Refarat Glaukoma 1
Refarat Glaukoma 1
Refarat Glaukoma 1
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah penyakit yang ditandai dengan adanya neuropati nervus optikus
yang berkaitan dengan kelainan lapangan pandang yang khas dan salah satu faktor
risikonya adalah peningkatan tekanan intraokular.1 Glaukoma merupakan penyebab
kebutaan kedua setelah katarak, dan merupakan salah satu penyebab kebutaan yang
irreversible.2
Pengaruh yang serius dari adanya peningkatan tekanan intraokular pada penderita
glaukoma adalah atrofi papil nervus optikus yang bersifat progresif. Teori lain
mengatakan bahwa gangguan aliran darah terhadap nervus optikus dapat menyebabkan
timbulnya neuropati optik glaukomatosa. Neuropati optik glaukomatosa merupakan
suatu kelainan nervus optikus yang disebabkan oleh glaukoma, dengan gambaran
khasnya terdapat penggaungan pada papil nervus optikus. Tingkat keparahan dari
neuropati optik glaukomatosa biasanya berhubungan dengan luas defek lapangan
pandang.3
Kelainan papil nervus optikus pada glaukoma dianggap sebagai penyebab
penurunan penglihatan yang irreversible, sehingga pemahaman mengenai neuropati
optik glaukomatosa penting diketahui untuk diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma.
Neuropati optik glaukomatosa merupakan tanda penting yang memiliki spesifisitas dan
nilai diagnostik tinggi dalam diagnosis glaukoma secara dini.3,4
Tinjauan pustaka ini akan membahas kelainan papil nervus optikus pada
glaukoma. Pentingnya mendiagnosis glaukoma secara dini melalui penilaian papil
nervus optikus sangat membantu klinisi dalam mencegah perjalanan penyakit menjadi
lebih progresif. Diharapkan melalui penulisan tinjauan pustaka ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pembaca terutama dalam mendiagnosis suatu glaukoma.
BAB II
PEMERIKSAAN PAPIL NERVUS OPTIKUS
Hruby lens adalah lensa konkaf dengan kekuatan - 55 D. Hruby lens biasanya
sudah ada pada setiap slit-lamp biomikroskop sebagai asesoris. Penggunaan lensa ini
dengan meletakkannya di depan mata pasien dengan posisi bagian yang cekung
menghadap pasien dengan jarak sekitar 10-20 mm dari mata yang diperiksa.
Kelemahan utama dari metode ini adalah lapang pemeriksaan yang lebih kecil
dibandingkan metode pemeriksaan yang lain. Fiksasi pasien yang kurang baik, sulitnya
mengatur posisi slit-lamp pada pasien dengan pupil yang sulit lebar, dan kekeruhan
media refraksi yang bermakna akan menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak
optimal.5,6
Penggunaan lensa kontak seperti Goldmann three-mirror memerlukan anestesi
topikal dan cairan viscous untuk melindungi kornea. Penggunaan lensa ini untuk
penjaringan (screening) tidak praktis sebab membutuhkan proses pemeriksaan yang
lama dan memerlukan persiapan yang lebih rumit.5,6
BAB III
PAPIL NERVUS OPTIKUS NORMAL
ganglion retina masuk ke papil nervus optikus dengan susunan sesuai dengan susunan
dari retina. Pada papil nervus optikus, serabut saraf dari retina bagian superior akan
berada di atas dan serabut saraf dari retina bagian inferior akan berada di bawah.
Serabut dari temporal retina akan berada di lateral dan serabut saraf berasal dari sisi
nasal retina akan berada di medial. Serabut-serabut makula terletak di lateral, serabutserabut fovea terletak di perifer dan serabut-serabut peripapiler akan terletak di sentral.4
2. Lapisan prelaminar.
Bagian ini berada di posterior lapisan serabut saraf superfisial, berdekatan
dengan koroid peripapiler, dimana batas belakangnya adalah lamina kribosa. Jaringan
yang dominan pada lapisan ini adalah neuron tetapi dengan jumlah sel-sel glia yang
meningkat.1
3. Lapisan laminar.
Pada lapisan ini terdapat lamina kribosa yaitu bagian dari sklera yang memiliki
fenestra atau lubang-lubang tempat dilaluinya berkas-berkas serabut saraf. Lamina
kribosa terdiri dari lamela-lamela jaringan ikat dengan jumlah fenestra 200 sampai 300.
Ukuran fenestra bervariasi, fenestra yang ukurannya lebih besar dan terletak di sentral
dilalui oleh arteri dan vena retina sentralis. Secara histologis fenestra lamina kribosa
digambarkan lebih besar di bagian superior dan inferior dibandingkan dengan bagian
nasal dan temporal nervus optikus.1,4
7
4. Lapisan retrolaminar.
Lapisan ini berada di posterior lamina kribosa yang merupakan tempat awal
akson bermyelin dan diselubungi oleh meningen dari sistem saraf pusat. Hal inilah yang
meningkatkan ukuran diameter nervus optikus dari 1,5 mm pada papil menjadi 3 mm.1,4
cenderung simetris antara kedua mata pada satu individu. Perbedaan CDR lebih dari 0,2
antara kedua mata dijumpai hanya pada 1 % populasi. CDR mungkin sedikit bertambah
dengan bertambahnya usia, juga mungkin lebih besar ukurannya pada orang kulit hitam
dan penderita miopia.1,11
Gambar 5. Cup berukuran kecil (7a), sedang (7b) dan besar (7c)12
Warna neuroretinal rim secara klinik adalah oranye kemerahan atau kuning
kemerahan. Warna ini disebabkan komponen yang dijumpai di neuroretinal rim (akson,
vasa dan jaringan glia) dan susunan anatomis komponen-komponen tersebut.11
Neuroretinal rim yang pucat mungkin disebabkan oleh penurunan aliran darah
(iskemia) maupun kerusakan susunan dari komponen-komponen yang menyusunnya.11
Keterangan gambar :
Pembuluh darah pial
Arteri siliaris posterior brevis rekuren
Arteriol longitudinal dari pembuluh pial
Pembuluh darah pial besar
Cabang-cabang arteri retina sentralis
Arteri siliaris posterior brevis bagian sklera
Cabang-cabang arteri siliaris posterior brevis yang memasuki nervus
Suplai koroidal
Anastomosis koriokapiler dengan cabang-cabang arteri retina sentralis
Cabang-cabang arteri retina sentralis anastomosis dengan pembuluh
darah prelaminar di daerah ini
11
BAB IV
NEUROPATI OPTIK GLAUKOMATOSA
Penyusutan akson sel ganglion ini akan menyebabkan gangguan pada transport
aksoplasmik baik secara langsung maupun tidak langsung. Konsekuensi lain adanya
penyusutan ini adalah meningkatnya sensitivitas sel tersebut terhadap eksotoksin pada
lingkungan matriks ekstraseluler dan meningkatnya reaksi radikal bebas. Eksotoksin
dan radikal bebas ini merupakan suatu stimulasi terhadap sel neuron dan akan
mempercepat timbulnya apoptosis dan bila berlangsung lama dan terus menerus akan
menimbulkan kerusakan sel neuron.3,14
Neuropati optik glaukomatosa juga berhubungan dengan iskemia sistemik.
Berkurangnya autoregulasi dari pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada nervus
optikus telah diketahui sebagai penyebab neuropati. Pada glaukoma lamanya iskemia
akan menyebabkan apoptosis.3,14
Sel membran mempunyai reseptor yang sensitif terhadap eksotoksin seperti NMethyl, D-Aspartat dan glutamat (NMDA). Reseptor ini memungkinkan kalsium
channel menjadi aktif, dan memasukkan kalsium. Kalsium akan merangsang sel organ
untuk memulai apoptosis. Kalsium juga menyebabkan mitokondria dan fungsi intra
seluler lainnya merusak signal fungsi transport dari sel ganglion. Penghambat glutamat
atau N-Methyl D-Aspartat telah diketahui cup menghambat apoptosis.3
Genetik juga memegang peranan penting pada kasus glaukoma. Mereka yang
membawa gen yang mengalami mutasi sejak lahir, kemungkinan besar akan menderita
glaukoma. Contohnya mutasi pada mycocillin gen akan menyebabkan kerusakan pada
sel trabekuler dan nervus optikus. Adanya kerusakan trabekuler akan meningkatkan
peningkatan tekanan intraokular serta akan lebih mudah mengalami apoptosis.3,14
Neuroretinal rim.
Neuroretinal rim merupakan daerah yang dibatasi oleh tepi luar cup dan tepi
dalam disc. Penyempitan neuroretinal rim lebih menggambarkan luasnya defek lapang
pandang dibanding pembesaran CDR. Hilangnya akson pada glaukoma akan
memberikan perubahan pada neuroretinal rim. Daerah neuroretinal rim dipengaruhi
oleh ukuran disc seperti halnya CDR. Disc yang besar cenderung memiliki neuroretinal
rim yang lebar. Rata-rata daerah neuroretinal rim pada mata sehat berkisar 1,2 dan 2,2
mm2 dan dapat meningkat sesuai ukuran optic disc. Hilangnya jaringan neuroretinal rim
secara selektif terutama di kuadran inferior dan superior dan sedikit di kuadran
14
temporal papil nervus optikus menyebabkan pelebaran cup ke arah vertikal atau
oblique.1,12,15
Neuropati optik pada glaukoma dapat tampak sebagai pelebaran fokal atau
menyeluruh dari cup nervus optikus. Perubahan optic disc yang paling sering terjadi
pada glaukoma adalah pelebaran secara konsentris menyeluruh, biasanya lebih sering
terjadi pada glaukoma dengan tekanan intraokular yang tinggi. Pelebaran fokal pada
cup sering dimulai dari defek kecil di neuroretinal rim, biasanya di kuadran inferior
temporal dan disebut sebagai focal notching atau focal notching.1,13
Gambar 11. RNFL normal (atas), defek RNFL slit dan Wedge-shaped (kiri bawah)
dan defek difus RNFL (kanan bawah)18
yang muncul lebih dahulu sebelum muncul kerusakan lain, seperti kerusakan lapisan
serabut saraf, notching di neuroretinal rim dan defek lapang pandang.12
Perdarahan ini dijumpai pada glaukoma dengan tekanan intraokular yang
tinggi, meskipun bisa juga dijumpai pada glaukoma dengan tekanan intraokular yang
tidak terlalu tinggi bahkan pada tekanan intraokular yang rendah. Pada 92 % kasus,
perdarahan ini dapat menghilang sendiri pada minggu keempat.1,12,19
5. Atrofi peripapil.
Pada glaukoma mungkin terdapat perubahan-perubahan di jaringan peripapil yang
disebabkan atrofi dari epitel pigmen retina dan penipisan jaringan neuroretinal. Atrofi
peripapil adalah bentuk atrofi pada bagian luar retina yang berbatasan dengan diskus
optikus. Jonas dan Nauman membagi zona atrofi peripapil menjadi 2 zona yaitu zona
alfa dan zona beta. Zona alfa berhubungan secara histopatologi terhadap retina yang
tipis (atrofi epitel pigmentum retina) dan letaknya lebih perifer. Zona yang lebih dekat
dengan diskus optikus disebut zona beta dimana berhubungan dengan atrofi koroid dan
koriokapilaris yang berat. Zona beta juga lebih berhubungan dengan neuropati optik
glaukomatosa.1,12,21
17
yang
perlu
diperhatikan
ialah :
A. Asimetri papil nervus
Pada
optikus.
keadaan
asimetri cup disc ratio lebih dari 0,2 diameter disc mengarah pada glaukoma. Nervus
optikus dengan cup yang lebih besar mungkin telah mengalami kerusakan.1,8
18
circumlinear vessel,
medialisasi dan bayoneting22
BAB V
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan papil nervus optikus pada miopia tinggi memberikan gambaran yang
mirip dengan neuropati optik glaukomatosa. Pada miopia tinggi, ditemukan
peningkatan ratio CDR yang sesuai dengan axial length. Depigmentasi peripapil yang
sering dihubungkan dengan neuropati optik glaukomatosa, juga bisa dijumpai pada
keadaan miopia tinggi. Depigmentasi ini disebabkan karena hipertrofi dan kadangkadang hiperplasia epitel pigmentum retina.21,23
19
yang ekstrim sedangkan mata kontralateralnya tidak. Pada anisometropia ini seolaholah terjadi asimetris CDR sehingga harus dibedakan dengan glaukoma.6
Compressive Optic Neuropathy dapat menyebabkan peningkatan CDR namun
biasanya disertai dengan neuroretinal rim yang pucat. Iskemi yang kronik pada papil
nervus optikus juga menyebabkan hilangan jaringan neuroretinal rim, diantaranya
Arteritic Ischaemic Optic Neuropathy (AION),
Neuropathy (NAION). Kelainan nervus optikus lain yang dapat memberikan gambaran
menyerupai neuropati optik glaukomatosa ialah kelainan kongenital pada nervus
optikus, Toxic Optic Neuropathy, dan Traumatic Optic Neuropathy.24
BAB VI
PENUTUP
Glaukoma adalah penyakit yang ditandai dengan adanya neuropati nervus optikus
yang berkaitan dengan kelainan lapangan pandang yang khas dan salah satu faktor
risikonya adalah peningkatan tekanan intraokular.1 Glaukoma merupakan penyebab
kebutaan kedua setelah katarak, dan merupakan salah satu penyebab kebutaan yang
irreversible.2
Kelainan papil nervus optikus pada glaukoma dianggap sebagai penyebab
penurunan penglihatan yang irreversible, sehingga pemahaman mengenai neuropati
optik glaukomatosa penting diketahui untuk diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma.
Neuropati optik glaukomatosa merupakan tanda penting yang memiliki spesifisitas dan
nilai diagnostik tinggi dalam diagnosis glaukoma secara dini.3,4
Pemeriksaan papil nervus optikus dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
slit-lamp biomikroskop, oftalmoskop direk maupun indirek. Pemeriksaan dengan slitlamp biomikroskop lebih disukai dalam menilai papil nervus optikus. Metode ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis lensa bantu. Dalam penggunaannya
lensa bantu dapat dibedakan atas dua macam yaitu lensa bantu kontak dan lensa bantu
non kontak. Lensa bantu non kontak terdiri atas Condenser lens dan Hruby lens. Dua
cara yang umum dipakai dalam mencatat gambaran neuropati optik glaukomatosa yaitu
pencatatan secara tertulis (fundus drawing) dan fotografi.5,6
20
Ada beberapa karakteristik yang dapat membantu kita dalam menentukan suatu
neuropati optik glaukomatosa yaitu dengan menilai scleral ring, neuroretinal rim, retina
nerve fiber layer, disc hemorrhages dan peripapillary atrophy (5R). Selain tanda-tanda
di atas, asimetri papil nervus optikus dan perubahan letak vasa pada papil juga perlu
diperhatikan.1,4,11-22
Kelainan nervus optikus lain yang memberi gambaran menyerupai neuropati
optik glaukomatosa anatara lain ialah miopia tinggi, anisometropia, compressive optic
neuropathy, AION, NAION, kelainan kongenital pada nervus optikus, Toxic Optic
Neuropathy, dan Traumatic Optic Neuropathy.6,21-24
Meskipun saat ini telah banyak dikembangkan pemeriksaan dengan alat canggih
dalam mendiagnosis suatu glaukoma, namun pemeriksaan klinis tetap merupakan
pemeriksaan yang paling penting.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. Basic and Clinical Sciense Course.
Section 10: Glaucoma. San Fransisco :The Foundation of American Academy of
Opthalmology : 2011.
2. Eva PR, Witcher JP. Glaucoma. In : Vaughan and Asburys, General
Opthalomology. 17nd ed.USA : The McGraw-Hill Companies : 2008.
3. Stamper RL. Mechanism of Optic Nerve Injury in Glaucoma, Innovations in
Glaucoma, Etiology, Diagnosis and Management. 8th ed. Panama : Highlights of
Opthal : 2002.
4. American Academy of Opthalmology. Basic and Clinical Science Course.
Section 2 : Fundamental and Principles of Opthalmology. San Fransisco : The
Foundation of American Academy of Opthalmology : 2011.
5. Ihsan,Sasono W. Lensa Bantu untuk Pemeriksaan Segmen Posterior dengan
Lampu Celah Biomikroskop. In Jurnal Oftalmologi Indonesia : 2007.
6. Ramakrishnan R, Krishnadas SR. Structural Change in Glaucoma and Clinical
Evaluation of The Optic Nerve Head. In : Diagnosis and Management of
Glaucoma. New Delhi : Ajanta Offset & Packagings Ltd : 2013.
7. Burk
S.
Optic
Nerve
Cupping.
2012.
Available
from
http://www.glaucoma.org/treatment/optic-nerve-cupping.php
8. American Academy of Opthalmology. Basic and Clinical Science Course.
Section 5 : Neuro-Opthalmology. San Fransisco : The Foundation of American
Academy of Opthalmology : 2011.
22
9. Gossman
VM,
Giovannini
J.
Papiledema.
2011.
Available
from
http:/www.emediane medscape.com/article/1217204
10. Garther LP, Hiatt JL. Textbook of Histology. 3 rd ed. Philadelphia : Saunders
Elsevier Co : 2007.
11. Lewis TL, Wing JT. Anatomy and Phisiology of the Optic Nerve. In : Primary
Care of the Glaucoma. 5th ed. Connecticcut : Appleton and Lange, 1997.
12. Chandra SG. Optic Disc Evaluation in Glaucoma. In : Indiana Journal of
Opthalmology. Hyderabad : 1996.
13. Harizman N, Olveira C. The ISNT Rule and Differentiation of Normal from
Glaumatous Eye. 2006. Available from : http://archopht.jamanetwork.com/
article.aspx?articleid=418703
14. Kanski JJ. Clinical Opthalmology, Systemic Approach. 5 th ed. London : Butter
Worth : 2003.
15. Highinbotham EJ, Lee DA. Clinical Guide to Glaucoma Management. Woburn :
Elsevier Inc : 2003.
16. Tsai JC. How to Evaluate the Suspicious Optic Disc. 2005. Available from :
http://www.revophth.com/content/d/cover_focus/i/1315/c/25316/
17. Thomas R, Parikh RS. How to Assess a Patient for Glaucoma. 2006. Available
from :http://www.cehjournal.org/article/how-to-assess-a-patient-for-glaucoma/
18. Nath S, Maclver S. Imaging of Healthy and Diseased Retina. 2011. Available
from : http://www.abstractsonline.com/plan/ViewAbstract.aspx?
mID=2684&sKey=160fac94-5b41-4e21-806b-6f2410565dad&cKey=d8dc76d0034c-4a2e-91f8-ed15b3b97082&mKey=6f224a2d-af6a-4533-8bbb6a8d7b26edb3
19. Airaksinen PJ, Tuulonen A, Werner EB. Clinical Evaluation of The Optic Disc
and Retina Nerve Fiber Layer. In : The Glaucomas. Mosby : 1996.
20. Bourne RR. The Optic Nerve Head in Glaucoma. 2012. Available
from :http://www.cehjournal.org/article/the-optic-nerve-head-in-glaucoma/
21. Harkness ES. Glaucoma-Splinter Optic Disc Haemorrhagis. Available from :
http://www.google.com/search?q=splinter+hemorrhages&source=lnms&tbm
22. Marjanovic I. The Optic Nerve In Glaucoma. 2011. Available from :
http://www.intechopen.com/books/the-mystery-of-glaucoma/the-optic-nerve-inglaucoma
23
24