Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tugas Akhir Rizkha Savira

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 77

PENURUNAN TURBIDITY, TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) MENGGUNAKAN BIJI NANGKA


(Artocarpus heterophyllus) SEBAGAI BIOKOAGULAN DALAM
PENGOLAHAN AIR LIMBAH (GREYWATER)

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

RIZKHA SAVIRA
NIM. 160702059
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Teknik Lingkungan

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2023 M / 1445 H
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizkha Savira
NIM : 160702059
Program Studi : Teknik Lingkungan
Fakultas : Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Judul Skripsi : Penurunan Turbidity, Total Suspended Solid (TSS) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) Menggunakan Biji Nangka
(Artocarpus heterophyllus) sebagai Biokoagulan dalam
Pengolahan Air Limbah (Grey Water)

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini;
2. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik
apapun, baik di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh maupun di perguruan tinggi
lainnya;
3. Karya tulis ini adalah merupakan gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing;
4. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain;
5. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik
karya; dan
6. Tidak memanipulasi dan memalsukan data.
Bila kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan dan ternyata memang ditemukan bukti bahwa
saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Banda Aceh, 6 Agustus 2023


Yang Menyatakan,

iii
ABSTRAK

Nama : Rizkha Savira


NIM : 160702059
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : Penurunan Turbidity, Total Suspended Solid (TSS) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) Menggunakan Biji
Nangka (Artocarpus heteropyllus) Sebagai Biokoagulan
Dalam Pengolahan Air Limbah (Grey Water).
Tanggal Sidang : 24 Juli 2023
Jumlah Halaman : 77 Halaman
Pembimbing I : Muhammad Ridwan Harahap, M. Si
Pembimbing II : M. Faisi Ikhwali, M. Eng
Kata Kunci : Limbah Domestik, Biokoagulan, Biji Nangka (Artocarpus
heteropyllus), Pengolahan Air.

Air limbah domestik merupakan air buangan yang berasal dari dapur, tempat cuci
pakaian, dan kamar mandi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
tingkat pencemaran dari air limbah domestik yaitu dengan menggunakan biji
nangka sebagai bikoagulan pada proses pengolahan limbah. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji kemampuan dari biji nangka dalam menurunkan tingkat pencemaran
Turbiditas, TSS dan COD serta mengetahui pengaruh konsentrasi yang diberikan
oleh biji nangka. Pengolahan air limbah domestik dilakukan dengan proses
koagulasi – flokulasi dengan menggunakan jartest, pada penelitian ini ada satu
variasi yaitu dengan kecepatan pengadukan cepat 250 rpm selama 15 menit dan
pengadukan lambat 100 rpm selama 20 menit dengan waktu pengendapan 60 menit.
Pemberian konsentrasi biokoagulan dimulai dari 5 mg/l, 10 mg/l, 15 mg/l, 20 mg/l
dan 30 mg/l.. Hasil penelitian penurunan tingkat kekeruhan paling optimum terjadi
di konsentrasi 5 mg/l sebesar 6,32 NTU dengan persentase penurunan sebesar 80%.
Penurunan COD paling optimum di konsentrasi 5 mg/l dengan tingkat penurunan
42 mg/l dengan persentase penurunan 83%. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini sudah mampu mengatasi permasalahan limbah domestik (grey water).

iv
ABSTRACT

Name : Rizkha Savira


NIM : 160702059
Departement : Environmental Engineering
Title : Reduction of Turbidity, Total Suspended Solid (TSS) and
Chemical Oxygen Demand (COD) Using Jackfruit Seeds
(Artocarpus heteropyllus) as Biocoagulant in Grey Water
Treatment.

Date : 24 July 2023


Number of Pages : 77 Pages
Advisor I : Muhammad Ridwan Harahap, M. Si
Advisor II : M. Faisi Ikhwali, M. Eng
Keywords : Domestic Waste, Biocoagulant, Jackfruit Seed
(Artocarpus heteropyllus), Water Treatment.

Domestic wastewater is waste water that comes from the kitchen, laundry, and
bathroom. One way that can be done to reduce the level of pollution from domestic
wastewater is by using jackfruit seeds as bicoagulants in the sewage treatment
process. This study aims to test the ability of jackfruit seeds to reduce the level of
Turbidity, TSS and COD pollution and determine the effect of the concentration
given by jackfruit seeds. Domestic wastewater treatment is carried out by the
coagulation - flocculation process using jartest, in this study there is one variation,
namely with a fast stirring speed of 250 rpm for 15 minutes and a slow stirring of
100 rpm for 20 minutes with a settling time of 60 minutes. Giving biocoagulant
concentration starts from 5 mg / l, 10 mg / l, 15 mg / l, 20 mg / l and 30 mg / l.. The
results of the study decreased the most optimum turbidity level occurred at a
concentration of 5 mg / l by 6.32 NTU with a percentage decrease of 80%. COD
reduction is most optimum at a concentration of 5 mg / l with a decrease of 42 mg
/ l with a percentage reduction of 83%. The method used in this study has been able
to overcome the problem of domestic waste (gray water).

v
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Dia-lah yang telah menganugerahkan Al-
Qur’an sebagai Hudan lin naas (petunjuk bagi seluruh manusia) dan Rahmatan
Lil’alamin (rahmat bagi segenap alam). Dia-lah yang Maha Mengetahui makna dan
maksud kandungan Al-Qur’an. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW utusan dan manusia pilihan, dan sebagai penyampai pengamal
dan penafsir pertama Al-Qur’an.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal
Tugas Akhir yang berjudul “Penurunan Turbidity,Total Suspended Solid (TSS), dan
Chemical Oxygen Demand (COD), Menggunakan Biji Nangka (Artocarpus
heterophyllus) Sebagai Biokoagulan Dalam Pengolahan Air Limbah (Grey
water)”. Proposal Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik (S.T) di prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Ucapan terimakasih kepada orang
tua, Ibunda Salmawati dan Adik Rifda Shakilla dan Keluarga Besar Syarbini yang
telah memberikan dorongan moral, semangat serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir. Selama persiapan dan pelaksanaan pembuatan Tugas
Akhir ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Husnawati Yahya, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Bapak Aulia Rohendi, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
3. Bapak Arief Rahman, M.T selaku Koordinator Seminar Proposal Tugas Akhir,
Penelitian Tugas Akhir.
4. Bapak T. Muhammad Ashari M.Sc selaku Penasehat Akademik yang
memberikan banyak arahan selama proses menimba ilmu di bidang Teknik
Lingkungan.

vi
5. Bapak Muhammad Ridwan Harahap, M.Si selaku Dosen pembimbing 1 yang
telah meluangkan waktu membimbing dan memberikan arahan kepada penulis
dalam proses menyusun Proposal Tugas Akhir dari awal sampai selesai.
6. Bapak M Faisi Ikhwali, M. Eng selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan solusi dalam penulisan tugas akhir.
7. Staf Tata Usaha di Program Studi Teknik Lingkungan.
8. Alfis Yusri, Varissa Mufliha, Sri Mutia Mayliansa, Syarifah Aliya Yasmin,
Maulida Rizki, Nur Azizah, Desi Elvida, M. Arisda Fitriandy, Cuttia Mardha
Nadila dan rekan – rekan jurusan Teknik Lingkungan angkatan 2016 yang telah
membantu dan memberikan semangat dan kebersamaan.
Semoga amal dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya
bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Penulis menyadari bahwa
Proposal Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu, kritik dan
saran untuk lebih menyempurnakan Proposal Tugas Akhir.

Aamin ya Rabbal`alamiin.

Banda Aceh, 25 Oktober 2022


Penulis

Rizkha Savira

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah...................................................................................... 4
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................. 5
2.1 Pencemaran Air ...................................................................................... 5
2.2 Limbah Domestik ................................................................................... 6
2.2.1 Sumber Air Limbah ....................................................................... 6
2.2.2 Limbah Rumah Tangga (greywater) ............................................. 7
2.2.3 Dampak Pembuangan Air Limbah ................................................ 7
2.2.4 Baku Mutu Air Limbah ................................................................. 8
2.3 Pengolahan Air Limbah ........................................................................ 9
2.3.1 Koagulasi ....................................................................................... 9
2.3.2 Flokulasi ........................................................................................ 10

viii
2.4 Jartest .................................................................................................... 11
2.5 Parameter Analisis Pada Limbah Domestik ........................................... 11
2.6 Biokoagulan .......................................................................................... 12
2.7 Nanobiokoagulan .................................................................................. 13
2.8 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 15
2.9 Kerangka Pikir Penelilitian .................................................................... 16
2.10 Hipotesis Penelitian.............................................................................. 18
2.11 Biji Buah Nangka ................................................................................ 18
BAB III Metodologi Penelitian ...................................................................... 20
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian .............................................................. 20
3.2 Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 20
3.3 Alat Dan Bahan ..................................................................................... 22
3.3.1 Alat – Alat .................................................................................... 22
3.3.2 Bahan – Bahan ............................................................................. 22
3.4 Prosedur Kerja ....................................................................................... 22
3.4.1 Lokasi Pengambilan Sampel ........................................................ 22
3.4.2 Cara Pengambilan Sampel ........................................................... 22
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................ 22
3.6 Tahapan Penelitian ................................................................................ 23
3.6.1 Persiapan Biokoagulan ................................................................. 23
3.6.2 Proses Koagulasi Flokulasi ........................................................... 23
3.6.3 Pengujian Kekeruhan ................................................................... 25
3.6.4 Pengujian TSS .............................................................................. 25
3.6.5 Pengujian COD ............................................................................ 26
BAB IV Hasil Dan Pembahasan .................................................................... 27
4.1 Pembuatan Nanobiokoagulan Biji Nangka ............................................ 27
4.2 Uji Pendahuluan ..................................................................................... 29
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 29
4.3.1 Pengaruh Penurunan Biji Nangka Terhadap Kekeruhan .............. 31

ix
4.3.2 Pengaruh Penurunan Biji Nangka Terhadap COD........................ 33
4.3.3 Pengaruh Penurunan Biji Nangka Terhadap TSS ......................... 35
BAB V Penutup ............................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 37
5.2 Saran....................................................................................................... 37
Daftar Pustaka .................................................................................................. 38
Lampiran .......................................................................................................... 44

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Koagulasi ............................................................................ 9


Gambar 2.2 Proses Flokulasi.............................................................................. 10
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian............................................................... 16
Gambar 2.4 Biji Buah Nangka ........................................................................... 18
Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel Air Limbah Domestik ...................... 20
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ................................................................. 21
Gambar 3.3 Biji Nangka Dimasukan Ke Dalam Oven dan Setelah Diblender .. 23
Gambar 3.4 Biji Nangka Setelah Diayak dan Ball Milling................................ 24
Gambar 4.1 Serbuk Biji Nangka 100 Mesh dan Ball Miling ............................. 27
Gambar 4.2 Ukuran Biji Nangka dengan Pembesaran 1000,3000,5000 kali..... 28
Gambar 4.3 Proses Pengadukan Cepat dan Pengadukan Lambat ...................... 30
Gambar 4.4 Proses Pengendapan Larutan Biji Nangka ..................................... 30
Gambar 4.5 Grafik Penurunan Kadar Kekeruhan Air Limbah .......................... 33
Gambar 4.6 Grafik Penurunan Kadar COD Air Limbah ................................... 34
Gambar 4.7 Grafik Penurunan Kadar TSS Air Limbah ..................................... 36

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah ....................................................................... 8


Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 15
Tabel 2.3 Produksi Nangka dalam pertahun ....................................................... 18
Tabel 4.1 Hasil Uji Pendahuluan ........................................................................ 27
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Parameter ............................................................... 28
Tabel 4.3 Pengaruh Biokoagulan Terhadap Penurunan Turbiditas .................... 29

xii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Halaman


TSS Total Suspended Solid 3
COD Cheemical Oxygen Demand 3
NTU Nephelometric Turbidity unit 27
Rpm Rotation Per Unit 22
SNI Standar Nasional Indonesia 21
PSA Particle Size Analyzer

Lambang
H2SO4 Asam Sulfat 37
K2Cr2O7 Kalium Dikromat 37
Ag2SO4 Perak Sulfat 37

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Pendahuluan ...................................................................... 44


Lampiran 2 Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan Republik
Indonesia No. P.68/Mnlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik ............................................................................. 45
Lampiran 3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi,
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum ............... 46
Lampiran 4 Perhitungan TSS .............................................................................. 47
Lampiran 5 Perhitungan Efesiensi Penurunan .................................................... 48
Lampiran 6 Dokumentasi Proses Pengambilan Sampel Air Limbah Domestik . 51
Lampiran 7 Dokumentasi Proses Pembuatan Biokoagulan Biji Nangka ............ 52
Lampiran 8 Dokumentasi Proses Pengukuran TSS ............................................. 54
Lampiran 9 Dokumentasi Proses Pengukuran COD ........................................... 55
Lampiran 10 Dokumentasi Proses Pengukuran Turbidity ..................................... 56
Lampiran 11 Pengujian Parameter COD Menurut SNI 6989.2.2009 .................... 57
Lampiran 12 Pengujian Parameter Kekeruhan Menurut SNI 06-6989.25-2005 ... 59
Lampiran 13 Pengujian Parameter TSSMenurut SNI 06-6989.3-2004 ................ 60

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sebagai sumber daya alam yang sangat penting, karena dibutuhkan masyarakat
untuk kelangsungan hidup. Air limbah domestik menyumbang sebagian besar air
limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Hingga 90% konsumsi air dibuang
sebagai limbah cair (Busyairi, dkk., 2020)
Dengan 270 juta penduduk Indonesia dan adanya pertambahan penduduk yang
semakin meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang
banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu
dampak dari kepadatan penduduk terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya
pemakaian air minum atau air bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah
pembuangan air limbah domestik. Air limbah domestik inilah yang akan menjadi salah
satu penyebab pencemaran pada sumber – sumber air baku (Fitria, dkk., 2023).
Air limbah domestik merupakan salah satu penyumbang terbesar yang dihasilkan
oleh aktivitas manusia. Air limbah domestik dibagi menjadi dua kategori yaitu black
water dan grey water. Black water adalah pembuangan dari toilet yang mengandung
bahan organik, nitrogen, dan kandungan fosfor. Grey water semua air limbah salah
satunya air toilet rumah tangga. (Vandith, dkk., 2018). Secara keseluruhan, kuantitas
grey water di Indonesia adalah 1 sampai 4 kali lebih tinggi dari kuantitas black water,
sedangkan kuantitas grey water yang tidak diolah 3 sampai 6 kali lebih tinggi dari black
water yang tidak diolah. Parameter yang menjadi perhatian meliputi padatan
tersuspensi, kebutuhan oksigen biokmia, kebutuhan oksigen kimia, minyak dan lemak,
nitrogen dan coliform. (Widyarani, 2022).
Menganalisis bahwa grey water dapat menjadi sumber pencemaran yang di
signifikan karena jumlah yang besar dan kurangnya pengolahan. Selain itu, pengolahan
black water yang sebagian besar bergantung pada pengolahan di tempat sering kali
tidak memadai karena kurangnya kualitas untuk infrastruktur, pengoperasian

1
2

dan pemeliharaan (Fitri, 2022). Sangat diperlukan pengolahan air limbah domestik dan
dapat diterapkan di rumah tangga.
Air buangan dapat menimbulkan dampak yang besar dan penting terhadap
lingkungan dan manusia, khususnya mengakibatkan suatu pencemaran dan penyakit-
penyakit menular. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran air limbah
ialah sebagai berikut: Penyakit Kolera, Penyakit Thpus, Penyakit Hepatitis A, Penyakit
Disentri ,Penyakit Filariasis/kaki gajah (Purnama, 2017).
Selain itu semakin banyak limbah yang terkandung didalam air maka semakin
berpengaruh pula terhadap kelangsungan hidup biota air. Misalnya seperti pencemaran
yang berada pada sungai Lamongan menyebabkan beberapa ikan, mengeluarkan lendir,
insang berdarah, bahkan ekslusif mati (Isti’anah, dkk., 2017). Untuk kondisi air saat ini
menunjukkan bahwa jumlah polutan yang mencemari telah melebihi daya tampung dan
tidak dapat berasimilasi secara alami (Prayogo, dkk., 2023)
Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan air limbah domestik agar dapat
mengatasi masalah pencemaran limbah domestik, dengan cara memakai biokoagulan.
Biokoagulan adalah koagulan alami yang dapat berperan dalam proses sedimentasi
partikel – partikel kecil yang sulit mengendap dengan sendirinya. Biokoagulan
berfungsi untuk mengikat kotoran atau partikel – partikel yang terdapat di dalam air
(Suharto, 2011). Koagulan alami merupakan koagulan yang berasal dari cangkang
hewan atau biji tanaman yang mengandung protein polikationik sehingga bisa
menetralisir partikel dalam rantai koloid, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatan
bahan alami sebagai koagulan karena memiliki beberapa keuntungan yaitu bersifat
biodegradable, lebih aman terhadap lingkungan, kesehatan manusia serta bebas racun.
Masyarakat memanfaatkan biji nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai bahan
pangan yang diolah dengan cara direbus dan terkadang dibuang sebagai limbah.
Rendahnya pemanfaatan biji nangka (Artocarpus heterophyllus) dalam bidang pangan
disebabkan kurangnya minat masyarakat dalam pengolahan biji nangka. Selain itu biji
nangka (Artocarpus heterophyllus) juga dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan tempe
(Harmoko, dkk., 2016). Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah tanaman
3

naturalisasi penting di Asia Tenggara yang kaya dengan sumber pati. Karena sifatnya
yang ramah lingkungan dan efektifitas serbuk biji nangka (Artocarpus heterophyllus)
dapat digunakan sebagai alternatif koagulan kimiawi. Sehingga pengolahan air limbah
menjadi lebih mudah dan murah untuk diterapkan (Rahman, 2018).
Ditinjau dari komposisi kimianya biji nangka mengandung pati cukup tinggi,
yaitu sekitar 40-50%, sehingga sangat berpotensi sebagai sumber pati. Kandungan
yang terdapat di dalam biji nangka yaitu energi (165 kkal), protein, lemak, karbohidrat,
kalsium, fosfor, besi , vitamin B1, vitamin C, dan air (Ririn, 2011). Protein pada biji
nangka (Artocarpus heterophyllus) mengandung asam amino dimana asam amino
dapat berfungsi sebagai koagulan alami.
Penelitian sebelumnya juga sudah melakukan eksperimen oleh Wibawarto, dkk.,
(2017) yang berjudul Studi penurunan Turbidity, TSS, COD menggunakan Biji Kelor
(Moringa Oleifera) sebagai nanobiokoagulan dalam pengolahan air limbah domestik
(grey water).
Koagulan alami yang mampu mengolah air limbah seperti yang dilakukan oleh
(Pradipta, 2017) dan (Bachtiar 2016) dengan menggunakan biji kacang Babi (Mucuna
pruriens), dan tepung biji asam jawa. Namun, koagulan yang akan digunakan pada
penelitian ini yaitu dengan memanfaatkan biji buah nangka (Artocarpus heterophyllus)
sebagai nanobiokoagulan dalam pengolahan air limbah domestik.
Berdasarkan latar belakang diatas, dibutuhkan tentang kajian tentang penurunan
Total Suspended Solid (TSS), dan Chemical Oxygen Demand (COD), menggunakan
biji buah nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai nanobiokoagulan dalam
pengolahan air limbah domestik (grey water).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah:
1. Bagaimanakah tingkat penurunan Turbidity, TSS, COD pada air limbah domestik
(grey water) dengan menggunakan biokoagulan dari biji nangka?
4

2. Apa bedanya pengaruh konsentrasi Turbidity, TSS, COD pada air limbah domestik
(grey water) menggunakan biokoagulan dari biji nangka?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui tingkat penurunan TSS, COD pada air limbah domestik (grey water)
menggunakan biokoagulan dari biji nangka.
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi TSS, COD pada air limbah domestik (grey
water) dengan menggunakan biokoagulan dari biji nangka (Artocarpus
heterophyllus).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian dari tugas akhir ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang efisiensi pengolahan air limbah domestik (grey
water) dengan menggunakan biokoagulan biji nangka untuk menurunkan kadar
TSS, COD.
2. Memberikan salah satu alternatif teknologi dalam pengolahan air limbah domestik
yang bisa diterapkan, karena mudah dilakukan dan ramah untuk lingkungan.
1.5 Batasan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya batasan masalah
penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini menggunakan biokoagulan biji nangka (Artocarpus heterophyllus)
dengan membuatnya menjadi nanobiokoagulan.
2. Penelitian ini menggunakan beberapa parameter yang akan diuji yaitu Total
Suspended Solid (TSS), Chemical Oxygen Demand (COD) pada air limbah
domestik (grey water).
3. Penelitian ini hanya meneliti kemampuan biji nangka sebagai biokoagulan
terhadap penurunan pada air limbah domestik (grey water).
4. Parameter kekeruhan juga diukur untuk mengetahui kualitas pada air limbah
domestik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Air
Menurut Peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa Pencemaran
adalah masuk atau atau dimasukkannya Makhluk hidup, zat, energi, dan/ atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga dibawah Baku Mutu air
yang telah ditetapkan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi di mana saja
dengan laju yang sangat cepat dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. Pencemaran lingkungan ini
dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap
jiwa manusia.
Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan
hidup organisme dan berbagai usaha peningkatan kesejahteraan manusia seperti
perikanan, perindustrian, dan membangkit listrik. Air biasanya disebut tercemar ketika
terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan
manusia (Aritonang, dkk., 2013).
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik
yang berbeda – beda seperti pembuangan limbah pabrik ke sungai dan pencemaran air
oleh sampah yang dapat merusak ekosistem sungai dan menyebabkan banjir. Dampak
pencemaran air dapat mempengaruhi perubahan struktur dan fungsi ekosistem sungai
baik hewan maupun tumbuhan (Sigit, 2017).
Pencemaran air dan bentuk aktivitasnya yang dilakukan oleh manusia seperti
membuang sampah yang dapat menyebabkan stress (tekanan) lingkungan dapat
memberikan pengaruh yang berbahaya kepada individu, populasi, komunitas dan
ekosistem. Lama – kelamaan komunitas itu akan dikuasai oleh spesies yang dapat
hidup unggul, dan stabil (Naatonis, 2010). Proses semacam ini seluruhnya disebut
suksesi, sedangkan komunitas yang sudah mencapai kemantapan disebut komunitas
yang sudah mencapai puncak atau klimaks (Rizal, 2011).

5
6

2.2 Limbah Domestik


Air limbah domestik merupakan air yang berasal dari kegiatan pemukiman,
rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan perumahan. Air limbah ini
wujudnya antara lain berupa tinja, air seni, buangan kamar mandi, dan juga sisa
kegiatan dapur rumah tangga (Slamet, 2017). Sedangkan menurut PerMen LHK
Nomor 68 Tahun 2016 Tentang baku mutu air limbah memiliki pengertian lebih luas
lagi, yaitu air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang
berhubungan dengan pemakaian air, dengan kata lain segala kegiatan yang
menggunakan air akan menghasilkan air limbah. Dalam PerMen LHK disebutkan
bahwa air limbah domestik yang dihasilkan dari skala rumah tangga dan usaha dan/atau
kegiatan berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu dilakukan pengolahan air
limbah sebelum dibuang ke media lingkungan. Badan Pusat Statistik (2015)
menyebutkan bahwa pengolahan air limbah yang merupakan bagian dari sanitasi di
Indonesia baru tercapai 62.14 % dari target pencapaian 100 % .
2.2.1 Sumber Air Limbah
Sumber air limbah dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu air limbah rumah
tangga (domestik) berasal dari pemukiman penduduk seperti air cucian deterjen, cuci
piring dan bahan makanan (minyak dan lemak) dan air bekas mandi yang mengandung
sabun. Kemudian sumber air limbah juga berasal dari kotapraja (municipal waste
water) pada umumnya air limbah juga berasal dari daerah perkotaan, perdagangan,
sekolah, asrama, tempat ibadah, restoran, hotel, dan tempat – tempat umum lainnya.
Selanjutnya sumber air limbah juga berasal dari limbah industri (industrial waste
water), merupakan air limbah yang berasal dari semua jenis akibat proses produksi,
dan air limbah satu ini pada umumnya lebih sulit dalam pengolahannya
(Aristadiyanto, 2017). Dari ketiga sumber air limbah diatas, limbah cair domestik
merupakan limbah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari – hari.
Untuk mencegah adanya penyakit yang timbul oleh pencemaran air maka
kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Menurut Peraturan
7

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air.
2.2.2 Limbah Rumah Tangga (Domestik)
Air buangan rumah tangga merupakan air buangan manusia yakni air limbah
yang dihasilkan dari kamar mandi, cuci pakaian, cuci alat – alat dapur serta kegiatan
rumah tangga lainnya (Sugiharto, 2008).
Air limbah rumah tangga mengandung bahan kimia yang digunakan dalam
kegiatan dari rumah tangga dan harus diolah agar tidak mencemari dan membahayakan
kesehatan serta lingkungan (Nazir, 2016). Untuk mengurangi dampak negatif tersebut
maka perlu suatu upaya pengolahan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan atau
badan air, salah satunya dengan melakukan pengolahan air limbah domestik. Kriteria
kualitas air yang baik umumnya terdiri dari parameter kimia dan mikrobiologi COD,
BOD, nutrisi, patogen, logam berat, dan beberapa mikropolutan organik (Mardina,
2020).
Karakteristik air limbah rumah tangga sangat bergantung pola standar hidup,
kebiasaan sosial dan budaya, jumlah anggota rumah dan penggunaaan bahan kimia
rumah tangga (Nainggolan, 2016).
2.2.3 Dampak Pembuangan Air Limbah Domestik
Bahan Pencemar di badan air ada yang secara langsung dapat diketahui
kehadirannya tanpa harus dengan pemeriksaan laboratorium, seperti timbulnya busa,
warna, dan bau yang tidak sedap (Afiya, 2018). Limbah yang masuk kedalam perairan
danau secara kontinyu (limbah organik) menyebabkan terjadinya nutrient enrichment
di badan air yang berpotensi menimbulkan euntrofikasi. Air limbah domestik yang
mengandung deterjen menyebabkan terjadi peningkatan pada kadar fosfat sehingga
memicu pertumbuhan ganggang air. Ganggang yang tumbuh berlebihan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem danau melalui eutrofikasi (Arum, 2019).
Ganggang yang mati menjadi serasah yang mengendap di dasar perairan danau. Pada
8

saat danau menjadi dangkal, tumbuhan berakar dapat berdiri tegak yang memenuhi
perairan, sehingga akhirnya danau menjadi rawa (Sulistiowati, 2019).
Air limbah yang dibuang ke badan air yang mengandung COD dan BOD di atas
20 mg/L menyebabkan kurang nya jumlah oksigen di dalam air sehingga bakteri
aerobik akan mati, sedangkan bakteri anaerobik akan mengubah nitrat menjadi amonia
dan sulfat menjadi amonia sulfide yang akan menjadi racun bagi ikan (Yunita, 2015)
Semua parameter dalamnya Limbah domestik yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan harus sudah sesuai dengan PerMen LHK Republik Indonesia No. 68 Tahun
2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
2.2.4 Baku Mutu Air Limbah Domestik
Baku mutu air limbah domestik menurut PerMen LHK Republik Indonesia
No.68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Baku mutu Air Limbah Domestik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
TSS mg/L 30
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
Amoniak mg/L 10
Minyak & lemak mg/L 5
Total Coliform Jumlah/100mL 3000
Debit L/orang/hari 100
(Sumber: PerMen LHK No.68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah)

2.3 Pengolahan Air Limbah Domestik


Pengolahan air limbah domestik bisa dilakukan secara biologi, fisika serta
kimia. Penerapan teknologi pengolahan air limbah domestik artinya kunci dalam
memelihara kelestarian badan air dan lingkungan sekitarnya.
9

Lebih tepatnya teknologi pengolahan air limbah yang disediakan harus sesuai
dengan kemampuan teknologi serta kemampuan masyarakat penghasil limbah
(Budiarsa, 2015). Proses secara biologis dapat dilakukan pada kondisi aerobik dan
anaerobik seperti biakan tersuspensi yang memanfaatkan sistem pengolahan dengan
menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk mengurai senyawa polutan yang
terdapat dalam air limbah. Proses pengolahan secara fisika menggunakan proses
penyaringan dan gravitasi. Di pengolahan fisika pada umumnya dipergunakan untuk
menghilangkan kekeruhan yang disebabkan oleh partikel-partikel koloid (Said, 2000).
Kemudian proses secara kimia yang sering diterapkan adalah desinfeksi,
pengendapan materi terlarut seperti presipitasi, koagulasi (destabilisasi) koloid. Proses
koagulasi diterapkan untuk mendestabilisasi partikel koloid yang umumnya juga
terdapat pada air limbah fisika – kimia seperti koagulasi – flokulasi dan sedimentasi /
pengendapan dimana dengan adanya penambahan koagulan maka partikel positif yang
terdapat pada koagulan akan mengikat partikel koloid yang ada pada partikel koloid di
dalam air limbah.
2.3.1 Koagulasi
Koagulasi adalah proses larutan atau cairan menjadi gumpalan - gumpalan lunak
ataupun keras, seperti gel secara holistik atau sebagian cairan ditimbulkan akibat dari
perubahan secara kimiawi.

Gambar 2.1 Proses Koagulasi


(Sumber: (Respository.un.isba.ac.id)
10

Proses koagulasi terjadi penggumpalan partikel koloid yang membentuk


endapan. Dengan terjadinya proses koagulasi, maka zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid. Koagulasi bisa diproses secara fisik maupun kimia.
Menurut Heldawati (2016), koagulasi merupakan dicampurkannya koagulan
serta dilakukan pengadukan secara cepat guna mendestabilisasi koloid dan solid
tersuspensi yang halus, serta massa inti partikel yang kemudian membentuk mikro
(mikro flock). Koagulasi pada dasarnya merupakan proses pengolahan limbah cair
dengan mentsabilisasi partikel – partikel untuk memfasilitasi pertumbuhan partikel
selama flokulasi, sedangkan flokulasi itu adalah proses pengolahan air limbah dengan
cara mengadakan kontak di antara partikel – partikel koloid yang telah mengalami
destabilisasi sehingga ukuran partikel – partikel tersebut bertambah menjadi partikel –
partikel yang lebih besar (Putra, 2013).
2.3.2 Flokulasi
Flokulasi adalah kelanjutan dari proses koagulasi, dimana mikro flok hasil
koagulasi terbentuk partikel – partikel koloid menjadi flok – flok besar yang dapat
mengendap dan pada proses ini didukung dengan proses pengadukan lambat.
Ada 2 tahap pembentukan flok menurut (Tchobanoglous, 2014 ) yaitu :
1. Pada tahap ini, proses pembentukan dan penggabungan mikroflok terjadi didalam
proses koagulasi.
2. Pada tahap ini, pembentukan dan penggambungan mikroflok terjadi didalam proses
flokulasi.

Gambar 2.2 Proses Flokulasi

(Sumber: (Respository.un.isba.ac.id)
11

2.4 Jartest
Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas yang mencampurkan dua atau
zat yang berbeda untuk menghasilkan campuran yang bersifat homogen. Pada media
ini, dimana fase air pengadukan bertujuan untuk memperoleh keadaan yang bertolak
(turbulen).
Jartest adalah suatu percobaan skala laboratorium yang digunakan dalam
mengevaluasi proses koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan
yang ingin digunakan. Pada pengolahan air limbah dengan proses kimia selalu
dibutuhkan bahan kimia tertentu, untuk menurunkan kadar polutan yang ada di dalam
air atau air limbah yang akan diolah. Penambahan bahan kimia tidak dapat dilakukan
sembarangan, harus dengan dosis yang pas dan bahan yang cocok. Jartest bertujuan
untuk mengoptimalkan pengurangan polutan dengan mengevaluasi koagulan dan
flokulan serta menentukan dosis bahan kimia yang ingin digunakan (Putra, 2021)
Cara kerja peralatan jartest dapat dilakukan dengan cara sampel air dituang ke
dalam gelas beaker, ditambahkan koagulan dengan dosis yang telah ditentukan,lalu
wadah diaduk dengan kecepatan tinggi untuk mendorong pencampuran koagulan, dan
dilanjutkan dengan kecepatan rendah untuk mengamati proses flokulasi, Campuran
akan menunjukan produksi flok setelah didiamkan dalam jumlah waktu yang sudah
ditentukan (Husaini, 2018).
2.5 Parameter Analisis pada Limbah Domestik
Parameter yang akan dianalisa pada penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Total Suspended Solid (TSS)
Kekeruhan pada air diakibatkan karena adanya kandungan zat padat tersuspensi
yang terdiri dari tanah liat, lumpur alami dan pasir halus yang merupakan bahan
organik. Zat tersuspensi merupakan bahan – bahan organik yang berasal dari berbagai
jenis senyawa seperti lemak, selulosa, protein yang mengapung didalam air seperti
alga, bakteri dan lainnya. Adanya TSS di perairan mengakibatkan terhambatnya sinar
matahari masuk ke perairan sehingga berdampak terhadap kurangnya oksigen di
perairan (Widyaningsih, 2011).
12

b. Chemical Oxygen Demand (COD)


Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam
air untuk proses reaksi secara kimia yang berguna untuk menguraikan unsur
pencemaran yang ada. Atau juga COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar
senyawa organik yang ada di dalam air limbah dapat teroksidasi melalui reaksi kimia
(Harahap, dkk., 2020). Oksigen terlarut adalah parameter yang penting karena
berfungsi untuk mengetahui gerakan massa air dan merupakan indikator yang peka
terhadap proses biologi dan kimia. Perhitungan Biological Oxygen Demand (BOD)
berbeda dengan Chemical Oxygen Demand (COD). Uji biasanya BOD biasanya
menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan COD. Hal ini dikarenakan bahan
– bahan yang stabil terhadap reaksi mikroorganisme dan biologis dapat tereduksi pada
uji COD. Bakteri yang merupakan agen hayati dapat mengoksidasi zat organik menjadi
H2O dan CO2, sedangkan kalium dikromat yang merupakan agen kimia, dapat
mengoksidasi semua zat sehingga nilai BOD lebih rendah dari COD pada air yang sama
(Widyaningsih, 2011).
2.6 Biokoagulan
Biokoagulan merupakan penggunaan alami untuk pengaganti koagulan sintetik
(tawas), yang berasal dari biji – bijian maupun dari cangkak hewan yang dapat
mengurangi kekeruhan pada air. Koagulan alami sangat perlu untuk dikembangkan
karena memiliki keuntungan yang bersifat biodegradable, lebih aman terhadap
lingkungan, kesehatan manusia, dan bebas racun (Sriwahyuni, 2020).
Menurut (Hendrawati, 2013) kandungan protein yang terdapat dalam koagulan
alami inilah yang mampu berperan aktif sebagai polielektrolit alami yang fungsinya
sama seperti koagulan sintetik. Protein polikationik yang asam amino kationik di dalam
polipeptida dengan kadar protein yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penyusun rantai – rantai asam amino berfungsi sebagai koagulan alami, biasanya
ditemukan pada biji – bijian yang kaya mengandung asam amino kationik.
13

2.7 Nanobiokoagulan
Nano adalah suatu yang memiliki ukuran sangat kecil antara 1 sampai 1.000
nanometer. Modifikasi fisik pada biokoagulan mencakup perubahan ukuran partikel
atau butir koagulan menjadi lebih kecil. Perkembangan modifikasi fisik mengarah ke
bentuk nanopartikel. Nanopartikel merupakan material yang memiliki sifat fisika dan
kimia lebih baik daripada partikel berukuran besar. Partikel ukuran kecil dengan
partikel yang berukuran besar memiliki perbandingan antara luas permukaan dan
volume yang lebih besar (Mardani, 2019).
Partikel nano dibuat dengan cara memotong atau menghancurkan material
dengan ukuran besar menjadi ukuran nanometer disebut dengan top down. Metode ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan nanopartikel yang terbaik diantara
ketiga metode tersebut agar nano koagulan yang dihasilkan memiliki stabilitas konstan,
berukuran partikel terkecil, berkualitas baik, serta mendapatkan metode yang paling
sederhana dalam pembuatannya (Muhriz, dkk ., 2011).
Nanopartikel yang terbuat dari alat ball mill memiliki prinsip kerja yang
simple,yaitu bola baja penghancur yang berada dalam wadah akan diputar
menggunakan mesin sehingga bola baja saling bertumbukan dalam jumlah yang
banyak (Kurniawan, 2018).
Ruang lingkup nanoteknologi meliputi usaha dan konsep untuk menghasilkan
material atau bahan berskala nanometer, mengeksplorasi dan rekayasa karakteristik
material atau bahan tersebut, serta mendesain ulang material atau bahan tersebut ke
dalam bentuk, ukuran dan fungsi yang diinginkan (Hendrawati, 2016).
Mekanisme proses koagulasi dengan menggunakan bahan alami merupakan
proses menetralkan muatan-muatan listrik dengan menambahkan bahan alami yang
berfungsi untuk menetralkan atau mengurangi muatan negatif pada partikel-partikel,
sehingga memberi gaya tarik-menarik untuk mendorong terbentuknya koloid dan zat-
zat tersuspensi halus yang menghasilkan mikroflok. Protein yang terkandung dalam
koagulan alami dapat berperan aktif sebagai polielektrolit alami yang perannya mirip
dengan koagulan sintetik. Protein polikationik yang mengandung asam amino kationik
14

didalam polipeptida dengan kadar protein tinggi yang dapat dimanfaatkan


sebagai bahan penyusun rantai asam amino berfungsi sebagai koagulan alami,
biasanya ditemukan pada biji-bijian yang kaya akan asam amino kationik (Hendrawati,
2013).
Beberapa penelitian yang memanfaatkan nanobiokoagulan sebagai salah satu
untuk mengolah air limbah domestik salah satunya oleh (Wibawarto, 2017), yang
mengolah limbah biji kelor dikarenakan karena mudah didapat dan ramah untuk
lingkungan.
15

2.8 Penelitian Terdahulu


Sebelum dilaksanakan penelitian ini, sebelumnya sudah ada penelitian yang
serupa tetapi hanya memanfaatkan biokoagulan, sedangkan dipenelitian ini dijadikan
sebagai nanobiokoagulan.
Tabel 2.2 Penelitian – Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Hasil Ket


1 Wibarto, Studi Penurunan Hasil penelitian menunjukan Jurnal
(2017) Turbidity, TSS, COD bahwa parameter Turbidity, TSS
Menggunakan Biji dan COD Nanobiokoagulan
Kelor (Moringa yang optimum adalah 40 mg/L
oleifera) Sebagai yang mampu menyisihkan
Nanobiokoagulan Turbiditas sebesar 77,1%, TSS
Dalam Pengolahan Air sebesar 72,5% dan COD
Limbah Domestik 75,36%.
(Grey water).
2 Kusuma, Studi Penurunan TSS, Nilai konsentrasi awal air Jurnal
(2017). Turbidity, COD limbah untuk parameter TSS
Menggunakan Kitosan 219 mg/L,kekeruhan 61,9 NTU
Dari Limbah Cangkang dan COD 451,8 mg/L.
Sumpil (Faunus aster) Penurunan konsentrasi TSS
Sebagai sebesar 51,14%, kekeruhan
Nanobiokoagulan 48,95% dan COD 33,35%.
Dalam Pengolahan Dosis optimum adalah 250 mg/L
Limbah Cair PT. dengan kecepatan pengadukan
Phapros Tbk cepat 125 rpm.
Semarang.
16

No Penulis Judul Hasil Ket

3 Ainurrofiq, Studi Penurunan TSS, Nilai konsentrasi awal air Jurnal


(2017) Turbidity, COD limbah untuk parameter TSS
Menggunakan Kitosan 223 mg/L,kekeruhan 63,3
Dari Limbah Cangkang NTU dan COD 435,7 mg/L.
Sawah (Pila ampullacea) Penurunan konsentrasi TSS
Sebagai Nanobiokoagulan sebesar 55,19%, kekeruhan
Dalam Pengolahan 64,73% dan COD 55,63%.
Limbah Cair PT. Phapros Dosis optimum adalah 200
Tbk Semarang. mg/L dengan kecepatan
pengadukan cepat 150 rpm.

2.9 Kerangka Pikir Penelitian


Dalam penelitian memerlukan dasar pemikiran yang jelas untuk menerangkan
hubungan antarkonsep yang akan diteliti. Penelitian ini memiliki kerangka pikir yang
digambarkan pada gambar 2.3.
17

Kebiasaan masyarakat yang membuang air limbah domestik langsung ke badan


air yang dapat menimbulkan dampak negatif.

Air limbah domestik mengandung senyawa organik yang cukup tinggi dengan
Total Suspended Solid yang cukup tinggi.

Pemanfaatan Biji Nangka yang berfungsi sebagai Biokoagulan untuk


menyisihan senyawa organik dan TSS yang terkandung didalam limbah.

Faktor yang mempengaruhi Koagulasi,Flokulasi:


 Gradien Kecepatan (G)
 Waktu Pengendapan
 G x Td

Penentuan Variabel Parameter Uji

Turbidity,TSS,COD.
Variasi Variasi Bebas:
Kontrol: Suhu  Dosis Biokoagulan
 Pengadukan cepat

Variasi pembubuhan dosis Biokoagulan dari Biji Nangka dan kecepatan


pengadukan cepat mempengaruhi penurunan Turbidity, TSS, dan COD yang
terkandung dalam Air limbah domestik di saluran Komplek Perumahan Ajun
Lamhasan.
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
18

2.10 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian berjudul “Penurunan Turbidity, TSS, dan COD
Menggunakan Biji Buah Nangka Sebagai Biokoagulan Dalam Pengolahan Air Limbah
Grey water”. Berdasarkan kerangka pikir penelitian dengan variasi dosis biokoagulan
dan variasi pengadukan cepat depat berpengaruh terhadap penurunan parameter
Turbidity, TSS, COD yang terkandung didalam air saluran Komplek Perumahan Ajun
Lamhasan.
2.11 Biji Buah Nangka
Klasifikasi Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus Heterophyllus

Gambar 2.4 Biji buah nangka


19

Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus) termasuk dalam jenis tanaman


Artocarpus, family Moraceae. Tanaman nangka mempunyai struktur perakaran
tunggang berbentuk bulat panjang, menembus tanah cukup dalam. Akar cabang dan
bulu akarnya tumbuh ke segala arah. Batang tanaman nangka berbentuk bulat panjang,
berkayu keras dan tumbuhnya lurus dengan diameter (garis tengah) antara 30 – 100
cm. Buah nangka berbentuk panjang atau lonjong atau bulat, berukuran besar dan
berduri lunak. Buah terbentuk dari rangkaian bunga majemuk yang dari luar tampak
seolah – olah seperti satu.
Biji nangka termasuk dalam limbah organik yang secara optimal belum
diupayakan dan juga biji nangka terkandung banyak gizi yaitu potasium atau kalium,
fosfor dan lemak. Kandungan energi (165 kkal), karbohidrat (36,7 kkal) dan protein
(Ririn, 2011). Protein pada biji nangka mengandung asam amino dimana asam amino
dapat berfungsi sebagai koagulan alami. Protein yang ada di dalam biji nangka apabila
dikeringkan dengan suhu yang tinggi, maka akan mempengaruhi struktur serta jumlah
protein di dalamnya. Kandungan minyak dalam biji nangka mencapai 11,39% (Tribudi,
2017).
Dalam beberapa tahun ini, produksi buah nangka terlihat tidak stabil seperti
yang tertera di dalam tabel berikut ini.

Kota Tahun

2021 2020 2019 2018

Aceh 8411.00(Ton) 9453.00 (Ton) 8475.00 (Ton) 8219.00 (Ton)

(Sumber: Badan Pusat Statistik 2021)


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2023. Kegiatan
pengujian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry, dan Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh. Lokasi pengambilan
sampel berada di Kompleks Pola Permai, Ajun, Lamhasan. Lokasi Pengambilan
sampel dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel air limbah domestik


rumah tangga.

(Sumber: Goggle Earth, 2022)

3.2 Diagram Alir Penelitian


Tahapan proses yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram
alir yang ditunjukan pada Gambar 3.2.

20
21

Mulai

Studi literatur

Identifikasi dan Perumusan


Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer
1. Pengambilan Data Sekunder
Sampel Air Limbah SNI pengukuran
2. Persiapan parameter
Biokoagulan kekeruhan, TSS,
3. Pembuatan Sampel COD
Uji

Pengolahan Data dan Analisis

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian


22

3.3 Alat Dan Bahan


3.3.1 Alat
Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Beaker glass merk
Pyrex, oven merk GP45BE, Kuvet, Blender Elektrik merk Panasonic tipe MX-
GX1061,Timbangan Analitik merk Sojikyo, Ayakan 100 mesh merk Patraproduk,
Stopwatch merek Casio HS- 700W, Gelas ukur merk Pyrex, Turbidimeter, Jartest merk
Messgerate model S6S, jerigen merk 18 ONE.
3.3.2 Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain limbah biji buah
nangka (Artocarpus heterophyllus), Air limbah, Akuades, H2SO4, K2Cr2O7, Ag2SO4.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Lokasi Pengambilan Sampel
Biji nangka (Artocarpus heterophyllus), diambil dari rumah tangga yang berada
di Perumahan Lam Hasan, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Sampel
air limbah domestik di ambil dari rumah tangga yang berada di perumahan LamHasan,
Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
3.4.2 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan metode grab atau mengambilnya
langsung saat itu juga pada lokasi yang sudah ditentukan. Sampel air limbah diambil
secara langsung dengan menggunakan timba plastik yang dilengkapi tali kemudian
dimasukan kedalam jerigen yang berukuran 5 L sebanyak 2 jerigen (SNI 6989.59.2008
bagian 59 tentang metode pengambilan contoh air limbah).
3.5 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas, terikat dan
variabel tetap. Variabel bebas meliputi dosis koagulan, 5mg/L, 10mg/L ,15mg/L,
20mg/L, dan 30mg/L. Total jumlah dosis yang digunakan adalah sebanyak 5 gram.
Variabel terikat adalah Turbiditas, TSS dan COD.
23

Variabel tetap yaitu kecepatan pengadukan cepat sebesar 250 rpm dengan
waktu detensi sebesar 15 menit, sedangkan pengadukan dengan kecepatan lambat
sebesar 100 rpm yang membutuhkan waktu selamat 20 menit, dan proses pengendapan
membutuhkan waktu selama 60 menit.
3.6 Tahapan Penelitian
3.6.1 Persiapan Biokoagulan
Pembuatan biokoagulan Biji nangka dengan tahapan sebagai berikut: Biji
Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus) yang sudah bersih dikeringkan dengan
oven 1x24 jam dengan suhu 105°C. Setelah dikeringkan, biji dikupas dan
diblender. Kemudian diayak dengan menggunakan saringan ukuran 100 mesh.

(a) (b)

Gambar 3.3 (a). Biji nangka di masukan ke dalam oven dengan suhu 105 (b). Biji
nangka setelah diblender.

Hasil ayakan serbuk biji nangka dilakukan penggilingan (Ball Mill) metode HEM
(High Energy Milling) dengan kecepatan 200 rpm selama 30 menit. Kemudian
dilakukan scanning electron microskop (SEM) untuk melihat ukuran serbuk biji
nangka.
24

(a) (b)

Gambar 3.4 (a). Biji nangka Setelah di blender dan di ayak menggunakan
ayakan 100 mesh (b). Biji Nangka setelah di Ball Milling Selama 30
Menit.

Kemudian ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian serbuk biji nangka dimasukkan


kedalam wadah toples dan ditutup rapat.
3.6.2 Proses Koagulasi Flokulasi
Diambil sampel air limbah yang di dalam jerigen, masing – masing sebanyak
1 liter kedalam 5 beaker glass. Kemudian pada tiap – tiap gelas beaker diberi label
dengan label 5 mg/L, 10 mg/L, 15 mg/L sebagai perlakuan pertama. Ditambahkan
koagulan biji nangka sesuai dengan label ke dalam beaker glass. Diuji air sampel
tersebut yang sudah ditambahkan koagulan biji nangka dengan metode Jartest dengan
pengadukan cepat 250 rpm dengan waktu 15 menit dan pengadukan lambat 100 rpm
dengan waktu 20 menit. Kemudian diendapkan dengan waktu 60 menit. Selanjutnya
dilakukan tahapan kedua yang diberi label 20 mg/L, 30 mg/L, dengan cara yang sama
dan waktu yang sama. Selanjutkan dilakukan pengujian Kekeruhan, TSS dan COD.
25

3.6.3 Pengujian Kekeruhan


Dibilas botol air sampel dengan air aquades terlebih dahulu. Dimasukan sampel
air limbah kedalam botol sampel sampai batas garis. Diletakkan botol air sampel pada
alat turbidimeter.
Kemudian dicatat angka hasil dari pengukuran kekeruhan sampel air limbah. Kuvet
yang berisi sampel air limbah dikeluarkan kembali, lalu dibilas dan diulang kembali
untuk pengujian sampel air limbah berikutnya.
3.6.4 Pengujian TSS
Dilakukan penyaringan dengan peralatan vakum dan dibasahi saringan dengan
sedikit air suling. Diaduk contoh uji dengan dengan pengaduk magnetik untuk
memperoleh contoh uji yang homogen. Dipipet contoh uji dengan volume tertentu, saat
waktu contoh diaduk. Dicuci kertas saring dengan 10 ml air suling, biarkan kering
sempurna, dan dilanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh
penyaringan yang sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi diperlukan
pencucian tambahan. Dipindahkan kertas saring dengan hati-hati dari peralatan
penyaring dan dipindah ke wadah, timbang aluminium sebagai penyangga. Pindahkan
cawan dari rangkaian alat. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam.
Didinginkan dalam desikator dan ditimbang, hingga diperoleh berat konstan
(perubahan berat lebih kecil dari 4% atau lebih kecil dari 5 mg dari penimbangan
sebelumnya.
a. Dihitung kadar TSS dalam mg/L, dengan perhitungan :
(A−B)x 1000
Mg TSS per liter = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖,𝑚𝐿

Keterangan :
A: adalah berat kertas saring + residu kering (mg)
B: adalah berat kertas saring (mg) (SNI 06-6989.3-2004).
26

3.6.5 Pengujian COD


Dimasukkan 2,5 ml sampel air limbah ke dalam tabung COD, selanjutnya
ditambahkan 1,5 mL larutan campuran K2Cr2O7–HgSO4 dan 3,5 ml larutan campuran
Ag2SO4 – H2SO4. Blanko dan deret standar 100, 200, 400, 600 dan 900 ppm.
Diperlakukan sama dengan sampel. Tabung COD dimasukkan ke dalam reaktor COD
dengan temperatur 150⁰C selama 2 jam. Setelah dilakukan pemanasan, tabung COD
didinginkan sampai temperatur kamar, kemudian dilakukan pengukuran sampel
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm (SNI
6989.2:2009).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Biokoagulan Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Proses persiapan biokoagulan dilakukan dengan membersihkan biji nangka
dari kulitnya dan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 2 hari, selanjutnya biji
nangka di oven selama 1 jam dengan suhu 105⁰C, kemudian diblender hingga halus,
kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh, hasil biokoagulan bisa dilihat di gambar
4.1. Selanjutnya biokoagulan biji nangka dilakukan penggilingan (Ball mill) metode
HEM (High energy milling) dengan kecepatan 200 rpm selama 1 jam di Laboratorium
Fisika Universitas Syiah Kuala, kemudian dilakukan (Scanning electron microscope)
untuk melihat ukuran serbuk biji nangka. Selanjutnya larutan biokoagulan dibagi
menjadi 5 konsentrasi yaitu, konsentrasi 5 mg/L, konsentrasi 10 mg/L, konsentrasi 15
mg/L, konsentrasi 20 mg/L, dan konsentrasi 30 mg/L.

(a) (b)

Gambar 4.1 (a) Serbuk Biji Nangka sesudah diayak dengan 100 Mesh (b) Serbuk Biji
Nangka Setelah Pengilingan (Ball Milling)

27
28

(a) (b)

(c)
Gambar 4.2 (a) Serbuk Biji Nangka dengan ukuran 100 µm dan pembesaran 1000 kali (b)
Serbuk Biji Nangka dengan ukuran 30 µm dan pembesaran 3000 kali (c) Serbuk Biji Nangka
dengan ukuran 20 µm dan 5000 kali pembesaran.

Dapat dilihat pada gambar 4.2 (c), pori – pori mulai terlihat lebih besar dengan
ukuran 30 µm. Hal ini dipengaruhi proses aktivasi. Dengan membesarnya pori – pori
ini, maka polutan RPH terserap oleh biokoagulan yang sudah diaktivasi. Hal ini sesuai
dengan penelitian (Wibawarto, 2017) yang juga melakukan aktivasi pada biji kelor
(Moringa Oleifera). Ukuran serbuk biji kelor pada penelitian (Wibawarto, 2017)
berukuran 90 µm.
29

4.2 Uji Pendahuluan


Pengambilan sampel ini berlokasi di Kompleks Pola Permai, Ajun, Lamhasan.
Pengujian sampel ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh. Hasil pengujian sampel Air Limbah Domestik dengan parameter
Kekeruhan, TSS, dan COD dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Pendahuluan
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengujian
Analisis Awal
TSS mg/L 30 24
COD mg/L 100 248,59
Kekeruhan NTU 25* 61,28
(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No: P.68
Menlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik).
(*Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi,Kolam Renang,Solud Per Aqua, dan Pemandian Umum.

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa air limbah domestik ini


teridentifikasi mengandung kadar COD, TSS yang melebihi standar baku mutu yang
telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia No. P.68/Menlhk-Setjen/2016 Tentang baku mutu Air Limbah Domestik.
Air limbah tersebut berada di Kompleks Pola Permai, Ajun, Lamhasan, dengan
karakteristiknya berwarna sedikit suram, seperti larutan sabun, dan sedikit berbau.
Baku mutu parameter kekeruhan mengarah kepada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
Renang, Solud Per Aqua, dan Pemandian Umum.
4.3 Pembahasan
Pengujian penelitian dilakukan menggunakan proses koagulasi – flokulasi. Pada
proses pengolahan air limbah grey water, yang koagulasi merupakan bagian dari
primary treatment (pengolahan tahap pertama) yang bertujuan untuk menghilangkan
30

Padatan tersuspensi di dalam air limbah grey water. Sedangkan flokulasi


merupakan secondary treatment (pengolahan tahap kedua) yang bertujuan
menghilangkan material organik pada air limbah. Penambahan larutan koagulan biji
nangka (Artocarpus heterophyllus) pada air limbah yang dapat menurunkan parameter
yang telah di uji.

Gambar 4.3 (a) Proses Pengadukan Cepat Larutan Serbuk Biji


Nangka (b) Proses Pengadukan Lambat Larutan Serbuk Biji
Nangka

Gambar 4.4 Proses Pengendapan Larutan Koagulan Biji Nangka


31

Tabel 4.2 Hasil Penelitian Pengukuran Parameter


Variasi Dosis Kekeruhan (NTU) COD (mg/L) TSS (mg/L)
Biokoagulan (mg/L)

Baku Mutu 25 100 30

5 12,45 42 4,62

10 23,20 42 4,62

15 23,34 60 6,32

20 37,20 76 7,4

30 42,09 89 7,72

(Hasil uji setelah ditambah larutan biokoagulan)

Dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian, dapat dilihat pada tabel bahwa
larutan koagulan dari serbuk biji nangka (Artocarpus heterophyllus) mampu
menurunkan kadar pencemar yang terdapat pada air limbah domestik pada dosis yang
berbeda di setiap parameter yang diuji. Larutan koagulan dari serbuk biji nangka
(Artocarpus heterophyllus) divariasikan dalam 5 tahap yaitu 5 mg/L, 10 mg/L, 15
mg/L, 20 mg/L, dan 30 mg/L. Kecepatan pengadukan yang dilakukan yaitu 250 rpm
selama 15 menit dan pengadukan lambat 100 rpm selama 20 menit dengan
pengendapan waktu 60 menit. Hal ini kemungkinan terjadi karena kemampuan dari
tanaman biji nangka dalam menurunkan kadar pencemar pada air limbah domestik atau
limbah grey water.

4.3.1 Pengaruh Penurunan Biji Nangka Terhadap Kekeruhan (Turbidity)


Pada penelitian ini tingkat kekeruhan yang diakibatkan oleh air limbah domestik
dapat diolah dengan menggunakan metode koagulasi – flokulasi dan sedimentasi
menggunakan biji nangka, berikut hasil penelitian dari kemampuan bii nangka dapat
dilihat melalui pengaruhnya terhadap terhadap penurunan kadar kekeruhan setelah
dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi pada tabel di bawah ini.
32

Tabel 4.3 Pengaruh biokoagulan Biji Nangka Kadar Kekeruhan

Varian Dosis Kecepatan Kecepatan Waktu Kekeruhan (NTU)


Biokoagulan Cepat Lambat Pengendapam
Nilai Nilai
Awal Akhir
5 mg/L 61,28 12.45

10 mg/L 61,28 23,20

15 mg/L 20 Menit 15 Menit 61,28 23,34


60 Menit
250 Rpm 100 Rpm
20 mg/L 61,28 37,20

30 mg/L 61,28 42,09

(Sumber: Hasil Pengujian Kadar Kekeruhan, 2023).

Hasil penelitian dari penambahan biokoagulan dapat dilihat pada tabel 4.3
diketahui bahwa nilai kekeruhan dari air limbah domestik mempunyai tingkat
kekeruhan sebesar 61,28 NTU. Namun setelah di jartest terjadinya penurunan nilai
kekeruhan menjadi 4,62 NTU, hal ini disebabkan karena adanya proses pengendapan
partikel – partikel koloid, dengan pengadukan cepat 250 rpm selama 20 menit,
pengadukan lambat 100 rpm selama 15 menit dan waktu pengendapan selama 60 menit.
Pengadukan cepat ini bertujuan untuk memberikan kontribusi tumbukan antara koloid
– koloid yang mengandung ion sehingga menjadi destabilisasi koloid yang bermuatan
positif, sedangkan pengadukan lambat tujuannya untuk memberikan jeda waktu untuk
proses flokulasi atau pembentukan flok – flok yang lebih besar sehingga mudah
mengendap (Adira, 2020).
33

TURBIDITY
70
Kekeruhan (NTU)
60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 30
Variasi Biokoagulan

Nilai Awal Baku Mutu Nilai Akhir

Gambar 4.5 Grafik Penurunan Turbiditas Air Limbah

Berdasarkan grafik diatas, seiring dengan meningkatnya penambahan dosis


biokoagulan pada beaker glass ketiga sebanyak 5 mg/L dan 10 mg/L membuat kadar
kekeruhan semakin menurun karena koagulan dari biji nangka masih saling mengikat
partikel koloid, akan tetapi saat penambahan dosis koagulan 15 mg/L kekeruhan
kembali tinggi. Hal ini juga disebabkan karena memiliki muatan yang stabil sehingga
sulit untuk dihilangkan (Abdullah, 2018).
Proses pengendapan dalam waktu yang singkat juga menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan kekeruhan pada air limbah domestik. Penurunan parameter
kekeruhan dapat berpengaruh pada waktu pengendapan, karena semakin lama waktu
pengendapan yang diberikan maka semakin banyak endapan yang terbentuk. Pada
PerMen LHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang baku mutu air limbah domestik tidak
adanya baku mutu yang ditetapkan, melainkan parameter kekeruhan ini diuji hanya
untuk mengetahui berapa kadar kekeruhan yang diendapkan oleh koagulan biji nangka.

4.3.2 Pengaruh Penurunan Biji Nangka Terhadap Penurunan Chemical Oxygen


Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk mengurai senyawa kimia yang terkandung di dalam proses
34

perairan. Semakin tinggi jumlah COD yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar
oksigen terlarut untuk dioksidasi sehingga oksigen yang tersedia untuk dimanfaatkan
oleh biota di pengairan semakin rendah. Berikut pengaruh penggunaan biji nangka
terhadap penurunan parameter COD pada air limbah domestik dapat dilihat pada tabel
dan gambar grafik dibawah ini.

Tabel 4.3 Pengaruh biokoagulan Biji Nangka Kadar COD

Varian Dosis Kecepatan Kecepatan Waktu COD (mg/L)


Biokoagulan Cepat Lambat Pengendapam
Nilai Nilai
Awal Akhir
5 mg/L 248,59 42

10 mg/L 248,59 58

15 mg/L 20 Menit 15 Menit 248,59 60


60 Menit
250 Rpm 100 Rpm
20 mg/L 248,59 76

30 mg/L 248,59 89

(Sumber: Hasil Pengujian Kadar Chemical Oxygen Demand, 2023).

Chemical Oxygen Demand


Gambar 4.5 Grafik Penurunan COD Air Limbah Domestik
300

250
COD (mg/l)

200

150

100

50

0
5 10 15 20 30
Variasi Biokoagulan

Nilai Awal Baku Mutu Nilai Akhir

Gambar 4.6 Grafik Penurunan COD Air Limbah Domestik


36

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa kadar parameter COD sebelum
ditambahkan biokoagulan adalah 248 mg/L, nilai efektivitas penurunan parameter
COD paling maksimal dengan konsentrasi 5 mg/L yaitu sebesar 42 mg/L. Hal ini telah
memenuhi batas baku mutu air limbah domestik yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor: P.68/MenLHK – Setjen/2016.
Batas maksimum dari kadar COD adalah 100 mg/L. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengadukan cepat sehingga membantu dalam proses pencampuran larutan biokogulan
dalam air limbah secara merata. Dengan demikian larutan biokoagulan yang telah
tersebar di didalam air limbah akan mengikat bahan padatan tersuspensi yang lebih
banyak, oleh sebab itu akan diperoleh hasil endapan terhadap padatan tersuspensi yang
lebih baik (Emilia, dkk., 2013).

4.3.3 Pengaruh Penurunan Biji Nangka Terhadap Penurunan Total Suspended


Solid (TSS)

Berikut pengaruh penggunaan biji nangka (Artocarpus heterophyllus) terhadap


penurunan parameter TSS pada air limbah domestik dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Pengaruh Biokoagulan Biji Nangka Kadar TSS
Varian Dosis Kecepatan Kecepatan Waktu TSS (mg/L)
Biokoagulan Cepat Lambat Pengendapam
Nilai Nilai
Awal Akhir
5 mg/L 20 Menit 15 Menit 60 Menit 24 4,62
250 Rpm 100 Rpm
10 mg/L 24 4,67

15 mg/L 24 6,32

20 mg/L 24 7,4

30 mg/L 24 7,72

(Sumber: Hasil Pengujian Kadar Total Suspended Solid, 2023).


36

Total Suspended Solid


35
30
25
TSS mG/l

20
15
10
5
0
5 10 15 20 30
Variasi Biokoagulan

Nilai Awal Baku Mutu Nilai Akhir

Gambar 4.7 Grafik Penurunan TSS Pada Air Limbah Domestik

Berdasarkan hasil penelitian pada grafik diatas bahwa yang paling baik
menurunkan konsentrasi TSS adalah dosis koagulan 5 mg/l dengan nilai akhir 4,62 dan
durasi pengendapan 60 menit. Hasil eksperimen menunjukan bahwa parameter TSS
memenuji baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia nomor: P.68/MenLHK – Setjen/2016. Tentang Baku Mutu Air
Limbah. Namun ketika dilakukan penambahan dosis 10 mg/l, 15 mg/l, 20 mg/l dan 30
mg/l nilai TSS mengalami kenaikan. Terbentuknya flok terhadap padatan tersuspensi
dapat mengakibatkan perubahan berat jenis padatan tersuspensi, sehingga berat jenis
air lebih kecil daripada berat jenis padatan tersuspensi mampu mengendap secara
gravitasi (Wibawarto, 2017).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengaruh konsentrasi dari biji nangka (Artocarpus heterophyllus) pada penurunan
tingkat turbiditas terjadi pada setiap penambahan biokoagulan sebanyak 5 mg/L
dengan pengadukan cepat 250 rpm selama 20 menit dan pengadukan lambat 100
rpm selama 15 menit dengan waktu pengendapan 60 menit 12,45 NTU.
2. Pengaruh konsentrasi biji nangka (Artocarpus heterophyllus) pada penurunan COD
dan TSS paling optimum di konsentrasi 5 mg/L yaitu sebesar 42 mg/L dengan
persentase 83%.

5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, dilakukan penelitian dengan tujuan membandingkan
efektivitas koagulan alami dan koagulan sintetis.
2. Sebaiknya dilakukan beberapa variasi pengadukan dan variasi pengendapan untuk
bisa mendapatkan hasil yang lebih efektif.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan range dosis 40 mg/L, sampai 60 mg/L
dan 0 mg/l – 5 mg/l sehingga diketahui dosis optimum sebenarnya.
4. Pada penelitian ini, proses pembuatan nano biji nangka tidak mencapai ukuran nano
pada umumnya, sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan analisis (PSA)
particle size analyzer untuk memperoleh ukuran yang optimal.

37
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2018). Studi Penurunan Kekeruhan Air Permukaan Dengan Proses


Flokulasi Hydrocyclone Terbuka. Skripsi. Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan
Kebumian. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Adira, R. (2020). Pemanfaatan Biji Trembesi (Samanea saman) Sebagai Biokoagulan


Pada Pengolahan Limbah Cair Domestik . Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar - Raniry. Aceh.

Aristadiyanto, R. (2017). Pemanfaatan Serbuk Biji Trambesi (Samanea saman)


Sebagai Flokulan Untuk Mengurangi TSS Dalam Produksi Jamu Kunci Sirih Dan
Pemanfaatannya Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah. Malang.

Aritonang, D. O. H., Sutisna, M., & Rangga, M. O. H. (2013). Pengolahan Limbah


Domestik dengan menggunakan Biokoagulan Biji (Moringa oleifera . dan
Saringan Pasir cepat. Jurnal Institut Teknologi Nasional, 1(2), 69–80.

Arum, P.I S., & Harisuseno, D. (2019). Domestic Wastewater Contribution to Water
Quality of Brantas River at Dinoyo Urban Village, Malang City. J-Pal, 10(2),
2087–3522.

Afiya, A. K. N. (2018). Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses


Aerasi,Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit - Arang Aktif. Jurnal Teknik Its,
7(1), 18–22.

Astuti, F. K., & Tribudi, Y. A. (2017). Penambahan Pati Biji Nangka (Artocarpus
heterophyllus l Terhadap Kualitas Kimia Bakso Ayam. Jurnal Teknologi
Pertanian, 8(2), 1–7.

Ainuroffik, M.N. (2017). Study penurunan TSS, Turbidity, COD Menggunakan


Kitosan Dari Limbah Cangkang Keong Sawah (Pila ampullacea) Sebagai

38
39

Nanobiokoagulan Dalam Pengolahan Limbah Cair PT. Phapros, Tbk Semarang. 5(4),
1–9. Jurnal Teknik Lingkungan.

Bachtiar, M, N., Syafaruddin, & Nugraha, W. D. (2016). Penurunan Turbidity, TSS,


Dan COD Menggunakan Tepung Biji Asam Jawa (Taramindus Indica) Sebagai
NanoBiokoagulan Dalam Pengolahan Air Limbah Domestik . 5(4), 1–9. Jurnal
Teknik Lingkungan.

Budiarsa, W. (2015). Pencemaran Air dan Pengolahan Air Limbah. Skripsi. Udayana
University.

Busyairi, M., Adriyanti, N., Kahar, A., Nurcahya, D., & Sariyadi, S. (2020). Efektivitas
Pengolahan Air Limbah Domestik Grey Water Dengan Proses Biofilter Anaerob
dan Biofilter Aerob (Studi Kasus: IPAL INBIS Permata Bunda, Bontang). Jurnal
Serambi Engineering, 5(4), 1306–1312.

Emilia, I., Suheryanto, S., & Hanafiah, Z. (2013). Distribusi Logam Kadmium dalam
Air dan Sedimen di Sungai Musi Kota Palembang. Jurnal Penelitian Sains, 16(2),
59–64.

Fitri., Hanya., Prayogo, Wisnu, Mulyana Rachmat., Ikhwali, M Faisi., Rosyada .,


Sitepu Amrina, Z. A. (2022). Kajian Indeks Kualitas Air DAS Cilamaya
Sebelum dan. 2, 75–84.

Fitria, N., Fillaeli, A., Jelsih, M., Koesmawati, T. A., Fitria, L., Awfa, D., Qadafi, M.,
Hanami, Z. A., Suryawan, I. W. K., Prayogo, W., Ikhwali, M. F., & Nurhalimah,
S. M. (2023). Health Risk Assessment of Heavy Metals on Total Suspended
Particles in Semi Urban, Urban, and Industrial Areas of Bandung Metropolitan
Area, Indonesia. Ecological Engineering and Environmental Technology, 24(5),
131–140.
40

Harmoko, H., Sutanto, A., & Sari, K. (2016). Pengaruh Pemberian Jumlah Takaran
Ragi Terhadap Kandungan Protein Yang Dihasilkan Pada Tempe Biji Nangka
(Artocarpus heterophyllus). Bioedukasi (Jurnal Pendidikan Biologi), 7(1).

Harahap, M. Ridwan., Lola Dhea, A., & Asrul Hakim, M. (2020). Analisis Kadar Cod
(Chemical Oxygen Demand) Dan Tss (Total Suspended Solid) Pada Limbah Cair
Dengan Menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis. Amina, 2(2), 79–83.

Hendrawati. (2016). Pengembangan Nanobiokoagulan Dari Biji Kelor (Moringa


deifera) untuk Proses Penjernihan Air. Skripsi. Insitut Pertanian Bogor.

Hendrawati, H., Syamsumarsih, D., & Nurhasni, N. (2013). Penggunaan Biji Asam
Jawa (Tamarindus indica L.) dan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
Sebagai Koagulan Alami Dalam Perbaikan Kualitas Air Tanah. Jurnal Kimia
VALENSI, 3(1), 357–370.

Husaini, H., Cahyono, S. S., Suganal, S., & Hidayat, K. N. (2018). Perbandingan
Koagulan Hasil Percobaan Dengan Koagulan Komersial Menggunakan Metode
Jar Test. Jurnal Teknologi Mineral Dan Batubara, 14(1), 31.

Ikhtiar, M. (2018). Pengantar Kesehatan Lingkungan Dr . Muhammad Ikhtiar , SKM ,


M . Kes. Buku.

Isti’anah, I., Najah, S., & Pratiwi, S. H. P. (2017). Pengaruh Pencemaran Limbah
Detergen terhadap Biota Air. Jurnal Enviscience, 1(1), 3.

Khaq, F. A., & Slamet, A. (2017). Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah
Domestik di Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Teknik ITS, 6(2).

Kurniawan, F. (2018). Kajian Produksi Nanopartikel Dari Arang Bambu Dengan


Tumbukan Bola Baja Diameter 1/4 Inchi (Vol. 53, Issue 1). Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
41

Kusuma, M.N. (2017). Study penurunan TSS, Turbidity, COD Menggunakan Kitosan
Dari Limbah Cangkang Keong Sumpil (Faunus aster) Sebagai Nanobiokoagulan
Dalam Pengolahan Limbah Cair PT. Phapros, Tbk Semarang. Jurnal Teknik
Lingkungan. 6(1).

Mardani, Y. (2019). Kajian Produksi Nanopartikel dari Arang Akasia dengan


Tumbukan Bola Baja Diameter 3/16 Inchi dengan Perlakuan NaOH. Skripsi.
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muhriz, M., Subagjo, A., & Pardoyo. (2011). Pembuatan Zeolit Nanopartikel dengan
Metode High Energy Milling. Jurnal Sains dan Matematika (Vol. 19, Issue 1, pp.
11–17).

Nainggolan, R., Pratama, A. L., Lopang, I., & Kusumawati, E. (2016). Pengolahan Air
Limbah Domestik Dengan Menggunakan Tanah Gambut Dan Tanaman Air
Domestic Wastewater Treatment Using Peat Soil and Water Plants.Jurnal Teknik
Lingkungan. 183–189.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.


P.68/Mnlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017 Tentang Standar


Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum.

Pradipta, I. W. (2017). Penurunan Turbidity, TSS, Dan COD Menggunakan Kacang


Babi (Vicia Faba) Sebagai Nano Biokoagulan Dalam Pengolahan Air Limbah
Domestik (Grey Water). Teknik Lingkungan, 6(1).

Purnama, G. S. (2017). Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan. Program Studi Kesehatan


Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, 1–161.
42

Putra, D. N. (2021). Penggunaan Kitosan Dari Limbah Cangkang Bekicot ( Acathina


Fulica ) sebagai Biokoagulan Dalam Pengolahan Air Terproduksi. Skripsi
Universitas Islam Riau.

Putra R, Lebu B, Munthe, D,M., & Rambe, M,A. (2013). Pemanfaatan Biji Kelor
Sebagai Koagulan Pada Proses Koagulasi Limbah Cair Industri Tahu Dengan
Menggunakan Jar Test. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(2), 28–31.

Ririn, R. (2011). Pembuatan sari biji nangka sebagai minuman untuk memenuhi
kebutuhan fosfor. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rizal, M. (2011). Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan (Sudi kasus pada


Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala). Smartek, 9, 155–172.

Said, N. I. (2000). Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilm Tercelup.
Jurnal Teknologi Lingkungan, 1(2), 101–113.

Sigit, D. V., Ernawati, E., & Qibtiah, M. (2017). Hubungan Pengetahuan Lingkungan
Hidup Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Pencemaran Lingkungan Pada
Siswa Sman 6 Tangerang. Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, 10(2), 1–6.

Sitorus, Y. R., & Mardina, V. (2020). Karakteristik Kimia dari Penggolahan Limbah
Cair PTPN Y, Sumatera Utara. Jurnal Enviscience, 4(2), 58.

Sulistiowati, L. A. (2019). Kajian Dampak Pembuangan Air Limbah Indistri PT. X


Terhadap Sungai Cikijing di Privinsi Jawa Barat. Jurnal Rekayasa Hijau, 3(1),
61–70.

Sriwahyuni, Dewi.(2020). Penggunaan Cangkak Keong Sawah (Pila ampullacea)


Sebagai Biokoagulan Pada Pengolahan Limbah Domestik (Grey Water). Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Ar - Raniry. Aceh.

Tchobanoglous, G., L. Burton, F., & Stensel, D. H. (2014). Wastewater Engineering:


Treatment and Reuse. In Chemical engineering (Issue 7).
43

Vandith.,V.A., Setiyawan, A. S., Soewondo, P., & Putri, D. W. (2018). The


Characteristics of Domestic Wastewater from Office Buildings in Bandung, West
Java, Indonesia. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology,
1(2), 199–214.

Wibawarto, D. K. (2017). Study penurunan Turbidity, TSS,COD Menggunakan Biji


Kelor (Moringa olifera) Sebagai Nanobiokoagulan Dalam Pengolahan Air
Limbah Domestik (GREY WATER). 6(1), 1–6.

Widyarani, W., D. R., Hamidah, U., Komarulzaman, A., Rosmalina, R. T., &
Sintawardani, N. (2022). Domestic wastewater in Indonesia: generation,
characteristics and treatment. Environmental Science and Pollution Research,
Journal of Urban and Environmental Technology, 29(22), 32397–32414.

Yunita M, Purnaini, R.,B. (2015). Pengolahan Limbah Cair Domestik untuk


Penggunaan Ulang (Water Reuse). Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah,
1(1), 1–10.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Pendahuluan

44
45

Lampiran 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia


No. P.68/Mnlhk-Setjen/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik.
46

Lampiran 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 32 Tahun 2017


Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum.
47

Lampiran 4. Perhitungan TSS


Rumus perhitungan TSS:
𝐴−𝐵
TSS (mg/L) = x 1000%
𝑉

Keterangan:
A adalah berat media penimbang yang berisi media penyaring dan residu kering
B adalah berat media penimbang yang berisi media penyaring awal (g)
1000 adalah konversi mililiter ke liter
V adalah volume contoh uji (mL)
1. Perhitungan TSS dengan koagulan 5 Mg/L.
𝐴−𝐵
TSS (5 mg/L) = x 1000%
𝑉
0,1842−0,1611
= x 1000
5

= 4,62 mg/L.
2. Perhitungan TSS dengan koagulan 10 mg/L.
𝐴−𝐵
TSS (10 mg/L) = x 1000%
𝑉
0,2078−0,1611
= x 1000
10

= 4,67 mg/L.
3. Perhitungan TSS dengan koagulan 15 mg/L.
𝐴−𝐵
TSS (15 mg/L) = x 1000%
𝑉
0,2560−0,1611
= x 1000
15

= 6,32 mg/L.
4. Perhitungan TSS dengan koagulan 20 mg/L.
𝐴−𝐵
TSS (20 mg/L) = x 1000%
𝑉
0,3091−0,1611
= x 1000
20

= 7,4mg/L.
48

5. Perhitungan TSS dengan koagulan 30 mg/L.


𝐴−𝐵
TSS (30 mg/L) = x 1000%
𝑉
0,3928−0,1611
= x 1000
30

= 7,72 mg/L.

Lampiran 5. Perhitungan Efesiensi Penurunan


1. Efesiensi Penurunan Kekeruhan 5 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
5 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
61,28 12,45
5 mg/L = 61,28 x 100%

5 mg/L = 80 %
2. Efesiensi Penurunan Kekeruhan 10 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
10 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
61,28 23,20
10 mg/L = 61,28 x 100%

10 mg/L = 63 %
3. Efesiensi Penurunan Kekeruhan 15 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
15 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
61,28 23,34
15 mg/L = 61,28 x 100%

15 mg/L = 62 %
4. Efesiensi Penurunan Kekeruhan 20 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
20 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
61,28 37,20
20 mg/L = 61,28 x 100%

20 mg/L = 39 %
49

5. Efesiensi Penurunan Kekeruhan 30 mg/L


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
30 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
61,28 42,09
30 mg/L = 61,28 x 100%

30 mg/L = 31 %
6. Efesiensi Penurunan COD 5 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
5 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
245,5 42
5 mg/L = 245,5 x 100%

5 mg/L = 83 %
7. Efesiensi Penurunan COD 10 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
10 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
245,5 58
10 mg/L = 245,5 x 100%

10 mg/L = 76 %
8. Efesiensi Penurunan COD 15 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
15 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
245,5 60
15 mg/L = 245,5 x 100%

15 mg/L = 75 %
9. Efesiensi Penurunan COD 20 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
20 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
245,5 76
20 mg/L = 245,5 x 100%

20 mg/L = 69 %
10. Efesiensi Penurunan COD 30 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
30 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
50

245,5 89
30 mg/L = 245,5 x 100%

30 mg/L = 64 %
11. Efesiensi Penurunan TSS 5 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
5 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
24 4.62
5 mg/L = 24 x 100%

5 mg/L = 82 %
12. Efesiensi Penurunan TSS 10 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
10 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
24 4.67
10 mg/L = 24 x 100%

10 mg/L = 80 %
13. Efesiensi Penurunan TSS 15 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
15 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
24 6,32
15 mg/L = 24 x 100%

15 mg/L = 74 %
14. Efesiensi Penurunan TSS 20 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
20 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
24 7,4
20 mg/L = 24 x 100%

20 mg/L = 69 %
15. Efesiensi Penurunan TSS 30 mg/L
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
30 mg/L = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
24 7,72
30 mg/L = 24 x 100%

30 mg/L = 67 %
51

Lampiran 6. Dokumentasi Proses Pengambilan Sampel Air Domestik


Gambar Keterangan
Pengambilan Air sampel dan
dimasukan ke dalam wadah

Proses pengambilan sampel Air


Limbah Domestik
52

Lampiran 7. Dokumentasi Proses Pembuatan Nanobiokoagulan Biji Nangka


Gambar Keterangan

Biji Nangka di jemur di Bawah Sinar


matahari

Biji Nangka setelah dijemur, dipotong


ke bagian yang lebih kecil dan Biji
Nangka setelah dipotong.
53

Biji Nangka setelah di Ball Milling


54

Lampiran 8. Dokumentasi Proses Pengukuran TSS


Gambar Keterangan
Mengambil Sampel Air Limbah
Menggunakan Pipet Tetes 5 ml.

Alat Pengukuran TSS (Total


Suspended Solid)
55

Lampiran 9. Dokumentasi Proses Pengukuran COD


Gambar Keterangan
Membuat Larutan H2SO4 dan
Dimasukan Ke Dalam Tabung
Reaksi.

Alat COD Reaktor


56

Lampiran 10. Dokumentasi Proses Pengukuran Turbidity


Gambar Keterangan

Alat Untuk Mengukur Kekeruhan


(Turbidity).
57

LAMPIRAN 11. Pengujian Parameter COD Menurut SNI 6989.2:2009


58
59

Lampiran 12. Pengujian Parameter Kekeruhan Menurut SNI 06-6989.25-2005


60
61

Lampiran 13. Pengujian Parameter TSS Menurut SNI 06-6989.3-2004


62

Anda mungkin juga menyukai