Teks Inspiratif
Teks Inspiratif
Teks Inspiratif
Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala
tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai
berkerut-kerut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara
batuk-batuk nya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, "Ayah, mengapa
wajah Ayah kian berkerut-kerut dengan badan Ayah yang kian hari kian
terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di
beranda.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja
penasaran.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu
seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali.
Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian
kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.
"Kuberikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang
berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar
keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan
dari anak-anaknya."
Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga
menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa,
ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak
tangan Ayahnya. "Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah".
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung,
tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...
Suatu ketika, ada seorang pemuda yang mendapat warisan dari orangtuanya.
Karena tergolong keluarga sederhana, ia hanya mendapat sedikit uang dan
beberapa buah buku. Sebelum meninggal, ayahnya berpesan, Anakku, buku-
buku ini adalah harta yang tak terhingga nilainya. Ayah berikan kepadamu,
baca dan pelajarilah. Mudah-mudahan kelak nasibmu bisa berubah lebih
baik. Dan ini sedikit uang, pakailah untuk menyambung hidup dan bekerjalah
dengan rajin untuk menghidupi dirimu sendiri.
Tak berapa lama, uang yang ditinggalkan pun habis terpakai. Sejenak ia
melongok buku-buku peninggalan ayahnya. Ia teringat pesan dari
orangtuanya agar belajar dari buku tersebut. Karena malas, ia mengambil
jalan pintas. Buku itu dijual kepada teman yang mau membeli karena
kasihan. Sebagai gantinya, ia mendapatkan beras untuk makan sehari-hari.
Meski sempat tidak mau membuka rahasia, setelah didesak dan kasihan
melihat nasib si pemuda, akhirnya si teman terbuka. Sebenarnya, aku sangat
terbantu dengan buku yang kamu jual padaku. Dulu aku beli buku itu karena
kasihan kepadamu. Kubiarkan saja berdebu di sudut kamar. Suatu hari, iseng
karena ingin tahu, kubaca dan ternyata, wahhisinya bagus sekali! Sebuah
pelajaran hidup yang luar biasa.
Bukan itu saja, sambung temannya. Di dalam buku itu terselip pesan, agar
si pembaca setelah menguasai isi buku tersebut mau praktik dengan
sungguh-sungguh. Sungguh, aku beruntung aku mendapat buku itu darimu.
Lihat, hidupku jadi berubah. Sebenarnya, dari mana buku-bukumu itu
berasal?
Buku itu sebenarnya warisan dari orangtuaku, jawab si pemuda. Jujur, aku
malas membacanya dan tidak tahu kalau ayahku menyimpan pesan yang
sangat berharga. Sungguh, aku menyesal. Teman, boleh aku pinjam kembali
buku-buku itu untuk memulai hidupku yang baru? Aku ingin bisa mengubah
hidupku menjadi lebih baik.
Demikianlah, banyak hal yang kadang tak kita mengerti dari pilihan-pilihan
yang kita jalani. Sering mengundang penyesalan, seperti si pemuda tadi. Tapi
bagi yang mau belajar, setiap kegagalan, setiap kesalahan pasti punya nilai
pembelajaran. Maka, ada ungkapan hal yang sudah berlalu tak perlu
disesali. Sudah sepatutnya kata-kata bijak tadi kita jadikan pegangan hidup.
Jika hari ini kita gagal, kita siap bangkit lagi!
Mari, jangan sesali yang sudah berlalu, jangan pula takut pada masa depan.
Kita belajar dari banyak kesalahan dan segala ketidaknyamanan, untuk
mengambil pilihan yang ada pada hari ini sebagai dasar pijakan meraih
keberhasilan yang lebih membanggakan. Tetap berjuang!
Ketamakan
Alkisah, di sebuah negeri, ada seorang saudagar kaya raya. Ia adalah pemilik
restoran terkenal dan terbaik yang pernah ada pada masa tersebut. Selain
rasanya khas, makanannya sangat lezat, dan pelayanannya pun sangat
memuaskan siapa saja yang datang ke sana.
Berkat restoran itu pula, sang saudagar mendapat banyak rezeki. Meski
usahanya menjadi berkembang ke berbagai bidang, namun restoran itulah
yang menjadi urat nadi usaha yang sangat dijaganya. Karena itu, karena tak
memiliki keturunan, di usianya yang sudah makin tua, ia ingin mewariskan
usaha itu pada orang terpilih yang nanti akan dipercaya untuk menjalankan
usahanya itu. Ia nanti akan menyerahkan usaha itu kepada orang yang
terbaik, dengan syarat separuh hasil yang didapat, harus disumbangkan
kepada kaum yang tak berpunya.
Beberapa saat sang saudagar memikirkan cara untuk memilih orang tersebut.
Hingga, suatu kali, ia ngundang 80 orang yang dianggap terbaik di daerahnya.
Kepada 80 orang tersebut, ia menyajikan hidangan terbaik untuk makan
malam di restorannya.
Uniknya, ada 20 meja kotak yang disediakan, dengan sumpit yang sangat
panjang di masing-masing meja. Karena itu, saat mulai dipersilakan makan,
hampir semua orang yang sudah tak sabar merasakan kelezatan makanan
dari restoran sangat terkenal itu pun kerepotan.
Kisah tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa untuk bisa meraih sesuatu,
kita seharusnya memulai dengan melayani. Kita tak boleh serakah, tamak,
atau hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. Seperti yang tergambar
dalam kisah tersebut, hanya mereka yang mau berkorban dengan memberi
makanan kepada yang lain, maka ia yang akan bisa ikut makan dengan
kenyang. Sementara, orang lain sibuk mencari cara bagaimana bisa segera
menyantap hidangan, justru kerepotan karena tak tahu cara yang tepat
untuk memakan hidangan tersebut.
Sudah kita dapati, begitu banyak orang yang menjadi sumber berita karena
kelakuannya. Mulai dari korupsi, hingga berbagai hal lain yang intinya,
menjadikan harta sebagai hal yang utama.
Uang dan harta memang penting. Namun, ada banyak hal penting lain yang
juga harus menjadi perhatian utama kita. Bagaimana kita bersikap,
bagaimana kita membantu orang lain, bagaimana kita menemukan
keseimbangan dalam hidup, sehingga kebahagiaan bisa kita peroleh. Harta
adalah sarana. Kita adalah manusia. Karena itu, mari jadikan sarana
tersebut sebagai bagian dari kehidupan kita, namun jangan sampai
menjadikannya sebagai hal yang membelenggu kita.
Mari, jadikan hidup lebih berarti. Dengan mau peduli dan berbagi, harta dan
uang kita akan jauh lebih memiliki arti.
Jadilah Pelita
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya.
Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja
buat saya! Saya bisa pulang kok.
Dengan lembut sahabatnya menjawab, Ini agar orang lain bisa melihat kamu,
biar mereka tidak menabrakmu.
Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa
lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat
orang buta dong!
Kali ini si buta bertambah marah, Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku
bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!
Pejalan itu menukas, Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah
padam!
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, Oh, maaf, sayalah yang
buta, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.
Si buta tersipu menjawab, Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata
kasar saya.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta
kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, Maaf, apakah
pelita saya padam?
Penabraknya menjawab, Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.
Senyap sejenak.
Secara serempak pun mereka menjawab, Iya., sembari meledak dalam tawa.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja
ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun
berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini, Rasanya saya perlu membawa pelita
juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut
melihat jalan mereka.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang
sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka
bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta,
sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita.
Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat
pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya
untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan
pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah,
apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA,
bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa
penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang
membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah
kebijaksanaan.
4 lilin
Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Yang pertama berkata: Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu
menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja! Demikianlah sedikit
demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi.
Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap
menyala. Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi
aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan
mengganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci
mereka yang mencintainya, membenci keluarganya. Tanpa menunggu waktu
lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah
padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: Ekh apa yang terjadi??
Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!
Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita
tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
Akulah HARAPAN.
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan
kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati
kita.dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak
tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman,
Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!
Tiba-tiba sang pengemis tua itu berkata, Hai pemuda, ketika engkau
melawati sebuah gua, ambil batu disekitarmu sebanyak-banyaknya!
Pemuda itu cukup kaget, akan tetapi dia tetap tidak memperhatikannya,
alah, dasar pengemis, mau minta perhatian saja, paling dia mau minta
sedekah. Pikirnya.
Perjalanan pemuda itu dilanjutkan hingga hari sudah mulai malam. Ia pun
harus mempercepat perjalanannya, karena dia harus melewati sebuah gua
yang sangat gelap.
Ketika masuk ke dalam gua, ia teringat akan pesan pengemis tua. ah,
ngapain saya menuruti kata-kata pengemis tua itu!, lagipula ngapain saya
harus membawa batu-batu di gua ini, menambah beban saya aja, mungkin
pengemis itu sudah gila kali keluhnya. Pemuda itu berjalan sambil meraba-
raba karena gelapnya gua itu.
Ketika akan membuang batu itu, terlihat batu itu berkilauan, memantulkan
cahaya. Mata pemuda itu langsung terbelalak. hah.., batu ini emas!
matanya melototi batu yang dipegangnya. ah., andaikan saja
Sebelum masuk penjara ini, dia adalah akuntan sebuah perusahaan besar.
Dari gajinya bekerja, dia dapat menghidupi anak dan istrinya, mempunyai
rumah dan kendaraan. Dia juga punya sebidang tanah untuk sekedar
berkebun, warisan orangtuanya. Hidupnya betul-betul bahagia.
Adalah Santi, seorang sekretaris bos, wanita pintar tapi liar, yang membikin
gara-gara. Sudah lama dia memendam rasa iri pada Badrun. Karena
posisinya, sebagai sekeretaris direktur, ternyata tak bisa sekedar
memanipulasi uang belanja perusahaan. Sebab setiap kali dia membujuk
Badrun, tak bisa juga dapat, walaupun satu sen. Badrun memang tak bisa
sembarangan mengeluarkan uang, sebelum disetujui atasan.
Sebagai wanita pintar, Santi tahu kelemahan lelaki, dan mengetahui pula
kelebihannya sebagai wanita. Disebarkannya gossip ke seluruh karyawan,
kalau dia menjalin hubungan dengan Badrun. Dan dengan aktingnya yang
meyakinkan, berhasil mengelabui seluruh karyawan, kalau dia sudah betul-
betul dekat dengan Badrun. dengan berbagai bujuk rayu dan kata yang manis
pada staff bawahan Badrun pula, dia berhasil mempunyai akses ke bagian
keuangan, bagian yang dikepalai Badrun.
Badrun tak suka dengan sifat Santi, tapi dia juga tak bisa bersikap kasar,
apalagi Santi adalah sekretaris bosnya. Dengan halus ditegurnya sikap Santi
tersebut, tapi Santi memang sudah nekat. Entah bagaimana, tiba-tiba saja
uang sebesar lebih dari 1 milyar tak diketahui keberadaannya. Tak ada
kwitansi, tak ada nota, tak ada barang hasil pembelian dan sebagainya.
Badrun yakin, ini ulah Santi, tapi dia tak bisa membuktikannya. Seluruh
transaksi keluar dan masuk uang, selalu memakai nama dia. Akhirnya vonis
menimpa dia, didakwa menggelapkan uang perusahaan. Bukan itu saja,
ternyata gossip yang disebarkan Santi sudah sampai ke rumah-tangga
Badrun. Istri Badrun dibakar cemburu, pergi dari rumah bersama anak
kesayangannya.
Ketika sidang pun, istrinya tak datang, apalagi selama dia dipenjara. Kawan-
kawan dan tetangganya juga menjaga jarak, mereka tak menyangka, ternyata
orang pendiam dan baik itu, bisa berbuat kriminal. Padahal tak terhitung
kebaikan-kebaikan selama ini pada tetangga dan teman-temannya.
Kalau kamu sedang mengalami suatu perkara, kamu akan menemui kawan
yang palsu, dan lawan yang sesungguhnya. Terus jalani urusan itu.
Kalau kamu jujur dan terus-terang, orang akan mengira kamu sedang
berbuat curang, bagaimanapun juga, tetaplah berlaku jujur.
Apa yang kamu bangun selama bertahun-tahun, bisa saja dihancurkan oleh
seseorang dalam waktu satu malam. Tapi, tetaplah membangun bangunan itu.
Kalau kamu berada dalam kedamaian dan kebahagiaan, orang-orang pasti iri
dan cemburu; tetaplah kamu bahagia dan tersenyum dalam kedamaianmu.
Perbuatan baik yang hari ini kamu lakukan, bisa jadi dilupakan oleh orang
esok hari; bagaimanapun juga, tetaplah berbuat baik.
Berilah dunia ini yang paling bagus yang kau miliki, dan itu belum tentu
cukup; tapi, bagaimanapun juga, tetaplah memberi.
Kamu lihat, pada akhirnya, ini adalah urusan antara kamu dan Tuhan.