Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Kasus Mata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

CORPUS ALINEUM KORNEA OS

Oleh

Pembimbing

Dr. Hj. Hamdanah, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA


FK UNLAM RSUD ULIN
BANJARMASIN
Maret, 2017
DAFTAR ISI

H
LAMAN JUDUL.....................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................14

BAB V PENUTUP................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

Mata merupakan bagian badan yang sangat peka. Trauma, seperti debu

sekecil apapun masuk ke dalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan

yang hebat, lagipula bila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit

yang cukup gawat. Karena itulah mata mendapat lindungan yang baik dengan

dikelilingi oleh tulang-tulang orbita, di sebelah depan terdapat kelopak mata

(palpebra) superior dan inferior, jaringan lemak retrobulber dan bulu mata.1

Mata walaupun mempunyai sistem pelindung yang cukup baik, disamping

refleks memejam atau mengedip, masih sering mendapat trauma dari luar. Trauma

pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit

yang lebih berat ataupun kebutaan. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada

bola mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan akan dapat

mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi

penglihatan. Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut: trauma

tumpul, trauma tembus, trauma kimia dan trauma radiasi. Trauma pada mata dapat

mengenai jarinngan di bawah ini secara terpisah atau menjadi gabungan trauma

jaringan mata: kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik

dan orbita.1,2

Trauma pada mata dapat menyebabkan penurunan penglihatan bahkan bisa

menyebabkan kebutaan. Hal tersebut merupakan penyebab kebutaan pada anak-

anak dan orang dewasa.3 Trauma dapat berupa trauma tumpul, tembus, kimia,

1
maupun radiasi dimana hal ini dapat mengenai semua jaringan mata tergantung

berat ringannya trauma terjadi.4 Trauma selain bisa menyebabkan kerusakan juga

dapat menyebabkan terjadinya komplikasi akibat benda asing yang tertinggal di

mata.3

Benda asing yang teritinggal dimata disebut dengan Corpus Alineum.3 Jadi

Korpus alienum adalah benda asing yang terdapat pada kornea seperti serpihan

logam, serpihan kaca, atau serpihan benda-benda organik.5

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus Korpus Alineum kornea pada Laki-

laki berusia 49 tahun yang datang ke Poli Mata RSUD Ulin banjarmasin pada

tanggal 02 Maret 2017.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.
Corpus Alineum

2.1.1. Definisi

Korpus alienum kornea adalah benda asing yang terdapat pada kornea

seperti serpihan logam, serpihan kaca, atau serpihan benda-benda organik.3

2.1.2 Anatomi dan fisiologi kornea

Kornea adalah selaput bening mata yang menutupi mata bagian depan

berupa jaringan transparan dan avaskuler yang berbentuk seperti kaca arloji.

Ketebalan bagian sentral pada dewasa sekita 550 mikrometer, diameter horizontal

11,75 mm, vertikal 10,6 mm. Lapisan kornea dari luar ke dalam dapat dibagi

menjadi :

1. Lapisan epitel, tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak

bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal

dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini

terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan

menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di

sampingnya dan sel polygonal di depannya melalui desmosom dan macula

okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang

merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat

3
erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman, terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang

merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal

dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen

yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman

yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;

terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-

kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga

keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan

embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement, merupakan membrana aselular dan merupakan

batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan

membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur

hidup, mempunyai tebal 40 m.

5. Endotel, berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar

20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom

dan zonula okluden.

4
Kornea dipersarafi banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar

longus, saraf nasosiliar. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis

12 terdepan tanpa ada akhir saraf. Kornea merupakan lensa cembung dengan

kekuatan refraksi 43 dioptri.

2.1.3 Patogenesis

Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa

disengaja. Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superfisial

atau dalam (intraokular). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti serpihan

kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma biasanya terjadi pada

cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin. Untuk

benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan, memerlukan

perhatian khusus karena dapat meningkatkan risiko infeksi serta bersifat antigenik

yang dapat menimbulkan reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab itu pada pasien

seperti ini harus dilakukan follow up ketat untuk komplikasi infeksi.

5
Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epiel atau stroma.

Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi

pembuluh darah di sekitarnya, serta udem palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika

tidak segera dikeluarkan hal ini akan menyebabkan infeksi dan atau nekrosis

jaringan. Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme

ke dalam lapisan stroma kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase

inisial, sel epitel dan stroma pada area defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-

sel neutrofil mengelilingi ulkus dan menyebabkan nekrosis lamela stroma. Difusi

sitokin ke posterior (kamera okuli anterior) menyebabkan terbentuknya hipopion.

Toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi kornea. Bakteri

yang pada umumnya dijumpai adalah streptococcus, pseudomonas,

enterobactericeae, dan staphylococcus sp.

2.1.4 Diagnosis

1. Anamnesis

Aktivitas pasien, keadaan lingkungan, waktu dan mekanisme trauma.

Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan pasien seperti nyeri, sensasi

mengganjal, fotofobia, air mata yang mengalir terus, dan mata merah.

2. Pemeriksaan fisik

Tajam penglihatan normal atau menurun, injeksi konjungtiva, injeksi silier,

tampak benda saing di mata, rust ring (terutama jika logam tertanam sudah

beberapa jam atau hari), defek epitel yang jelas dengan penggunaan

fluoresens, udem kornea.

3. Pemeriksaan laboratorium

6
Diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adaya benda asing

intraokular. Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus infeksi atau

ulkus. CT scan, B-scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy dapat

digunakan jika ada kecurigaan benda asing intraokular.

2.1.5 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi,

dan mencegah kerusakan fungsi yang permanen. Benda asing yang terletak di

permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti usapan cotton

bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc atau menggunakan magnet.

Setiap pasien dengan benda asing di kornea dilakukan dengan langkah-langkah

penatalaksanaan awal sebagai berikut :

1. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.

2. Berikan anestesi topikal pada mata yang terkena.

3. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril. 14

4. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.

5. Cobalah menggunakan jarum halus.

6. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp.

7. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.

8. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.

9. Berikan analgetik topikal.

10. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea.

Indikasi rujuk

1. Benda asing sulit dikeluarkan

7
2. Terbentuk formasi rust ring pada kornea

3. Ada tanda-tanda perforasi bola mata

4. Ada tanda pembentukan ulkus kornea seperti kabur pada dasar defek, noda pada

tes fluorosensi bertahan >72 jam

5. Defek pada bagian sentral kornea

6. Hyfema

7. Kerusakan kornea difus

8. Laserasi kornea atau sklera

9. Udem kelopak mata

10. Perdarahan subkonjungtiva yang difus

11. Bentuk pupil yang abnormal

12. Kamera okuli anterior yang dalam

Pada kasus tanpa komplikasi dimana benda asing dapat dikeluarkan, dapat

diberikan antibiotik spektrum luas dan obat-obatan cycloplegic. Jika terjadi

komplikasi ulkus maka penanganannya seperti ulkus kornea.

Penanganan lebih lanjut pada benda asing yang sulit dikeluarkan harus

dilakukan oleh dokter spesialis mata. Sebelum mengeluarkan benda asing, seorang

klinisi harus menilai seberapa dalam penetasi kornea, jika mencapai kamera okuli

anterior pengangkatan harus dilakukan di kamar operasi dengan alat pembesar

yang cukup, penerangan, anestesi dan peralatan yang cukup.

2.1.6 Komplikasi

1. Rust ring

8
Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi, onsetnya 2-4 jam

pertama dan komplit dalam 8 jam. Dapat dibuang dengan bantuan slit lamp

menggunakan jarum halus ataupun burr.

2. Infeksi kornea

Terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari, menyebabkan terbentuk ulkus dan

jaringan parut. Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresif dan

penanganan dokter mata lebih lanjut.

3. Perforasi bola mata

Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan

tinggi bisa juga telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi

pembedahan.

9
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. M. Alun

Umur : 49 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Kuli Bangunan

Agama : Islam

Alamat : Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan

POLI : 02-03-2017 (10:20 WITA)

RMK : 1.23.35.89

II. ANAMNESIS

Hari/tanggal : Rabu, 2 Maret 2017

Keluhan Utama : Rasa mengganjal dimata

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Ulin Banjarmasin dengan mengganjal pada

mata kiri sejak 3 hari SMRS, keluhan ini munculnya mendadak. Keluhan

munculnya terus menerus. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada

mata kiri, nyeri dirasakan 2 hari SMRS, nyeri dirasakan pada skala 2,

nyeri dirasakan terus menerus, nyeri terasa seperti nyut-nyut, nyeri tidak

menyebar. Selain itu pasien juga mengeluhkan keluhan mata merah 3 hari

SMRS, mata merah disebelah kiri, munculnya mendadak, terus menerus,

10
tidak ada mengeluhkan mata kiri terasa kabur, tidak ada keluhan keluar

cairan dan kotoran pada mata. Sebelumnya sejak 4 hari SMRS pasien

mengatakan saat sedang menggerinda, pecahan gerinda masuk ke mata

pasien, saat itu pasien hanya mencuci dengan air dan sesekali mengucek

matanya. Saat itu keluhan yang dirasakan mata merah, nyeri pada mata.

RPD: Kencing manis tidak ada, Tekanan darah tinggi tidak ada, dan

riwayat alergi tidak ada.

RPK: Kencing manis tidak ada, tekanan darah tinggi tidak ada, alergi tidak

ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Status Generalis : Dalam Batas Normal

TD : 100/80 MmHg

Nadi : 69 x/menit

RR : 17 x/menit

Status Lokalis :

OD OS
5/5 Visus 5/5
Sentral Kedudukan Sentral
Ke segala arah Pergerakan Ke segala arah
Bentuk normal, Odem (-) Palpebra sup Bentuk normal, Odem (-)
Bentuk normal, Odem (-) Palpebra inf Bentuk normal, Odem (-)
Hiperemi (-), Odem (-) Konjungtiva Hiperemi (+), Odem (-)

tarsal
Hiperemi (-) Konjungtiva Hiperemi (+)

11
bulbi
Jernih Kornea Ruptur (-), Odem (+)
Putih Sklera Putih
Normal COA Normal
Reguler(normal) Iris Reguler (normal)
Sentral, regular, 3 mm, Pupil Iregular

reflek cahaya (+),


Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tonometri Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tes Fluorescen Tidak dilakukan
Normal Palpasi Tidak dilakukan

V. DIAGNOSA KERJA

Korpus Alineum

VI. Diagnosis Banding

Ruptur Kornea

VI. PENATALAKSANAAN

Ekstraksi Corpus Alineum OS + LA dengan Pantocaine 2% 1 tetes

Irigasi NaCL 0,9% OS

Cendo tropin ED 2X1 tts OS

Gentamisin EO 3X1 OS selama 5 hari

12
BAB III

PEMBAHASAN

Keluhan utama penderita yaitu mengganjal pada mata kiri. Selain itu mata

kiri nyeri, dan berwarna kemerahan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

mengatakan bahwa korpus alineum menyebabkan rasa mengganjal dan nyeri

karena kornea memiliki banyak serabut nyeri dimana kebanyakan lesi kornea

akibat benda asing kornea, rasa sakit ini diperhebat dengan adanya gesekan

palpebra terutama palpebra superior pada kornea dan menetap sampai sembuh.

13
Selain itu adanya mata merah dikarenakan proses inflamasi yang menyebabkan

pelebaran pembuluh darah.

Pada pemeriksaan lokalis mata kiri didapatkan edema pada kelopak

disebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Pelebaran

pembuluh darah berupa PCVI dan CVI dikarenakan adanya reaksi peradangan

yang meluas sampai ke arteri konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior. Dari

anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita ini memenuhi kriteria diagnosis

Korpus Alineum.

Pada pasien dilakukan penatalaksanaan Ekstraksi Corpus Alineum OS + LA

dengan Pantocaine 2% 1 tetes. Selain itu digunakan juga irigasi mata

menggunakan NaCL 0,9% untuk membuang kemungkinan adanya benda asing

yang tertinggal. Diberikan juga Cendo Tropin. Pembalutan mata . Diberikan juga

Gentamisin EO 3X1 OS selama 5 hari untuk mencegah terjadinya infeksi yang

dapat menyebabkan komplikasi lebih berat.

BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus lakilaki berusia 49 tahun dengan diagnosis

Corpus Alineum Kornea yang dating ke Poli Mata RSUD Ulin Banjarmasin

tanggal 2 Maret 2017. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil

14
pemeriksaan fisik. Pasien telah dilakukan Ekstraksi Corpus Alineum OS + LA

dengan Pantocaine 2% 1 tetes, irigasi NaCL 0,9 %, Pembalutan mata dan

Pemberian Antibiotik Topikal Gentamisin 3x1 selama 5 hari. Keadaan pasien

membaik dan diperbolehkan pulang pada tanggal 5 November 2016.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9.

Jakarta :Penerbit Erlangga.

15
2. Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti et al. 2005.Kapita Selekta Kedokteran

edisi ketiga.Jakarta: Media Aesculapius

3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 5 FKUI, Jakarta, 2016.

4. Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke VI 1993

5. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05CorpusAlienum013.pdf/05Corpus

Alienum013. html. Akses tanggal 3 Maret 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai