Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

KLT Vidya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen yang dipisahkan

terdistribusi dalam 2 fase. Salah satu fase tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan
yang luas yang lainnya seperti fluida yang mengalir lembut disepanjang landasan stasioner.
Kromatografi lapis tipis atau TLC(Thin layer chromatography) seperti halnya kromatografi kertas,
murah dan mudah dilakukan. Kromatografi ini mempunyai satu keunggulan dari segi kecepatan dan
kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis membutuhkan hanya setengah jam saja, sedangkan
pemisahan yang umum padakromatografi kertas membutuhkan waktu beberapa jam. TLC sangat
terkenal dan sering digunakan di berbagai laboratorium. Media pemisahannya adalah lapisan dengan
ketebalan sekitar 0,1-0,3 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastic dan aluminium.
Lempeng yang paling umum digunakan yang berukuran 8x2 inchi. Dan zat padat yang digunakan
adalah alumina, TLC kadang-kadang disebut dengan kromatografi planar. ( Underwood.2006).
KLT merupakan salah satu contoh dari kromatografi adsorpsi Terdapat dua fase pada
KLT,yaitu fase gerak dan fase diam.Fase diam berupa padatan dan fase geraknya dapat berupa
cairan dan gas. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel padat. Kromatografi
adsorpsi memiliki beberapa kekurangan, yaitu : a. pemilihan fase diam(adsorben), b. koefisien
distribusi seringkali tergantung pada kadar total, sehingga pemisahannya kurang sempurna.
( Soebagio,dkk. 2002).

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun
1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis.
Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di
dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam pada
permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik.
Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari
kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan
adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut
berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen.
Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa
cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih
dengan cara trial and error.Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang
diperoleh. Faktor retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak
yang ditempuh oleh eluen. Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen
tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih
polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang
bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dan sebaliknya (Ewing Galen Wood, 1985).
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran,
identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektivitas pemurnian,
menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta memantau kromatografi kolom.
Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa baku,termasuk
karbohidrat. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan 2 cara, yaitu mengukur bercak langsung pada lengpeng dengan

menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometry dan cara berikutnya yaitu dengan
mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak dengan metode
analisis yang lain, misalnya dengan metode spektrofotometri. Dan untuk analisis preparatif, sampel
yang ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu dikembangkan dan dideteksi dengan
cara yang non- dekstruktif. Bercak yang mengandung analit yang dituju selanjutnya dikerok dan
dilakukan analisis lanjutan (Gholib Gandjar, 2007)
Daftar Pustaka:

Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Ewing, Galen Wood. 1985. Instrumental of Chemical Analysis
Fifth edition. McGraw-Hill. Singapore.
Gholib, Ibnu.2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Soebagio,dkk.2003. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai