Fitoremediasi Limbah Cair Kopi. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada jurusan
Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
bersedia meluangkan waktu, arahan dan dukungannya. Oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Teknologi Pertanian dan Ketua Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
2. Dr. Elida Novita, S.TP., M.T. selaku Dosen Pembimbing Utama (DPU) yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, nasehat dan
arahan dalam penyusunan skripsi ini;
3. Dr. Sri Wahyuningsih, S.P., M.T. selaku Dosen Pembimbing Anggota (DPA)
yang telah memberikan banyak arahan, semangat dan motivasi sehingga karya
tulis ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik;
4. Ir. Hamid Ahmad yang telah memberikan banyak arahan pada saat ujian
skripsi.
5. Dr. Hidayat Teguh Wiyono, M.Pd. yang telah banyak memberikan kritik dan
saran pada saat ujian skripsi.
6. Ir. Muharjo Pudjojono selaku Ketua Komisi Bimbingan yang telah
memberikan banyak semangat dan motivasi untuk segera menyelesaikan
skripsi ini;
7. Keluargaku, Bapakku, Ibuku dan kakak-kakakku yang tak pernah lelah dalam
memberikan doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan selama ini;
xi

Digital Repository Universitas Jember

8. Teman-teman TEP angkatan 2010 (Faiz, Deni, Ifan, Dimmas, Andry, Holid,
Faruq, Isnani dan Aziz) yang selalu bersedia untuk memberikan rasa
kebersamaan, inspirasi, semangat dan motivasi hingga saat ini;
9. Saudara-saudaraku di MPA-Khatulistiwa angkatan XII (Dayat, Farid, Hendra,
Rini, Yoga, Yogi dan Wahyu) yang telah bersedia mendampingi baik suka
maupun duka;
10. Keluarga besar MPA-Khatulistiwa yang selalu memberikan pengalaman dan
pelajaran berharga untuk bekal kehidupanku;
11. Teman-teman KKN tahun 2014 (Risti, Iqbal, Maria, Angga, Agung, Fitri,
Shella, David, Alfi dan Aristi) dan perangkat Desa Sumberagung (pak Endar,
pak Tugiran dan pak Yogi) yang telah memberikan banyak dukungan dan rasa
kebersamaan;
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
sehingga tidak bisa dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Saran dan kritik sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 10 Maret 2015

Penulis

xii

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................

ii

HALAMAN MOTTO ...........................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN...............................................................

iv

HALAMAN PEMBIMBINGAN ..........................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................

vi

RINGKASAN ........................................................................................

vii

SUMMARY ...........................................................................................

ix

PRAKATA .............................................................................................

xi

DAFTAR ISI ..........................................................................................

xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................

xvi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

xviii

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................

1.1. Latar Belakang .................................................................

1.2. Rumusan Masalah ...........................................................

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................

1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................

2.1. Fitoremediasi ....................................................................

2.2. Aerasi ................................................................................

2.3. Proses Pengolahan Kopi ..................................................

2.4. Limbah Cair Industri Kopi .............................................

2.5. Dampak Limbah Cair Terhadap Lingkungan ..............

2.6. Parameter Kualitas Air ...................................................

2.7. Eceng Gondok ..................................................................

xiii

Digital Repository Universitas Jember

BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................

11

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................

11

3.2. Alat dan Bahan.................................................................

11

3.2.1. Alat...........................................................................

11

3.2.2. Bahan .......................................................................

12

3.3. Tahapan Penelitian ..........................................................

13

3.3.1. Persiapan Penelitian .................................................

13

3.3.2. Penelitian Pendahuluan ............................................

13

3.3.3. Penelitian Utama ......................................................

14

3.3.4. Analisis Laboratorium .............................................

14

3.4. Diagram Penelitian ..........................................................

20

3.5. Analisis Data .....................................................................

21

3.5.1. Analisis Data Dengan Microsoft Excel ...................

21

3.5.2. Analisis Statistik ......................................................

21

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................

23

4.1. Karakteristik Limbah Cair Kopi ...................................

24

4.2. Parameter Akhir Fitoremediasi......................................

25

4.2.1. Suhu Limbah ............................................................

25

4.2.2. Volume Limbah .......................................................

26

4.2.3. Kekeruhan ................................................................

28

4.2.4. TDS (Total Dissolved Solid) ....................................

29

4.2.5. TSS (Total Suspended Solid) ...................................

31

4.2.6. COD (Chemical Oxygen Demand) ..........................

31

4.2.7. BOD (Biochemical Oxygen Demand)......................

33

4.2.8. Phospat .....................................................................

35

4.2.9. Nitrogen ...................................................................

37

4.2.10. pH...........................................................................

38

4.3. Karakteristik Tanaman Eceng Gondok ........................

39

xiv

Digital Repository Universitas Jember

4.4. Analisis Perbandingan Antar Perlakuan Untuk ...........

42

Parameter COD dan Kekeruhan


4.4.1. Uji Anova Nilai Kekeruhan .....................................

42

4.4.2. Uji Anova Nilai COD ..............................................

43

4.5. Analisis Perlakuan Terbaik Pada Berbagai ..................

45

Variasi Densitas
BAB 5. PENUTUP.................................................................................

47

5.1. Kesimpulan .......................................................................

47

5.2. Saran .................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

48

LAMPIRAN ...........................................................................................

51

xv

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1. Perlakuan akuarium berdasarkan nilai densitas ...............................

14

3.2. Rumus manual perhitungan anova ...................................................

21

4.1. Karakteristik awal limbah cair kopi .................................................

23

4.2. Hasil pengukuran COD ....................................................................

32

4.3. Hasil pengukuran BOD ....................................................................

34

4.4. Hasil pengukuran phosphor (P)........................................................

34

4.5. Hasil pengukuran nitrogen (N) ........................................................

36

4.6. Hasil uji anova kekeruhan ................................................................

41

4.7. Hasil uji anova COD ........................................................................

41

4.8. Multi comparison COD ....................................................................

42

4.9. Uji Duncan COD ..............................................................................

43

xvi

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

2.1. Tahapan pengolahan basah ..............................................................

2.2. Eceng Gondok ..................................................................................

10

3.1. Rancangan akuarium ........................................................................

13

3.2. Diagram penelitian ...........................................................................

19

4.1. Grafik hubungan nilai perubahan suhu limbah cair kopi


dengan waktu perlakuan...................................................................

25

4.2. Grafik hubungan penurunan volume limbah cair kopi


dengan waktu perlakuan...................................................................

26

4.3. Grafik hubungan penurunan nilai turbiditas limbah cair kopi


dengan waktu perlakuan...................................................................

28

4.4. Grafik hubungan kenaikan nilai TDS limbah cair kopi


dengan waktu perlakuan..................................................................

29

4.5. Grafik hubungan penurunan nilai TSS limbah cair kopi


dengan waktu perlakuan...................................................................

30

4.6. Grafik nilai efisiensi penurunan COD..............................................

32

4.7. Grafik nilai efisiensi penurunan BOD..............................................

34

4.8. Grafik hubungan kenaikan nilai pH limbah cair kopi


dengan waktu perlakuan...................................................................

38

4.9. Kondisi tanaman eceng gondok pada hari ke 1,7 dan 14 .................

41

4.10. Grafik overall nilai efisiensi parameter. .....

46

xvii

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Nilai Parameter Kimia Limbah Cair Kopi .........................................

45

B. Nilai Parameter Fisika Limbah Cair Kopi ..........................................

50

C. Kurva Standard TSS Limbah Cair Kopi .............................................

57

D. General Linear Model ........................................................................

58

xviii

Digital Repository Universitas Jember

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kopi merupakan salah satu sektor pertanian yang mempunyai potensi sangat
besar untuk dikembangkan di Indonesia. Salah satu daerah penghasil kopi di
Indonesia adalah Kabupaten Jember Jawa Timur. Menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Timur tahun 2014, Kabupaten Jember memiliki luas areal lahan
perkebunan kopi 7.329 Ha dengan produksi kopi rata-rata sejak tahun 2008-2012
sebesar 2.943 ton/tahun. Namun dari besarnya jumlah produksi kopi tersebut
sebagian masih kurang diimbangi dengan adanya penanganan pasca panen kopi yang
optimal. Hal ini disebabkan oleh dana dan pengetahuan yang terbatas pada proses
penanganan pasca panen kopi oleh petani kopi dan perusahaan (Badan Pusat Statistik,
2014).
Menurut Najiyati dan Danarti (2001 : 140), untuk mendapatkan kualitas kopi
yang baik, penanganan pasca panen kopi dengan metode pengolahan basah
merupakan cara terbaik yang bisa digunakan. Pengolahan kopi cara basah biasanya
membutuhkan modal yang lebih besar namun waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan
menghasilkan kualitas yang lebih baik dari pengolahan kering. Pengolahan basah
akan menghasilkan limbah cair dari proses pengupasan dan pencucian sehingga
limbah tersebut akan berdampak buruk apabila secara langsung dibuang ke
lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan limbah cair kopi memiliki kandungan
konsentrasi zat organik yang tinggi seperti tingkat keasaman yang rendah, suhu yang
tinggi dan kandungan glukosa.
Fitoremediasi merupakan salah satu metode penanganan limbah secara alami
dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai agensia pengurangan kadar zat
berbahaya yang ada di dalam limbah. Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan
dalam metode ini adalah eceng gondok. Sebelum digunakan dalam media
fitoremediasi, eceng gondok harus terlebih dahulu melewati proses aklimatisasi untuk

Digital Repository Universitas Jember


2

mengetahui waktu lamanya eceng gondok mampu bertahan dan hidup di dalam cairan
limbah. Menurut Zulkarnain (2011:72), tujuan dari aklimatisasi adalah untuk
menyesuaikan atau mengadaptasikan bibit yang baru tumbuh dari lingkungan lama ke
lingkungan baru. Aklimatisasi juga digunakan mengetahui kemampuan bertahan
suatu tanaman di dalam lingkungan yang baru.
Untuk membantu penanganan limbah dengan metode fitoremediasi ini
diperlukan adanya suatu proses tambahan yang berfungsi untuk membantu proses
pengurangan kadar berbahaya yang terdapat dalam cairan limbah, salah satunya
adalah proses aerasi. Menurut Laksmi et al. (1993:74) aerasi merupakan proses
penambahan oksigen yang dilakukan pada suatu cairan yang berfungsi untuk
mengurangi konsentrasi zat pencemar yang ada di dalam suatu cairan limbah.
1.2. Rumusan Masalah
Limbah cair kopi pada pengolahan cara basah memiliki kadar zat-zat
berbahaya karena konsentrasi yang tinggi akan berdampak buruk terhadap lingkungan
apabila dibuang secara langsung. Oleh karena itu dengan metode fitoremediasi
menggunakan berbagai variasi densitas dapat diketahui kemampuan tanaman eceng
gondok dalam menurunkan konsentrasi limbah cair kopi serta mengetahui densitas
terbaik tanaman eceng gondok. Penelitian ini dibatasi pada karakterisasi limbah cair
kopi dan pengukuran nilai konsentrasi limbah cair kopi pada fitoremediasi dengan
menggunakan tanaman eceng gondok.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh densitas eceng gondok terhadap penurunan berbagai
parameter limbah cair kopi (TSS, TDS, kekeruhan, COD, BOD, nitrogen,
phospor dan pH).
2. Mengetahui perlakuan densitas terbaik berdasarkan nilai efisiensi penurunan
pada fitoremediasi limbah cair kopi menggunakan tanaman eceng gondok.

Digital Repository Universitas Jember


3

3. Mengetahui karakteristik tanaman eceng gondok pada fitoremediasi limbah


cair kopi menggunakan tanaman eceng gondok.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para petani kopi

dan

instansi terkait sebagai bahan masukan dalam upaya fitoremediasi limbah cair kopi
menggunakan tanaman eceng gondok sehingga mampu mengurangi dampak
pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas mutu biji kopi.

Digital Repository Universitas Jember

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fitoremediasi
Menurut

Nurrandani

(2007:28),

fitoremediasi

merupakan

upaya

pengurangan kadar kandungan limbah dalam sebuah perairan atau mengendalikan


pencemaran air dengan menggunakan sebuah tanaman dengan menggunakan
kolam buatan maupun in-situ atau terjadi di perairan bebas pada tanah atau daerah
yang tercemar limbah.

Hartanti et al. (2013:32) menyatakan fitoremediasi

merupakan teknik pemulihan lahan tercemar dengan menggunakan tumbuhan


untuk menyerap, mendegradasi, dan mentransformasi bahan pencemar, baik itu
logam berat maupun senyawa organik. Fitoremediasi digunakan untuk
mendegradasi senyawa-senyawa atau molekul yang berbahaya dalam suatu
limbah sehingga kadar senyawa berbahaya di dalam limbah bisa di kurangi.
Fitoremediasi dapat digunakan untuk mengurangi kadar limbah seperti logam,
pestisida, pelarut, minyak mentah dan limbah cair hasil pembuangan industri.

2.2. Aerasi
Salah satu fungsi dari fitoremediasi adalah menurunkan kadar kontaminan
atau zat-zat berbahaya yang ada di dalam cairan limbah melalui penyerapan,
pendegradasian, transformasi logam berat dan senyawa organik oleh tanaman
serta penguraian oleh mikroorganisme. Dalam proses tersebut mikroorganisme
aerob juga mengkonsumsi oksigen terlarut untuk menguraikan senyawa-senyawa
organik yang ada di dalam limbah. Penambahan kadar oksigen dengan proses
aerasi pada proses fitoremediasi perlu dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan
oksigen terlarut yang ada di dalam cairan limbah sehingga kebutuhan oksigen
terlarut oleh mikroorganisme bisa tercukupi dalam proses reaksi biokimia.
Ketersediaan oksigen ini berguna untuk membantu mikroorganisme dalam
menguraikan logam berat dan bahan-bahan organik. Aerasi merupakan istilah lain
dari proses pengolahan air dengan cara mengontakkan air ke udara. Aerasi
digunakan untuk pengolahan air yang mempunyai kandungan organik atau

Digital Repository Universitas Jember

senyawa berbahaya lainnya dengan kadar yang cukup tinggi. Adanya proses aerasi
ini sanggup untuk menyuplai oksigen secara kontinyu sehingga mampu untuk
menangani kondisi air limbah yang beban pencemarannya berlebihan (Laksmi et
al., 1993:74).

2.3. Proses Pengolahan Kopi


Menurut Syakir (2010 : 45), proses pengolahan kopi semi basah diawali
dengan sortasi atau pemilihan biji kopi yang dimaksudkan untuk memisahkan biji
yang masak dan bernas serta seragam dari buah yang cacat/pecah, kurang seragam
dan terserang hama serta penyakit. Kemudian proses selanjutnya adalah
pengupasan kulit kopi yang bertujuan untuk memisahkan kulit kopi dengan
bijinya. Tahap selanjutnya adalah tahapan fermentasi yang diperlukan untuk
menyingkirkan lapisan lendir pada kulit tanduk kopi. Fermentasi dilakukan
biasanya pada pengolahan kopi arabika, untuk mengurangi rasa pahit dan
mempertahankan cita rasa kopi. Kemudian tahap selanjutnya adalah pencucian
yang bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi yang masih
menempel pada kulit tanduk. Setelah proses pencucian selesai, kemudian
dilakukan pengeringan biji kopi yang dilakukan dengan suhu antara 45 500 C
sampai tercapai kadar air biji maksimal sekitar 12,5%. Langkah selanjutnya
adalah proses sortasi biji kopi yang dihasilkan dari proses pengeringan untuk
kemudian dilakukan proses penggudangan. Diagram proses pengolahan kopi semi
basah dapat di lihat pada Gambar 2.1.

Digital Repository Universitas Jember

Panen buah masak

Sortasi buah
Pengupasan

Limbah cair

Pencucian

Limbah cair

Pengeringan

Sortasi

Penggudangan
Gambar 2.1. Tahapan pengolahan kopi semi basah (Syakir, 2010 : 44).

2.4. Limbah Cair Industri Kopi


Menurut Kristanto (2004 : 169), limbah merupakan suatu barang atau zat
sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak bermanfaat atau bernilai ekonomi
lagi. Limbah juga sangat berpengaruh terhadap adanya pencemaran lingkungan
sehingga kehadirannya tidak di kehendaki. Limbah terdiri dari tiga macam yakni
limbah cair, limbah gas dan limbah padat. Limbah mengandung polutan dan zatzat yang sangat berbahaya sehingga sangat berpotensi merusak lingkungan dan
sumber daya. Sifat beracun dan berbahaya dari limbah dapat ditunjukkan oleh
sifat fisik dan sifat kimiawi dari zat tersebut. Limbah cair biasanya bersumber dari
industri yang dalam produksi dan pengolahannya menggunakan air dalam
produksi. Limbah ini mengandung sejumlah padatan dan partikel baik yang larut
maupun yang mengendap. Limbah cair kopi merupakan limbah yang dihasilkan
dari hasil proses pengolahan kopi, salah satunya pengolahan kopi cara basah.
Limbah cair ini dihasilkan dari proses pengupasan (pulping) dan proses pencucian
(washing) sehingga sangat berdampak untuk mencemari lingkungan. Karakterisasi
limbah meliputi analisis limbah cair dan limbah padat. Dalam melakukan

Digital Repository Universitas Jember

karakterisasi limbah cair, parameter yang akan diukur di antaranya adalah BOD,
COD, TSS, pH, phospor dan total nitrogen.

2.5. Dampak Limbah Cair Terhadap Lingkungan


Dalam suatu limbah, banyak terkandung zat pencemar yang berbahaya
bagi lingkungan sekitar baik itu untuk air, tanah maupun tanaman. Zat pencemar
dalam suatu limbah mengandung zat-zat yang berbahaya seperti ammonia, nitrit,
nitrat maupun zat pencemar berbahaya lainnya. Hal tersebut tentu akan
mempengaruhi kehidupan mikroorganisme air dan tanah serta juga merusak
tanaman. Di tanah dan tanaman, temperatur, kandungan cairan dan tingkat
keasaman limbah cair sangat mengganggu kehidupan mikroorganisme maupun
tanaman. Di dalam perairan, limbah mampu untuk mematikan bakteri dan ikanikan yang ada di dalam air, selain itu air limbah juga mampu untuk meningkatkan
kesuburan air (eutrofikasi) yang dapat menghambat proses penjernihan air dan
menurunkan kadar oksigen di dalam air (Kodoatie dan Sjarief, 2011:199).

2.6. Parameter Kualitas Air


Menurut Kristanto (2004:145), tujuan dari pengukuran parameter kualitas
air adalah untuk mengukur dan mendeteksi pengaruh yang di timbulkan oleh suatu
bahan pencemar terhadap kualitas perairan dan lingkungan di sekitarnya. Berikut
ini adalah beberapa parameter kualitas air yang biasa digunakan untuk
menentukan beban pencemaran air dan lingkungan.
1. Turbiditas
Turbiditas atau kekeruhan pada dasarnya menunjukkan sifat optis air yang
menunjukkan terjadinya hambatan cahaya yang masuk ke dalam air. Kekeruhan
biasanya di akibatkan oleh jasad renik ataupun zat-zat lainnya seperti halnya
lumpur, plankton, zat-zat organik, senyawa limbah maupun benda-benda kecil
lainnya yang melayang ataupun terapung di dalam air. Kekeruhan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kualitas air karena, kekeruhan menyebabkan

Digital Repository Universitas Jember

terjadinya penyerapan cahaya oleh air yang dapat menghambat proses penguraian
dan oksidasi zat-zat organik yang ada di dalam air (Kristanto, 2004:80).

2. Suhu
Suhu pada dasarnya merupakan salah satu indikator dalam air yang dapat
mempengaruhi tingkat konsentrasi oksigen terlarut dan tingkat kecepatan reaksi
kimia. Suhu juga sangat berpengaruh terhadap adanya kehidupan di dalam air
sehingga secara langsung suhu juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan
ekosistem di dalam air. Biasanya air dengan suhu yang baik akan ditandai dengan
banyaknya mahkluk hidup yang hidup di dalam air seperti ikan dan hewan air
lainnya (Kordi et al., 2007:46).

3. TSS
TSS atau Total Suspended Solid disebabkan oleh partikel-partikel yang
berukuran kecil yang dapat menyebabkan adanya kekeruhan dan tidak dapat
terlarut di dalam air. Contoh-contoh partikelnya di antaranya adalah zat-zat
organik tertentu, koloid, tanah liat, mikroorganisme dan lain sebagainya. TSS
pada suatu sampel air merupakan jumlah berat padatan yang tersuspensi dengan
volume air dan dinyatakan dalam milligram per liter atau ppm (Kristanto,
2004:82).

4. DO
DO atau Dissolved Oxygen merupakan salah satu tolak ukur untuk
menentukan kualitas air dalam bentuk oksigen terlarut. DO dapat berasal dari
fotosintesis tanaman air dan dari atmosfir yang masuk ke dalam air. Tingkat
konsentrasi oksigen biasanya berbeda-beda tergantung dari suhu dan tekanan
atmosfir udara. Tingkat konsentrasi DO sangat berpengaruh terhadap kehidupan
yang ada di dalam air, kehidupan di dalam air akan bertahan apabila tingkat
konsentrasi DO mencapai 5 ppm (Kordi et al., 2007:36).

Digital Repository Universitas Jember

5. BOD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand merupakan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air untuk untuk
menguraikan zat-zat organik atau zat-zat lainnya. BOD mengukur secara relatif
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi
bahan-bahan buangan (Kristanto, 2004:87).

6. COD
COD atau Chemical Oxygen Demand pada dasarnya adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan atau mengoksidasi zat organik yang
ada di dalam suatu perairan. Uji COD lebih cepat daripada uji BOD, yakni untuk
mengetahui jumlah bahan organik yang ada di dalam air yakni berdasarkan reaksi
kimia dari suatu bahan oksidan (Kristanto, 2004:88).

2.7. Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes)


Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air yang hidupnya
mengapung dan tergolong pada famili Pontederiaceae. Berikut ini klasifikasi dari
tanaman eceng gondok :
Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Monocotyledons

Family

: Pontederiaceae

Genus

: Eichornia

Spesies

: Crassipes (Anonim, 2012).

Eceng gondok merupakan salah satu gulma air yang mampu berkembang biak
secara generatif dan vegetatif. Tempat tumbuh yang ideal bagi tanaman enceng
gondok adalah perairan yang dangkal dan berair keruh, dengan suhu berkisar
antara 28-30 oC dan kondisi pH berkisar 4-12. Eceng gondok mampu menghisap
air dan menguapkannya ke udara melalui proses evapotranspirasi. Eceng gondok
tumbuh di atas perairan atau rawa yang dapat tumbuh dengan cepat (3% per hari).
Eceng gondok merupakan satu-satunya tumbuhan air yang mampu untuk
dimanfaatkan dalam teknologi bersih pengolahan limbah karena sifat akarnya

Digital Repository Universitas Jember

10

yang mampu menyerap zat-zat yang berbahaya sehingga dapat digunakan untuk
teknologi pengolahan limbah bersih dan ramah lingkungan. Di Indonesia eceng
gondok biasanya tumbuh di sekitar sungai dan daerah rawa-rawa serta bisa
digunakan untuk pengolahan limbah tradisional (Gerbano dan Siregar, 2005).
Tanaman eceng gondok yang biasa digunakan dalam proses fitoremediasi dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Eceng gondok (Sumber : Ratnani, 2011:19)

Digital Repository Universitas Jember

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengendalian dan
Konservasi Lingkungan (TPKL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli 2014 sampai dengan Oktober 2014.
3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Jerigen Air
2. Timbangan Digital
3. Akuarium
4. Erlenmeyer
5. Pipet ukur 5 ml dan pipet tetes
6. Kuvet
7. Gelas ukur 50 ml dan 10 ml
8. Oven
9. pH meter Calibration Check HI 223
10. Spektrofotometer HI 83099
11. Kertas Saring 0,45m
12. Turbidimeter TN-100
13. TDS Meter
14. Cawan Porselin
15. Botol atau plastik sampel
16. Reaktor COD HI 839800
17. Aerator Vosso SN-1200
18. Penggaris

Digital Repository Universitas Jember

12

19. Inkubator
20. Botol Inkubasi Winkler
21. Labu Takar 1 liter dan 2 liter
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Limbah Cair Kopi


Limbah cair kopi diperoleh dari perkebunan kopi rakyat di Desa
Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
2. Tanaman Enceng Gondok
Tanaman eceng gondok diperoleh dari rawa-rawa yang ada di Kabupaten
Jember. Panjang eceng gondok yang akan digunakan adalah sekitar 30 cm dengan
jenis dan umur yang seragam dengan berat 200, 300 dan 400 gram. Penentuan
eceng gondok dengan panjang sekitar 30 cm adalah untuk menyesuaikan dengan
ukuran akuarium.
3. Reagent COD HR (High Range)
4. Aquades
5. Larutan Bufer Fosfat
6. Larutan MgSO3
7. Larutan CaCl2
8. Larutan Basa NaOH/KOH dan asam HCl/H2SO4 1N
9. Bubuk Inhibitor Nitrifikasi
10. Air Pengencer
11. Larutan Na2SO3
12. Larutan Tiosulfat 0,025 N
13. Larutan MnSO4
14. Larutan Alkali Azida
15. Larutan NaOH 0,1 N
16. Larutan K2SO4
17. Larutan Ammonium Molybdate
18. Larutan SnCl2

Digital Repository Universitas Jember

13

19. Larutan Digest P


20. Reagen Nessler
21. Garam Seignette

3.3. Tahapan Penelitian


3.3.1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang dilakukan adalah studi literatur serta persiapan
tempat, alat dan bahan penelitian. Studi literatur dilakukan dengan mencari
referensi yang terkait dengan penelitian. Persiapan tempat dilakukan di
greenhouse yang terdapat di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember. Sementara persiapan alat dan bahan meliputi
perancangan dan pembuatan aquarium dengan ukuran 40 cm x 15 cm x 25 cm ,
pengambilan tanaman eceng gondok dari rawa dan pengambilan limbah cair kopi
dari perkebunan rakyat Sidomulyo. Rancangan sederhana akuarium dapat dilihat
pada Gambar 3.1.

Output
Keluaran

Gambar 3.1. Rancangan akuarium

3.3.2. Penelitian Pendahuluan


Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk menentukan karakteristik awal
limbah cair kopi setelah diambil dari lokasi pengambilan. Pada penelitian
pendahuluan juga dilakukan proses aklimatisasi yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan bertahan hidup tanaman eceng gondok pada air sumur, aquades dan
limbah cair kopi.

Digital Repository Universitas Jember

14

3.3.3. Penelitian Utama


Penelitian utama ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh proses
fitoremediasi dengan perlakuan aerasi dan variasi densitas tanaman eceng gondok
terhadap nilai konsentrasi limbah cair kopi baik sebelum dan sesudah perlakuan.
Penentuan jumlah limbah cair dan berat eceng gondok pada masing-masing
akuarium ini adalah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih
(2012 : 45) dimana berat eceng gondok yang paling efektif untuk menurunkan
limbah cair industri sablon adalah sebesar 100-200 gram/5 liter. Berikut adalah
tabel perlakuan dari fitoremediasi seperti yang tersaji pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perlakuan akuarium berdasarkan nilai densitas
Eceng Gondok

Limbah Cair Kopi

Densitas

(gram)

(liter)

(gram/liter)

P1

200

10

20

P2

300

10

30

P3

400

10

40

P4

10

Perlakuan

Sumber : Data penelitian (2014)


Keterangan :
- P1, P2, P3 dan P4 adalah akuarium yang memiliki aerator.

3.3.4. Analisis Laboratorium


1. pH
pH pada dasarnya merupakan suatu tingkat keasaman atau kebasaan
(alkali) suatu zat tertentu. Pengukuran pH ini dilakukan dengan menggunakan pH
Meter.

2. BOD
Kristanto (2004:87), mengemukakan bahwa BOD pada dasarnya
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
menguraikan atau mengoksidasi zat yang ada di dalam air. Prosedur kerja untuk
mengukur BOD adalah :

Digital Repository Universitas Jember

15

a. Memasukkan sampel limbah cair kopi pada botol winkler tanpa udara
hingga penuh.
b. Menambahkan 2 ml larutan MnSO4 40%, dan mendiamkan larutan
selama beberapa menit untuk menghomogenkan.
c. Menambahkan 2 ml alkali iodida azida, kemudian mendiamkan
hingga muncul endapan berwarna coklat dan memindahkan larutan ke
gelas kimia kemudian dikocok
d. Menambahkan 2 ml H2SO4 pekat hingga endapan larut, lalu
mengambil 100 mL dan memindahkan larutan ke dalam erlenmeyer
e. Larutan yang berada di dalam erlenmeyer siap untuk dititrasi dengan
larutan Na2 S2 O3 0,025 N.
f. Menambahkan indikator amilum dan melanjutkan kembali dengan
titrasi hingga warna biru hilang, kemudian catat volume titrasi.
Perhitungan : BOD5 = (X0 X5) (B0 B5) (1 - P)

..(3.1).

P
Keterangan : BOD5 = mg O2/liter
X0

= DO (oksigen terlarut) sampel pada saat t = 0 (mg O2 /l)

X5

= DO sampel pada saat t = 5 hari (mg O2 /l)

B0

= DO blanko pada saat t = 0 (mg O2 /l)

B5

= DO blanko pada saat t = 5 hari (mg O2 /l)

= derajat pengenceran

3. COD
Kristanto (2004:88) mengemukakan bahwa COD pada dasarnya
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan atau
mengoksidasi zat organik yang di dalam suatu perairan. Prosedur kerja untuk
mengukur COD adalah :
a. Membuat blanko dengan cara menambahkan 2 ml aquades ke dalam
tabung reagent HR (Hard Range) kemudian ditutup rapat dan dikocok.

Digital Repository Universitas Jember

16

b. Kemudian untuk membuat sampel, 2 ml limbah cair kopi ditambahkan ke


dalam tabung reagent HR (Hard Range) kemudian ditutup rapat dan
dikocok.
c. Memanaskan tabung blanko dan sampel tersebut selama 2 jam dengan
menggunakan COD reaktor pada suhu 1500 C.
d. Kemudian setelah pemanasan selesai, tabung sampel tersebut didinginkan
dalam suhu ruangan hingga mencapai suhu ruangan.
e. Menuangkan sampel tersebut ke dalam kuvet dan kemudian melakukan
pembacaan dengan spektrofotometri .

4. TSS
Total padatan tersuspensi (TSS) merupakan jumlah bahan partikel renik
yang tercampur dalam kandungan air. TSS akan terlihat setelah dilakukan
penyaringan dengan kertas saring 0,45, untuk kemudian ditimbang dan
dinyatakan dalam satuan mg/liter. Menurut Alaerts dan Santika (1984 : 142),
prosedur kerja untuk melakukan pengukuran TSS adalah sebagai berikut :
a. Memanaskan filter kertas di dalam oven pada suhu 1050 C selama 1
jam, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan
ditimbang.
b. Pemanasan perlu dilakukan ulang untuk mendapatkan berat yang
konstan atau kehilangan berat sesudah pemanasan ulang kurang dari
0,5 mg.
c. Mengambil sampel limbah yang telah dikocok merata sebanyak 100
ml dengan menggunakan pipet dan menuangkan sampel limbah ke
dalam alat penyaring dan kemudian disaring dengan vakum.
d. Memasukkan filter kertas dan cawan ke dalam oven untuk dipanaskan
pada suhu 105o C selama 1 jam.
e. Pemanasan dilakukan berulang untuk mendapatkan berat yang
konstan atau berkurangnya berat sesudah pemanasan ulang kurang
dari 0,5 mg.

Digital Repository Universitas Jember

Perhitungan

: TSS = (a-b) x 1000

17

...(3.2).

c
Keterangan :
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 1050 C (mg)
b = berat filter kering (sesudah dipanaskan 1050 C ) (mg)
c = sampel (ml)

5. TDS
Total padatan terlarut (TDS) merupakan jumlah padatan terlarut yang
terkandung di dalam perairan. Total padatan terlarut adalah senyawa-senyawa
terlarut yang dapat melewati kertas saring dan tetap tertinggal setelah filter
diuapkan pada 1030C sampai 1050C. Menurut Alaerts dan Santika (1984 : 142)
prosedur kerja untuk melakukan pengukuran TDS adalah sebagai berikut :
a. Memanaskan cawan yang kering dalam oven selama 1 jam, kemudian
didinginkan dan dimasukkan ke dalam desikator dan timbang.
b. Menuangkan filtrat yang telah disaring dari perlakuan padatan
tersuspensi sebanyak 25 ml ke dalam cawan. Kemudian cawan dioven
pada suhu 1030 C sampai 1050 C selama 1 jam. Keluarkan cawan dari
dalam oven kemudian dinginkan dalam desikator dan timbang cepat.
Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya konstan
c. Hitung berat zat padat terlarut dengan formula.
Perhitungan

: TDS (mg/l) = (a-b) x 1000

...(3.3).

c
Keterangan : a = berat cawan + filtrat(mg)
b = berat cawan kering (mg)
c = volume sampel (ml)

6. Turbiditas
Kekeruhan merupakan salah satu parameter penting yang ada di dalam
perairan. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik yang
terlarut maupun tersuspensi seperti pasir, partikel tanah, plankton dan organisme

Digital Repository Universitas Jember

lainnya,

Kristanto

(2004:80).

Pengukuran

turbiditas

menggunakan

18

alat

turbidimeter dengan satuan NTU.

7. Nitrogen (N)
Di dalam air, nitrogen terdiri dari nitrogen anorganik dan organik.
Nitrogen anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat
(NO3) dan molekul nitrogen (NO2). Metode yang digunakan dalam pengukuran N
total adalah sebagai berikut.
a.

25 ml sampel disiapkan, dan ditambahkan 7,5 gram K2SO4 dan 15 ml


H2SO4 pekat.

b.

Sampel dipanaskan hingga hampir kering, kemudian ditambahkan


aquades lagi dan dipanaskan kembali sampai larutan jernih.Setelah itu
sampel didinginkan dan jumlah volumenya dikembalikan hingga
seperti volume awal.

c.

Serbuk seng, 15 ml K2SO4, indikator PP dan NaOH 50% ditambahkan


hingga berwarna merah muda.

d.

Sampel didestilasi, destilat kemudian ditampung pada larutan HCl dan


dianalisis.

e.

1 ml larutan nessler dan 1 ml larutan garam seignete ditambahkan.

f.

Sampel dikocok dan dibiarkan selama 10 menit, kemudian dibaca


dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
410 nm, absorbansi dicatat (Institut Teknologi Sepuluh November,
2011).

8. Phospor
Menurut Kristanto (2004:85), phospor merupakan salah satu zat yang
terdapat di dalam air yang dinyatakan dalam mg/liter atau %. Pada air alami
keberadaan phospor diperbolehkan berkisar antara 0,005 0,02 mg/liter. Berikut
ini adalah tahapan dalam analisis phospor.

Digital Repository Universitas Jember

19

a. 25 ml sampel disiapkan dan ditambahkan larutan digest P


b. Sampel dipanaskan hingga hampir kering, kemudian ditambahkan
aquades lagi dan dipanaskan kembali sampai larutan jernih.Setelah itu
sampel didinginkan dan jumlah volumenya dikembalikan hingga
seperti volume awal.
c. Serbuk seng, 15 ml K2SO4, indikator PP dan NaOH 50% ditambahkan
hingga berwarna merah muda.
d. 1 ml larutan ammonium molybdate dan 3 tetes SnCl2 ditambahkan.
e. Sampel dikocok dan dibiarkan selama 10 menit, kemudian dibaca
dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang
650 nm, absorbansi dicatat.

Digital Repository Universitas Jember

3.4. Diagram Penelitian


Studi Literatur

Penelitian Pendahuluan
1) Aklimatisasi dengan menggunakan media aquades, air
sumur dan limbah cair kopi.
2) Karakterisasi limbah cair meliputi pH, COD, BOD,
TSS, TDS dan turbiditas
3) Karakteristik fisik tanaman ( berat tanaman, perubahan
warna daun, panjang tunas daun dan panjang akar).

Fitoremediasi limbah cair kopi dengan perlakuan aerasi menggunakan


tanaman enceng gondok.
Parameter pengamatan utama dan ulangan meliputi :
- Harian (pH, Turbiditas, TSS, Volume Air, Suhu Air Limbah ).
- 2 Harian (TDS)
- 3 Harian (Jumlah daun tanaman yang hidup)
- Awal dan akhir (COD, BOD, N dan P).

Analisis Data
Grafik hubungan waktu dan parameter yang
diamati.
Penghitungan efisiensi penurunan konsentrasi
limbah cair kopi.
Uji Anova dan analisis densitas paling optimal
dengan menggunakan General Linear Model
Repeated Measures

Gambar 3.2. Diagram penelitian fitoremediasi

20

Digital Repository Universitas Jember

21

3.5. Analisis Data


3.5.1. Analisis Data Dengan Microsoft Excel
Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excel dalam bentuk grafik yang menggambarkan hubungan waktu dan data yang
diamati meliputi pH, BOD, COD, TSS, TDS, alkalinitas, N, P dan turbiditas
selanjutnya melakukan penghitungan efisiensi penyerapan limbah oleh tanaman
eceng gondok terhadap limbah cair kopi. Untuk mengetahui efisiensi penurunan
kandungan konsentrasi limbah, bisa menggunakan perhitungan efisiensi.
Perhitungan efisiensi didasarkan pada penurunan konsentrasi dari masing-masing
parameter selama perlakuan. Persamaan perhitungannya adalah :
E = Co Ci x 100 % (3.8).
Ci
Keterangan :
E = Nilai efisiensi (%).
Co = Konsentrasi pencemar sebelum perlakuan.
Ci = Konsentrasi pencemar setelah perlakuan (Muljadi, 2009).

3.5.2. Analisis Statistik


Untuk membandingkan parameter COD dan kekeruhan pada masingmasing akuarium, maka dilakukan One Way Analysis of Variance atau Uji Anova
menggunakan metode Multiple Comparison Test (LDS) dan metode Duncan.
Pengambilan data sampel COD dan kekeruhan dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan dua ulangan. Analisis
statistik yang digunakan adalah uji F dengan taraf signifikansi 5%. Untuk
mendapatkan nilai perbandingan dari Uji Anova, data akan diolah dengan
menggunakan software SPSS 16. Selain itu untuk mengetahui densitas terbaik
yang digunakan pada fitoremediasi ini, analisis yang digunakan adalah dengan
menggunakan General Linear Model Repeated Measures. Nilai densitas terbaik
didasarkan pada nilai rata-rata keseluruhan efisiensi dari parameter COD, BOD,
TSS dan kekeruhan menggunakan software SPSS 16.0. Berikut juga akan
disajikan rumus manual dalam perhitungan uji anova seperti yang tersaji pada
Tabel 3.2.

Digital Repository Universitas Jember

22

Tabel 3.2. Rumus Manual Perhitungan Anova


Sumber
Keragaman
(SK)

Jumlah
Kuadrat
(JK)

Rata-Rata Kolom

JKK

Galat
Total

JKG
JKT

Derajat Bebas
(dB)
dB numerator =
k-1
dB denumerator =
N-k
N-1

Kuadrat Tengah
(KT)

F hitung

F Tabel

KTK/KTG

FINV
(, dB num, dB denum)

JKK/(k-1)
JKG/(N-k)

Sumber : Santoso ( 2008: 44)


Keterangan :
JKT

: (X2) (G2/N)

JKK

: ((T2/n)) (G2/N)

JKG

: JKT JKK

KTK

: JKK/(k-1)

JKG

: JKG/(N-k)

F hitung

: KTK/KTG

: 0,05

: Nilai masing-masing sampel pada semua kelompok


dikuadratkan, kemudian hasil keseluruhannya ditotal.

: Total X masing-masing kelompok

: Semua nilai sampel dijumlah, kemudian hasilnya dikuadratkan

: Jumlah sampel masing-masing kelompok

: Jumlah sampel keseluruhan

: Banyaknya kelompok (Walpole, 1995:5).

Digital Repository Universitas Jember

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Juhaeti et al. (2005 : 31) fitoremediasi merupakan salah satu


metode penanganan limbah alami ramah lingkungan yang sering digunakan untuk
menghilangkan polutan atau kandungan berbahaya yang ada di dalam tanah atau
limbah. Fitoremediasi memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk mengurangi kadar
konsentrasi zat pencemar yang terdapat di dalam limbah sehingga cairan limbah
tersebut apabila di buang ke tanah ataupun air tidak mencemari lingkungan yang
ada di sekitarnya. Untuk membantu proses fitoremediasi dalam proses
penanganan limbah secara alami di dalam perairan, maka digunakan salah satu
cara penambahan oksigen yang dimasukkan ke dalam cairan limbah sehingga
proses penanganan limbah ini bisa berjalan dengan optimal. Metode tersebut
adalah metode aerasi, aerasi merupakan sebuah metode penambahan oksigen yang
dimasukkan ke dalam perairan yang bertujuan untuk mengikat senyawa-senyawa
yang sangat berbahaya yang terdapat di dalam suatu limbah, sehingga kadar
berbahaya

yang terdapat di dalam suatu limbah bisa berkurang atau bahkan

hilang.
Limbah cair pengolahan kopi merupakan limbah cair yang dihasilkan dari
proses pengupasan (pulping) dan pencucian (washing) yang diperoleh dari
pengolahan kopi cara basah ataupun semi basah. Limbah cair kopi mengandung
komposisi zat beracun yang dihasilkan dari depulping dan pengupasan kulit yang
berlendir. Air limbah buangan biasanya memiliki kandungan COD dan BOD
yang cukup tinggi sehingga apabila dibuang langsung ke dalam perairan dapat
mengurangi

kadar

oksigen

terlarut

(DO)

dan

mematikan

biota

dan

mikroorganisme yang ada di dalam perairan karena jumlah oksigen terlarut yang
tersedia dan

mikroorganisme

tidak seimbang. Akibatnya dari hal tersebut

perairan akan menjadi tercemar dan berbau karena mikroorganisme dan biota
yang membutuhkan oksigen (aerobik) mati sehingga kadar-kadar berbahaya dan
beracun yang ada di dalam cairan limbah
Sjarief, 2011:196).

sulit untuk terurai (Kodoatie dan

Digital Repository Universitas Jember

24

4.1. Karakteristik Limbah Cair Kopi


Tabel 4.1. Karakteristik awal limbah cair kopi

No

Parameter

1
2
3
4
5
6
7
8

BOD5
COD
TSS
Kekeruhan
TDS
pH
Nitrogen
Phospor

Kadar Limbah
Nilai
Baku
rata-rata
mutu*
75
3643,00
200
5643,50
100
210,6
735,50
521,00
6-9
4,05
145,23
44,93

Satuan
mg/l
mg/l
mg/l
NTU
mg/l
mg/l
mg/l

Sumber : Data primer diolah (2014)


* Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 tahun 2013
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada parameter BOD5, baku mutu
limbah cair kopi yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan adalah 75
mg/l, sementara pada karakteristik awal limbah cair kopi memiliki kandungan
BOD5 yang cukup tinggi dan tidak layak dibuang ke lingkungan yakni rata-rata
sebesar 3643 mg/L. Sementara untuk COD, karakteristik awal limbah cair kopi
memiliki kadar COD rata-rata sebesar 5643 mg/l. Parameter tersebut masih jauh
dari standard baku mutu COD untuk limbah cair kopi yang ditentukan oleh
pemerintah yakni 200 mg/l sehingga dilihat dari parameter COD, limbah ini
belum layak untuk dibuang ke lingkungan. Begitu juga dengan dua parameter
yang berikutnya yakni TSS dan pH, di mana nilai TSS telah melewati baku mutu
yang ditentukan oleh pemerintah yakni rata-rata 210,6 mg/l, sementara baku mutu
yang telah ditentukan untuk TSS adalah 100 mg/l. Kemudian untuk pH awal
limbah cair kopi memiliki nilai rata-rata 4,05 yang berarti melewati ambang batas
dari standard baku mutu yang ditentukan yakni dengan nilai pH 6-9. Dapat dilihat
dari seluruh parameter awal limbah cair kopi ini belum layak untuk dibuang
langsung ke lingkungan karena tidak masuk dalam baku mutu limbah cair kopi
menurut Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72 tahun 2013.

Digital Repository Universitas Jember

25

4.2. Parameter Akhir Proses Fitoremediasi


4.2.1. Suhu Limbah
Suhu merupakan salah satu parameter yang paling penting yang
mempunyai pengaruh terhadap aktivitas biota atau mikroorganisme yang ada di
dalam perairan. Semakin tinggi suhu suatu perairan maka akan mempercepat
proses respirasi dan pertumbuhan mikroorganisme yang ada di dalam perairan.
Suhu sangat berpengaruh terhadap kelarutan oksigen, pada dasarnya oksigen
berbanding terbalik dengan suhu artinya apabila suhu semakin tinggi maka
kelarutan oksigen akan semakin berkurang (Kordi et al., 2007:58). Berikut akan
disajikan grafik nilai suhu

limbah selama proses fitoremediasi seperti yang

terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Grafik perubahan suhu (Sumber : data primer diolah 2014)

Dari Gambar 4.1. menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki selisih


suhu yang tidak jauh berbeda pada setiap perlakuan. Selama 14 hari, suhu
limbah cair ini cenderung berubah-ubah namun tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Seperti dilihat pada P1 memiliki rata-rata suhu 32,49o C, P2 memiliki
rata-rata suhu 33,25o C, kemudian untuk P3 memiliki rata-rata suhu paling tinggi
sebesar 34,36o C, sedangkan untuk P4 memiliki rata-rata suhu yang paling rendah
yakni 30,60o C.
Jumlah densitas dari tanaman enceng gondok pada perlakuan ini
mempengaruhi perbedaan suhu di dalam akuarium. Semakin rapat tanaman eceng

Digital Repository Universitas Jember

26

gondok, maka suhunya akan semakin tinggi. Sementara P4 cenderung lebih


rendah akibat tidak adanya tanaman eceng gondok.
Menurut Kordi et al. (2007:58), suhu dapat berpengaruh terhadap proses
metabolisme mikroorganisme dan tingkat kelarutan oksigen. Suhu berbanding
terbalik dengan tingkat kejenuhan oksigen terlarut dan berbanding lurus dengan
laju konsumsi oksigen mikroorganisme, artinya semakin tinggi suhu air limbah
maka semakin besar pula jumlah oksigen terlarut yang dikonsumsi oleh
mikroorganisme sehingga hal itu menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
antara mikroorganisme yang ada dan jumlah oksigen terlarut yang tersedia. Hal
itu dapat menyebabkan mikroorganisme aerob mati karena oksigen terlarut yang
dikonsumsi habis dan digantikan oleh mikroba anaerob yang dapat menimbulkan
bau busuk akibat gas metana (CH4) dan asam sulfide (H2S) yang dihasilkan.
4.2.2. Volume Limbah
Volume limbah diukur untuk mengetahui seberapa besar volume cairan
limbah yang hilang pada proses fitoremediasi ini, hal ini bisa diakibatkan oleh
adanya evapotranspirasi oleh tanaman maupun evaporasi yang diakibatkan oleh
tingginya suhu di dalam greenhouse. Berikut akan disajikan grafik tentang
penurunan nilai volume air selama proses fitoremediasi seperti yang tersaji pada
Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik penurunan volume air (Sumber : data primer diolah 2014)

Digital Repository Universitas Jember

27

Berdasarkan Gambar 4.2. menunjukkan bahwa terjadi penurunan volume


air yang cukup drastis mulai dari ke 1 hingga hari ke 14. Pada P1 mengalami
kehilangan

volume air sebesar 36,18%, pada P2 mengalami kehilangan air

sebesar 38,82%, kemudian untuk P3 mengalami kehilangan air sebesar 40,64%,


sedangkan untuk P4 mengalami kehilangan air yang paling besar yakni sebesar
47,69%.
Dapat ditunjukkan pada

grafik bahwa volume limbah pada masing-

masing akuarium mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini


diakibatkan oleh adanya proses evaporasi dan evapotranspirasi tanaman yang
diakibatkan oleh suhu tinggi di dalam greenhouse. Pada akuarium yang terdapat
eceng gondok, tingkat kehilangan air akan semakin besar dengan jumlah densitas
tanaman yang semakin besar. Hal ini diakibatkan oleh banyak air yang diserap
oleh tanaman sehingga jumlah kehilangan air berbanding lurus dengan jumlah
densitas eceng gondok. Pada P4 mengalami kehilangan air paling besar karena
selain terjadi proses penguapan permukaan air, juga disebabkan oleh percikan air
yang keluar dari akuarium yang diakibatkan oleh proses aerasi.
Menurut Ratnani (2011:22), proses evapotranspirasi tanaman yang
dilakukan oleh eceng gondok juga biasa disebut dengan fitovolatilisasi, dimana
tanaman eceng gondok akan menyerap air bersama nutrien lainnya melalui
akar, kemudian diangkut ke daun

melalui pembuluh angkut (xylem) untuk

kemudian dilepas ke udara melalui stomata.


4.2.3. Kekeruhan
Kekeruhan atau turbiditas merupakan salah satu sifat optis air yang
menunjukkan seberapa besar intensitas cahaya untuk masuk ke dalam perairan
dan biasa dinyatakan dengan besaran NTU. Kekeruhan diakibatkan oleh
kandungan bahan organik dan anorganik yang ada di dalam perairan yang dapat
mengganggu proses masuknya cahaya dan kehidupan biota atau mikroorganisme
yang ada di dalam

perairan (Kristanto, 2004:81). Grafik tingkat kekeruhan

limbah cair kopi selama proses fitoremediasi dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Digital Repository Universitas Jember

28

Gambar 4.3. Grafik penurunan nilai kekeruhan (Sumber : data primer diolah 2014)

Berdasarkan Gambar 4.3. menunjukkan bahwa grafik tingkat kekeruhan


mengalami penurunan untuk semua perlakuan proses fitoremediasi. Untuk P1
misalnya, memiliki nilai efisiensi sebesar 40,04%. Untuk P2 memiliki efisiensi
sebesar 47,09%. Kemudian untuk P3 yang memiliki nilai efisiensi sebesar
42,43%. Sedangkan untuk P4 yang berlaku sebagai kontrol memiliki nilai awal
efisiensi sebesar 51,67%.
Pada perlakuan fitoremediasi di atas menunjukkan efisiensi tanaman eceng
gondok dalam menurunkan kekeruhan, tanaman eceng gondok mampu
menurunkan nilai kekeruhan dengan efisiensi lebih dari 40%. P4 memiliki nilai
efisiensi paling tinggi karena tidak adanya pembusukan dari tanaman eceng
gondok pada akuarium tersebut sehingga nilai kekeruhan berkurang secara terus
menerus. Sementara pada P1, P2 dan P3 adanya kenaikan

kembali nilai

kekeruhan di akhir perlakuan yang diakibatkan adanya pembusukan tanaman


membuat nilai efisiensinya semakin kecil. Pada perlakuan ini, jumlah densitas
tanaman eceng gondok berpengaruh terhadap penurunan nilai kekeruhan hanya
sampai pada hari ke-9, yakni semakin besar jumlah densitas tanaman maka akan
semakin besar pula nilai efisiensi penurunan kekeruhan. Namun setelah hari ke-9
laju nilai kekeruhan cenderung berubah-ubah sehingga mempengaruhi nilai akhir
efisiensi. Hal ini diakibatkan oleh adanya proses pembusukan tanaman eceng
gondok pada masing-masing akuarium. Rossiana et al .(2007:11) menyatakan

Digital Repository Universitas Jember

29

bahwa tanaman eceng gondok memiliki prinsip rizofiltrasi untuk menurunkan


kekeruhan yakni penyerapan kontaminan bersama air dan nutrient untuk
diendapkan pada bagian tanaman. Selain itu penurunan kekeruhan ini juga
diakibatkan oleh adanya penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme yang
juga biasa disebut dengan fitodegradasi.
4.2.4. TDS (Total Dissolved Solid)
TDS atau total dissolved

solid

merupakan berat total padatan yang

terlarut pada suatu perairan baik itu padatan yang dinyatakan dalam mg/l. TDS
biasanya diakibatkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai
di perairan seperti contohnya limbah

pencucian rumah tangga dan

limbah

pencucian industri (Kristanto, 2004:82). Berikut ini merupakan grafik tingkat


perubahan yang terjadi pada TDS limbah cair kopi pada proses fitoremediasi
seperti yang tersaji pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Grafik kenaikan nilai TDS (Sumber : data primer diolah 2014)

Berdasarkan gambar 4.4. menunjukkan bahwa perlakuan yang mempunyai


nilai TDS terbesar adalah P1 (861 mg/l) kemudian berturut-turut diikuti oleh P4
(823 mg/l), P2 (816 mg/l) dan P3 (780,5 mg/l). Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kerapatan tanaman eceng gondok berpengaruh terhadap kelarutan dan pemecahan
senyawa organik yang ada di dalam akuarium, karena semakin rapat densitas dari
eceng gondok maka proses aerasi yang membantu proses pelarutan senyawa

Digital Repository Universitas Jember

30

organik juga tidak akan berjalan maksimal. Selain itu kenaikan nilai TDS juga di
akibatkan oleh adanya penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme. Pada
P1 memiliki nilai TDS lebih tinggi karena keseluruhan tanaman eceng gondok
yang telah membusuk terlebih dahulu akan tenggelam ke dalam air limbah dan
dilarutkan oleh percikan air dari aerator. Sementara nilai TDS pada akuarium P2
dan P3 cenderung lebih rendah karena pembusukan yang terjadi masih belum
terlalu banyak sehingga partikel organik yang dilarutkan lebih sedikit. Pada P4
memiliki nilai kelarutan padatan yang cukup tinggi karena proses perlarutan
partikel organik oleh proses aerasi pada akuarium tersebut berjalan cukup
maksimal.

4.2.5. TSS (Total Suspended Solid)


TSS atau total padatan tersuspensi merupakan kandungan padatan yang
tidak dapat terlarut yang ada di dalam perairan yang diakibatkan oleh partikelpartikel kecil baik itu organik maupun anorganik dan dinyatakan mg/l.
Pengukuran TSS diukur berdasarkan berat kering partikel yang terperangkap oleh
filter, umumnya filter yang digunakan memiliki ukuran pori 45m (Kristanto,
2004:82). Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil grafik
seperti yang tersaji pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Grafik penurunan nilai TSS (Sumber : data primer diolah 2014)

Digital Repository Universitas Jember

Berdasarkan Gambar 4.5. menunjukkan

31

bahwa nilai TSS mengalami

penurunan yang signifikan mulai dari awal perlakuan hingga akhir. Kemudian
setelah dilakukan penghitungan efisiensi maka didapatkan nilai efisiensi dari
penurunan nilai TSS tersebut yakni berturut-turut untuk P1, P2, P3 dan P4 adalah
sebesar 34,1%; 40% ; 35,8% dan 45,9%.
Penurunan nilai TSS pada fitoremediasi ini diakibatkan oleh adanya
penyerapan kontaminan dan air oleh tanaman, pemecahan senyawa organik oleh
mikroorganisme, partikel yang mengendap serta adanya peristiwa pelarutan bahan
organik pada proses aerasi. Nilai efisiensi TSS paling tinggi terjadi pada P4, hal
ini diakibatkan karena pada P4 banyak bahan organik yang terpercik pada dinding
akuarium sehingga menempel dan menjadi endapan, proses penguapan yang
cukup besar serta adanya prinsip aerasi yang maksimal sehingga partikel-partikel
kecil menjadi hilang ataupun terlarut. Pada P1, P2 dan P3 memiliki nilai efisiensi
TSS yang relatif lebih kecil dari P4, hal ini diakibatkan adanya partikel-partikel
kecil dari proses pembusukan yang membuat nilai TSS di akhir perlakuan
mengalami kenaikan. Penurunan nilai TSS pada akuarium P1, P2 dan P3 juga
dipengaruhi oleh penyerapan akar tanaman dan penguraian oleh mikroorganisme.
Dari data yang telah diperoleh jumlah densitas tanaman eceng gondok
berpengaruh terhadap nilai TSS sampai pada hari ke-9 dimana semakin besar
jumlah densitas tanaman maka akan semakin besar pula nilai penurunan TSS.
Namun setelah hari ke-9 nilai efisiensi TSS cenderung berubah-ubah atau bahkan
mengalami kenaikan yang menyebabkan laju nilai efisiensi tidak konstan. Hal ini
diakibatkan oleh adanya proses pembusukan tanaman eceng gondok sehingga dari
proses pembusukan tersebut akan membentuk partikel-partikel kecil yang
membuat nilai TSS mengalami kenaikan.
4.2.6. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan suatu parameter air
yang biasa digunakan untuk mengetahui jumlah bahan organik yang terkandung di
dalam suatu perairan. COD adalah banyaknya jumlah oksigen terlarut total yang
dibutuhkan oleh perairan untuk mereduksi dan mengoksidasi senyawa-senyawa

Digital Repository Universitas Jember

32

organik yang ada di dalam perairan (Kristanto, 2004:89). Hasil pengukuran dan
grafik dari nilai COD pada limbah cair kopi selama proses fitoremediasi dapat
dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.6.
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran COD

1
14

P1
5643,5
1658

COD (mg/l)
P2
P3
5643,5
5643,5
1291
1139

P4
5643,5
3015

Nilai Efisiensi

70,62%

77,12%

46,58%

Hari Ke

79,82%

Gambar 4.6. Grafik nilai efisiensi COD (Sumber : data primer diolah 2014)

Berdasarkan grafik 4.6. di atas menunjukkan bahwa semua parameter


COD pada masing-masing perlakuan pada proses fitoremediasi limbah cair kopi
ini mempunyai nilai efisiensi penurunan yang cukup tinggi dari awal perlakuan
hingga akhir yakni pada hari ke 14. Nilai efisiensi tertinggi ditunjukkan oleh P3
sebesar 79,82%, kemudian P2 sebesar 77,12%, P1 sebesar 70,62%, sedangkan
yang paling rendah ditunjukkan oleh P4 dengan nilai efisiensi sebesar 46,58%.
Dari data tersebut dapat ditunjukkan bahwa efisiensi penurunan COD
tertinggi ditunjukkan oleh P3, sementara untuk efisiensi penurunan COD terendah
ditunjukkan oleh P4. Hal ini dikarenakan densitas eceng gondok pada P3
merupakan yang terbesar yakni 400 gram, sementara untuk P4 tidak menggunakan

Digital Repository Universitas Jember

33

eceng gondok yakni hanya menggunakan aerator, hal itu menunjukkan bahwa
prinsip aerasi efisien untuk menurunkan COD sebesar 46,58%. Dari data tersebut
juga dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah densitas dari tanaman eceng
gondok, maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi dari penurunan nilai COD. Hal
ini diakibatkan perbedaan jumlah akar yang mendukung ketersediaan oksigen
terlarut di dalam air yang mendukung mikroba untuk merombak senyawa organik
dalam kondisi aerobik. Hartanti et al.(2013:35) menyatakan bahwa oksigen
dipenuhi oleh tanaman eceng gondok melalui proses fotosintesis yang
didistribusikan melalui akar-akar yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan
oksigen bagi mikroorganisme perombak dalam menurunkan konsentrasi air
limbah. Selain itu proses aerasi pada fitoremediasi ini juga membantu untuk
meningkatkan kadar oksigen terlarut di dalam air melalui transfer gas oksigen
dari udara (Laksmi et al., 1993:74).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puspitaningrum et al. (2012:54),
menunjukkan bahwa tumbuhan air efektif untuk meningkatkan kadar oksigen di
dalam air melalui proses fotosintesis, tanaman eceng gondok sebanyak 30 gram
dalam 10 liter air mampu memproduksi 0,13 mg/l melalui proses fotosintesis.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hartanti et al. (2013:35), keberadaan eceng
gondok ini mampu meningkatkan kadar oksigen terlarut karena akar eceng
gondok mampu untuk menyuplai oksigen terlarut pada saat proses fotosintesis
sehingga memudahkan mikroba aerob untuk mereduksi senyawa organik dalam
kondisi aerobik sehingga juga akan menurunkan nilai COD. Namun dari hasil data
penelitian yang telah diperoleh, limbah cair kopi dari hasil fitoremediasi ini masih
belum layak untuk dibuang ke lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan baku mutu
yang diperbolehkan untuk limbah cair kopi adalah 200 mg/l, sementara nilai COD
terendah untuk perlakuan dari penelitian ini adalah 1139 mg/l.
4.2.7. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik

Digital Repository Universitas Jember

34

ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh
dari proses oksidasi (Purnawijayanti, 2005:15). Hasil pengukuran dan grafik
penurunan nilai BOD pada proses fitoremediasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.
dan Gambar 4.7.
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran BOD
Hari Ke

BOD (mg/l)
P2
P3
3643
3643
825
885

1
14

P1
3643
1055

Nilai Efisiensi

71,04%

77,35%

75,71%

P4
3643
1931
46,99%

Gambar 4.7. Grafik nilai efisiensi BOD (Sumber : data primer diolah 2014)

Berdasarkan grafik di atas dapat ditunjukkan besarnya nilai efisiensi


penurunan nilai BOD mulai dari hari ke 1 hingga hari ke 14. Setelah dilakukan
penghitungan data didapatkan

nilai efisiensi dari masing-masing akuarium

dimana untuk nilai efisiensi terbesar ditunjukkan oleh P2 dengan nilai efisiensi
sebesar 77,35%. Sedangkan untuk nilai efisiensi penurunan BOD berturut-turut
untuk 4 perlakuan P1, P2, P3 dan P4 adalah sebesar 71,04% ; 77,35% ; 75,71%
dan 46,99%.
Penurunan nilai BOD ini mempunyai faktor yang sama dengan penurunan
nilai COD. Penurunan BOD juga diakibatkan oleh suplai oksigen dari perakaran
dan transfer gas dari udara akibat kerja aerator sehingga ketersediaan oksigen

Digital Repository Universitas Jember

35

terlarut di dalam air menjadi bertambah dan mendukung senyawa organik untuk
mereduksi bahan-bahan organik yang mudah terurai sehingga nilai BOD pada
limbah cair kopi ini menjadi turun. Namun apabila dilihat dari jumlah densitas
tanaman, nilai efisiensi akhir tertinggi justru diperlihatkan oleh P2 yang
mempunyai densitas tanaman 300 gram, sementara P1 dan P3 mempunyai
kecenderungan nilai efisiensi yang lebih kecil. Hal ini bisa diakibatkan
mikroorganisme pada P1 dan P3 memiliki kebutuhan oksigen terlarut yang lebih
tinggi dalam proses reaksi biokimia atau penguraian bahan organik meskipun
oksigen terlarut di dalam air telah disuplai oleh tanaman eceng gondok (Kristanto,
2004:87). Sementara pada P4 memiliki nilai efisiensi yang paling kecil yang
disebabkan tidak adanya suplai oksigen dari tanaman eceng gondok.
Namun dilihat dari tingginya nilai akhir BOD, limbah cair kopi ini masih
belum layak untuk di buang ke lingkungan sekitar karena nilai akhir BOD ini
masih di atas ambang batas baku mutu limbah cair kopi menurut Peraturan
Gubernur Jawa Timur No. 72 Tahun 2013 yakni sebesar 75 mg/l sehingga akan
berdampak buruk pada lingkungan di sekitar.
4.2.8. Phospor
Phospor merupakan salah satu unsur penting yang ada di dalam suatu
ekosistem seperti halnya oksigen yang dinyatakan dalam mg/l. Di dalam
ekosistem perairan phospor terdapat dalam 3 bentuk yakni senyawa phospor
anorganik seperti ortophospor, poliphosphat dan phospor organik yang terbentuk
dari kotoran atau tubuh organisme yang terurai (Alaerts dan Santika, 1984 : 159).
Hasil pengukuran nilai phospor pada proses fitoremediasi dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil pengukuran phospor
Hari Ke
1
14

P1
44,93
99,695

Phospor (mg/l)
P2
44,93
36,12

Sumber : data primer diolah (2014)

P3
44,93
60,985

P4
44,93
58,425

Digital Repository Universitas Jember

36

Hasil pengukuran nilai phospor pada tabel di atas menunjukkan bahwa


selama 14 hari proses fitoremediasi, nilai parameter ini masih jauh dari ambang
batas kandungan phospor yang diperbolehkan di perairan alami yakni sebesar 5
mg/l (Presiden Republik Indonesia, 2001). Perlakuan pada proses fitoremediasi ini
hanya mampu menurunkan kandungan phospor pada P2 yakni sebesar 24%,
sementara pada P1, P3 dan P4 nilai phospor justru mengalami kenaikan berturutturut sebesar 121,8% ; 35,8% dan 30%. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa proses fitoremediasi ini belum mampu untuk menurunkan kandungan
phospor sesuai dengan ambang batas kandungan phospor di perairan alami, hal
ini dikarenakan mayoritas nilai phospor pada keempat akuarium tersebut
mengalami kenaikan sehingga apabila dibuang langsung ke lingkungan justru
akan berdampak buruk pada lingkungan perairan karena akan menyebabkan
eutrofikasi.
Kenaikan nilai phospor dalam fitoremediasi ini diakibatkan oleh adanya
penguraian tanaman eceng gondok yang telah membusuk oleh mikroorganisme.
Seperti yang terjadi pada P1 dan P3, tanaman eceng gondok mengalami
pembusukan terlebih dahulu untuk kemudian hasil pembusukannya diuraikan oleh
mikroorganisme. Sementara untuk penurunan nilai phospor ini diakibatkan oleh
adanya penyerapan secara berlebih kandungan P yang ada di dalam limbah cair
kopi oleh tanaman eceng gondok yang masih hidup.
Menurut Kristanto (2004:85), peningkatan nilai phospor di dalam perairan
bisa diakibatkan oleh
dalam

protoplasma

beberapa hal yakni limbah buangan, senyawa organik


dan

penguraian

tumbuhan

yang

membusuk

oleh

mikroorganisme. Sedangkan menurut Mangkoedihardjo (2005) dalam prosesnya


tanaman eceng gondok menggunakan proses fitoakumulasi yakni proses
penyerapan nutrient dan kontaminan bersamaan dengan penyerapan air untuk
diendapkan pada bagian tanaman seperti daun dan batang. Proses penyerapan ini
terjadi akibat adanya gaya tarik menarik oleh molekul-molekul air yang ada pada
tumbuhan. Zat-zat yang telah diserap oleh akar akan masuk ke pembuluh angkut
(xylem) yang akan diteruskan ke batang dan daun. Pada P4, kenaikan nilai
phospor bukan disebabkan oleh penguraian tanaman eceng gondok yang telah

Digital Repository Universitas Jember

37

membusuk karena pada P4 tidak terdapat tanaman eceng gondok melainkan


melalui proses penguraian bahan-bahan organik yang ada di dalam limbah cair
kopi oleh mikroorganisme. Menurut Kristanto (2004:86), jika ada tumbuhan atau
sisa tanaman yang mati maka bakteri pengurai akan mengembalikan phospor ke
dalam air sebagai zat organik terlarut.
4.2.9. Nitrogen
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan organisme
yang dapat dijumpai di badan-badan perairan. Di dalam air nitrogen biasanya
ditemukan dalam bentuk ammonia (NH3), ammonium (NH4), nitrit (NO2) dan
nitrat (NO3) (Alaerts dan Santika, 1984 : 184). Berikut ini hasil pengukuran nilai
nitrogen pada proses fitoremediasi sesuai dengan yang tertera pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil pengukuran nitrogen
Hari Ke
1
14

P1
145,225
246,26

Nitrogen (mg/l)
P2
P3
145,225
145,225
144,91
173,72

P4
145,225
122,595

Sumber : data primer diolah (2014)


Dari hasil pengukuran pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa P2 dan
P4 belum mampu untuk menurunkan nilai nitrogen

limbah cair kopi sesuai

dengan ambang batas untuk kandungan nitrogen yang diperboleh di perairan


alami yakni sebesar 20 mg/l (Presiden Republik Indonesia, 2001) meskipun pada
perlakuan tersebut kadar nitrogen limbah cair kopi mengalami penurunan sebesar
0,2% untuk P2 dan 18,5% untuk P4. Sementara P1 dan P3 justru tidak mampu
untuk menurunkan nilai nitrogen limbah cair kopi dalam fitoremediasi ini, hal ini
disebabkan dengan adanya kenaikan

nilai nitrogen

pada kedua akuarium

tersebut. P1 mengalami kenaikan nilai nitrogen sebesar 69%, sementara pada P3


mengalami kenaikan nilai nitrogen sebesar 19,6%.
Dalam fitoremediasi ini akuarium yang terdapat enceng gondok memiliki
kandungan nitrogen yang cenderung konstan atau bahkan mengalami kenaikan
yang diakibatkan oleh dekomposisi mikroorganisme terhadap tanaman eceng
gondok yang telah mati. Sementara pada P4 yang tidak terdapat tanaman eceng

Digital Repository Universitas Jember

38

gondok mengalami penurunan nilai nitrogen karena kandungan nitrogen pada


P4 telah dimanfaatkan oleh mikroorganisme anaerob untuk melakukan respirasi.
Menurut Kristanto (2004 : 84), kenaikan dari nilai nitrogen ini bisa
diakibatkan oleh adanya dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme
terhadap tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk dan juga hewan air yang
telah mati (amonifikasi). Sebagian besar organisme membutuhkan oksigen terlarut
untuk melakukan respirasi dalam kondisi aerobik, tetapi ketika konsentrasi
oksigen tidak memadai maka beberapa bakteri akan menggunakan alternatif
untuk melakukan respirasi secara anaerob seperti dengan memanfaatkan nitrat,
sulfat dan karbondioksida.
4.2.10. pH
pH (puissance negative de H) pada dasarnya merupakan suatu tingkatan
untuk menyatakan derajat keasaman di dalam air. pH didefinisikan sebagai
kologaritma dari aktivitas ion hodrogen (H+) yang terlarut yang mempunyai skala
0-14. Perubahan pH di dalam air dapat memberikan dampak buruk terhadap
aktivitas biota atau mikroorganisme yang ada di dalam air (Kordi et al., 2007:46).
Berikut ini merupakan grafik perubahan pH limbah cair kopi yang terjadi selama
fitoremediasi seperti yang tersaji pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8.Grafik laju kenaikan pH (Sumber : data primer diolah 2014)

Digital Repository Universitas Jember

39

Berdasarkan grafik 4.8. dapat ditunjukkan data dari kenaikan pH yang


terjadi selama fitoremediasi mulai dari hari ke 1 hingga hari ke 14,

pada

penelitian ini limbah cair kopi memiliki pH awal rata-rata sebesar 4,2 pada hari
ke 1. Kemudian pada hari ke 14, pH limbah cair kopi ini mengalami kenaikan
rata-rata setiap harinya untuk P1 sebesar 0,27 ; P2 sebesar 0,29; P3 sebesar 0,27
dan P4 sebesar 0,22.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa P1, P2 dan P3 mengalami nilai
kenaikan pH yang lebih cepat daripada P4. Hal ini dikarenakan limbah cair kopi
pada akuarium P1, P2 dan P3 mendapatkan pengaruh pengurangan CO2 dari
proses fotosintesa tanaman, sehingga kadar CO2 berkurang dan mampu untuk
menaikkan nilai pH (Kordi et al., 2007:47). Sementara pada P4, kenaikan kadar
pH dapat terjadi karena proses peruraian bahan organik yang terkandung dalam
limbah oleh bakteri menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air dan amoniak
(NH3) yang dapat meningkatkan nilai pH (Romayanto et al., 2006:46).
Kordi et al. (2007:46) mengemukakan bahwa fluktuasi nilai pH banyak
dipengaruhi oleh kandungan CO2 yang ada di dalam perairan. Fluktuasi dari nilai
CO2 ini didapatkan dari aktivitas respirasi biota air dan fotosintesis oleh tanaman
eceng gondok. Pada waktu

malam

hari, semua biota di dalam air akan

melakukan respirasi menghasilkan CO2, respirasi tersebut secara bertahap akan


menyebabkan pelepasan ion H+ di dalam air yang akan menyebabkan nilai pH
akan turun, sedangkan pada waktu siang hari terjadi proses fotosintesa oleh
tanaman yang menyerap ion CO2 yang menyebabkan nilai pH akan naik. Berikut
ini reaksi berantai karbonat dari aktivitas dan fotosintesis organisme di dalam
perairan.
CO2 + H2O H2CO3H+ + HCO3-2H+ + CO324.3. Karakteristik Tanaman Eceng Gondok
Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air dari kingdom plantae
dan termasuk dalam family pontederiaceae.Tanaman eceng gondok hidup
mengapung di air dan mempunyai daun yang berbentuk oval dengan ujung
pangkal yang meruncing dan tangkai yang menggelembung. Tumbuhan eceng

Digital Repository Universitas Jember

40

gondok mampu beradaptasi dalam kondisi perubahan lingkungan yang ekstrem


seperti ketinggian air, ketersediaan nutrient, pH, suhu air dan kandungan racun di
dalam air, namun hal tersebut tidak berarti mendukung pertumbuhan tanaman
eceng gondok, karena setelah menyerap zat beracun untuk beberapa waktu eceng
gondok akan mati. Itu

sebabnya mengapa akar eceng gondok sangat cocok

digunakan dalam penanganan limbah cair industri (Gerbano dan Siregar, 2005).
Dalam

proses penanganan limbah cair kopi dengan fitoremediasi dan

aerasi, masing-masing bagian tanaman eceng gondok menunjukkan respon yang


diakibatkan adanya penyerapan zat beracun oleh tanaman. Bagian eceng gondok
yang diamati diantaranya adalah akar, daun dan tunas. Bagian tanaman yang
terlebih dahulu mati pada proses fitoremediasi ini adalah bagian daun, kemudian
tangkai dan selanjutnya menyebar ke perakaran. Tanaman eceng gondok mati
akibat kemampuan dan kapasitasnya dalam melakukan proses fitoakumulasi dan
fitodegradasi, di mana proses fitoakumulasi merupakan penyerapan kontaminan
bersamaan dengan nutrient dan air untuk kemudian diendapkan pada bagianbagian tanaman (kontaminan tidak dirombak). Sementara fitodegradasi adalah
penyerapan kontaminan oleh akar tanaman, untuk kemudian kontaminan
dirombak menjadi zat organik yang tidak beracun. Dalam prosesnya,
fitoakumulasi dan

fitodegradasi terjadi secara bersamaan pada saat tanaman

eceng gondok masih hidup. Akar tanaman eceng gondok langsung menyerap
nutrien dan kontaminan dari dalam air untuk kemudian langsung dirombak pada
bagian tanaman, dirubah menjadi bentuk endapan yang tidak beracun
(fitodegradasi). Sementara senyawa yang berat yang racunnya tidak dapat
dirombak tetap diendapkan pada bagian-bagian tanaman (fitoakumulasi). Hal
itulah yang membuat tanaman eceng gondok mati karena bagian tanaman eceng
gondok secara terus menerus tidak mampu untuk menerima racun (Rossiana et al.,
2007:11).
Pada fitoremediasi limbah cair kopi ini sebagian tanaman mengalami
kematian pada hari ke 7 dan mati semuanya pada hari ke 14. Bagian tanaman
yang mula-mula mati adalah daun. Warna daun menguning dan layu ketika
eceng gondok mulai mati hingga akhirnya berwarna coklat, kemudian hal yang

Digital Repository Universitas Jember

41

sama diikuti oleh tangkai daun dan selanjutnya akar-akar tanaman mengalami
kerontokan apabila tanaman mulai membusuk. Pada hari ke 14 akar tanaman
tampak berlendir, hal ini disebabkan oleh kontaminan atau nutrient yang belum
sempat terserap dan menempel pada akar eceng gondok. Proses kemampuan
tanaman eceng gondok dalam proses fitodegradasi dan

fitoakumulasi

yang

mengakibatkan tanaman layu dan mati dapat dilihat pada Gambar 4.9. di bawah
ini.

(a) Kondisi tanaman eceng gondok pada hari ke 1

(b) Kondisi tanaman eceng gondok pada hari ke 7

(c)Kondisi tanaman eceng gondok pada hari ke 14


Gambar 4.9. Kondisi tanaman eceng gondok pada hari ke 1, 7 dan 14

Digital Repository Universitas Jember

42

4.4. Analisis Perbandingan Antar Pelakuan Untuk Parameter COD dan


Kekeruhan
4.4.1. Uji Anova Nilai Kekeruhan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya beda nyata nilai kekeruhan pada
masing-masing perlakuan, maka data diolah dengan menggunakan uji anova
untuk mengetahui hasil perbandingan nilai pada masing-masing akuarium. Dalam
hal ini hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut :
a. Ho = tidak ada perbedaan rata-rata nilai kekeruhan pada keempat perlakuan
(sama).
b. H1 = ada perbedaan rata-rata nilai kekeruhan pada keempat perlakuan (tidak
sama).
Berikut ini akan ditampilkan tabel hasil uji anova sesuai tabel yang tersaji pada
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil Uji Anova
Sumber
Keragaman
(SK)
Rata-Rata Kolom
Galat
Total

Jumlah
Kuadrat
(JK)
12666,375
839980,500
852646,875

Derajat
Bebas
(dB)
3
4
7

Kuadrat
Tengah
(KT)

F hitung

F
Tabel

Sig

4222,125
209995,125

0,020

6,59

0,996

Sumber : data primer diolah (2014)


Uji Anova yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa uji-F tidak
memiliki signifikansi pada kelompok uji, ini ditunjukkan oleh nilai F hitung
sebesar 0,020 yang lebih kecil daripada F tabel sebesar 6,59 (Fhitung < Ftabel)
sehingga nilai Ho diterima dan H1 ditolak, diperkuat dengan nilai p = 0,996 lebih
besar dari nilai kritik =0,05. Dari uji F di atas dapat disimpulkan bahwa nilai
kekeruhan pada keempat varian populasi atau perlakuan di atas tidak memiliki
beda nyata secara signifikan.

Digital Repository Universitas Jember

43

4.4.2. Uji Anova Nilai COD


Seperti halnya kekeruhan untuk mengetahui ada tidaknya beda nyata nilai
COD pada masing-masing perlakuan, maka bisa menggunakan uji anova dengan
metode LDS dan Duncan. Hipotesis pada uji anova adalah sebagai berikut :
a. Ho= tidak ada perbedaan rata-rata nilai COD pada keempat perlakuan (sama).
b. H1= ada perbedaan rata-rata nilai COD pada keempat perlakuan (tidak sama).
Dan berikut ini akan ditampilkan tabel hasil uji anova dan multiple comparison
test sesuai table yang tersaji pada Tabel 4.7. dan Tabel 4.8.
Tabel 4.7. Hasil Uji Anova
Sumber
Keragaman
(SK)
Rata-Rata Kolom
Galat
Total

Jumlah
Derajat
Kuadrat
Bebas
(JK)
(dB)
4380077,500 3
388462,000 4
4768539,800 7

Kuadrat
Tengah
(KT)

F hitung

F
Tabel

Sig

1460025,833
97115,500

15,034

6,59

0,012

Sumber : data primer diolah (2014)

Tabel 4.8. Tabel Multi Comparison


Multi Comparison Test
Mean
Difference
P (I)
P (J)
(I-J)
2
367.00000
1
3
519.00000
4
1357.00000*
1
-367.00000
2
3
152.00000
4
-1724.00000*
1
-519.00000
3
2
-152.00000
4
-1876.00000*
1
1357.00000*
4
2
1724.00000*
3
1876.00000*
* = Berbeda nyata pada taraf 0,05
(Sumber : data primer diolah 2014)

Digital Repository Universitas Jember

44

Hasil uji one way Anova yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa
uji-F signifikan pada kelompok uji, ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar
15,034

yang lebih besar daripada F tabel sebesar 6,59 (Fhitung > Ftabel)

sehingga hipotesis Ho ditolak dan H1 diterima, diperkuat dengan nilai p = 0,012


lebih kecil daripada nilai kritik =0,05. Hasil multiple comparison test juga
mengindikasikan bahwa perbedaan rata-rata nilai COD pada P1, P2 dan P3 secara
statistik tidak signifikan, hanya mean dari P4 yang signifikan berbeda nyata
secara statistik dari mean P1, P2 dan P3. Kemudian untuk menentukan ragam
perbedaan dari nilai COD pada masing-masing perlakuan, data nilai COD juga
bisa di uji menggunakan metode Duncan seperti yang tersaji pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Tabel Uji Duncan
Nilai
Subset for alpha = 0.05

Duncan

1.1390E3

1.2910E3

1.6580E3

3.0150E3

Sumber : data primer diolah (2014)


Pada uji anova dengan menggunakan metode Duncan di atas, maka dapat
ditunjukkan nilai COD yang seragam dan berbeda nyata pada taraf = 0,05. Di
mana P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata dengan taraf signifikansi sebesar 0,177.
Hanya nilai COD pada P4 yang berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3 pada uji
dengan menggunakan metode Duncan.

4.5. Analisis Perlakuan Terbaik Pada Berbagai Variasi Densitas


Uji Anova hanya digunakan untuk melihat setiap perbedaan pada masingmasing parameter. Oleh karena itu, untuk mengetahui densitas terbaik pada
seluruh parameter yang diamati dalam fitoremediasi ini, maka digunakan analisis
general linear model repeated measures untuk mendapatkan

nilai rata-rata

efisiensi yang paling baik yang didasarkan pada nilai efisiensi COD, BOD, TSS

Digital Repository Universitas Jember

45

dan kekeruhan. Berikut ini grafik rata-rata nilai efisiensi COD, BOD, TSS dan
kekeruhan seperti yang tersaji pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Grafik rata-rata nilai efisiensi (Sumber : Data primer diolah 2014)

Dari gambar 4.10. dapat ditunjukkan bahwa, akuarium yang memiliki rata-rata
nilai efisiensi paling baik adalah adalah

P3 dengan densitas 400 gram. P3

memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 69,07%. Kemudian densitas terbaik


berikutnya diikuti oleh P2 dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 68,27% dan P1
sebesar 63,79%. Untuk rata-rata nilai efisiensi yang paling rendah pada
fitoremediasi ini terdapat pada P4 yakni akuarium yang hanya menggunakan
aerator yakni sebesar 50,26%. P3 memiliki nilai efisiensi paling baik karena
memiliki densitas eceng gondok paling besar yakni sebesar 400 gram sehingga
suplai oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengurai zat-zat
organik bisa tercukupi serta penyerapan konsentrasi zat organik yang dilakukan
oleh akar eceng gondok bisa menurunkan konsentrasi zat organik dengan jumlah
yang cukup tinggi sehingga mampu untuk meningkatkan nilai efisiensi. Sementara
P4 memiliki nilai efisiensi paling rendah karena tidak adanya eceng gondok yang
mampu menyuplai oksigen untuk mikroorganisme serta tidak adanya akar yang
mampu untuk menyerap senyawa atau zat-zat organik yang terdapat pada limbah
cair kopi sehingga nilai efisiensi yang didapatkan dari perlakuan ini lebih rendah
dari perlakuan lain.

Digital Repository Universitas Jember

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa :
1) fitoremediasi dengan tanaman eceng gondok pada penelitian ini mampu
untuk menurunkan beberapa parameter limbah di antaranya TSS,
kekeruhan, COD dan BOD. Densitas eceng gondok yang semakin besar
akan berbanding lurus dengan semakin besarnya nilai efisiensi penurunan
konsentrasi limbah cair kopi. Selain itu fitoremediasi ini juga mampu
untuk meningkatkan nilai TDS dan pH.
2) perlakuan yang memiliki perlakuan paling baik dalam fitoremediasi ini
adalah P3 dengan densitas 400 gram dengan rata-rata nilai efisiensi
sebesar 69,07%. Kemudian densitas terbaik berikutnya diikuti oleh P2
dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 68,27% dan P3 sebesar 63,79%.
Untuk rata-rata nilai efisiensi yang paling rendah pada fitoremediasi ini
terdapat pada P4 yakni sebesar 50,26%.
3) tanaman eceng gondok tidak mampu bertahan lebih dari 14 hari pada
fitoremediasi limbah cair kopi. Bagian tanaman yang mengalami kematian
terlebih dahulu adalah daun, tangkai dan terakhir bagian akar. Eceng
gondok mempunyai batas kemampuan dalam melakukan fitoakumulasi
dan fitodegradasi.
5.2. Saran
Perlu adanya pembandingan limbah hasil pencucian dengan limbah hasil
fermentasi yang dilakukan didalam penelitian selanjutnya. Selain itu perlu adanya
uji densitas untuk mengetahui pengaruh densitas terhadap waktu kematian
tanaman eceng gondok.

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Plantamor : Eichornia Crassipes (Mart.) Solm.


http://www.plantamor.com/index.php?plant=515 [20 Desember 2014].
Alaerts, G. dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha
Nasional.
Badan Pusat Statistik. 2014. Jawa Timur Dalam Angka 2013. Surabaya : BPS
Provinsi Jawa Timur
Gerbano, A. dan Siregar, A. 2005. Kerajinan Eceng Gondok.
Penerbit Kanisius.

Yogyakarta :

Gubernur Jawa Timur. 2013. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 72 Tahun
2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Dan/Atau Kegiatan
Usaha Lainnya. Surabaya : Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Hartanti, P.I., Haji, A.T.S. dan Wirosudarmo, R. 2013. Pengaruh Kerapatan
Tanaman Eceng Gondok (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm) Terhadap
Penurunan Logam Chromium Pada Limbah Cair Penyamakan Kulit. Jurnal
Sumberdaya Alam Dan Lingkungan.Vol. 1 (1) : 31-37.
Institut Teknologi Sepuluh November. 2011. Instruksi Kerja Laboratorium
Teknologi Lingkungan Dan Rekayasa Proses Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya : FTSP-ITS.
Juhaeti, T., Syarief, F. dan Hidayati, N. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Potensial
Untuk Fitoremediasi Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas.
Jurnal Biodiversitas. Vol 6(1) : 31-33.
Kodoatie, R. dan Sjarief, R. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Kordi, K., Gufran, K. dan Tancung, A. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam
Budidaya Perairan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Digital Repository Universitas Jember


48

Laksmi, B.S., Winiati, J. dan Rahayu, P. 1993. Penanganan Limbah Industri


Pangan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Mangkoedihardjo, S. 2005. Fitoteknologi dan Ekotoksikologi dalam Desain
Operasi Pengomposan Sampah ; Phytotechnology and Ecotoxicologyin
Operational Design for Solid Waste Composting. Tidak Diterbitkan.
Makalah. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Muljadi. 2009. Efisiensi Instalasi Pengolahan Limbah Cair Industri Batik Cetak
Dengan Metode Fisika-Kimia dan Biologi Terhadap Penurunan Terhadap
Parameter Pencemar (BOD, COD dan Logam Berat Khrom (Cr). Jurnal
Ekuilibrium. Vol. 8 (1) : 7-16.
Najiyati, S. dan Danarti. 2001. Kopi : Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Nurrandani, H. 2007. Fitoremediasi Phospat Dengan Pemanfaatan Enceng Gondok
(Eichornia Crassipes (Mart.) Solm). Jurnal Presipitasi. Vol. 2 (1) : 28-33..
Presiden Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.
Purnawijayanti, H.A. 2001. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja Dalam
Pengolahan Makanan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Puspitaningrum, M., Izzati, M. dan Haryanti, S. 2012. Produksi dan Konsumsi
Oksigen Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Jurnal Anatomi dan
Fisiologi. Volume 20 (1) : 47-55.
Ratnani, D. 2011. Pemanfaatan Enceng Gondok (Echornia Crassipes (Mart.)
Solm) Untuk Menurunkan Kandungan COD, pH, Bau, dan Warna Pada
Limbah Cair Tahu. Jurnal Momentum. Vol. 7 (1) : 41-47.
Romayanto, M.E.W., Wiryanto dan Sajidan. 2006. Pengolahan limbah domestik
dengan aerasi dan penambahan bakteri Pseudomonas putida. Jurnal
Bioteknologi. Vol. 3(2) : 42-49.

Digital Repository Universitas Jember


49

Rossiana, N., Supriatun, T. dan Dhahiyat Y. 2007. Fitoremediasi Limbah Cair


Dengan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes (Mart.) Solm) dan Limbah
Padat Industri Minyak Bumi Dengan Sengon (Paraserianthes Falcataria
L. Nielsen) Bermikoriza. Tidak Diterbitkan. Laporan Penelitian. Bandung
: FMIPA-Universitas Padjajaran.
Santoso, S. 2008. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : PT. Elex
Media Computindo.
Syakir, M. 2010. Buku Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Jakarta : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan
Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistiska Edisi Ke-3. Jakarta : Penerbit Gramedia
Pustaka.
Widyaningsih. 2012. Pengaruh Variasi Biomassa Eceng Gondok (Eichornia
Crassipes) terhadap Kandungan Krom (Cr) Limbah Cair Industri Sablon
TEMENAN Monjali. Yogyakarta. Tidak Diterbitkan. Skripsi.
Yogyakarta : FMIPA UNY.
Zulkarnain. 2011.Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.

Digital Repository Universitas Jember

Lampiran A. Tabel Nilai Parameter Kimia Limbah Cair Kopi


A.1. Nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD)
A.1.1. Nilai BOD Ulangan 1
HARI KE
1
7
14
Nilai
Efisiensi

P1
3128

830
73,47%

BOD (mg/l)
P2
P3
3128
3128

780
630
75,06%

79,86%

P4
3128

2030
35,10%

A.1.2. Nilai BOD Ulangan 2


HARI KE
1
7
14
Nilai
Efisiensi

P1
4158
1460
1280
69,22%

BOD (mg/l)
P2
P3
4158
4158
1160
1108
870
1140
79,08%

72,58%

P4
4158
2070
1832
55,94%

A.1.3. Nilai BOD Rata-Rata


HARI KE
1
7
14
Nilai
Efisiensi

P1
3643

1055
71,04%

BOD (mg/l)
P2
P3
3643
3643

825
885
77,35%

75,71%

P4
3643

1931
46,99%

Digital Repository Universitas Jember

A.2. Nilai Chemical Oxygen Demand (COD)


A.2.1. Nilai COD Ulangan 1
HARI KE
1
7
14
Nilai
Efisiensi

P1
4887

1280

73,81%

COD (mg/l)
P2
P3
4887
4887

1200
960

75,45%

80,36%

P4
4887

3120

36,16%

A.2.2. Nilai COD Ulangan 2


HARI KE
1
7
14
Nilai
Efisiensi

P1
6400
2320
2036

68,19%

COD (mg/l)
P2
P3
6400
6400
1840
1760
1382
1318

78,41%

P4
6400
4240
2910

79,41%

54,53%

P1
5643,5

1658

COD (mg/l)
P2
P3
5643,5
5643,5

1291
1139

P4
5643,5

3015

70,62%

77,12%

46,58%

A.2.3. Nilai COD Rata-Rata


HARI KE
1
7
14
Nilai
Efisiensi

79,82%

51

Digital Repository Universitas Jember

A.3. Nilai pH
A.3.1. Nilai pH Ulangan 1
HARI
KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

pH
P1
4,3
4,2
4,6
5,3
5,8
6,5
6,8
7,3
7,9
8,3
8,3
8,5
8,7
8,7

P2
4,3
4,2
4,6
5,4
5,9
6,5
7,2
7,6
7,8
8,1
8,3
8,5
8,6
8,5

P3
4,3
4,2
4,8
6,2
7
7,4
7,8
7,9
8,2
8,3
8,6
8,6
8,5
8,5

P4
4,3
4,1
4,4
4,6
4,9
5,4
5,9
6,4
7,3
7,9
8,2
8,4
8,5
8,6

P3
4,1
4,2
4,8
6,1
6,3
6,7
6,9
7,2
7,3
7,5
7,6
7,6
7,7
7,7

P4
4,1
4,1
4,1
4,2
4,2
4,4
4,6
4,6
4,7
4,9
5,1
5,4
5,8
5,9

A.3.2. Nilai pH Ulangan 2


HARI
KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

pH
P1
4,1
4,1
4,5
5,1
5,5
5,7
6
6,2
6,4
6,8
6,8
7,1
7,3
7,5

P2
4,1
4,1
4,8
5,5
5,9
6,6
6,9
7,2
7,2
7,5
7,7
7,8
8
8

52

Digital Repository Universitas Jember

A.3.3. Nilai pH Rata-Rata


HARI
KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

pH
P1
4,2
4,2
4,6
5,2
5,7
6,1
6,4
6,8
7,2
7,6
7,6
7,8
8,0
8,1

P2
4,2
4,2
4,7
5,5
5,9
6,6
7,1
7,4
7,5
7,8
8,0
8,2
8,3
8,3

P3
4,2
4,2
4,8
6,2
6,7
7,1
7,4
7,6
7,8
7,9
8,1
8,1
8,1
8,1

P4
4,2
4,1
4,3
4,4
4,6
4,9
5,3
5,5
6,0
6,4
6,7
6,9
7,2
7,3

A.4. Nilai Phospor (P)


A.4.1. Nilai Phospor Ulangan 1
HARI
KE
1
7
14

P1
20,24

44,31

Phospor (mg/l)
P2
P3
20,24
20,24

48,01
95,71

P4
20,24

72,2

Phospor (mg/l)
P2
P3
69,62
69,62
143,1
116,98
24,23
26,26

P4
69,62
54,43
44,65

A.4.2. Nilai Posfor Ulangan 2


HARI
KE
1
7
14

P1
69,62
300,07
155,08

53

Digital Repository Universitas Jember

A.4.3. Nilai Phospor Rata-Rata


HARI
KE
1
7
14

P1
44,93

99,69

Phospor (mg/l)
P2
P3
44,93
44,93

36,12
60,98

P4
44,93

58,42

Nitrogen (mg/l)
P2
P3
66,4
66,4

172,03
209,69

P4
66,4

171,43

Nitrogen (mg/l)
P2
P3
224,05
224,05
232,92
301,34
117,79
137,75

P4
224,05
157,97
73,76

Nitrogen (mg/l)
P2
P3
145,225
145,225

144,91
173,72

P4
145,225

122,595

A.5. Nilai Nitrogen Total (N)


A.5.1. Nilai Nitrogen Ulangan 1
HARI
KE
1
7
14

P1
66,4

239,91

A.5.2. Nilai Nitrogen Ulangan 2


HARI
KE
1
7
14

P1
224,05
117,37
252,61

A.5.3. Nilai Nitrogen Rata-Rata


HARI
KE
1
7
14

P1
145,225

246,26

54

Digital Repository Universitas Jember

Lampiran B. Tabel Nilai Parameter Fisik Limbah Cair Kopi


B.1. Suhu Limbah
B.1.1. Suhu Limbah Ulangan 1
HARI KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-Rata

P1
34,9
33,8
33,5
34,9
34,9
29,9
28
32,2
32,4
33,1
33
32,4
32,1
32,5
32,70

Suhu Limbah (oC)


P2
P3
35,2
35,6
34,1
34,7
34
35,1
35,6
35,9
34,9
35,2
30,2
31,2
28,6
29,5
33,1
33,8
32,8
33,3
35,4
35,9
35
35,5
33,6
34,4
33
33,6
32,0
33,4
32
33,4

P4
30,6
32,1
32,7
33,7
33,5
27,5
26,1
30,4
30,6
30,7
31,8
30,3
30,5
31,5
31,5

Suhu Limbah (oC)


P2
P3
32,9
35,8
32
33,5
34
35,9
33,9
34,7
34,7
34,8
32,6
34,5
33,5
34,5
31,5
34
32,6
33,8
33,2
33,5
34,5
35,1
32,7
34,9
32,1
34,6
33,3
35,4
33,11
34,64

P4
29,5
29,8
31,8
31,5
31
30,5
29,7
30,2
30,8
29,4
30,3
30,1
29,5
30,7
30,81

B.1.2. Suhu Limbah Ulangan 2


HARI KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-Rata

P1
32
31,7
34,1
33,5
32,5
31,5
32,3
31
31,5
32,4
33,8
32,3
31,5
32
32,29

55

Digital Repository Universitas Jember

B.1.3. Suhu Limbah Rata-Rata


HARI KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-Rata

P1
33,5
32,8
33,8
34,2
33,7
30,7
30,2
31,6
32,0
32,8
33,4
32,4
31,8
32,3
32,49

Suhu Limbah (oC)


P2
P3
34,1
35,7
33,1
34,1
34,0
35,5
34,8
35,3
34,8
35,0
31,4
32,9
31,1
32,0
32,3
33,9
32,7
33,6
34,3
34,7
34,8
35,3
33,2
34,7
32,6
34,1
32,7
34,4
33,25
34,36

P4
30,1
31,0
32,3
32,6
32,3
29,0
27,9
30,3
30,7
30,1
31,1
30,2
30,0
31,1
30,60

B.2. Nilai Volume Limbah


B.2.1. Volume Limbah Ulangan 1
Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
% Penurunan

P1
10.200
9.960
9.780
9.300
9.060
8.880
8.640
8.460
7.920
7.140
6.600
6.480
6.300
6.240
38,82

Volume Air (cm3)


P2
P3
10.200
10.320
10.020
10.140
9.780
10.020
9.600
9.720
9.300
9.480
9.060
9.180
8.820
8.940
8.520
8.700
8.100
8.340
7.260
7.380
6.900
7.080
6.360
6.540
6.180
6.360
6.000
6.060
41,18
41,28

P4
10.261
9.680
9.390
9.051
8.664
8.422
8.180
7.792
7.502
6.824
6.486
6.244
6.050
5.760
43,87

56

Digital Repository Universitas Jember

B.2.2. Volume Limbah Ulangan 2


Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
% Penurunan

P1
10.200
9.960
9.780
9.660
9.480
9.300
9.060
7.920
7.680
7.500
7.260
6.960
6.900
6.780
33,53

Volume Limbah (cm3)


P2
P3
10.200
10.200
9.900
9.960
9.780
9.720
9.600
9.480
9.480
9.300
9.240
9.060
9.000
8.880
7.800
7.740
7.620
7.560
7.500
7.380
7.080
7.080
6.840
6.900
6.660
6.720
6.480
6.120
36,47
40,00

P4
10.648
10.454
10.212
9.922
9.632
9.341
7.599
7.260
6.873
6.534
6.340
5.905
5.566
5.179
51,36

Volume Limbah (cm3)


P2
P3
10.200
10.260
9.960
10.050
9.780
9.870
9.600
9.600
9.390
9.390
9.150
9.120
8.910
8.910
8.160
8.220
7.860
7.950
7.380
7.380
6.990
7.080
6.600
6.720
6.420
6.540
6.240
6.090
38,82
40,64

P4
10.454
10.067
9.801
9.486
9.148
8.881
7.889
7.526
7.187
6.679
6.413
6.074
5.808
5.469
47,69

B.2.3. Volume Limbah Rata-Rata


Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
% Penurunan

P1
10.200
9.960
9.780
9.480
9.270
9.090
8.850
8.190
7.800
7.320
6.930
6.720
6.600
6.510
36,18

57

Digital Repository Universitas Jember

B.3. Nilai Turbiditas


B.3.1. Turbiditas Ulangan 1
HARI KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai Efisiensi

P1
461
343
337
314
290
294
157
122
97,9
73,2
64,6
56,6
41,4
42,6
90,76%

Turbiditas (NTU)
P2
P3
434
365
301
289
255
228
213
174
186
156
191
90,5
104
62,6
95,7
50,2
68,2
33,3
37,5
26,1
36,8
24,9
30,2
27,1
28,9
26,1
27,9
27,1
93,57%
92,58%

P4
935
811
760
742
746
511
490
438
429
392
286
240
233
246
73,69%

Turbiditas (NTU)
P2
P3
938
931
937
934
913
930
830
828
783
768
701
688
685
663
659
641
643
651
640
655
652
648
673
661
681
689
698
719
25,59%
22,77%

P4
981
957
921
903
880
871
889
840
773
717
705
691
702
680
30,68%

B.3.2. Turbiditas Ulangan 2


HARI KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai Efisiensi

P1
931
912
884
851
822
794
761
729
746
750
769
769
781
792
14,93%

58

Digital Repository Universitas Jember

B.3.3. Turbiditas Rata-Rata


HARI KE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai Efisiensi

P1
696,0
627,5
610,5
582,5
556,0
544,0
459,0
425,5
422,0
411,6
416,8
412,8
411,2
417,3
40,04%

Turbiditas (NTU)
P2
P3
686,0
648,0
619,0
611,5
584,0
579,0
521,5
501,0
484,5
462,0
446,0
389,3
394,5
362,8
377,4
345,6
355,6
342,2
338,8
340,6
344,4
336,5
351,6
344,1
355,0
357,6
363,0
373,1
47,09%
42,43%

P4
958,0
884,0
840,5
822,5
813,0
691,0
689,5
639,0
601,0
554,5
495,5
465,5
467,5
463,0
51,67%

B.4. Nilai TSS


B.4.1. TSS Ulangan 1
Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai Efisiensi

P1
143,1
114,1
112,6
107,0
101,1
102,1
68,4
59,8
53,8
47,7
45,6
43,7
39,9
40,2
71,90%

TSS (mg/l)
P2
P3
136,5
119,5
103,8
100,8
92,5
85,8
82,1
72,5
75,5
68,1
76,7
52,0
55,3
45,1
53,3
42,1
46,5
37,9
39,0
36,2
38,8
35,9
37,2
36,4
36,8
36,2
36,6
36,4
73,19%
69,54%

P4
259,8
229,2
216,7
212,3
213,3
155,4
150,3
137,5
135,3
126,2
100,1
88,8
87,1
90,3
65,25%

59

Digital Repository Universitas Jember

B.4.2. TSS Ulangan 2


Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai Efisiensi

P1
258,8
254,1
247,2
239,1
232,0
225,1
216,9
209,1
213,3
214,2
218,9
218,9
221,9
224,6
13,21%

TSS (mg/l)
P2
P3
260,5
258,8
260,2
259,5
254,3
258,5
233,9
233,4
222,4
218,7
202,2
199,0
198,3
192,8
191,9
187,4
187,9
189,9
187,2
190,9
190,1
189,1
195,3
192,3
197,3
199,2
201,4
206,6
22,67%
20,15%

P4
271,1
265,2
256,3
251,9
246,2
244,0
248,4
236,4
219,9
206,1
203,2
199,7
202,4
197,0
27,32%

TSS (mg/l)
P2
P3
198,5
189,1
182,0
180,2
173,4
172,2
158,0
153,0
148,9
143,4
139,5
125,5
126,8
119,0
122,6
114,8
117,2
113,9
113,1
113,5
114,5
112,5
116,2
114,4
117,1
117,7
119,0
121,5
40,04%
35,76%

P4
265,4
247,2
236,5
232,1
229,7
199,7
199,4
186,9
177,6
166,1
151,6
144,3
144,7
143,6
45,88%

B.4.3. TSS Ulangan Rata-Rata


Hari Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nilai Efisiensi

P1
201,0
184,1
179,9
173,0
166,5
163,6
142,7
134,4
133,5
131,0
132,3
131,3
130,9
132,4
34,12%

60

Digital Repository Universitas Jember

B.5. Nilai TDS


B.5.1. TDS Ulangan 1
HARI
KE
2
4
6
8
10
12
14

P1
570
601
647
684
707
753
791

TDS (mg/l)
P2
P3
556
552
585
586
613
599
641
645
681
672
704
696
762
749

P4
552
571
594
611
625
658
696

P1
524
552
631
692
758
891
931

TDS (mg/l)
P2
P3
531
525
546
547
589
579
610
615
677
662
754
717
870
812

P4
520
535
617
715
848
861
950

P1
547,0
576,5
639,0
688,0
732,5
822,0
861,0

TDS (mg/l)
P2
P3
543,5
538,5
565,5
566,5
601,0
589,0
625,5
630,0
679,0
667,0
729,0
706,5
816,0
780,5

P4
536,0
553,0
605,5
663,0
736,5
759,5
823,0

B.5.2. TDS Ulangan 2


HARI
KE
2
4
6
8
10
12
14

B.5.3. TDS Ulangan 3


HARI
KE
2
4
6
8
10
12
14

61

Digital Repository Universitas Jember

Lampiran C. Kurva Standard TSS Limbah Cair Kopi


Kode
Limbah
J
I
H
G
F
E
D
C
B
A
X

Turbidity
(NTU)
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280

TSS (mg/l)
58,5
50,5
67,5
57
67,5
65,5
71
85,5
92
97,5
102,5

62

Digital Repository Universitas Jember

63

Lampiran D. Uji Anova


D.1. Uji Anova Nilai COD
Descriptives
95% Confidence Interval for
Mean
Nilai

Mean

Std. Deviation Std. Error

2 1.6580E3

534.57273 3.78000E2

2 1.2910E3

128.69343

Lower Bound

Upper Bound

Minimum Maximum

-3144.9454

6460.9454

1280.00

2036.00

91.00000

134.7354

2447.2646

1200.00

1382.00

2 1.1390E3

253.14423 1.79000E2

-1135.4106

3413.4106

960.00

1318.00

2 3.0150E3

148.49242 1.05000E2

1680.8485

4349.1515

2910.00

3120.00

Total

8 1.7758E3

825.36048 2.91809E2

1085.7314

2465.7686

960.00

3120.00

ANOVA
Nilai
Sum of Squares
Between Groups
Within Groups
Total

df

Mean Square

4380077.500

1460025.833

388462.000

97115.500

4768539.500

F
15.034

Sig.
.012

Digital Repository Universitas Jember

64

Multiple Comparisons
Dependent Variable:Nilai

LSD

(J)
Aquarium

367.00000 3.11634E2 .304

-498.2336

1232.2336

519.00000 3.11634E2 .171

-346.2336

1384.2336

-1357.00000* 3.11634E2 .012

-2222.2336

-491.7664

-367.00000 3.11634E2 .304

-1232.2336

498.2336

152.00000 3.11634E2 .651

-713.2336

1017.2336

-1724.00000* 3.11634E2 .005

-2589.2336

-858.7664

-519.00000 3.11634E2 .171

-1384.2336

346.2336

-152.00000 3.11634E2 .651

-1017.2336

713.2336

-1876.00000* 3.11634E2 .004

-2741.2336

-1010.7664

1357.00000* 3.11634E2 .012

491.7664

2222.2336

1724.00000* 3.11634E2 .005

858.7664

2589.2336

1876.00000* 3.11634E2 .004

1010.7664

2741.2336

Mean Difference
(I-J)
Std. Error

95% Confidence Interval

(I)
Aquarium

Sig.

Lower Bound

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Nilai
Subset for alpha =
0.05
Perlakuan
Duncan

2 1.1390E3

2 1.2910E3

2 1.6580E3

Sig.
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

3.0150E3
.177

1.000

Upper Bound

Digital Repository Universitas Jember

65

D.2. Uji Anova Nilai Kekeruhan


Descriptives
Nilai
95% Confidence Interval for
Mean
N

Mean

Std. Deviation Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Minimum Maximum

2 4.1700E2

530.33009 3.75000E2

-4347.8268

5181.8268

42.00

792.00

2 3.6250E2

474.46865 3.35500E2

-3900.4317

4625.4317

27.00

698.00

2 3.7300E2

489.31789 3.46000E2

-4023.3468

4769.3468

27.00

719.00

2 4.6300E2

306.88434 2.17000E2

-2294.2464

3220.2464

246.00

680.00

Total

8 4.0388E2

349.00816 1.23393E2

112.0969

695.6531

27.00

792.00

ANOVA
Nilai
Sum of Squares
Between Groups

df

Mean Square

12666.375

4222.125

Within Groups

839980.500

209995.125

Total

852646.875

Sig.
.020

.996

Digital Repository Universitas Jember

66

Lampiran E. General Linear Model Repeated Measures

Descriptive Statistics
Densitas
COD

BOD

Kekeruhan

TSS

Mean

Std. Deviation

45.3450

12.98955

200

71.0000

3.97394

300

76.9300

2.09304

400

79.8850

.67175

Total

68.2900

15.46967

45.5200

14.73611

200

71.3450

3.00520

300

77.0700

2.84257

400

76.2200

5.14774

Total

67.5388

15.07982

52.1850

30.41266

200

52.8450

53.61991

300

59.5800

48.06912

400

57.6750

49.36312

Total

55.5712

35.10428

58.0000

21.21320

200

60.0000

42.42641

300

59.5000

47.37615

400

62.5000

41.71930

Total

60.0000

29.89505

Digital Repository Universitas Jember

67

Tests of Between-Subjects Effects


Measure:Parameter
Transformed Variable:Average
Type III Sum
of Squares

Source

Df

Mean Square

Sig.

Intercept

126403.920

126403.920

70.304

.001

Densitas

1819.262

606.421

.337

.801

Error

7191.861

1797.965

Multiple Comparisons
Measure:Parameter
(I)
Densitas
Tukey
HSD

200

300

400

(J)
Mean
Densitas Difference (I-J) Std. Error

95% Confidence Interval


Sig.

Lower Bound Upper Bound

200

-13.5350

21.20121

.914

-99.8421

72.7721

300

-18.0075

21.20121

.830

-104.3146

68.2996

400

-18.8075

21.20121

.813

-105.1146

67.4996

13.5350

21.20121

.914

-72.7721

99.8421

300

-4.4725

21.20121

.996

-90.7796

81.8346

400

-5.2725

21.20121

.994

-91.5796

81.0346

18.0075

21.20121

.830

-68.2996

104.3146

200

4.4725

21.20121

.996

-81.8346

90.7796

400

-.8000

21.20121

1.000

-87.1071

85.5071

18.8075

21.20121

.813

-67.4996

105.1146

200

5.2725

21.20121

.994

-81.0346

91.5796

300

.8000

21.20121

1.000

-85.5071

87.1071

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 449,491.

Digital Repository Universitas Jember

Parameter
Subset
Densitas
a

Tukey HSD

50.2625

200

63.7975

300

68.2700

400

69.0700

Sig.
Duncan

.813

50.2625

200

63.7975

300

68.2700

400

69.0700

Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 449,491.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000.

.428

68

Anda mungkin juga menyukai