B.indo Cerpen Indigo
B.indo Cerpen Indigo
B.indo Cerpen Indigo
Adikku Daniel
Namaku Dara. Aku adalah seorang remaja berusia 16 tahun. Aku memiliki dua orang adik
bernama diva dan Daniel. Diva berusia 13 tahun sedangkan Daniel masih berusia 6 tahun. Yah,jarak
antara diva dengan Daniel terbilang cukup jauh. Hal ini karena sebenarnya kelahiran adikku yang
terakhir itu tidak diharapkan. Awalnya ibuku ingin menggugurkan kehamilannya dengan meminum
jamu tradisional. Akan tetapi adikku ini tetap bertahan dalam rahim ibuku dan bersikeras ingin
dilahirkan. Akhirnya lahir lah Daniel.
Sekitar 6 bulan setelah kejadian itu,adikku diva bercerita kepada ku bahwa Daniel memiliki
teman yang tak terlihat secara kasat mata. Aku sangat terkejut akan ucapannya itu.ia berkata bahwa
dirinya melihat Daniel bercakap-cakap sendiri di teras rumah kami. Saat itu ia mengira bahwa ada
tamu yang datang,akan tetapi setelah dilihat keluar, tak ada siapapun diluar rumah. Ia langsung
menggendong Daniel kedalam kamar. Mulai dari kejadian inilah aku mulai curiga kalau Daniel adalah
anak indigo.
2 bulan yang lalu adalah musim liburan, Ayah mengajak kami pergi berlibur ke kota nopan
untuk mengunjungi kerabat kami yang ada disana. Kota nopan adalah daerah di tapanuli selatan
yang masih asri dan banyak pepohonan. Perjalanan kesana ditempuh sekitar 2 hari dari medan.
Sepanjang perjalanan,aku beserta adik-adikku muntah bergantian. Kedengarannya memang
menjijikkan. Akan tetapi itulah yang terjadi. Dikiri dan kanan kami penuh dengan pepohonan. Udara
disana juga sangat sejuk. Aku baru pertama kali berkunjung kedaerah yang seperti desa ini.
Setelah sampai di kota nopan sekitar jam 3 sore,kami menginap di rumah saudara nenek
kami. Namanya Nenek minah. Umurnya sudah tua. Akan tetapi kelihatan masih bugar dan
bersemangat. Segera,Kami bertiga bersalaman dengan nya. Ketika bersalaman dengan adikku
Daniel,dia berkata kepada ayah dan ibuku ,”anak kau ni agaknya mudah ‘ketegur’ nih”. Ayah ku
langsung menjawab sambil tersenyum, ”ah nggak mungkin lah cik minah,jangan lah di bilang kayak
gitu”. “yalah,yalah masuk lah kalian dulu,biar aku siapkan kamar untuk kalian” jawab Nek Minah
kembali. Aku yang mendengar hal itu pun berasumsi bahwa yang dibilang oleh nek minah ini ada
hubungannya dengan kemampuan Daniel.
Rumah Nek Minah terbilang cukup besar untuknya yang hanya tinggal berdua dengan anak
lelakinya,om Rian. Terdapat 4 kamar didalamnya. Satu kamar nek minah,satu kamar om rian, dan
dua kamar kosong disebelahnya dijadikan sebagai kamar kami. Setelah itu kami pun masuk ke kamar
dan langsung beristirahat untuk menghilangkan rasa lelah yang tak tertahankan sepanjang
perjalanan. Aku dan adikku,Diva, tidur dengan pulas malam itu. Akan tetapi sepertinya tidak dengan
Daniel, ia tampak lesu dan gelisah pagi itu.
“Lhoo..kok gak suka? Disinikan sejuk dan banyak pepohonan” tanyaku heran.
“Pokoknya Daniel gak suka, banyak orang jahat. Daniel mau pulang aja!”
“ Di dekat pohon itu”. Daniel menunjuk kearah pohon besar yang posisinya berdekatan dengan
kamar kami. Aku sedikit parno mendengarnya,tapi ku kuatkan imanku,Kuraih tangan Daniel dan
kugenggam dengan pelan.
“Sudah lah Daniel,jika Daniel takut ingat saja Allah,sebut aja namanya berkali-kali. Pasti kamu akan
merasa nyaman setelah nya”
Hari berikutnya kami pergi kesawah untuk mencari belut. Nek minah yang mengajak kami
kesana. Ia mengatakan bahwa sawah tersebut adalah peninggalan dari suaminya. Disana kami
mendapatkan banyak belut dengan ukuran yang lumayan besar. Ini sangat menyenangkan bagiku
dan adik-adikku. Menjelang sore,kami kembali kerumah Nek Minah dan memberikan hasil
tangkapan kami kepada ibu untuk dimasak. Namun, setelah kembali kerumah,Daniel tiba-tiba sakit.
Badannya panas dan mukanya juga sangat pucat. Entah apa yang terjadi padanya. Ibu dan ayahku
langsung panik. Kami lupa membawa persediaan obat selama liburan. Ayah pun bertanya pada Nek
Minah.
Nek minah pergi kekamar kami. Dilihatnya Daniel dengan tatapan tajam. Selang 2 menit,dia
keluar dan mengambil minyak zaitun. Diminumkannya ke Daniel. Dioleskannya juga minyak kayu
putih ke tubuh Daniel. Setelah itu Daniel disuruh untuk tidur. Kami semua keluar dari kamar itu
menuju ruang tamu untuk membicarakan masalah Daniel.
“kan dah kubilang anak kau tu mudah ‘keteguran’,nampaknya dia ‘keteguran’ di perjalanan
tadi” jelas nek Minah.
“Karena zaitun, buah yang disebutkan di dalam Al-Quran dan disarankan untuk mengusir
gangguan jin”ujarnya.
Tak lama kemudian,dari kamar Daniel,terdengar suara . Kami semua pergi ke sana untuk
mencari tahu suara apa itu.Ternata itu suara Daniel yang memuntahkan sesuatu. Kata Nek minah itu
adalah hal yang wajar bila seseorang terkena gangguan jin. Itu tandanya jin tersebut sudah keluar
dari tubuh seseorang.
Keesokan paginya Daniel sudah cukup sehat. Dia menjadi lebih bersemangat dari hari-hari
sebelumnya. Saat itu,kami pergi ke kebun jambu dan memanen buah nya,walaupun tidak terlalu
banyak karena sedang bukan musim panen. Selanjutnya,kami berenang disungai yang airnya sangat
jernih. Daniel kelihatan gembira sekali,ia berenang dengan sangat lincah sampai-sampai ia lupa
waktu. Sayangnya,hari tu adalah hari terakhir kami disana. Kami mendapatkan banyak pengalaman
dan keseruan selama liburan. Nek minah juga berpesan kepada kami untuk menjaga Daniel lebih
ekstra.
“Kalian jaga Daniel baik-baik ya,pergi kalian ke tempat ruqyah kalau perlu. Bahaya kalau
dibiarkan si Daniel tu. Sakit-sakit pula nantik dia kalau pergi-pergi”. kata Nek Minah tegas.
“Hmm yalah yalah. Berangkat lah kalian lagi. Nantik lama pula kalian sampai nya”kata Nek
Minah.
“Waalaikumussalam”
Sekarang, Daniel sudah masuk SD,ia menjadi anak lelaki yang ceria dan memiliki banyak teman.
Kemampuan yang dimilikinya sudah mulai menghilang karena sering dibawa Ayah dan Ibu ke tempat
ruqyah. Tubuhnya pun sekarang sudah tidak mudah sakit lagi. Aku bersyukur kami mengunjungi Nek
Minah di liburan itu. Yah,walaupun terdapat pengalaman yang sedikit menakutkan sihh…